BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep anak 1. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun) (Azis, 2005).
Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut
undang-undang tersebut adalah seseorang yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
2. Perkembangan pada Anak
Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang mencerminkan
berbagai perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Menurut Wong
(2009) periode perkembangan anak yaitu :
a. Periode prenatal ( konsepsi sampai lahir)
Germinal konsepsi sampai lahir : konsepsi sampai kira-kira dua
minggu ; embrio : dua minggu sampai delapan minggu ; janin :
delapan minggu sampai lahir.
Cepatnya laju pertumbuhan dan ketergantungan yang bersifat total
perkembangan. Hubungan antara kesehatan maternal dan manifestasi
tertentu pada bayi baru lahir menekankan pentingnya asuhan prenatal
yang adekuat demi kesehatan dan kesejahteraan bayi.
b. Masa Bayi (lahir sampai satu tahun)
Neonates : lahir sampai 27 atau 28 hari dan bayi : satu sampai
kira-kira satu tahun. Masa bayi merupakan masa perkembangan
motorik, kognitif dan social yang cepat. Bersama pemberian asuhan
(orang tua), bayi membentuk dasar rasa percaya pada dunia dan dasar
hubungan interpersonal di masa yang akan dating. Bulan pertama
kehidupan yang kritis, meskipun bagian dari masa bayi, sering
dibedakan karena adanya penyesuaian fisik yang besar ke keadaan
eksternal dan penyesuaian psikologis orang tua.
c. Masa Kanak-kanak Awal (satu sampai enam tahun)
Toddler yaitu satu sampai tiga tahun; pra sekolah tiga sampai enam
tahun. Periode ini, yang berasal dari waktu anak-anak dapat bergerak
sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah, dicirikan dengan
aktivitas yang sangat tinggi dan penemuan-penemuan. Saat ini
merupakan saat perkembangan fisik dan kepribadian yang besar.
Perkembangan motorik berlangsung terus-menerus. Anak-anak pada
usia ini membutuhkan bahasa dan hubungan sosial yang lebih luas,
mempelajari standar peran, memperoleh kontrol dan penguasaan diri,
semakin menyadari sifat, ketergantungan dan kemandirian, dan mulai
d. Masa Kanak-kanak Pertengahan (enam sampai sebelas atau dua
belas tahun)
Sering disebut sebagai UsiaSekolah, periode perkembangan
merupakan salah satu tahap perkembangan ketika anak diarahkan
menjauh dari kelompok keluarga dan berpusat di dunia hubungan
sebaya yang lebih luas. Pada tahap ini terjadi perkembangan fisik,
mental dan sosial yang kontiniu, disertai penekan perkembang
kompetensi keterampilan. Pada tahap ini, kerja sama social dan
perkembangan moral dini lebih penting dan relevan dengan
tahap-tahap kehidupan berikutnya. Periode ini merupakan periode kritis
dalam perkembangan konsep diri.
e. Masa Pertengahan Akhir (sebelas sampai sembilan belas tahun)
Pubertas : sepulu sampai tiga belas tahun dan remaja tiga belas
sampai kira-kira delapan belas tahun. Periode maturasi dan perubahan
cepat yang membingungkan yang dikenal sebagai masa remaja
dianggap sebagai periode transisi yang dimulai dengan masa pubertas
dan berakhir pada saat memasuki dunia dewasa, biasanya lulus sekolah
menengah atas. Maturasi biologik dan kepribadian disertai dengan
gejolak emosi dan fisik yang tidak menentu, dan dapat redefenisi
konsep diri. Pada periode remaja akhir mereka mulai
menginternalisasikan nilai-nilai yang telah mereka pelajari sebelumnya
dan lebih berfokus pada identitas individu daripada identitas
3. Kebutuhan cairan pada anak
Menurut Suharyono, (1999) sebagai akibat diare dapat trjadi
kehilangan air dan elektrolit. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam metabolik karena : 1) kehilangan natrium bikarbonat
bersama tinja, 2) adanya ketosis dan kelaparan dan metabolism lemak
yang tidak sempurna, sehingga badan keton tertimbun di tubuh, 3)terjadi
penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan, 4) produk
metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal, 5) pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam
cairan intraseluler.
B. Diare
1. Pengertian Diare
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan, penyerapan, dan sekresi. Diare di sebabkan oleh
transfortasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di dunia terdapat
kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20%
dari seluruh kematian yang hidup di Negara berkembang berhubungan
dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan gangguan
lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon
(colitis),atau kolon dan usus (entrokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan
sebagai diare akut dan kronis. ( Dona L.Wong, 2008 ).
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lender dan darah atau lender
saja (Hidayat.A, Aziz, 2008).
2. Etiologi Diare
Adapun yang menjadi etiologi penyakit diare menurut Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak (2005) adalah sebagai berikut :
a. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral
infeksi pada saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi : 1) Bakteri : Vibrio
cholerae, Salmonella spp, E. coli dll , 2) Virus : Rotavirus
(40-60%), Coronavirus, Calcivirus dll, 3) Parasit: Cacing (Ascaris,
Oxyuris,dll), Protozoa (Entamoba histolica,Giardia Lambia, dll)
Jamur (Candida Albicans).
2. Infeksi parenteral
3. Infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Brokopneummonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida dan monosakarida. Pada
bayi dan anak terpenting dan tersering adalah intoleransi
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein: a) Faktor makanan : basi/ beracun, alergi,
b) Faktor psikologis : takut dan cemas
3. Patofisiologi diare
Menurut Nursalam (2005), Diare dapat terjadi dengan mekanisme
dasar sebagai berikut:
a) Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalamlumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen
usus dan selanjutnya timbuldiare kerena peningkatan isi lumen usus.
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerapmakanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akanmengakibatkan bakteri tumbuh
4. Tanda Gejala
Menurut Brunner & Suddarth (2002), tanda dan gejala diare adalah :
frekuensi defekasi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kandungan
cairan ke dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh
usus, anoreksia, dan haus. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan
peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi pada setiap
defekasi.
5. Klasifikasi Diare
Menurut pedoman MTBS (2002), klasifikasi diare adalah sebagai
berikut: a) Diare dengan dehidrasi berat: Tanda dan gejala yang tampak: 1)
Letargis atau tidak sadar, 2) mata cekung, 3) tidak bias minum atau malas
minum, 4) cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat. b) Diare dengan
dehidrasi ringan/sedang : Tanda dan gejala yang tampak :1) gelisah, rewel
atau mudah marah, 2) mata cekung, 3) haus, minum dengan lahap, 4)
cubitan kulit perut kembalinya lambat. c) Diare tanpa dehidrasi : Tanda
gejala yang tampak : tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang. d) Diare persisten berat : Tanda
dan gejala yang tampak : diare selama 14 hari atau lebih disertai dengan
dehidrasi. e) Diare persisten : Tanda dan gejala yang tampak : diare selama
14 hari atau lebih tanpa disertai adanya dehidrasi. f) Disentri : Tanda dan
6. Penatalaksanaan
Untuk mengatasi diare, pasien tidak harus selalu dirujuk. Hal ini
disesuaikan dengan klasifikasinya. Ada tindakan yang dapat dilakukan
sendiri oleh petugas di lapangan. Anak baru dirujuk bila keadaannya tidak
membaik. Sesuai dengan klasifikasi pada pedoman di MTBS, tindakan
yang diperlukan adalah:
a. Diare Tanpa Dehidrasi (rencana terapi A) : 1) berikan cairan
tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat orang tua perlu diberi
oralit beberapa bungkus untuk diberikan pada anak di rumah. Juga
perlu diberikan penejelasan mengenai: beri ASI lebih lama pada
setiap kali pemberian (bila masih diberikan ASI), jika diberi ASI
eksklusif, berikan oralit dan air matang sebagai tambahan, jika
Tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan salah satu cairan berikut
ini, yaitu : oralit, kuah sayur, air tajin atau air makan, ajarkan cara
membuat dan memberikan oralit di rumah : satu bungkus oralit
masukan ke dalam 200 ml ( 1 gelas) air matang, untuk anak sampai
satu tahun, berika 50-100 ml oralit setiap habis BAB, berikan orali
sedikit-sedikit dengan sendok. Apabila muntah tunggu 10 menit
kemudia beri lagi, 2) lanjutkan pemberian makana sesuai uusianya,
3) apabila keadaan anak tidak membaik dalam lima hari atau
bahkan memburuk, anjurkan agar anak dibawa ke rumah sakit.
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (rencana terapi B) : 1)
Berikan oralit dan ovservasi di klinik selama tiga jam dengan
jumlah sekitar 75 ml/kgBB atau berdasarkan usia anak. Pemberian
oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun
jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat badan dalam 3
jam pertama adalah :
Table 2.1 Tabel Pemberian Oralit Berdasarkan Usia atau Berat Badan dalam Tiga Jam Pertama
Sampai 4 bulan
diberikan juga air matang sekitar 100-200 ml selama periode ini, 2)
Ajarkan pada ibu cara untuk membuat dan memberikan oralit,
yaitu satu bungkus oralit di campur dengan 200 ml ( satu gelas) air
matang, 3) lakukan penilaian setelah anak diobsevasi selama tiga
jam. Apa bila membaik, pemberian oaralit dapat dilanjutka di
rumah sesuai dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Apabila
memburuk, segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan segera.
c. Diare dengan Dehidrasi Berat (rencana terapi C): 1) jika anak
perjalaan, mintalah ibu untuk terus memberikan oralit sedikit demi
sedikit dan anjurkan untuk tetap memberikan ASI, 2) Jika tidak ada
penyakit berat lainya, diperlukan tindakan seperti berikut : jika
dapat memasang infus, segera berikan cairan Ringer Laktat atau
NaCl secepatnya secara intravena sebangak 100 ml/BB dengan
pedoman sebagai berikut:
Table 2.2 Tabel Pedoman Pemberian Cairan Secara Intravena
Umur Jumlah pemberian 30 ml/kgBB, selama
Pemberian berikutnya, 70 ml/kgBB, selama Bayi (< 12 bulan) 1 jam pertama 5 jam berikutnya
Anal (12 bulan -5
tahun)
30 menit pertama 2,5 jam berikutnya
Keterangan: periksa kembali setelah 1-2 jam, jika status hidrasi
belum membaik (nadi lemah atau tidak teraba), ulangi pemberian
pertama. Jika kondisi membaik, teruskan penanganan seperti pada
dehidrasi ringan dan sedang, 2) jika tidak dapat memasang infus
tetapi dapat memasang sonde, berikan oralit secara nasogastrik
dengan jumlah 20 ml/kg BB/Jam selama 6 jam. Jika anak muntah
terus menerus dan perut kembung, berikan oralit lebih lambat. Jika
keadaan membaik setelah 6 jam, teruskan penangan seperti
dehidrasi ringan/sedang. Jika keadaan memburuk segera lakukan
segera. Jika anak dapat minum, anjurkan ibu memberikan oralit
sedikit demi sedikittt selama perjalanan.
7. Pencegahan
Banyak kasus diare tersebar dari orang-ke-orang. Tindakan
pencegahan diare berikut dapat membantu seorang individu menghindari
diare dan infeksi virus atau bakteri lainnya. Menurut Yusri (2011), cara
mencegah diare adalah sebagai berikut :
1. merawat anak yang sakit atau orang dewasa dengan hati-hati,
mencuci tangan setelah mengganti popok bayi, membantu
penggunaan individu kamar mandi, atau membantu individu di
sekitar rumah.
2. Anak-anak harus diinstruksikan untuk mencuci tangan mereka,
terutama setelah menggunakan kamar mandi dan ketika ingin
makan.
3. Gunakan perawatan ketika mempersiapkan unggas mentah atau
daging. Makanan harus dimasak sampai suhu yang
direkomendasikan.
4. Buah-buahan dan sayuran dikonsumsi mentah harus dibilas dengan
air bersih.
5. Pasteurisasi (mentah) susu yang dapat terkontaminasi dengan
bakteri dan selalu harus dihindari. Jus atau sari buah yang tidak di
diketahui karena buah mungkin telah datang dalam kontak dengan
kotoran hewan yang terkontaminasi di kebun.
6. Hati-hati saat bepergian, terutama ke luar negeri. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, selektiflah memilih makanan dan minuman
guna pencegahan diare.
C. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan di tentukan oleh intake output atau masukan dan
keluaran cairan. Pemasukan berasal dari makanan dan minuman. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui ginjal, feses, paru-paru, dan kulit. Faktor-factor
yang mempengaruhi keseimbangan cairan adalah : usia, temperatur
lingkungan, diet, stress, sakit ( Tarwoto, 2006).
1. Komposisi cairan tubuh
Caira tubuh terbagi aatas dua kompartemen yaitu cairan intraselular
dan ekstraselular. Ekstraselular terbagi atas intestisial dan intravascular.
Pada fetus lebih banak ektraselular dari intraselular dan ekstraselular
menurun seiring pertambahan usia. Untuk memudahkan dalam
penatalaksanaan cairan dan elektrolit pada anak perhatikan tabel di bawah
Tabel 2.3 Persentasi total cairan intraseluler dan ekstraseluler
berdasarkan umur
Kompartemen
cairan tubuh
Umur
Lahir Bulan Tahun
0 3 6 6 16
Total cairan tubuh 78% 75% 70% 65% 60%
Cairan ekstraseluler 33% 35,5% 40% 42,5% 40%
Cairan intraseluler 45% 35,5% 30% 22,5% 20%
Sumber: hari kushartono, 2006.
2. Fungsi cairan tubuh : 1) mempertahankan panas tubuh dan pengaturan
temperatur tubuh, 2) transfor nutrient ke sel, 3) transfor hasil sisa
metabolism, 4) transfor hormon, 5) pelumas antar-organ, 6)
mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler
(Tarwoto, 2006).
3. Jumlah cairan tubuh.
Air memiliki presentase yang sangat besar dari berat badan tubuh
manusia. Pada bayi prematur, sekitar 80% dari berat bandannya adalah air.
Sedangkan pada bayi ang lahir cukup bulan kira-kira 70% dari berat
badannaya merupakan air. Seiring bertambahnya usia, maka presentase air
tubuh menurun. Pada laki-laki dewasa kira-kira 60% dari berat badannya
adalah air, sedangkan pada wanita dewasa sekitar 50% . kemudian
menurun lagi pada orang yang lanjut usia. Presentase air dalm tubuh lansia
4. Intake dan output cairan
Menurut Iman (2010) Hal yang perlu dipantau tentang cairan tubuh
yaitu :
a. Intake cairan
Tabel 2.4 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
NO UMUR BB (KG) KEBUTUHAN
CAIRAN
(ML/24jam)
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9.5 1150-1300
3 2 tahun 11.8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28.7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700
Rata-rata cairan per hari : Air minum : 1500-2500 ml, Air dari
makanan :750 ml, Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :300 ml.
cairan tubuh yang utama, sekitar 1-2 cc/kg/BB/hari, 2). IWL :
terjadi melalui paru – paru dan kulit,melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini berkisar antara 300 – 400 ml/hari.Dewasa
: 15 cc/kg BB/hari, anak : (30-usia{tahun}cc/kgBB/hari, jika ada
kenaikan suhu :IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36,80 C), 3).
Feses : Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100 – 200
ml/hari yang di atur melalui mekanisme reabsorpsi di dalam
mukosa usus besar.
D. Pemantauan Cairan
Pemantauan ini penting untuk membantu mengevaluasi keseimbangan
cairan dan elektrolit pasien, diagnosis dan memungkinkan intervensi untuk
memperbaiki ketidakseimbangan cairan. Mencatat semua intake dan output
secara teliti, jumlah harus diukur dan dicatatdalam milliliter dan jangan
dikira-kira. Jika pasien atau keluarga koperatifanjurkan untuk membantu mencatat
intake output cairan ( Ardy, 2008).
1. Alat untuk Mengukur Intake dan Output Cairan
Dua wadah ukuran milliliter (satu untuk intake dan satu untuk output),
sarung tangan, kardeks intakedan output untuk mencatat hasil pengukuran.
Table 2.5 Tabel Ukuran Cairan Rumah Tangga
Ukuran dalam Rumah Tangga Jumlah dalam Mililiter
1 cangkir 150 ml
1 gelas besar 240 ml
1 ounce 30 ml
1 sendok makan 15 ml
1 sendokteh 5 ml
1 sendok sayur 180 ml
3. Mengukur Intake
Intake cairan adalahyang berkaitan dengansemua cairan yangmasuk
kedalam tubuhpasien.Meliputi makanan yangcair pada suhu kamar,seperti
ice-cream,minuman.Ukur setiap cairan yangdiberikan kepada pasiendan
buat catatan berapa banyak pasien minum tiap hari.
4. Mengukur output
Output cairan berkaitan dengan semua cairan yang keluar dari tubuh
pasien, meliputi urin, feses, muntahan, aspirasi cairan, perpirasi, dan
drainase dari surgical drains, nasogastrictibes, dan chest tubes. Gunakan
container berukuran milliliter untuk mengumpulkan output cairan.
Makan
ringan
02.00
03.00
04.00
Makan tengah malam
05.00
06.00