• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Etis Akuntan

Mencuatnya penangkapan auditor BPK dan pejabat di Kementerian oleh KPK terkait dugaan tindak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji terkait pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Tahun Anggaran 2016 membuat beberapa pihak kecewa. Salah satunya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku kecewa dengan kejadian suap tersebut yang diduga terkait dengan pemberian opini. Menurut Menteri Keuangan, kemitraan antara Kementerian Lembaga dengan BPK sudah terjalin dengan baik dan profesional, sehingga Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) untuk pertama kalinya dalam 12 tahun mendapatkan opini WTP. Sementara Anggota BPK Agung Firman Sampurna menyakinkan masyarakat bahwa opini yang diberikan atas laporan keuangan terhadap pemerintah pusat maupun daerah sudah melalui sistem yang teruji.

Perilaku tidak etis merupakan isu penting saat ini bagi profesi akuntan. Di Indonesia, isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Ludigdo dalam Nugrahaningsih, 2005). Adanya Kesadaran etika dan sikap profesional memegang peran yang sangat besar bagi seorang akuntan (Louwers, et al., 1997). Seorang Akuntan harus menghindari kondisi yang dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perilaku etis auditor. Argumentasi diatas menunjukkan bahwa akuntan mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis dalam profesi mereka ( Fine et al. Dalam Nugrahaningsih, 2005). Untuk kepentingan menjaga nama baik suatu profesi dan untuk melindungi masyarakat, suatu organisasi menetapkan peraturan mengenai perilaku yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya yang dibuat secara tertulis oleh organisasi profesi yang lazim disebut kode etik. Kode etik Badan Pemeriksa Keuangan mengacu pada Kode Etik BPK Nomor 01 Tahun 2011, yang isinya antara lain:

1. pada pasal 6 Bab IV bagian kesatu, antara lain:

(1). Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK lainnya wajib:

a. mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia; b. menghormati perbedaan dan menjaga kerukunan hidup bermasyarakat; c. bersikap jujur dan bertingkah laku sopan; dan

d. menjunjung tinggi nilai moral yang berlaku dalam masyarakat. (2). Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya dilarang:

a. menunjukkan keberpihakan dan dukungan kepada kegiatan-kegiatan politik praktis; b. memaksakan kehendak pribadi kepada orang lain dan/atau masyarakat;

c. melakukan kegiatan baik secara sendiri-sendiri maupun dengan orang lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara.

d. melakukan kegiatan yang dapat menguntungkan kelompoknya dengan memanfaatkan status dan kedudukannya baik langsung maupun tidak langsung.

2. Yang tercantum pada pasal 9 Bab IV bagian keempat, antara lain:

(1) Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya selaku Aparatur Negara wajib:

a. bersikap jujur, tegas, bertanggung jawab, obyektif, dan konsisten dalam mengemukakan pendapat berdasarkan fakta pemeriksaan;

(2)

d. menunjukkan sikap kemandirian dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, menghindari terjadinya benturan kepentingan;

e. menyampaikan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana sesuai dengan prosedur kepada Pimpinan BPK;

f. melaksanakan tugas pemeriksaan secara cermat, teliti, dan akurat sesuai dengan standar

dan pedoman yang telah ditetapkan;

g. memberikan kesempatan kepada pihak yang diperiksa untuk menanggapi temuan dan kesimpulan pemeriksaan serta mencantumkannya dalam laporan hasil pemeriksaan;

h. meningkatkan pengetahuan dan keahliannya; dan

i. melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar dan pedoman pemeriksaan. (2) Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya selaku Aparatur Negara dilarang:

a. meminta dan/atau menerima uang, barang, dan/atau fasilitas lainnya baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan;

b. menyalahgunakan dan melampaui wewenangnya baik sengaja atau karena kelalaiannya;

c. menghambat pelaksanaan tugas pemeriksaan untuk kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan;

d. memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya untuk kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan;

e. memaksakan kehendak pribadi kepada pihak yang diperiksa; f. menjadi anggota/pengurus partai politik;

g. menjadi pengurus yayasan, dan/atau badan-badan usaha yang kegiatan nya dibiayai anggaran negara;

h. memberikan asistensi atau jasa konsultasi atau menjadi narasumber dalam bidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

i. mendiskusikan pekerjaannya dengan pihak yang diperiksa di luar kantor BPK atau di luar kantor atau area kegiatan obyek yang diperiksa;

j. melaksanakan pemeriksaan terhadap pejabat pengelola keuangan negara yang memiliki hubungan pertalian darah dan semenda sampai derajat ketiga;

k. melaksanakan pemeriksaan pada obyek dimana Pemeriksa pernah bekerja selama 2 (dua) tahun terakhir;

l. merubah tujuan dan lingkup pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam program pemeriksaan tanpa persetujuan Penanggung Jawab Pemeriksaan;

m. mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil pemeriksaan kepada media massa dan/atau pihak lain, tanpa ijin atau perintah dari Anggota BPK;

n. mengubah temuan atau memerintahkan untuk mengubah temuan pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan fakta dan/atau bukti bukti yang diperoleh pada saat pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan menjadi tidak obyektif; dan

o. mengubah dan/atau menghilangkan bukti hasil pemeriksaan

(3)

adanya masalah-masalah etis yang terjadi pada lingkungan pekerjaan (Hebert, et al., 1990). Sedangkan pertimbangan etis menyangkut penilaian macam-macam tindakan mana yang dapat dibenarkan secara moral (Thorne, 2000). Disamping itu Seiring dengan munculnya kesadaran tentang urgensi moral dan kesadaran etis akuntan maka faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku etis mulai diperlukan (Louwers et.al. 1997 dalam Warsoko, 2007). Secara umum ada dua kategori faktor yang berpengaruh terhadap perilaku keputusan etis individual, yaitu faktor individual dan faktor situasional (Mischel,Monson et.al. dalam Warsoko, 2007). Faktor individual dapat diartikan sebagai hal atau keadaan yang melekat pada pribadi orang secara fisiologi. Sedangkan faktor situasional adalah faktor yang timbul dari luar diri individu. Locus of control merupakan faktor individual dari dalam diri seseorang. Locus of control merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Rotter dalam Nugrahaningsih, 2005). Locus of control terdiri dari dua kelompok internal locus of control dan external locus of control. Internal locus of control mengacu pada seseorang yang percaya bahwa sesuatu hasil tergantung pada usaha dan kerja keras yang

dilakukannya. Sedangkan external locus of control mengacu pada seseorang yang menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh faktor lain dari luar dirinya, seperti nasib, keberuntungan, kesempatan dan faktor lain yang tidak dapat diprediksi (Joe, 1971 dalam Sapariyah, 2005).

Beberapa penelitian mengenai etika profesional akuntan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai pengaruh Etika Profesi dan Profesionalisme Auditor terhadap

Kualitas Audit yang dilakukan oleh M. Budi Djatmiko dan M. Zulfa Hadi Rizkina dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a) Etika Profesi berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Audit. Artinya, Etika Profesi berpengaruh memberikan perubahan yang berarti terhadap Kualitas Audit. Apabila terjadi perubahan sedikit saja pada Etika Profesi maka akan terjadi perubahan yang berarti terhadap Kualitas Audit. Sehingga Semakin tinggi Etika Profesi maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan, dan jika terjadi perubahan, hal yang paling berpengaruh dalam Etika Profesi yaitu Sikap Kecermatan dan kehati-hatian.

b) Profesionalisme Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Auditor. Artinya semakin tinggi Profesionalisme Auditor maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. Dan Profesionalisme Auditor memberikan pengaruh atau perubahan yang berarti terhadap Kualitas Audit, apabila terjadi perubahan sedikit saja pada Profesionalisme Auditor maka akan terjadi perubahan yang berarti terhadap Kualitas Audit. Hal yang paling berpengaruh dalam Profesionalisme Auditor yaitu kebutuhan otonomi.

2. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agung Wibowo mengenai Pengaruh Kode Etik Akuntan, Personal Ethical Philosophy, Corporate Ethical Value Terhadap Persepsi Etis Dan Pertimbangan Etis Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta) memberikan hasil penelitian sebagai berikut:

(4)

b. Variabel personal ethical philosophy memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis dan pertimbangan etis. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi personal ethical philosophy masing-maisng individu, maka semakin tinggi persepsi etis dan pertimbangan etis. Artinya bahwa auditor dengan personal ethical philosophy yang tinggi akan lebih mampu mengenali masalah-masalah yang mengandung muatan etika dan lebih mampu membuat pertimbangan-pertimbangan yang dapat dibenarkan secara etika.

c. Variabel corporate ethical value memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis dan pertimbangan etis. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai-nilai etis lingkungan tempat auditor ditugaskan, maka semakin tinggi kemampuan para auditor untuk mengenali masalah-masalah yang mengandung nilai-nilai etika dan lebih mampu membuat pertimbangan-pertimbangan yang dapat dibenarkan secara etika.

3. Sementara hasil penelitian dari Evie Mutiara Tandyo Raharjo, mengenai Pengaruh Locus Control, Pengalaman Kerja dan Sistem Reward terhadap Perilaku Etis Auditor, menghasilkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Semakin internal locus of control, maka akan semakin meningkatkan perilaku etis auditor.

b. Pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap perilaku etis auditor.

c. Semakin adil sistem reward, maka akan semakin meningkatkan perilaku etis auditor.

Referensi

Djatmiko, M.Budi, M. Zulfa Hadi Rizkina, Etika Profesi, Profesionalisme, Dan Kualitas Audit, STAR Volume XI No 2, tahun 2014, ISSN : 1693-4482

Raharjo, Evie Mutiara Tandyo, Pengaruh Locus Control, Pengalaman Kerja dan Sistem Reward terhadap Perilaku Etis Auditor, Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. XI No. 22 Maret 2013

Wibowo, Agung, Pengaruh Kode Etik Akuntan, Personal Ethical Philosophy, Corporate Ethical Value Terhadap Persepsi Etis Dan Pertimbangan Etis Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta), Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang

http://www.antaranews.com/berita/632064/sri-mulyani-kecewa-dengan-kejadian-suap-auditor-bpk, diakses tanggal 15 Juni 2017

http://intanlestari09.blogspot.co.id/2016/09/etika-profesi-akuntansi-pada-badan.html, diakses tanggal 15 Juni 2017

Referensi

Dokumen terkait

senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan promosi pariwisata Kota Pekanbaru dalam pengembangan potensi wisata

Salah satu hal yang sangat menentukan di dalam pendidikan adalah proses pengajaran, karena berhasil tidaknya suatu pendidikan tergantung pada proses pembelajaran

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dapat menjadi pembuktian kebenaran teori di bidang manajemen keuangan pada umumnya yang berhubungan dengan pengaruh

(3) Pengajuan permintaan pelaksanaan MAP atas hal yang dianggap perlu dan atas inisiatif Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat motivasi belajar siswa, antara siswa yang menggunakan CD Interaktif dalam pembelajaran di kelas dengan siswa yang masih

Selain tipe kelapa Dalam dan Genjah, beberapa jenis kelapa yang dianggap unik adalah (1) kelapa Hibrida, adalah jenis kelapa hasil persilangan antara tipe kelapa Genjah dan

1.1 Mematuhi norma-norma bahasa Indonesia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kemantapan kedudukan, fungsi, dan kaidah bahasa untuk mempersatukan bangsa Indonesia