PENDAPAT HUKUM MENGENAI PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP PENCURIAN KAYU DI HUTAN PENGGARON
KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG
(Kajian Dilihat Dari Prespektif Hukum Lingkungan)
Triyan Febriyanto 8111416089
Pendahuluan
Ungaran, Aparat Polsekta Ungaran berhasil menggagalkan aksi pencurian kayu di hutan Penggaron, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, setelah mendapat laporan masyarakat, selasa 29 Agustus dini hari. Polisi mengamankan tiga orang pelaku yakni ST (pembeli kayu), RS (sopir truk) dan BT (kuli panggul). Selain mengamankan tiga orang pelaku asal Magelang, polisi menyita truk bernomor polisi AA 1412 NK bermuatan kayu Sonokeling, tali tambang dan gergaji mesin. Truk tersebut memuat 19 batang kayu Sonokeling dengan volume 5.27 meter kubik senilai Rp 40 juta. “ Para pelaku melakuka aksinya mulai senin 28 Agustus sore sampai 29 Agustus dini hari. Mereka menebang pohon Snokeling di petak nomor 6 hutan penggaron milik Perhutani yang berada di wilayah Susukan, Ungaran Timur, “Ungkap Kapolres Semarang AKBP V Thirdy Hadmiarso di Polsekta Ungaran, Selasa 29 Agustus.
Menurut kapolres, dugaan pencurian kayu Perhutani tersebut terendus warga yang curiga ada truk masuk Hutan Penggaron pada malam hari. Warga kemudian melaporkan ke Polsekta Ungaran “Saat polisi mendatangi lokasi sudah tidak mendapati ada truk, dan mendapat informasi truk sudah keluar dari Hutan Penggaron. Para pelaku kita amankan dalam perjalanan ketika akan membawa kayu ke Magelang. “jelasnya”. Kapolres mengatakan saat ini masih mendalami keterangan pelaku. Hal ini untuk mengetahui adanya keterlibatan pelaku lain termasuk keterliatan oknum di internal Perhutani. “Akan kita telusuri apakah ada pihak tertenu yang terlibat. Kita masih mendalami keterangan ketiga pelaku, “ujarnya”. Kapolres menambahkan, polisi juga masih mendalami apakah kayu yang dicuri jumlahnya lebih lebih banyak dari yang berhasil digagalkan. Adanya aksi pencurian tersebut kerugian yang dialami Perhutani diperkirakan mencapai Rp 40 juta. “Para pelaku dikenakan pasal 78 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan karena diduga melakukan tindak pidana pencurian hasil hutan. “katanya”(Koran Wawasan Rabu 30 Agustus 2017 Halaman 17).1
Analisis Peraturan Hukum
Adapun dasar hukum yang digunakan dalam penegakan hukum bagi pencurian kayu di hutan milik negara yaitu:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Pasal 50 ayat 3 dan 4 (3) Setiap orang dilarang:
a. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah;
b. Merambah kawasan hutan;
c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan :
1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;
2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;
3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai;
4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; 5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;
6. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.
d. Membakar hutan;
e. Dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang ber-wenang;
f. Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah;
g. Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri;
h. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan
i. Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang; j. Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau
patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang;
k. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;
l. Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan
m. Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.
(4) Ketentuan tentang mengeluarkan, membawa, dan atau mengangkut tumbuhan dan atau satwa yang dilindungi, diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.2
Pasal 78
(12) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000. 000,00 (lima puluh juta rupiah).3
Dari Pasal 78 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan tersebut, maka dapat ditentukan terlebih dahulu syarat dan akibat hukumnya : Aturan Hukum (AH) Pelaku pencurian kayu di hutan penggaron dikenakan
pasal 78 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan karena membawa keluar atau mencuri kayu tanpa izin sama sekali
Syarat 1 (S1) Pelaku dengan sengaja melakukan tindakan pelanggaran hukum
Syarat 2 (S2) Pelaku telah membawa keluar kayu tersebut diluar hutan
Syarat 3 (S3) Tersangka melakukan tindakan pelanggaran dengan melakukan pencurian kayu di hutan penggaron
Pasal 52 ayat 3
(3)Dalam penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan, Pemerintah wajib menjaga kekayaan plasma nutfah khas Indonesia dari pencurian.4
Pasal 64
Yang dimaksud dengan berdampak nasional adalah kegiatan pengelolaan hutan yang mempunyai dampak terhadap kehidupan bangsa, misalnya penebangan liar, pencurian kayu, penyelundupan kayu, perambahan hutan, dan penambangan dalam hutan tanpa izin.
Yang dimaksud dengan berdampak internasional adalah pengelolaan hutan yang mempunyai dampak terhadap hubungan internasional, misalnya kebakaran hutan, labelisasi produk hutan, penelitian dan pengembangan, kegiatan penggundulan hutan, serta berbagai pelanggaran terhadap konvensi internasional.5
Pasal 69 ayat 1
(1)Yang dimaksud dengan memelihara dan menjaga, adalah mencegah dan menanggulangi terjadinya pencurian, kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan, pendudukan, dan lain sebagainya.6
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 362:
Barangsiapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
3 Ibid., Pasal 78 ayat 12 4 Ibid., Pasal 52 ayat 3 5 Ibid., Pasal 64
hukum diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh ribu rupiah.7
Dari Pasal 78 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan tersebut, maka dapat ditentukan terlebih dahulu syarat dan akibat hukumnya : Aturan Hukum (AH) Pelaku pencurian kayu di hutan penggaron dikenakan
pasal 362 karena mencuri kayu di hutan penggaron tanpa izin
Syarat 1 (S1) Pelaku dengan sengaja melakukan tindakan pelanggaran hukum
Syarat 2 (S2) Pelaku berusaha memiliki kayu tersebut dengan cara melawan hukum
Syarat 3 (S3) Tersangka melakukan tindakan pelanggaran dengan melakukan pencurian kayu di hutan penggaron sehingga pelaku dijerat pasal 362 tentang pencurian
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
Pasal 12
Setiap orang dilarang:
a. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan;
b. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah;
d. Memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin; e. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak
dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan; f. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,
memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;
g. Membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;
h. Memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar;
i. Mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan, atau udara;
j. Menyelundupkan kayu yang berasal dari atau masuk ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui sungai, darat, laut, atau udara;
k. Menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima titipan, dan/atau memiliki hasil hutan yang diketahui berasal dari pembalakan liar;
m. Menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.8
Pasal 82 ayat 1
(1)Orang perseorangan yang dengan sengaja:
a. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a;
b. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b; dan/atau
c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).9
Dari Pasal 82 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan tersebut, maka dapat ditentukan terlebih dahulu syarat dan akibat hukumnya :
Aturan Hukum (AH) Pelaku pencurian kayu di hutan penggaron dikenakan pasal 82 UU No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan karena mencuri kayu di hutan penggaron tanpa izin
Syarat 1 (S1) Pelaku dengan sengaja melakukan tindakan pencurian kayu
Syarat 2 (S2) Pelaku berusaha memiliki kayu tersebut tanpa izin dari pejabat yang berwenang
Syarat 3 (S3) Tersangka melakukan tindakan pelanggaran dengan melakukan pencurian kayu di hutan penggaron sehingga pelaku dijerat pasal 82 UU No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
Uji Syarat
Pasal 78 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(13) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000. 000,00 (lima puluh juta rupiah).10
Dari Pasal 78 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan tersebut, maka dapat ditentukan terlebih dahulu syarat dan akibat hukumnya :
8 Republik Indonesia, “UU No. 18 tahu 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan”, Sekretariat Negara, Jakarta, Pasal 12
Syarat 1 (S1) Terpenuhi, 3 pelaku (ST, RS dan BT) dengan sengaja melakukan tindakan pelanggaran hukum
Syarat 2 (S2) Terpenuhi, 3 pelaku telah membawa keluar kayu tersebut diluar hutan
Syarat 3 (S3) Terpenuhi, tersangka melakukan tindakan pelanggaran dengan melakukan pencurian kayu di hutan penggaron Aturan Hukum (AH) Pelaku pencurian kayu di hutan penggaron dikenakan
pasal 78 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan karena membawa keluar atau mencuri kayu tanpa izin sama sekali sebab syarat sebagai pelaku pelanggaran hukum telah terpenuhi sehingga mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
Pasal 362 KUHP:
Barangsiapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh ribu rupiah.11
Dari Pasal 78 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan tersebut, maka dapat ditentukan terlebih dahulu syarat dan akibat hukumnya : Syarat 1 (S1) Terpenuhi, 3 pelaku dengan sengaja melakukan
tindakan pelanggaran hukum
Syarat 2 (S2) Terpenuhi, 3 pelaku berusaha memiliki kayu tersebut dengan cara melawan hukum
Syarat 3 (S3) Terpenuhi, melakukan tindakan pelanggaran dengan melakukan pencurian kayu di hutan penggaron sehingga pelaku dijerat pasal 362 tentang pencurian Aturan Hukum (AH) Pelaku pencurian kayu di hutan penggaron dapat
dipidana pasal 362 karena mencuri kayu di hutan penggaron tanpa izin serta telah memenuhi semua syarat sebagai pelaku tindak pidana
Dari Pasal 82 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan tersebut, maka dapat ditentukan terlebih dahulu syarat dan akibat hukumnya :
Syarat 1 (S1) Terpeuhi, 3 pelaku dengan sengaja melakukan tindakan pencurian kayu
Syarat 2 (S2) Terpenuhi, 3 pelaku berusaha memiliki kayu tersebut tanpa izin dari pejabat yang berwenang
Syarat 3 (S3) Tersangka melakukan tindakan pelanggaran dengan melakukan pencurian kayu di hutan penggaron sehingga pelaku dijerat pasal 82 UU No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
Hutan karena mencuri kayu di hutan penggaron tanpa izin.
Kesimpulan
Selasa 29 Agustus dini hari. Polisi mengamankan tiga orang pelaku yakni ST (pembeli kayu), RS (sopir truk) dan BT (kuli panggul). Selain mengamankan tiga orang pelaku asal Magelang, polisi menyita truk bernomor polisi AA 1412 NK bermuatan kayu Sonokeling, tali tambang dan gergaji mesin. Truk tersebut memuat 19 batang kayu Sonokeling dengan volume 5.27 meter kubik senilai Rp 40 juta. “ Para pelaku melakuka aksinya mulai senin 28 Agustus sore sampai 29 Agustus dini hari. Mereka menebang pohon Snokeling di petak nomor 6 hutan penggaron milik Perhutani yang berada di wilayah Susukan, Ungaran Timur, pencurian kayu Perhutani tersebut terendus warga yang curiga ada truk masuk Hutan Penggaron pada malam hari. Warga kemudian melaporkan ke Polsekta Ungaran “Saat polisi mendatangi lokasi sudah tidak mendapati ada truk, dan mendapat informasi truk sudah keluar dari Hutan Penggaron. Para pelaku kita amankan dalam perjalanan ketika akan membawa kayu ke Magelang.
Menurut pasal 78 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, pasal 362 KUHP, dan pasal 82 UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan 3 pelaku pencurian kayu di hutan penggaron ST (pembeli kayu), RS (sopir), dan BT (Kuli Panggul) dapat dikenai sanksi dalam masing-masing peraturang perundang-undangan tersebut karena tindakan mereka telah masuk kepada sayarat-syarat tiap peraturan.
Oleh karena itu tindakan mereka bertiga dapat dikategorikan tindakan pelanggaran hukum dimana melakukan pencurian khususnya kayu milik perhutani sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka serta memberikan informasi mengenai tindakan yang mereka lakukan apakah dibalik pencurian kayu ini terdapat orang lain yang ikut serta ataupun bahkan orang perhutani sekalipun.
Daftar Pustaka
Moeljatno, 2014, “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara”, Jakarta. Republik Indonesia, “UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan”, Sekretariat Negara, Jakarta.
Republik Indonesia, “UU No. 18 tahu 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan”, Sekretariat Negara, Jakarta
Wawasan, “Polisis Gagalkan Pencuri Kayu Hutan Penggaron”, Koran Wawasan,