• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tekstual dan Musikal Nyanyian Ayun-ayun Tajak pada Upacara Turun Karai Dalam Budaya Suku Pesisir di Sibolga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tekstual dan Musikal Nyanyian Ayun-ayun Tajak pada Upacara Turun Karai Dalam Budaya Suku Pesisir di Sibolga"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak terlepas dari pertumbuhannya dari janin, lahir, anak-anak, remaja, dewasa, masa perkawinan, menjadi orang tua, sampai pula menjadi usia tua, dan kemudian kematian, dan pasca kematian. Dalam setiap siklus hidupnya ini, manusia selalu melakukan upacara-upacara atau ritus. Tujuan upacara adalah memenuhi sistem nilai dan norma kebudayaan yang digunakan, adakalanya berkait pula dengan sistem religi. Upacara memliki berbagai guna dan fungsi di dalam masyarakat yang mendukungnya. Di antara fungsi upacara adalah untuk berterima kasih kepada Tuhan atas berkat yang diberikan-Nya, atau juga untuk mengabsahkan kedudukan sosial dan budaya seorang atau sekelompok orang, memberikan nilai-nilai kultural kepada semua warga yang mendukung upacara tersebut, mengandung nilai-nilai kearifan universal dan lokal sekaligus, dan lain-lainnya. Tidak jarang upacara-upacara ini melibatkan berbagai seni, seperti sastra, tarian, mantra, teater, musik, dan lain-lainnya. Demikian pula yang terjadi di dalam kebudayaan suku Pesisir. Pada saat pelaksanaan upacara penyambutan bayi yang lahir, maka salah satu upacara adalah menabalkan nama anak, akikah, dan juga turun karai. Yang terakhir ini menjadi kajian utama penulis di dalam skripsi ini.

Suku Pesisir, dalam mengisi kehidupannya selalu melakukan upacara turun

(2)
(3)

berbagai kebudayaan lain di nusantara selalu disebut juga dengan upacara turun tanah.Upacara ini adalah sebuah aktivitas budaya, yang bertujuan bagaimana anak bayi untuk awal kalinya memijak tanah dan sekaligus lambang mempersiapkan diri dalam mengharungi kehidupannya yang akan datang.

Suku atau etnik1 Pesisir merupakan salah satu suku yang secara administratif berada di wilayah Kota Sibolga dan Kabupatan Tapanuli Tengah. Di Kota Sibolga, suku ini mendiami daerah pinggiran pantai dan sebagian lagi daerah pegunungan yang terdapat dalam empat wilayah kecamatannya. Daerah pinggiran pantainya terdiri dari Kecamatan Sibolga Selatan dan Sibolga Kota. Sedangkan daerah pegunungan terdiri dari kecamatan Sibolga Utara dan Sibolga Sambas. Identitas etniknya secara genealogis adalah berasal dari beberapa suku, seperti Minangkabau, Mandailing, Batak Toba, Angkola dan Melayu yang berinteraksi dan membentuk adat-istiadat sebagai identitas baru (Takari, 2008:124). Identitas atau jatidiri etnik Pesisir berdasar kepada budaya yang disebut sumando.

Setiap suku di Nusantara mempunyai adat-isitiadat yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini berlaku pada suku Pesisir. Adat-istiadat tercipta

1

Suku dalam tulisan ini memiliki makna yang sama atau hampir sama dengan etnik, kelompok etnik, dan suku bangsa. Yang dimaksud suku adalah sekelompok manusia yang dipandang memiliki hubungan genelaogis secara umum sama pada awalnya. Kemudian mereka memiliki bahasa dan kebudayan yang sama, yang dipandang sebagai sebuah kelompok etnik sendiri yang mandiri, baik oleh etnik di luar mereka atau mereka sendiri. Untuk dapat memahami siapakah orang Pesisir, maka sebelumnya dijelaskan pengertian kelompok etnik

(4)

melalui gabungan gagasan dan mengandung norma berupa aturan-aturan yang berfungsi sebagai pengatur tingkah laku dan perbuatan. Penciptaan tersebut selalu berhubungan erat dengan agama Islam dan norma-norma. Suku Pesisir menyebutnya dengan istilah sumando.Dalam suku Pesisir budayasumando memiliki pengertian sebagai nasehat. Menurut Sinaga, sumando adalah satu kesatuan ruang lingkup kebudayaan suku Pesisir yang meliputi kesenian pesisir, makanan pesisir, bahasa pesisir, adat-isitiadat pesisir, dan lain-lain (Sitompul, 2013:3)

Aktivitas-aktivitas tersebut dikategorikan sebagai upacara-upacara adat

sumando. Pelaksanaan adat sumando merupakan ―campuran‖ dari hukum

Islam, adat Minangkabau, dan adat Batak (Sitompul, 2013:3). Hal ini menunjukkan bahwa setiap upacara adat sumando bersifat sakral dan penting. Adapun siklus kehidupan suatu individu pada upacara adat sumando antara lain upacara adat perkawinan, kehamilan (manuju bulan), turun karai, sunat Rasul

(khitanan), membangun atau menempati rumah, upa-upa sumangek,

penyambutan tamu dan kematian atau pengebumian.2

Upacara turun karaisuku Pesisir melibatkan aspek adat dan agama. Upacara ini dapat dilihat di Kota Sibolga setiap bulannya. Umumnya, upacara

turun karai dilaksanakan setelah 40 hari sang anak lahir. Penulis yang lahir di

Kota Sibolga sejak kecil telah melihat upacara turun karai secara jelas, tetapi penulis belum mengetahui bagaimana proses upacara turun karai dilaksanakan, serta makna-makna yang terkandung di balik upacara ini. Hal ini disebabkan

2

(5)

berkurangnya intensitas pemakaian suatu turun karaisuku Pesisirdalam konteks adat sumando.

Upacara turun karai suku Pesisir pada dulunya memakai kain sarung panjang sebagai tempat untuk anak dibuaikan, Namun akhir-akhir ini berubah dengan memakai buaian berbentuk keranjang yang terbuat dari besi, kemudian dihias dengan kain. Namun demikian tetap menggunakan kain sarung panjang sebagai media untuk menggoyangkan buaian keranjang tersebut.

Menurut penjelasan para informan, kain di langit-langit memiliki makna untuk mempersatukan keberagaman masyarakat Pesisir yang berlatar belakang dari beberapa suku seperti: Batak Toba, Melayu, Mandailing, Angkola, dan Minangkabau,3 yang di lambangkan dengan 12 jenis kain sarung yang berbeda di dinding, yang selalu melibatkan kesenian Pesisir.

Kesenian Pesisir dikenal dengan istilah sikambang. Kesenian tersebut meliputi musik instrumental, musik, vokal, dan tari. Musik Instrumental disebut dengan alat musik yaitu permainan repertoar-repertoar ansambel

sikambang. Musik vokal disebut dengan lagu meliputi lagu Kapulo Pinang,

Dampeng, Kapri, lagu Duo, dan Sikambang. Sedangkan tari meliputi tari

saputangan, tari payung, tari selendang, tari barande, dan tari anak. Kesenian

3

(6)

ini dibawakan oleh seniman-seniman yang berasal dari masyarakat suku Pesisir.

Menurut pengamatan penulis, pada umumnya seniman kesenian

Sikambang berumur 40-60 tahun. Pada suatu upacara turun karai suku

Pesisiryang diselenggarakan di kelurahan Aek Manis Kota Sibolga pada tanggal 16 Maret 2015 yang lalu, penulis menyaksikan sekelompok perempuan yang merupakan grup Marawis dari Rajo Janggi yang menyajikan nyanyian

Ayun-ayun Tajak dalam upacara turun karai.

Menurut penjelasan Emi Tanjung, seorang induk inang atau bidan

pengantin biasanya dalam satu upacara turun karaisuku Pesisir di Kota

Sibolga, grup ini di panggil khusus dalam suatu upacara turun karai. Tidak untuk upacara-upacara lain. Dengan demikian, grup ini tumbuh dan berkembang memang untuk kegiatan upacara turun karai.

Turun karai adalah upacara menurunkan anak untuk memijakkan kaki

pertama kali ke tanah serta mengayun anak dan menabalkan nama sang anak yang diiringi dengan nyanyian tanpa iringan instrumen, yang menggunakan bait-bait pantun. Nyanyian itu adalah Ayun-ayun Tajak. Menurut adat

sumando, nyanyian Ayun-ayun Tajak pada upacara turun karai dinyanyikan

oleh 1 orang perempuan atau 1 orang laki-laki. Namun kini, penyajian nyanyian pengiring upacara turun karai suku Pesisir di Kota Sibolga umumnya dilakukan oleh kaum perempuan. Namun menurut penjelasan para seniman Pesisir ini, lagu tersebut bisa juga dinyanyikan oleh kaum laki-laki.

(7)

laki-laki, kemudian bergantian dengan perempuan. Selain itu, nyanyian pengiring upacar turun karai merupakan bentuk melodi dari 2 bait pantun yang sama tetapi dengan teks yang baru (strophic).

Teks yang terdapat pada nyanyian Ayun-ayun Tajak, upacara turun

karai berisikan nasihat-nasihat ataupun pengalaman-pengalaman kehidupan

suku Pesisir. Teks tersebut dinyanyikan dalam bentuk bait-bait pantun yang berbeda-beda. Adapun isi teks umumnya ditujukan kepada sang anak, agar kelak menjadi anak yang soleh, rajin beribadah, dan hormat kepada orang tua.

Dalam suatu upacara turun karai, nyanyian Ayun-ayun Tajak di sajikan pada tiga tahap, yaitu: (1) memberi nama anak, (2) pengguntingan rambut oleh keluarganya, dan (3) membuekan anak. Dalam tahap memberi nama dan pengguntingan rambut disajikan pada pagi hari setelah pulang dari mesjid. Tahap membuekan anak dilakukan pada siang hari.

Namun sekarang ini banyak dijumpai suatu upacara turun karai menyimpang dari syarat-syarat yang di tentukan. Misalnya, kain sarung panjang diganti dengan buaian berbentuk keranjang yanga terbuat dari besi. Berdasarkan pengamatan penulis, dalam beberapa upacara turun karai pengguntingan rambut anak hanya dilakukan oleh 8 orang saja.4

Pemahaman akan aspek-aspek tersebut akan memberikan suatu pemahaman makna-makna yang terkandung dalam upacara Turun karaisuku Pesisir Sibolga. makna-makna tersebut terpandam dalam masyarakat, senimannya, adat-istiadatnya, dan kebudayaan musikalnya. Melalui

4

(8)

pemahaman itu, penulis akan melakukan penelitian yang akan menjadi wawasan, pengayaan referensi, dan pengenalan tentang suku Pesisirdi Kota Sibolga.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, nyanyian turun karai mencakup tiga aspek yang menarik perhatian penulis, yakni:

(1) proses upacara turun karaisuku Pesisir di Kota Sibolga.

(2) Struktur melodi sebagai musik vokal suku Pesisir di Kota Sibolga;

(3) Makna teks pantun yang dinyanyikan dalam upacara turun karaidi Kota Sibolga.

Ketiga hal ini sangat relevan untuk dikaji secara etnomusikologi sebagai bidang keilmuan yang penulis pelajari selama empat tahun terakhir ini di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

(9)

mengambil pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre); (3) memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia yang di bentuk oleh konteks budaya).

Etnomusikolog juga berperan dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang melibatkan kebijakan budaya, penyeselaian konflik, pengobatan, pemprograman seni, atau komunitas musik.

Etnomusikolog juga dapat bekerja di museum, festival budaya, rekaman lebel, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik dunia. Dengan demikian, kerja keilmuwan yang penulis lakukan adalah yang sesuai dengan uraian mengenai apa itu etnomusikologi.

Melalui tiga hal yang telah penulis tentukan dalam nyanyian turun

karai ini, maka akan dapat menjelaskan kepada kita tentang makna Teks

pantun dan struktur melodi serta rangkaian upacara turun karaisuku Pesisir di Kota Sibolga. Berdasarkan rumusan masalah dan beberapa alasan yang menarik penulis di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: menganalisis Makna nyanyian pada upacara turun karaisuku Pesisir di Kota Sibolga. Berdasarkan penelitian diatas maka penulisan memfokuskan dan menuliskannya dengan karya ilmiah dengan Judul: Analisis Tekstual dan Musikal Nyanyian Ayun-ayun Tajak pada Upacara Turun Karai dalam Budaya

(10)

1.2. Pokok Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, penulis menentukan dua pokok masalah untuk membatasi wilayah pembahasan. Adapun pokok masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur dan maknateks nyanyian Ayun-ayun Tajakyang disajikan dalam upacara turun karaipada kebudayaan suku Pesisir di Kota Sibolga?

2. Bagaimanakah struktur melodi nyanyian Ayun-ayun Tajakdalam upacara turun karaipada kebudayaan suku Pesisir di Kota Sibolga? Dalam skripsi ini struktur teks nyantian Ayun-ayun Tajak yang dikaji meliputi aspek-aspek seperti: rima (persajakan), bait, baris teks, pilihan kata, dan sejenisnya. Sedangkan makna teks mencakup kajian terhadap aspek-aspek seperti: makna denotatif, makna konotatif, gaya bahasa, simbol, ikon, indeks, konteks situasi, dan hal-hal sejenisnya.

(11)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Melalui penyusunan skripsi ini, penulis menentukan tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini penulis menguraikan tujuan dan manfaat penelitian sesuai dengan latar belakang dan pokok masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui makna teks nyanyian Ayun-ayun Tajakdalam upacara turun karaipada kebudayaan suku Pesisir di Kota Sibolga. 2. Untuk mengetahui struktur melodi nyanyian Ayun-ayun Tajakdalam

upacara turun karai pada kebudayaan suku Pesisir di Kota Sibolga.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Sebagai modal awal bagi penulis untuk mengasah dan dan membekali kemampuan selaku mahasiswa Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai informasi dan catatan kebudayaan bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sibolga.

3. Sebagai dokumentasi lebudayan suku Pesisir Kota Sibolga dan secara khusus dapat memotivasi generasi mudah suku Pesisir Kota Sibolga. 4. Sebagai sumber bacaan yang dapat memberikan informasi tentang

(12)

5. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang memiliki keterkaitan tentang nyanyianAyun-ayun Tajak dalam konteks upacaraturun karaipada kebudayaan suku Pesisir di Kota Sibolga.

1.4. Konsep dan Teori

Melalui konsep dan teori, penulis difokuskan untuk memperoleh gambaran tentang objek penelitan dan memecahkan objek masalah yang telah ditentukan. Konsep dan teori juga berguna sebagai pedoman dan dasar untuk melengkapi dan mencari data-data.

1.4.1 Konsep

Koentjaraningrat (2009:85), mengemukakan konsep sebenarnya adalah penggabungan dan perbandingan bagian-bagaian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten.

Turun karai adalah upacara mengayun anak dan menabalkan nama sang

anak yang diiringi dengan nyanyian tanpa iringan instrumen yang diekspresikan melalui bait-bait pantun dalam bahasa Pesisir.

(13)

pengertian dan pemahaman tentang nyanyian Ayun-ayun Tajak dalam upacara

turun karai secara keseluruhan.

Musik di artikan America College Dictionary Text Edition (Merriam 1964:27) sebagai: An art of sound in time which expresses ideas and emotions in significant froms through the elements of rhythm, melody, harmony, and

calor. Defenisinya secara harfiah yakni suatu seni bunyi dalam waktu yang

bersamaan mengungkapkan berbagai ide dan emosi dengan bentuk-bentuk yang berarti melalui elemen-elemen dari ritme, melodi, harmoni, dan warna suara. Selain itu, definisi mengenai musik dalam Oxford Universal Dictionary

Third Edition (Merriam 1964:27) adalah sebagai berikut: That one of the fine

arts which is concerned with the combination of sound with a view to beauty of

form and the expression of thought or feeling. Artinya secara harfiah adalah suatu seni murni yang meliputi kombinasi bunyi-buyian dengan suatu pandangan dalam memperindah bentuk dan ekspresi hasil pikiran dan perasaan.

Berdasarkan dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa musikal adalah suatu hal yang berkaitan dengan hasil pikiran dan perasaan dimana mengandung kombinasi bunyi-bunyian (ritme, melodi, harmoni, dan warna) dan berbagai ide secara emosi.

Melodi adalah garis awal dan akhir dari sebuah lagu, bagian yang membangun harmoni, dan bagian dari lagu yang memberi banyak pengenalan ke dalam suatu emosi sebagaimana ritme juga ( Michael Pilhofer and Holly Day 2007:219) dalam buku yang sama-sama ditulis keduanya berjudulMusic

(14)

Teks adalah naskah berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya (Kamus Besar

BahasaIndonesia, edisi keempat, 2008:1474). Selanjutnya kata tekstual berarti

hal yang berkaitan dengan teks. Dalam tulisan ini, penulis menganalisis makna teks yaitu berupa pantun dalam bahasa Pesisir.

Upacara adalah perayaan yang diadakan sehubungan dengan peristiwa penting dan sakral yang terikat pada aturan-aturan tertentu menurut adat dan agama yang selalu ada dan dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan yang memiliki makna.

Adat dalam suku Pesisirsecara umum disebut dengan istilah adat

sumando. Kata sumandoini dapat diartikan sebagai kebudayaan Pesisir secara

umum yang meliputi keseluruhan aspeknya. Dengan demikian, sumando adalah lembaga adat yang memberikan status pengakuan pada suatu upacara yang melakukannya sesuai tata aturan yang berlaku. Adat Pesisir adalah berdasarkan kepada ajaran Islam yang terkandung dalam konsep adat

bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah, artinya adat sumando

Pesisir berdasarkan hukum Islam yang bersumber dari Kitab Al-Qur’an dan Hadits.

Selanjutnya secara mendalam orang dikenal dan diidentifikasi sebagai suku Pesisiradalah apabila ia melakukan, melaksanakan, dan mengikuti

sumandoPesisir, yang diperkuat identitasnya dengan: (1) adat Pesisir; (2)

(15)

1.4.2 Teori

Teori merupakan landasan utama dalam menyelesaikan penelitian ilmiah. Kerliner (dalam Sugiono, 2009:79), mengemukakan bahwa: Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that

present a systematic view of phenomena by specifying relations among

variables, with purpose of explaining and predicting the phenomena.Artinya

secara harafiah, teori adalah sebuah rangkaian hubungan konsep, definisi, dan proposisi yang menunjukkan suatu urutan secara sistematis dengan fenomena dengan menggambarkan hubungan antara banyak variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan tujuan tersebut.

Dalam kaitannya dengan studi terhadap aspek tekstual dan musikal lagu

Ayun-ayun Tajak yang digunakan dalam upacara turun karai pada suku Pesisir

di Sibolga ini penulis menggunakan teori-teori. Khusus untuk mengkaji upacara penulis menggunakan teori upacara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat.

Empat aspek yang menjadi perhatian dari para ahli antropologi yang di kemukakan oleh Koetjaraningrat (2009:296) yakni:(1) tempat upacara dilakukan; (2) saat-saat upacara dijalankan; (3) orang-orang melakukan dan memimpin upacara: dan (4) benda-benda dan alat upacara.

(16)

musik vokal suku Pesisir yang tercipta bersama dengan perubahan waktu dan lingkungan sebagai konsekuensi dari tradisi lisan.

Dalam rangka menganalisis struktur melodi nyanyian Ayun ayun Tajak yang digunakan pada upacara turun karai penulis menggunakan teori weighted

scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Dalam

mendeskripsikan melodi, ada delapanunsur yang harus diperhatikan yaitu: (1) tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4) jumlah interval, (5) jumlah nada, (6) pola kadensa, (7) kontur, dan (8) formula melodi (Malm dalam terjemahan Takari, 1993:13). Untuk mendukung teori weighted scale digunakan juga cara mendeskripsikan musik oleh Bruno Nettl dalam buku

description of musical compositions. Dalam mendeskripsikan melodi, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) tonalitas, (2) bentuk, (3) ritme, (4) kontur melodi, dan (5) tempo (Nettl, 1964:1450-1550).

Untuk membantu proses analisis stuktur melodi nyanyian Ayun-ayun

Tajakdalam upacara turun karai, penulis menggunakan metode transkripsi.

Transkripsi merupakan proses menotasilan bunyi yang didengar dan mengalihkan bunyi menjadi symbol visual. Penulis berpedoman pada notasi musik yang dikemukakan oleh seeger (1967), yaitu notasi preskriptif dan deskriptif.

(17)

Dalam musik vokal nyanyian Ayun-ayun Tajak ini, teks merupakan karakteristik penting lainnya, dimana melodi nyanyiannya dinyanyikan dengan teks yang berbeda-beda (strophic). Salah satu sumber daya untuk dapat memahami perilaku manusia melalui hubungan dengan musik adalah teks. Meskipun teks adalah perilaku bahasa, tetapi bunyi musik dan teks merupakan satu bagian integral dalam musik (Merriam 1964:147).

Untuk menganalisis stuktur teks, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. dalam buku terjemahan Music culture of the Pacific, the

Near East, and Asia. Ia mengemukakan bahwa dalam musik vokal, hal sangat

penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini di sebut silabis. Sebaliknya bila suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatik.

Dalam mendalami makna-makna teks, penulis menggunakan teori semiotik. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan. Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani, semeion. Ferdinad de Saussure (perintis semiotic dan ahli bahasa), semiotik adalah the

study of “the life of signs within society.” Secara harfiah diartikan sebagai studi

dari tanda-tanda kehidupan dalam masyarakat. Menurut Panuti Sudjiman dan van Zoest (dalam Bakar 2006:45-51) menyatakan bahwa semiotik berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar.

(18)

Selain itu, untuk menguraikan sejauh apa fungsi lagu Ayun-ayun Tajak di dalam kebudayaan suku Pesisir, khususnya yang berdomisili di Kota Sibolga, maka penulis menggunakan teori penggunaan dan fungsi (uses and functions) musik, yang ditawarkan oleh Merriam. Merriam membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Para pakar etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk kepada kebiasaan (the ways) musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian daripada pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain (1964:210). Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara penggunaan dan fungsi musik sebagai berikut.

(19)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Merriam membedakan pengertian penggunaan dan fungsi musik berasaskan kepada tahap dan pengaruhnya dalam sesebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bahagiannya. Penggunaan boleh atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam. Dia memberikan contoh, jika seeorang menggunakan nyanyian yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis sebagai perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan keturunan manusia— [yaitu untuk memenuhi kehendak biologis bercinta, berkawin dan berumah tangga dan pada akhirnya menjaga kesinambungan keturunan manusia]. Jika seseorang menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme tersebut behubungan dengan mekanisme lain, seperti menari, berdoa, mengorganisasikan ritual dan kegiatan-kegiatan upacara.

―Penggunaan‖ menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan

manusia; sedangkan ―fungsi‖ berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai

(20)

1.5. Metode Penelitian

Penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dengan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2006:24). Menurut Koetjaraningrat (2009:35) metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan. Jadi metode penelitian adalah segala cara yang digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sistematis untuk mewujudkan kebenaran dan kesatuan pengetahuan.

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat mengkhususkan, mengumpulkan, dan menerangkan data dengan cara penguraian makna-makna. Metode kualitatif ini mencoba mencari variabel-variabel yang mendukung makna-makna kebudayaan, yang berkaitan dengan aspek tekstual dan musikal nyanyian Ayun-ayun Tajak dalam upacara turun karai pada budaya masyarakat Pesisir. Metode ini sangat tergantung kepada informan kunci dan keterlibatan penulis sebagai peneliti di lapangan yang di dalam disiplin etnomusikologi disebut dengan pengamat terlibat (participant observer).

1.5.1. Studi Pustaka

Dalam ilmu Etmusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian yaitu

desk work (kerja laboraturium) dan field work (kerja lapangan). Studi pustaka

(21)

Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.

Studi kepustakaan juga membantu penulis menemukan data-data yang berhubungan dengan kinerja dan pengembangan tulisan. Koentjaraningrat (2009:35) mengemukakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. tahap awal yang penulis lakukan dalam studi kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek pembahasan. Selanjutnya penulis mengumpulakan informasi dan mencari referensi dari skripsi yang ada di Departemen Etnomusikologi. Penulis juga mempelajari dari bahan lain seperti buku dari Badan Perpustakaan Dinas Pariwisata Kota Sibolga, dan artikel-artikel lain yang mendukung penyelesaian skripsi.

(22)

1.5.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan bersifat penting untuk mengumpulakan fakta-fakta dan keterangan melalui wawancara, pengamatan, dan perekaman atau dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan berinteraksi pada peserta upacara

turun karaisuku Pesisir. Secara khusus dilakukan kepada informan pangkal,

terutama pada informan pokok atau kunci sebagai narasumber penulis. Penulis melakukan perekaman audio secara fokus untuk memperoleh data melodi dan rekaman audiovisual untuk memperoleh proses penyajian lagu Ayun-ayun

Tajakdalam upacara Turun Karaisuku Pesisir di Kota Sibolga. Observasi

dilakukan dengan mengamati dan mengkuti upacara Turun Karai secara berulang-ulang untuk memperoleh data yang maksimum.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Dalam kerja Laboratorium, penulis akan mengumpulkan seluruh data yang terkumpul dari wawancara, perekaman atau dokumentasi, dan observasi. Data wawancara ditulis kembali untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Selanjutnya, penulis mengurai kembali secara mendetail dan ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data audio penulis transkripsikan dengan cara mendengarkan berulang kali dan ditulis dalam bentuk notasi tangan.Kemudian ditulis kembali dalam bentuk notasi melalui perangkat lunak Sibellius 5.

(23)

ditulis secara ilmiah dalam bentuk skripsi sarjana. Data-data tersebut dikaji sesuai dengan pendekatan displin ilmu etnomusikologi.

1.6. Lokasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Gadai Emas Syariah adalah produk dimana bank memberikan fasilitas pinjaman (qardh) kepada nasabah dengan agunan berupa barang/harta (berupa emas) milik nasabah

Tujuan dari penelitian ini untuk mewujudkan kepuasan masyarakat melalui pelayanan prima dengan meningkatkan motivasi kerja dan kualitas pelayanan aparatur sipil

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti diperoleh hasil yaitu tidak ada perbedaan mekanisme koping antara laki-laki dan perempuan, hal ini kemungkinan terjadi

Hasil analisis menunjukkan bahwa : (i) pertumbuhan premi asuransi jiwa mulai memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sejak periode (tahun) kedua dan

f) Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. g) Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak

Faktor persaingan yang semakin ketat, dimana badan usaha selain koperasi yang ada di luar lingkungan usaha Koperasi yang ditopang dengan skala modal yang cukup besar dengan

Berangkat dari istilah-istilah yang telah dikemukakan tersebut dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan strategi guru pendidikan agama Islam

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan pengelolaan objek Taman Hutan Raya Bung Hatta yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan