• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latest 20 Additions to bkg - bkg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Latest 20 Additions to bkg - bkg"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN

MUSIM TANAM PADI (

Oryza sativa

L.) DI KABUPATEN

MALANG

Oleh:

EKA MAULUDINA PRAMASANI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ii

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN

MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN

MALANG

Oleh :

EKA MAULUDINA PRAMASANI 145040201111164

MINAT BUDIDAYA PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

MALANG

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Malang, Agustus 2018

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada 4 Agustus 1996 dari pasangan Bapak Prapto Sampurno dan Ibu Mardiani, anak pertama dari 2 bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK Al-Muhajirin pada tahun 2000 – 2002, SDN 17 Nagri Kaler pada tahun 2002 – 2008, kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Purwakarta pada tahun 2008 – 2011 dan sekolah menengah atas ditempuh selama tahun 2011 – 2014 di SMA Negeri 2 Purwakarta. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa strata 1 program studi Agroekoteknologi, Minat Budidaya Pertanian, Laboratorium Klimatologi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

(7)

vii

ABSTRAK

Eka Mauludina Pramasani (145040201111164). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perubahan Musim Tanam Padi (Oryza sativa L.) Di Kabupaten Malang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Roedy Soelistyono, MS sebagai Pembimbing Utama.

Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian cukup besar. Sektor pertanian merupakan bagian dari ketahanan pangan nasional sehingga perubahan iklim akan mempengaruhi kestabilan produksi pertanian. Padi merupakan sumber pokok pangan nasional. Namun padi rentan terhadap perubahan iklim sehingga perubahan iklim dapat mempegaruhi produksi padi bahkan hingga gagal panen. Lalu banyak juga lahan pertanaman padi yang rusak akibat kekeringan dan kebanjiran. Penentuan musim tanam bisa menjadi solusi adaptasi perubahan iklim sehingga produksi padi tetap stabil. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan iklim di Kabupaten Malang dan mengetahui perubahan musim tanam terhadap produktivitas padi di Kabupaten Malang. Hipotesis yang penelitian ini ialah terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang, perubahan iklim beerpengaruh terhadap perubahan musim tanam padi di Kabupaten Malang.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Malang yaitu sentra produksi padi di Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Kalipare, dan Kecamatan Kepanjen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 hingga bulan April 2018. Bahan yang digunakan ialah data primer berupa data wawancara dengan petani di sentra produksi padi Kabupaten Malang dan data sekunder berupa data curah hujan di Kabupaten Malang Stasiun Geofisika Karang Kates tahun 1997 hingga tahun 2016, data produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016, dan peta Kabupaten Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kuesioner wawancara, kamera, dan software Micosoft Office Excel 2010 dan SPSS 20 untuk perangkat analisis data. Analisis untuk mengetahui pengaruh antara variabel iklim dengan produktivtas padi menggunakan uji korelasi dan regresi linear berganda.

(8)

viii

ABSTRACT

Eka Mauludina Pramasani (145040201111164). The Impact of Climate Change to the Change of the Growing Season of Rice (Oryza sativa L.) in Malang District. Under the guidance of Dr. Ir. Roedy Soelistyono, M.S. as the Main Supervisor.

The impact of climate change to the agricultural sector is big enough. The agricultural sector is a part of national food security, so that the climate change will affect the stability of agricultural production. Rice is the primary source of national food. However, rice is susceptible to the climate change, so the climate change can affect rice production even it can cause failed to harvest. A lot of rice planting lands are damaged due to drought and flooding. A determination of the growing season can be a solution for adapting to the climate change, so that the rice production remains stable. This study aims to find out the climate change in Malang District and to discover the climate change direction to the change of the growing season of rice in Malang District. The proposed hypothesis in this study is the climate change occurred in Malang District, the climate change affects the change of the growing season of rice in Malang District.

This study was conducted in the three sub-districts of Malang District, precisely in the rice production centers which are located in Donomulyo, Kalipare and Kepanjen sub-district. This study was conducted in February 2018 to March 2018. The materials used are primary data and secondary data. The primary data contain the interview data with the farmers of rice productivity centers in Malang District. Meanwhile the secondary data contain rainfall data of Malang District, Karang Kates Geophysics Station, from 1997 to 2016. Others are the data of rice production in Malang District in 1997 to 2016, and the map of Malang District. The tools used in this study are stationery (pen and notebook), questionnaire of interview, camera, Microsoft Office Excel 2010 and SPSS 20 as the device of data analysis. To find out the effect between climate variable with rice productivity, the analysis uses correlation test and multiple linear regression.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kelimpahan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini yang berjudul

“Dampak Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam Padi (Oryza sativa L.) di Kabupaten Malang” dengan lancar dan tepat waktu, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu, mendampingi dan memberikan motivasi, terutama kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Prapto Sampurno dan Ibu Mardiani, saudara laki–laki Rofi Pralastomo yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya hingga saat ini.

2. Dr. Ir. Roedy Soelistyono, MS selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan arahan dan juga masukan dalam penulisan penelitian ini.

3. Prof. Dr. Ir. Mudji Santoso, MS selaku dosen pembahas yang juga memberikan masukan perbaikan untuk penelitian ini.

4. Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS. selaku dosen penguji skripsi atas nasehat, saran dan bimbingan kepada penulis.

5. Dr. Ir. Nurul Aini, MS selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian.

6. Teman-teman yang saya sayangi, Maulidya, Habibah, Verry, Faisal, Zulfa, Siti Halimah, Izza, Miftahatur, Rafli Yudi, Shinta Yuni, Erinda, yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

(10)

x

Harapannya penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, khusunya untuk menambah wawasan mengenai tanaman padi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu, penulis menerima kritikan dan saran untuk perbaikan penelitian ini.

Malang, Agustus 2018

(11)

xi

DAFTAR ISI

COVER ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

RIWAYAT HIDUP ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Perubahan Iklim di Indonesia ... 3

2.2 Tinjauan Umum dan Syarat Tumbuh Padi ... 4

2.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Padi ... 5

2.4 Musim Tanam Padi ... 5

3. METODE PENELITIAN ... 7

3.1 Tempat dan Waktu ... 7

3.2 Bahan dan Alat ... 7

3.3 Metode Penelitian ... 7

3.4 Metode Analisis Data ... 8

(12)

xii

4.1 Hasil ... 10

4.1.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ... 10

4.1.2. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997- 2016... 15

4.1.3. Produktivitas Padi ... 19

4.1.4. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi ... 21

4.1.5. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ... 22

4.1.6. Uji t (Uji Parsial) Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ... 23

4.1.7. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ... 24

4.1.8. Wawancara Petani di Kabupaten Malang ... 25

4.2 Pembahasan ... 25

4.2.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ... 25

4.2.2. Pengaruh Perubahan Curah Hujan terhadap Produktivitas Padi ... 26

4.2.3. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Produktivitas Padi ... 27

4.2.4. Pengaruh Perubahan Lama Penyinaran terhadap Produktivitas Padi ... 28

4.2.5. Pengaruh Perubahan Kelembaban Udara terhadap Produktivitas Padi ... 29

4.2.6. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam .... 29

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ... 10

2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ... 11

3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ... 12

4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ... 13

5. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016... 15

6. Produksi, luas lahan, dan produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ... 17

7. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi ... 18

8. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ... 19

9. Uji t Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi... 20

10.Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ... 21

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode ... 10

2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode ... 11

3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam Dua Periode... 12

4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang Dua Periode ... 14

5. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ... 16

6. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ... 16

7. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997- 2016 ... 17

8. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997- 2016 ... 17

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kuesioner Wawancara Penelitian ... 33

2. Hasil Analisis Uji Anova ... 37

3. Dokumentasi ... 37

(16)

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global merupakan masalah yang harus segera diatasi. Perkembangan industri yang terus meningkat dan aktivitas manusia yang memacu perubahan iklim yang cukup signifikan. Perubahan ini ditandai oleh adanya perubahan cuaca ekstrim, perubahan pola hujan, perubahan musim tanam, peningkatan suhu dan permukaan air laut. Menurut Surmaini et. al (2011), bahwa pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 jika tidak ada upaya menanggulanginya. Banjir adalah bencana yang paling sering terjadi (34%), diikuti longsor (16%).

Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian cukup besar. Sektor pertanian merupakan bagian dari ketahanan pangan nasional sehingga perubahan iklim akan mempengaruhi kestabilan produksi pertanian. Padi merupakan sumber pokok pangan nasional. Produksi padi di Indonesia mengalami peningkataan dan penurunan (fluktuatif). Menurut BPS (2017) bahwa hasil produksi padi di Kabupaten Malang mengalami penurunan, pada tahun 2015 produksi padi sebesar 470.283 ton lalu pada tahun 2016 sebesar 446.513 ton sehingga mengalami penurunan sebesar 23.770 ton.

Tanaman padi rentan terhadap perubahan iklim sehingga perubahan iklim dapat mempengaruhi produksi hingga gagal panen. Menurut Boer et al. (2014) menyatakan bahwa di antara tiga komoditas pangan utama (padi, jagung, dan kedelai), padi paling rentan terhadap kejadian iklim ekstrim yang berasosiasi dengan El Nino. Data Kementrian Pertanian (2017) menunjukkan bahwa luas pertanaman padi pada tahun 2015 yang rusak akibat kekeringan mencapai 580 ribu hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerusakan akibat banjir sebesar 100 ribu hektar. Tahun 2016 luas pertanaman padi yang rusak akibat banjir sebesar 250 ribu hektar lebih besar dibandingkan dengan kerusakan akibat kekeringan sebesar 70 ribu hektar.

(17)

2

Menurut Surmaini dan Syahbuddin (2016) menyatakan bahwa dengan penyesuaian waktu tanam dan pemilihan komoditas pada awal dan selama musim tanam sudah dipertimbangkan untuk menghindari gagal tanam dan gagal panen akibat kekeringan atau banjir. Perlu diketahui dampak perubahan iklim di Kabupaten Malang dan pengaruhnya terhadap perubahan musim tanam padi.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui perubahan iklim di Kabupaten Malang

2. Mengetahui perubahan musim tanam terhadap produktivtas padi di Kabupaten Malang

1.3 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang

(18)

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Iklim di Indonesia

Perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan peningkatan jumah curah hujan tahunan di Wilayah Timur Indonesia, berkisar antara 490 mm/tahun (Sula-wesi Selatan), 1.400 mm/tahun (Jawa Timur), dan peningkatan suhu siang dan malam hari antara 0,5-1,1 OC dan 0,6-2,3 OC. Lalu di Wilayah Barat Indonesia terjadi penurunan curah hujan tahunan sekitar 135-860 mm/tahun, dengan pening-katan suhu siang dan malam hari antara 0,2-0,4 OC dan 02,-0,7 OC (Syahbuddin

et.al, 2004 dalam Ruminta, 2016).

Perubahan curah hujan menunjukkaan perubahan yang beragam berdasar-kan pembagian data setiap 20 tahunan. Variasi perubahan curah hujan disebabberdasar-kan oleh faktor pengendali iklim seperti ENSO (El Nino-Southern Oscillation) yang memiliki pengaruh besar dalam distribusi tren perubahan curah hujan. Suatu wilayah dapat mengalami tren penurunan dan peningkan pada antar periode. Wilayah Pantai Utara Jawa mengalami penurunan curah hujan pada periode 1971-2000 dibandingkan dengan periode 1981-2009. Lalu di pulau Sumatera mengala-mi penurunan curah hujan lebih dari 30 mm/tahun pada periode 1901-1930, na-mun mengalami peningkatan curah hujan hingga lebih dari 50 mm/tahun di bagian barat pulau tersebut pada periode 1921-1950 (Estiningtyas, 2016).

(19)

cu-4

rah hujan menurun sebesar 0-550 mm (Ruminta dan Handoko (2012b) dalam

Ruminta (2016).

2.2 Tinjauan Umum dan Syarat Tumbuh Padi

Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang banyak di budidayakan di Indonesia, karena tanaman padi merupakan sumber pangan pokok nasional. Padi dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi (2.000 mdpl) (Utama, 2015).

Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase: (1) vegetati (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordia); (2) reproduktif (pri-mordial sampai pembungaan), dan (3) pematangan (pembungaan sampai gabah matang). (Makarim dan Suhartik, 2009). Fase vegetatif merupakan fase pertum-buhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot, dan luas daun. (De Datta 1981; Yoshida, 1981 dalam Makarim dan Suhartik, 2009). Fase reproduktif ditandai dengan: (a) memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman; (b) berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan tidak produktif); (c) munculnya daun bendera; (d) pembungaan (Makarim dan Su-hartik, 2009).

(20)

5

2.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Padi

Perubahan iklim global berpengaruh terhadap produksi padi di Indonesia ialah (a) kenaikan suhu udara di permukaan bumi; (b) curah hujan yang ekstrim); (c) naiknya permukaan air laut yang menyebabkan banjir langsung dan tidak lang-sung; (d) sering terjadi bencana alam seperti banjir yang merendam lahan-lahan sawah sehingga mengakibatkan kegagalan atau menurunkan produksi padi (Ma-karim dan Ikhwani, 2011).

Pengaruh perubahan iklim terhadap penurunan produksi padi terjadi di Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu sangat rentan terhadap kejadian iklim ekstrim, terutama kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan. Pengaruh EN-SO di Jawa Barat ditemukan paling kuat terjadi di Wilayah Indramayu, khususnya pada bulan Juli, Agustus, dan September. Ketika terjadi El Nino, curah hujan di Indramayu dapat turun sekitar 30 - 70 % dari kondisi normal (per 1oC peningkatan anomali suhu muka laut) (Estiningtyas et.al., 2012).

Dampak perubahan iklim dalam bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian (Sujinah dan Jamil, 2016). Kekeringan berdampak pada pertumbuhan tanaman padi, terutama pada fase generatif (Akram et.al., 2013). Kekeringan pada fase vegetatif dan generative menurunkan kandungan air pada daun padi varietas Nerica yang kemungkinan disebabkan oleh hilangnya air me-lalui evapotranspirasi (Sikuku et.al., 2012). Menurut Tubur et.al (2012), perla-kuan kekeringan dan genotif berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, persen pembungaan, panjang malai, persen gabah hampa, bobot gabah per rumpun, bobot 1.000 butir, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan indeks panen. Fase generatif terganggu dapat mengurangi hasil padi dan kualitas gabah (Tao et.al., 2006). Tingkat intensitas kekeringan pada tanaman dibagi menjadi empat, yaitu: (1) ringan, apabila tingkat kerusakan kurang dari 25 %; (2) sedang, apabila tingkat kerusakan lebihdari sama dengan 25 – 50 %; (3) berat, apabila tingkat kerusakan lebih dari sama dengan 50 – 85 %; dan (4) puso, apabila tingkat kerusakan lebih dari sama dengan 85 % (Sujinah dan Jamil, 2016).

2.4 Musim Tanam Padi

(21)

la-6

han setempat (Primordia dan Santoso, 1992 dalam Patty, 2006). Penentuan peri-ode tanam bertujuan untuk memilih waktu tanam yang tepat, dimana pada saat faktor iklim dan tanah bukan faktor pembatas.

Awal musim tanam ialah hujan pertama yang memungkinkan menanam tanpa deret hari kering yang panjang setelah tanam. Intensitas hujan, panjang hari hujan dan hari kering bergantung pada jenis tanaman dan sifat tanah. Akumulasi curah hujan 20 - 40 mm selama 2 - 5 hari berturut-turut merupakan indikasi untuk menentukan awal musim tanam (Sivakumar 1988 dalam Surmaini dan Syahbud-din, 2016).

Penentuan musim tanam dapat menggunakan metode dasarian yang dikeluarkan oleh Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG menetapkan awal musim hujan dengan tiga kali dasarian (10 hari) hujan lebih dari sama dengan 50 mm berurutan sehingga awal musim hujan dimulai pada da-sarian pertama. Begitupun sebaliknya awal musim kering ditetapkan dengan tiga kali dasarian hujan kurang dari sama dengan 50 mm (Aldrian et. al., 2011).

Selain itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian menyusun kalender tanam berdasarkan pada perkiraan musim dan ak-tivitas petani. Kalender tanam ini memuat informasi estimasi awal waktu tanam, potensi luas tanam, rotasi tanaman, dan intensitas tanam di setiap kecamatan selama musim tanam satu tahun (Runtunuwu et al., 2013).

(22)

7

3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Wilayah penelitian dilakukan di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Malang terletak antara 112o17’, 10, 90’’ BT dan 122o57’, 00, 00’’ BT dan antara 7o44’, 55,11’’ LS dan 8o26’, 35,45’’ LS. Kondisi topografi Kabupaten Malang berada di daerah dataran tinggi yang dikelilingi oleh beberapa gunung dan dataran lembah pada ketinggian 250-250 mdpl yang terletak di bagian tengah wilayah Kabupaten Malang. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2015). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai dengan bulan Maret 2018.

3.2 Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan bahan data primer dan data sekunder. Data primer berupa data wawancara dengan petani di sentra produksi padi Kabupaten Malang. Data sekunder berupa data curah hujan di Kabupaten Malang Stasiun Geofisika Karang Kates dari tahun 1997 hingga tahun 2016, data produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016, dan peta Kabupaten Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kuesioner wawancara, kamera, dan software Micosoft Office Excel 2010 dan SPSS 20 untuk perangkat analisis data.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei yang menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari data wawancara dan data sekunder yang digunakan berupa data curah hujan di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga tahun 2016, data produksi padi di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga tahun 2016. Menurut Morissan (2016), bahwa metode kuantitatif menggunakan variabel yang dapat diukur dan menggunakan angka untuk menyampaikan suatu jumlah.

3.3.1 Metode Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi sampel yang digunakan untuk penelitian dengan metode

(23)

8

menggunakan sampel berdasarkan karakteristik dan kualitas tertentu. Lalu sampel dipilih berdasarkan panduan tertentu seperti batasan jumlah atau kategori responden yang dipilih. Selain itu jumlah kecamatan sampel ditentukan berdasarkan intensitas sampling 10% dari populasi, metode ini merupakan sampel minimum penelitian yang bersifat deskriptif (Gay dan Diehl, 1992 dalam Nurrani dan Tabba, 2013). Kecamatan yang dipilih sebagai sampel yaitu Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Kalipare, dan Kecamatan Kepanjen.

3.3.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 45 petani jumlah ini didapatkan berdasarkan bahwa penelitian bersifat korelasi dengan jumlah minimum sampel sebesar 30 responden (Gay dan Diehl, 1992

dalam Prasetyo, 2015). Penentuan individu responden yang dipilih secara acak (Random Sampling).

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan petani responden, data yang dibutuhkan yaitu musim tanam, luas lahan, sistem irigasi, jarak tanam, produksi, dan pengetahuan tentang iklim. Data sekunder yang dibutuhkaan yaitu data curah hujan di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga tahun 2016. Data produktivitas padi di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga tahun 2016. Data Kalender Musim Tanam Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Malang. Data curah hujan diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Karang Kates, data produktivitas padi dari Kementrian Pertanian, dan data kalender musim tanam dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.

3.4 Metode Analisis Data

(24)

9

membandingkan perubahan rata-rata iklim selama 20 tahun antara periode pertama dan periode kedua Data iklim dianalisis dengan bantuan software Microsoft excel dan disajikan dalam bentuk grafik.

Analisis untuk mengetahui pengaruh antara variabel iklim dengan produksi padi menggunakan uji korelasi dan regresi linear berganda kemudian dilanjutkan dengan analisis deskripsi. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan keeratan unsur iklim dengan produksi padi. Uji regresi dilakukan jika hubungan antara data iklim dan produksi padi memiliki hubungan yang nyata. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel iklim terhadap produksi padi dengan rumus:

Y= a + b1X1+b2X2+ b3X3+b4X4

Keterangan:

Y = Produksi Padi (ton) X1 = Curah hujan

X2 = Suhu

X3 = Lama Penyinaran

X4 = Kelembaban udara

b1 = Koefisien Regresi Pertama

b2 = Koefisien Regresi Kedua

b3 = Koefisien Regresi Ketiga

(25)

10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016 Analisis perubahan iklim di Kabupaten Malang dibagi menjadi dua periode. Periode pertama tahun 1997-2006 dan periode kedua tahun 2007-2016. Unsur iklim yang diamati ialah curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara.

1) Curah Hujan (mm)

Tabel 1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

Bulan Tahun Periode Perubahan (mm) 1997-2006 2007-2016

Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

Gambar 1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode

0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

(26)

11

Data perubahan curah hujan pada periode 1997-2006 dan periode 2007-2016 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 perubahan curah hujan pada dua periode terdapat perubahan mm/bulan dan mm/tahun. Curah hujan periode 1 menuju periode 2 menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan Mei sebesar 49,22 mm dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Maret sebesar 137,22 mm. Dua periode menunjukkan penurunan curah hujan sebesar 62 mm /dekade. 2) Suhu (oC)

Tabel 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

Bulan Tahun Periode Perubahan (oC) 1997-2006 2007-2016

Gambar 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode

23

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

(27)

12 menunjukkan penurunan suhu sebesar 21,29 OC /dekade.

3) Lama Penyinaran (Jam)

Tabel 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

Bulan Tahun Periode Perubahan (jam) 1997-2006 2007-2016

Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

Gambar 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam DuaPeriode

0,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

(28)

13

Data perubahan lama penyinaran pada periode 1997-2006 dan periode 2007-2016 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3 perubahan lama penyinaran pada dua periode terdapat perubahan jam/bulan dan jam/tahun. Lama penyinaran periode 1 menuju periode 2 menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan Oktober sebesar 0,78 jam dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Mei sebesar 0,47 jam. Dua periode menunjukkan peningkatan lama penyinaran sebesar 1,99 jam /dekade.

4) Kelembaban Udara (%)

Tabel 4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

Bulan Tahun Periode Perubahan (%) 1997-2006 2007-2016

Januari 84,34 81,90 -2,44

Februari 84,12 82,05 -2,08

Maret 83,42 81,87 -1,55

April 81,69 80,95 -0,74

Mei 79,07 78,00 -1,07

Juni 77,98 76,11 -1,87

Juli 76,69 75,33 -1,36

Agustus 74,42 73,83 -0,59

September 74,32 71,82 -2,5

Oktober 75,32 71,20 -4,12

November 80,02 78,27 -1,75

Desember 84,75 83,53 -1,22

Tahun 956,14 934,85 -21,29

(29)

14

Gambar 4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang Dua Periode Data perubahan kelembaban udara pada periode 1997-2006 dan periode 2007-2016 dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 4 perubahan kelembaban udara pada dua periode terdapat perubahan % /bulan dan % /tahun. Kelembaban udara periode 1 menuju periode 2 menunjukkan penurunan pada setiap. Kelembaban udara mengalami penurunan terbesar yaitu pada bulan Oktober sebesar 4,12 %. Dua periode menunjukkan penurunan kelembaban udara sebesar 21,29 % /dekade.

60 65 70 75 80 85 90

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

K

el

em

bab

an

U

dara

(%

)

Bulan

(30)

15

4.1.2. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Data kondisi iklim yang terdiri dari unsur iklim curah hujan, suhu, lama penyinaran, kelembaban udara di Kabupaten Malang.

(31)

16

Gambar 5. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Gambar 6. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

0

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

C

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(32)

17

Gambar 7. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Gambar 8. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Kondisi curah hujan di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga 2016 curah hujan selama 20 tahun terakhir sebesar 2.335 mm.

0

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

L

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(33)

18

Kondisi suhu di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 6). Kondisi suhu tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 26,75 oC/tahun, sedangkan suhu terendah selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2003 sebesar 24,05

o

C/tahun. Lalu suhu sedang selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2000 sebesar 25,93 oC/tahun. Rata-rata suhu selama 20 tahun terakhir sebesar 25,87 oC.

Kondisi lama penyinaran tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 7). Kondisi lama penyinaran tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 76,20 jam/tahun, sedangkan lama penyinaran terendah selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2007 sebesar 66,06 jam/tahun. Lalu lama penyinaran sedang selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2002 sebesar 50,95 jam/tahun. Rata-rata lama penyinaran selama 20 tahun terakhir sebesar 65,11 jam.

(34)

19

4.1.3. Produktivitas Padi

Data perkembangan produksi, luas lahan, dan produktivitas Padi di Kabupaten Malang pada Tabel 6. Produksi padi dari tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan penurunan. Produksi padi tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 470.283 ton, sedangkan produksi padi terendah selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2007 sebesar 330.422 ton. Rata-rata produksi padi selama 20 tahun teraakhir yaitu sebesar 388.570 ton.

Luas lahan dari tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan penurunan. Luas lahan tertinggi selama 20 tahun terakhir terdapat pada tahun 2006 sebesar 71.202 ha, sedangkan luas lahan terendah terdapat pada tahun 2002 sebesar 56.434 ha. Rata-rata luas lahan padi selama 20 tahun terakhir yaitu sebesar 56.434 ha.

(35)

20

Tabel 6. Produksi, luas lahan, dan produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 (Kementrian Pertanian, 2017).

Tahun Produksi (ton) Luas Lahan (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)

1997 352.193 63.119 5.58

1998 365.704 67.006 5.46

1999 379.215 70.894 5.35

2000 332.791 59.559 5.58

2001 345.370 59.952 5.76

2002 334.574 56.434 5.93

2003 351.001 64.344 5.45

2004 365.056 63.089 5.78

2005 344.313 59.896 5.75

2006 367.424 71.202 5.41

2007 330.422 60.465 6.02

2008 416.396 65.569 6.67

2009 429.372 66.344 6.78

2010 407.564 65.171 6.92

2011 444.990 66.611 6.68

2012 416.605 59.901 6.69

2013 464.498 65.597 6.96

2014 407.118 58.974 6.75

2015 470.283 67.648 7.03

2016 446.513 71.001 7.08

Jumlah 7.771.402 1.282.776 123,63

Rata-rata 388.570 64.139 11,77

(36)

21

4.1.4. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi

Tabel 7. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi

Correlations

*. Korelasi signifikan pada taraf 0.05

(37)

22

4.1.5. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi

Tabel 8. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi

Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF (Constant) -0,596 9,017 -0,066 0,948

Curah Hujan

(mm) 0,001 0,000 0,372 1,433 0,172 0,711 1,407 Suhu (oC) 0,414 0,232 0,399 1,783 0,095 0,954 1,048

Lama Penyinaran

(Jam)

0,020 0,030 0,177 0,647 0,527 0,644 1,552

Kelembaban

Udara (%) -0,007 0,005 -0,336 -1,198 0,249 0,610 1,638

a. Variabel terikat: Produktivitas

(38)

23

Variabel terikat pada regresi linear berganda ini ialah produktivitas padi sedangkan variabel bebasnya ialah curah hujan, suhu, lama penyinaran, kelembaban udara. Berdasarkan analisis regresi linier berganda, pengaruh antara iklim terhadap produktivitas padi diperoleh persamaan Y = -0,596 + 0,001 X1 + 0,414 X2 + 0,020 X3 – 0,007 X4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 mm curah hujan maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,001 ton/ha, peningkatan 1OC suhu maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,414 ton/ha, peningkatan 1 jam lama penyinaran meingkatkan produktivitas sebesar 0,020 ton/ha, dan peningkatan 1% kelembaban udara maka akan menurunkan produktivitas sebesar 0,007 ton/ha. Variabel yang memberikan pengaruh paling besar ialah variabel suhu.

4.1.6. Uji t (Uji Parsial) Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi

Tabel 9. Uji t Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi

Variabel t hitung Sig. t tabel Curah Hujan 1,433 0,172 2,776

Suhu 1,783 0,095 2,776

Lama Penyinaran 0,647 0,527 2,776 Kelembaban Udara -1,198 0,249 2,776

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh hasi uji t pengaruh iklim terhadap produktivitas padi. Variabel curah hujan diperoleh nilai t hitung

sebesar 1,433 dengan signifikansi sebesar 0,172. Karena t hitung < t tabel (1,433 <

2,776) atau sig.t > 5% (0,172 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel curah hujan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel prduktivitas padi. Variabel suhu diperoleh nilai t hitung sebesar 1,783 dengan

signifikansi sebesar 0,095. Karena t hitung < t tabel (1,783 < 2,776) atau sig.t > 5%

(0,095 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel suhu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel produktivitas padi. Variabel lama penyinaran diperoleh nilai t hitung sebesar 0,647 dengan signifikansi sebesar 0,527.

Karena t hitung < t tabel (0,647 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,527 > 0,005), maka dapat

(39)

24

diperoleh nilai t hitung sebesar -1,198 dengan signifikansi sebesar 0,249. Karena t hitung < t tabel (-1,198 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,249 > 0,005), maka dapat

disimpulkan bahwa secara parsial variabel kelembaban udara tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel produktivitas padi. Hasil uji t positif menunjukkan variabel iklim (curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara) mempunyai hubungan searah dengan produktivitas padi.

4.1.7. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi

Tabel 10. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi Regression Statistics

Multiple R 0,531

R Square 0,282

Adjussted R Square 0,090

Standard Error 0,6106

(40)

25

4.1.8. Wawancara Petani di Kabupaten Malang

Tabel 11. Persentase Hasil Wawancara Petani di Kabupaten Malang

No Pertanyaan YA TIDAK

1 Apakah anda mengetahui tentang perubahan iklim? 57% 43% 2 Apakah anda mengetahui dampak dari perubahan iklim? 33% 57% 3 Apakah perubahan iklim mempengaruhi produktivitas padi? 35% 65% 4 Apakah anda sudah merasakan adanya perubahan iklim? 53% 47%

5 Apakah anda menggunakan varietas yang tahan terhadap

perubahan iklim? 0% 100%

6 Apakah anda akan mengatur sistem tata air jika terjadi perubahan

iklim? 0% 100%

7 Apakah anda mengikuti musim tanam yang disarankan oleh

pemerintah? 0% 100%

8 Apakah anda akan melakukan pergeseran waktu tanam jika terjadi

perubahan iklim? 27% 73%

Hasil wawancara petani berdasarkan metode penentuan lokasi dan metode penentuan sampel. Presentase menunjukkan bahwa 57% petani mengetahui adanya perubahan iklim. Petani yang mengetahui dampak perubahan iklim sebanyak 33%. Petani yang mengetahui perubahan iklim dapat mempengaruhi produktivitas padi sebanyak 35%. Petani yang sudah merasakan adanya perubahan iklim sebanyak 53%. Petani yang menjadi subjek pengamatan 100% tidak menggunakan varietas yang tahan terhadap perubahan iklim. Petani tidak mengatur sistem tata air jika terjadi perubahan iklim sebanyak 100 %. Petani tidak mengikuti musim tanam yang disarankan pemerintah sebanyak 100 %. Petani melakukan pergeseran waktu tanam jika terjadi perubahan iklim sebanyak 100 %.

4.2 Pembahasan

4.2.1. Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Perubahan iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga 2016 pada unsur iklim curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara. Hasil perbandingan dua periode iklim yaitu periode1 (1997-2006) dan periode 2 (2007-2016) menunjukkan peningkatan dan penurunan dari setiap unsur iklim.

(41)

26

mm/bulan. Unsur iklim suhu selama dua periode menunjukkan penurunan suhu sebesar 1,95 OC/ dekade dan setiap bulan pun telah terjadi perubahan OC/bulan. Unsur iklim lama penyinaran selama dua periode menunjukkan peningkatan jam/dekade sebesar 1,98 jam dan setiap bulan pun telah terjadi perubahan jam/bulan. Unsur iklim kelembaban udara selama dua periode menunjukkan penurunan persentase sebesar 21,28% lalu di setiap bulan selama dua periode telah terjadi perubahan persentase dalam kelembaban udara.

Menurut Syahbuddin et.al (2004) dalam Ruminta (2016) bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan peningkatan jumah curah hujan tahunan di wilayah timur Indonesia, berkisar antara 490 mm/tahun (Sulawesi Selatan), 1.400 mm/tahun (Jawa Timur), dan peningkatan suhu siang dan malam hari antara 0,5-1,1 OC dan 0,6-2,3 OC. Lalu di wilayah barat Indonesia terjadi penurunan curah hujan tahunan sekitar 135-860 mm/tahun, dengan peningkatan suhu siang dan malam hari antara 0,2-0,4 OC dan 02,-0,7 OC. Lalu menrut Ruminta dan Handoko (2012b) dalam Ruminta (2016) bahwa di wilayah Malang Raya menunjukkaan peninggkatan suhu udara sebesr 0,7-08 OC dan curah hujan menurun sebesar 0-550 mm.

Penyebab perubahan iklim tersebut yaitu peningkataan aktivitas manusia yang menyebabkan kenaikan gas rumah kaca di atmosfer. Contoh peningkatan aktivitas manusia ialah alih guna fungsi lahan, aktivitas pertanian, peternakan, limbah rumah tanggga, dan penggunaan transportasi yang semakin tinggi dan limbah hasil sektor industri sehingga terjadi peningkatan CO2 atmosfer. Menurut

UNEP/WMO (2000) dalam Hairiah et.al (2016) bahwa gas rumah kaca yang menyelimuti bumi terdiri dari karbon dioksida (CO2), gas methane (CH4), dan

dinitrogen oksida (N2O). Gas tersebut menyerap radiasi gelombang lalu diubah

menjadi gelombang panjang, gelombang panjang tersebut dipantulkan kembali ke bumi sehingga suhu bumi semakin panas.

4.2.2. Pengaruh Perubahan Curah Hujan terhadap Produktivitas Padi

(42)

27

periode 2 (2007-2016) sebesar 2304 mm dengan rerata sebesar 192 mm per bulan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 mm curah hujan maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,001 ton/ha. Variabel curah hujan diperoleh nilai t hitung sebesar 1,433 dengan signifikansi sebesar 0,172. Karena t hitung < t tabel (1,433 < 2,776) atau sig.t > 5% (0,172 > 0,005), maka dapat

disimpulkan bahwa secara parsial variabel curah hujan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel prduktivitas padi. Namun jika hasil uji t positif maka variabel curah hujan mempunyai hubungan searah dengan prooduktivitas padi.

Pengaruh yang tidak signifikan bisa terjadi karena curah hujan yang besar di Kabupaten Malang memberikan pengaruh terhadap produktivitas padi. Produktivitas rendah karena curah hujan dapat menganggu pertumbuhan tanaman padi jika melebihi kebutuhan air rata-rata tanaman. Contoh jika terjadi gagal panen akibat banjir, lalu air terlalu banyak mudah terserang penyakit. Penyebab curah hujan yang tidak menentu bisa disebabkan oleh La-Nina yang biasanya terjadi pada musim hujan. Menurut Bouman et al. (2007) bahwa rata-rata pemakaian air untuk padi sawah mencapai 1300–1500 mm di mana 25–50% dari jumlah tersebut hilang akibat perkolasi dan perembesan. Lalu menurut Patridge dan Mashum (2002) dalam Irawan (2006) bahwa La-Nina menyebabkan kelembaban udara dan curah hujan meningkat drastis yang mengakibatkan banjir pada daerah tertentu dan merangsang peningkatan hama dan penyakit.

4.2.3. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Produktivitas Padi

Perubahan suhu di Kabupaten Malang dari tahun 1997-2016 sebesar 1,95

O

C. Jumlah rata-rata suhu periode 1 (1997-2006) sebesar 311,38 OC dengan rerata sebesar 25,80 OC per bulan. Jumlah rata-rata curah hujan periode 2 (2007-2016) sebesar 309,43 OC dengan rerata sebesar 25,79 OC per bulan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 OC suhu maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,414 ton/ha. Variabel suhu diperoleh nilai t

hitung sebesar 1,783 dengan signifikansi sebesar 0,095. Karena t hitung < t tabel (1,783

(43)

28

padi. Namun jika hasil uji t positif maka variabel suhu mempunyai hubungan searah dengan prooduktivitas padi.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka produktivitas padi semakin tinggi. Rerata suhu di Kabupaten Malang pada dua periode berkisar antara 25,79 OC – 25,80 OC per bulan. Sehingga suhu ini masih berada dalam kisaran suhu minimum dan optimum. Jika melebihi batas suhu optimum maka akan mengakibatkan penurunan produktivitas padi. Menurut Khamid (2016) bahwa suhu yang tinggi akan menghambat pematangan polen yang menyerbuki stigma. Pada suhu 33 OC terjadi penurunan persentase bunga dengan jumlah polen yang matang sebesar 10% dari suhu 32 OC. Namun jika suhu terlalu rendah maka akan menghambat pertumbuhan padi. Menurut Rohaeni et.al

(2016) menyatakan bahwa suhu rendah yaitu 18 OC menunjukkan daya kecambah rata-rata 18 galur padi sebesar 61,41 % dan terus menurun hingga pada suhu 12 OC dengan persentase sebesar 21,59 %. Menurut Gunarsih et.al (2016) bahwa suhu rendah dapat menghambat peertumbuhan bibit, pertumbuhan anakan terhambat, menyebabkan disklorasi daun, memperlambat waktu pembungaan, menyebabkan ekskresi malai tidak normal, meningkatkan sterilitas malai, pematanagan malai tidak teratur, dan menurunkan hasil gabah.

4.2.4. Pengaruh Perubahan Lama Penyinaran terhadap Produktivitas Padi

Perubahan lama penyinaran di Kabupaten Malang dari tahun 1997-2016 sebesar 1,986 jam. Jumlah rata-rata lama penyinaran periode 1 (1997-2006) sebesar 64,118 jam dengan rerata sebesar 5,34 jam per bulan. Jumlah rata-rata lama penyinaran periode 2 (2007-2016) sebesar 66,104 dengan rerata sebesar 5,51 jam per bulan. Variabel lama penyinaran diperoleh nilai t hitung sebesar 0,647

dengan signifikansi sebesar 0,527. Karena t hitung < t tabel (0,647 < 2,776) atau sig.t

> 5% (0,527 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwwa secara parsial variabel lama penyinaran tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel prduktivitas padi. Namun jika hasil uji t positif maka variabel lama penyinaran mempunyai hubungan searah dengan prooduktivitas padi.

(44)

29

yang diserap banyak maka proses fotonsitesis dapat berjalan optimal, sehingga produktivitas dapat meningkat. Menurut Pertamawati (2010) dalam Alridiwirsah

et.al (2015) bahwa intensitas cahaya dan lama penyinaran dalam fotosintesis berpengaruh pada pertumbuhan (vegetatif) dan kegiatan reproduksi (generatif) tumbuhan di daerah tropis. Respon tumbuhan terhadap fotoperiodik dapat berupa pembungaan, perkecambahan, dan perkembangan.

4.2.5. Pengaruh Perubahan Kelembaban Udara terhadap Produktivitas Padi Perubahan lama penyinaran di Kabupaten Malang dari tahun 1997-2016 sebesar 1,986 jam. Jumlah rata-rata lama penyinaran periode 1 (1997-2006) sebesar 64,118 jam dengan rerata sebesar 5,34 jam per bulan. Jumlah rata-rata lama penyinaran periode 2 (2007-2016) sebesar 66,104 dengan rerata sebesar 5,51 jam per bulan. Variabel kelembaban udara diperoleh nilai t hitung sebesar -1,198

dengan signifikansi sebesar 0,249. Karena t hitung < t tabel (-1,198 < 2,776) atau

sig.t > 5% (0,249 > 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kelembaban udara tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel prduktivitas padi. Karena hasil uji t negatif maka variabel kelembaban udara memliki hubungan berbanding terbalik dengan produktivitas padi.

Kelembaban udara mempunyai hubungan yang nyata dengan curah hujan. Jadi semakin tinggi curah hujan maka kelembaban udara pun semakin tinggi. Kelembaban udara mempengaruhi produktivitas padi. Kelembaban udara yang tinggi mempengaruhi peningkatan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas padi. Menurut Nuryanto (2014) bahwa keparahan penyakit hawar pelepah meningkat pada kondisi suhu dan kelembaban udara yang tinggi di lingkungan pertanaman. Menurut NS (2015) bahwa kelembaban yang tinggi akan menyebabkan penurunan produksi, luasan panen, dan produktivitas padi sawah.

4.2.6. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam

(45)

30

padi. Selain itu berdasarkan hasil wawancara petani 27% petani (Tabel 11) melakukan perubahan musim tanam jika terjadi perubahan iklim. Petani melakukan perubahan musim tanam berdasarkan pengalaman budidaya padi. Sehingga langkah petani dalam melakukan perubahan musim tanam merupakan strategi adaptasi. Lalu Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementrian strategi adaptasi terhadap perubahan iklim, yaitu menyusun kalender tanaman padi di setiap kecamatan di seluruh Indonesia. Informasi kalender tanam belum mencapai petani di Kabupaten Malang, sehingga petani menentukan awal musim tanam berdasarkan kehendak sendiri dan pengalaman.

Menurut Balitbang Pertanian (2011) bahwa adanya kecendrungan pemendekan musim hujan dan peningkatan curah hujan di bagian selatan Jawa dan Bali mengakibatkan perubahan awal dan durasi musim tanam, sehingga mempengaruhi (IP) luas areal tanam, awal waktu tanam dan pola tanam. Menurut KP3I Kemetrian Pertanian (2009) bahwa adaptasi ialah tindakan atau upaya penyesuaian diri secara manajerial, teknologi, dan pola pertanian, agar dampak perubahan iklim dapat diminimumkan bahkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi pertanian. Menurut Runtunuwu et.al (2012) bahwa kalender tanam terpadu berisi awal waktu tanam pada setiap level kecamatan, wilayah rawan terkena bencana kekeringan dan banjir, serangan organisme penganggu tanaman (OPT), dn informasi rekomendasi teknologi berupa pupuk, varietas, dan kebutuhan benih yang perlu disiapkan pengguna untuk musim tanam berikutnya.

4.2.7. Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi

Uji regresi linear berganda menunjukkaan nilai R square sebesar 0,282 atau 28%. Artinya bahwa keragaman produktivitas padi dipengaruhi oleh 28% variabel bebas curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara. Pengaruh variabel lain diluar variabel yang diteliti sebesar 72%. Variabel lain di luar variabel lain yang diteliti yaitu varietas, irigasi, sistem tanam, jarak tanam, dan pemupukan.

(46)

31

petani dan konsumen karena rasa enak, umur genjah (110-125 hari), dan potensi hasil yang tinggi. Jarak tanam yang digunakan petani yaitu 20cm x 20cm dan 30cm x 30 cm. Jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi yang dapat mempengaruhi produktivitas padi, karena jarak tanam semakin rapat mempengaruhi persaingan mengambil unsur hara, cahaya matahari, dan air. Menurut Masdar et.al (2006) menyatakan bahwa jarak tanam 30cm x 30cm memberikan hasil terbaik yaitu jumlah anakan produktif per rumpun dan jumlah bulir per malai dibanding jarak tanam 25cm x 25cm dan 20cm x 20 cm.

(47)

32

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kabupaten Malang telah terjadi keragaman iklim yang ditunjukkan dengan peningkatan dan penurunan curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara dari tahun 1997-2016.

2. Hasil analisis keragaman produktivitas padi 72 % dipengaruhi oleh teknik budidaya yaitu varietas, irigasi, sistem tanam, jarak tanam, dan pemupukan, lalu 28 % dipengaruhi oleh iklim yaitu curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara.

3. Perubahan iklim tidak mempegaruhi perubahan musim tanam padi pada lahan irigasi di Kabupaten Malang.

5.2 Saran

(48)

33

DAFTAR PUSTAKA

Aldrian, E., M, Karmini.dan Budiman. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Jakarta Pusat.

Akram, H.M., A, Ali., A. Sattar., H.S.U, Rehman, and A. Bibi. 2013. Impact of water deficit stress on various physiological and agronomic traits of three basmati rice Ioryza sativa L. ) cultivar. The Journal Animal and Sciences

23(5):1415-1423.

Alridiwirsah., H.Hamidah., MH. Erwin.,Y.Muchtar. 2015. Uji Toleransi Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) terhadap Naungan.Jurnal Pertanian Tropik

2 (2): 93-101.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian. Kementrian Pertanian.

Boer, R., A, Faqih, and R, Ariani. 2014. Relationship between Pacific and Indian Ocean Sea Surface Temperature Variability and Rice Production, Harvesting Area and Yield in Indonesia. Conference on the Economics of Climate Change. Cambodia.

Bouman BAM, Humphreys E, Tuong TP, Barker R. 2007. Rice and water.

Advances in Agronomy 92 (4):187–237.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Malang dalam Angka 2017. BPS Kabupaten Malang. Malang.

Estiningtyas, W., R. Boer., I, Las, dan A, Buono. 2012. Identifikasi Dan Delineasi Wilayah Endemik Kekeringan Untuk Pengelolaan Risiko Iklim Di

Kabupaten Indramayu. Jurnal Metereologi dan Geofisika 13 (1): 9-20.

Estiningtyas, W. 2016. Penelitian dan Pengembangan Analisis Key Area Iklim dan Neraca Air Mendukung UPSUS PAJALE. Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 13 (5): 53-72

Gunarsih,C.,Nafisah.,T.Sitaresmi. 2016. Pembentukan Varietas Padi Sawah Dataran Tinggi Toleran Cekaman Suhu Rendah. Iptek Tanaman Pangan

11 (2): 107-117.

(49)

34

Irawan, B. 2006. Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina: Kecendrungan Jangka Panjang dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 24 (1): 28-45.

Kasniari, D.N., Supadma, A.A.N. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (N, P, K ) dan Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Kadar N, P, K Inceptisol Selemadeg, Tabanan.

Jurnal Agritop 26 (4):168-176.

Khamid, MBR. 2016. Review: Mekanisme Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) dalam Menghadapi Cekaman Suhu Tinggi Pada Stadia Generatif. Jurnal Agrotek Indonesia 1 (2): 19-139.

Kementrian Pertanian. 2017. Statistik Iklim, Organisme Penganggu Tanaman dan Dampak Perubahan Iklim. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal – Kementrian Pertanian. Jakarta.

KP3I (Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim) 2009. Laporan Akhir Kegiatan 2008-2099. Badan Peneltian dan Pengembangan Pertanian: Jakarta.

Laimeheriwa, S. 2014. Analisis Peluang Kejadian Deret Hari Kering Selama Musim Tanam Di Kota Ambon. Jurnal Agrologia 3 (2): 83-90.

Masdar., Kasim, M., Rusman. B., Hakim, N., Helmi. 2006. Tingkat Hasil dan Komponen Hasil Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik di Daerah Curah Hujan Tinggi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 8 (2): 126-131.

Morissan. 2016. Metode Penelitian Survei. Penerbit Kencana. Jakarta.

NS, Khodijah. 2015. Hubungan Antara Perubahan Iklim dan Produksi Tanaman Padi di Lahan Rawa Sumatera Selatan. Enviagro Jurnal Pertanian dan Lingkungan 8 (2): 83-91.

Nurrani, L. dan S, Tabba. 2013. Persepsi Dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional Aketajawe

Lolobata Di Provinsi Maluku Utara. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi

Kehutanan 10 (1) : 61-73.

Nuryano, B.,A.Priyatmojo.,B.Hadisutrisno. 2014. Pengaruh Tinggi Tempat dan Tipe Tanaman Padi terhadap Keparahan Penyakit Hawar Pelepah. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 33 (1): 1-8.

(50)

35

Prasetyo, SB. 2015. Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas Kopi Robusta (Coffea robusta) di Kabupaten Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.

Priyatno, T.P. 2012. Pengembangan Padi C4 Strategi Inovasi Adaptif Menghadapi Pemanasan Global. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Rizqiyah, F. 2006. Dampak Pengaruh Perubahan Iklim Global Terhadap Produksi Kedelai (Glicine max L.Merril) di Kabupaten Malang. Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.

Rochimah, RN., Soemarno. dan A.W, Muhaimin. 2014. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi dan Rendemen Tebu di Kabupaten Malang. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Rohaeni, W.R; Nafisah; Hairmansis, A; Lestari, P. 2016. Uji Cepat untuk Padi Toleran Suhu Rendah menggunakan Thermogradientbar. Agrotop 6 (1): 26-34.

Ruminta. 2016. Kerentanan dan Risiko Risiko Penurunan Produksi Tanaman Padi Akibat Perubahan Iklim di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016.

Runtunuwu,E.,H.Syahbuddin.,F.Ramadahni.,A.Pramudia.,D.Setyorini.,K.Sari., Y.Apriyana.,E.Susanti.,Haryono.,P.Setyanto.,I.Las.,M.Sarwani. 2012. Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu: Status Terknini dan Tantangan Kedepan. Jurnal Sumberdaya Lahan 6 (2): 67-78.

Runtunuwu, E., H, Syahbuddin, dan F, Ramadhani. 2013. Kalender Tanam sebagai Instrumen Adaptasi Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Sikuku, P.A., J.C. Onyango, and G.W. Netondo. 2012. Physiological and biochemical responses of five nerica rice varieties (Oryza sativa L.) to water deficit at vegetative and reproductive stage. Agric. Biol. J. N. Am. 3 (3): 93-104.

Subari., Joubert, M.D., Sofiuddin, H.A., Triyono, J. 2012. Pengaruh Perlakuan Pemberian Air Irigasi Pada Budidaya Sri, Ptt Dan Konvensional Terhadap Produktivitas Air. Jurnal Irigasi 7 (1): 28-42.

Suciantini. 2015. Interaksi Iklim (Curah Hujan) terhadap Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Pacitan. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1 (2): 358-265.

Sujinah. dan A, Jamil. 2016. Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap

Cekaman Kekeringan dan Varietas Toleran. Iptek Tanaman Pangan 11

(51)

36

Surmaini, E., E, Runtunuwu, dan I, Las. 2011. Upaya Sektor Pertanian dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30 (1): 1-7.

Surmaini, E. dan H, Syahbuddin. 2016. Kriteria Awal Musim Tanam: Tinjauan Prediksi Waktu Tanam Padi Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian (35) 2: 47-56.

Tao, H., H. Brueck., K. Dittert., C. Kreye., S. Lin, and B. Sattelmacher. 2006. Growth and yield formation for rice (Oryza sativa L.) in the water-saving ground cover rice production system (GCRPS). Field Crops Research 95 (1):1-12.

Tubur, HW., MA, Chozin., E, Santosa, dan A, Junaedi. 2012. Respon agronomi varietas padi terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. Jurnal Agronomi Indonesia. 40 (3): 167–173.

Weni, H.W.S., Pujiastuti, Y., Umayah, A. 2016. Efek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Pasang Surut.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016. Palembang.

Yunanda, A.P., Fauzi, A.R., Junaedi, A. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Padi Varietas Jatiluhur dan IR64 pada Sistem Budidaya Gogo dan Sawah.

Gambar

Tabel 1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)
Gambar 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode
Tabel 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)
Tabel 4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun sebagai manusia linuweh, serta menjadi suri tauladan kawula untuk hidup dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi, namun sebagai manusia biasa bukan tidak mungkin

Pengelolaan plasma nutfah jambu mete dan kakao meliputi (a) penetapan blok penghasil tinggi sebagai sumber benih, (b) seleksi pohon induk secara individu, (C) koleksi plasma

Seperti yang ditemukan pada kenyataan yang terjadi di Universitas Airlangga dan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yaitu: Sebagian besar

Hasil analisis finansial usahatani terha- dap tiga jenis pupuk alternatif yang diuji pada tanaman jagung menunjukkan bahwa pengguna- an pupuk NPK Phonska (P4)

Dalam hasil uji coba system yang telah selesai dan berhasil dibuat, Aplikasi ini mampu terintegrasi dengan baik dengan billing yang digunakan sebelumnya dan telah di

Kriteria toleransi genotipe terhadap kahat P yang digunakan adalah nilai relatif dari jumlah anakan, bobot kering tajuk, dan tinggi tanaman, yakni perbandingan anta- ra

Namun itulah kenyataan yang telah terjadi di 3 (tiga) pesantren besar yaitu Pondok Pesantren Al-Lathifiyah II Tambakberas Jombang, Pondok Pesantren

Batasan dari penelitian ini adalah parameter input yang digunakan hanya kurs tengah rupiah terhadap dolar, lalu untuk data pengujian berjumlah 41 dan menggunakan 3 hidden layer