• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 eJournal Administrative Reform Muhammad Jabar 10 18 (04 18 18 03 24 14)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2 eJournal Administrative Reform Muhammad Jabar 10 18 (04 18 18 03 24 14)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2018

STRATEGI PENGAWASAN BAWASLU PADA PEMILIHAN BUPATI/ WALIKOTA SERENTAK DI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015

Muhammad Jabar1, Aji Ratna Kusuma2, Adam Idris3

Abstrak

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud untuk mendapatkan deskripsi yang mendalam tentang Strategi Pengawasan Bawaslu Kalimantan Timur pada pemilihan Bupati/Walikota serentak di Kalimantan Timur. Hasil penelitian menujukkan bahwa Strategi pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu Kalimantan Timur pada pemilihan Bupati/Walikota serentak di Kalimantan Timur telah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam hal pengawasan setiap tahapan dalam pemilihan kepala daerah.

Kata Kunci : Strategi Pengawasan, Bawaslu, Pilkada.

Abstract

This research uses a qualitative approach with a view to obtaining an in-depth description of the East Kalimantan Supervision Bawaslu Strategy at the election of Regent/Mayor simultaneously in East Kalimantan. The results showed that the supervisory strategy undertaken by Bawaslu East Kalimantan in the election of Regent/Mayor simultaneously in East Kalimantan has been in accordance with the main task and function in terms of supervision of each stage in the election of regional head.

Keywords: Supervision Strategy, Bawaslu, Election of Regional Head

Pendahuluan

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah merupakan salah satu indikator keberhasilan demokrasi dari sebuah negara transisi. Pemilihan kepala daerah yang digelar lima tahun sekali tidak terlepas dari proses kaderisasi tampuk pimpinan. Sebagaimana kepala daerah menjabat hanya dua kali masa periodesasi jabatan. Setiap jabatan memiliki masa waktu lima tahun. Sehingga apabila dua kali terpilih, masa priodesasi jabatan akan diduduki selama sepuluh tahun.

Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu kebutuhan untuk mengoreksi terjadinya penyimpangan penerapan otonomi daerah yang ditunjukkan para elite ditingkat lokal. Asumsi bahwa otonomi daerah yang ditunjukkan para elit ditingkat local. Asumsi bahawa otonomi daerah akan lebih meningkatkan kualitas pelayanan publik, dalam banyak kasus ternyata banyak janji kosong yang tidak terbukti kebenarannya. Sehingga yang terlihat justru 1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda.

(2)

maraknya perilaku elit lokal baik dari kalangan pemerintah maupun DPRD yang mempertontonkan semangat mengeruk keuntungan pribadi dengan mengabaikan pandangan dan kritik masyarakat luas. Situasi ini salah satunya disebabkan oleh pemilihan kepala daerah melalui DPRD. (Lili Hasanuddin 2003:5)

Tahapan penyelenggaraan sebagaimana terdiri dari; Pencalonan yang dibagi menjadi dua yaitu syarat dukungan Pasangan calon perseorangan dan pendaftaran pasangan calon melalui partai politik. Tahapan Masa Kampanye yaitu meliputi pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka dan dialog, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat praga kampanye, debat publik/debat terbuka antar pasangan calon, kampanye melalui media masa, cetak, elektronik dan masa tenang dan pembersihan alat praga kampanye. Tahapan audit dana kampanye, tahapan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara, tahapan penetapan pasangan Calon terpilih.

Maka dari itu, dalam pelaksanaan tahapan pemilihan kepala daerah tidak dapat dipungkiri masih sering terjadi kecurangan-kecurangan, baik yang dilakukan oleh oknum penyelenggara pemilu ataupun peserta pemilu (partai politik dan calon kepala daerah). kecurangan-kecurangan yang terjadi baik ditingkat nasional maupun di daerah-daerah, khususnya Kalimantan Timur adalah politik uang (money politic), daftar pemilih ganda, pemilih siluman dan oknum penyelenggara yang berpihak pada salah satu calon.

Setiap kali pelaksanaan pemilihan kepala daerah, tentu selalu saja banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi, walaupun peraturan dan perundang-undangan dengan tegas telah melarang perbuatan curang pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah. karena banyaknya kecurangan yang timbul pada Pilkada, maka diharapkan kerja positif pengawasan pemilu dalam hal pelaksanaan pemilihan kepala daerah sesuai peraturan dan perundang-undangan.

Berangkat dari latar belakang diatas, penulis akan mengkaji dan menganalisis lebih jauh mengenai strategi pengawasan pelaksanaan pemilihan Bupati/Walikota serentak di Provinsi Kalimantan Timur yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi Kalimantan Timur. Sebagaimana pengawasan yang dilakukan terdiri dari aspek pengawasan pada pemutakhiran data pemilih, logistik, netralitas aparat dan politik uang (money politic).

Kerangka Dasar Teori

Pendekatan Teori Pengawasan

Pengawasan merupakan bentuk pemeriksaan atau pengontrolan yang dilakukan dari pihak atas kepada pihak yang dibawahnya. Istilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah “awas” sehingga pengawasan merupakan kegiatan mengawasi, dalam arti melihat sesuatu dengan seksama.

(3)

berdasarkan pengamatan – pengamatan tersebut dapat diambil suatu tindakan tertentu guna memperbaikinya, demi tercapainya tujuan (Sarwoto, 2008 :22)

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengawasan Pemilihan Umum dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Bawaslu dibantu oleh Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri.

Badan pengawas pemilu merupakan lembaga yang bersifat tetap. Anggotanya diangkat sekali dalam 5 tahun atau bersifat tetap. Sedangkan Panwaslu di Provinsi, Panwaslu di Kabupaten/Kota, Panwaslu di Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri dibentuk paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahapan pertama penyelenggaraan Pemilu dimulai dan berakhir paling lambat 2 (dua) bulan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilu selesai.

Dalam kaitannya dengan model pengawasan ke kinian, Perludem menjelaskan bahwa perkembangan kelembagaan pengawas pemilu mengalami perkembangan signifikan, setidaknya dari tiga pemilu terakhir. Bawaslu bertrasnformasi dari lembaga yang hanya sebagai pengawas pemilu dan memberi rekomendasi dari setiap potensi pelanggaran pemilu, bergeser ke posisi yang lebih strategis. Keberadaan Bawaslu langsung menjadi bagian penting di dalam proses penegakan hukum pemilu.

Menurut James Af Stoner dan R. Edward Freeman (1994) pengawasan merupakan salah satu dari empat fungsi manajemen, sebagaimana berikut ini, yaitu: fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling). Pengawasan merupakan salah satu fungsi penting dalam fungsi manajemen. Hal dikarenakan tanpa pengawasan, fungsi yang lain tidan akan berjalan secara efisien, efektif dan maksimal. Boleh dikatakan bahwa masing-masing fungsi manajemen tersebut merupakan satu kesatuan yang menyeluruh dan sistemik, sehingga saling mempengaruhi dan ketergantungan satu sama lain.

Dalam Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pengawasan Pemilu, Bawaslu Provinsi melakukan pengawasan terhadap:

1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap;

2. Verifikasi partai politik calon Peserta Pemilu;

3. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota DPD, anggota DPRD Provinsi dan verifikasi pencalonan gubernur; 4. Proses penetapan calon anggota DPD, DPRD Provinsi, dan calon gubernur; 5. Penetapan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur;

6. Pelaksanaan kampanye;

7. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;

(4)

9. Pelaksanaan seluruh proses penghitungan suara di wilayah pelaksanaan seluruh proses penghitungan suara di wilayah kerjanya;

10. Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;

11. Proses rekapitulasi suara dari seluruh kabupaten/kota yang dilakukan oleh KPU Provinsi;

12. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; dan

13. Proses penetapan hasil Pemilu di wilayah provinsi.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena yang diteliti sesuai dengan variabel penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2012 : 4), metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan dan deskriptif berupa kata-kata atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Analisis kualitatif tidak hanya menggambarkan fenomena melalui kata-kata atau lisan akan tetapi dapat juga berupa angka-angka, terutama data sekunder dan data yang menunjukkan jumlah fenomena yang terjadi yang diperoleh dari data primer sehingga data yang menunjuk angka-angka adalah alat bantu untuk penganalisis kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif.

Hasil Penelitian

Pengawasan Dalam Hal Pencegahan

Dalam hal konteks pengawasan pemilihan kepala daerah, pemerintah daerah memiliki sumberdaya yang cukup dalam bentuk masyarakat untuk dilibatkan pengawasan. Masyarakat khususnya masyarakat pemilih, dalam asumsi umum memiliki kepentingan untuk memastikan hak pilihnya tidak dicederai oleh pelanggaran dan kecurangan. Sumberdaya manusia yang tidak terbatas tersebut akan menjadi duta dalam pelaksanaan pengawasan pemilukada di semua tahapan pemilukada.

(5)

Dalam rencana strategis Bawaslu telah mengeluarkan Peraturan Bawaslu Nomor 13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Pemilu. Peraturan ini secara khusus mengatur tentang partisipasi masyarakat dalam pengawasan, yakni dalam pasal 22, ketentuan tersebut menyebutan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu bisa dilakukan 4 (empat) cara, yakni pemantauan, penyampaian laporan awal dan/atau informasi awal temuan dugaan pelanggaran, kajian, kampanye pengawasan, dan bentuk lainnya yang tidak melanggar peraturan dan perundag-undangan.

Peraturan ini juga memberikan panduan kepada Bawaslu dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu sebagai berikut : a. Mendorong secara aktif peran masyarakat untuk mengawasi pemilu,

b. Menyediakan informasi, sarana atau fasilitas yang memadai untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi tentang pengawasan Pemilu, dan

c. Menyiapkan sarana atau fasilitas yang mudah bagi masyarakat untuk menyampaikan informasi, pengaduan dan atau laporan pelanggaran Pemilu.

Perlu juga digaris bawahi kekurangan jumlah personel dan daya dukung yang dimiliki oleh pengawas pemilu sesungguhnya berakibat adanya kebutuhan bagi pengawas pemilu dalam hal ini Bawaslu, untuk menghadirkan pengawas partisipatif yang dilakukan kerjasama melalui Bawaslu secara internal, dan komunitas masyarakat secara eksternal.

Maka dari itu peran Ormas dalam pengawasan partisipatif sangat diperlukan sebagai bentuk koordinasi dan kerjasama dalam hal pencegahan dan pengawasan pemilu. Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan kepentingan, kegiatan dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berdasarkan konsep pengawasan dalam hal pencegahan yang dilakukan oleh Bawaslu Kaltim yang bertujun untuk melibatkan dan meningkatkan partisipasi serta keikut sertaan masyarakat dalam hal melakukan pengawasan dan pencegahan dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Sebagaimana Donelly mengelompokkan pengawasan menjadi 3 (tiga) tipe pengawasan. Pertama,pengawasan pendahuluan yakni pengawasan tersebut dilakukan sebelum kerja dilaksanakan. Kedua, Pengawasan dilakukan pada saat kerja berlangsung, memastikan apakah pengawasan dilapangan sudah mencapai sasaran. Ketiga, Pengawasan dengan mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

(6)

Pengawasan Pada Tahapan Pemilihan Kepala Daerah

Pengawasan merupakan suatu upaya agar apa yang telah diupayakan agar apa yang telah direncanakan sebelum diwujudkan dalam waktu yang telah ditentukan serta untuk memahami kelemahan-kelemahan dan kesulitan dalam pelaksanaannya. Sehingga berdasarkan pengamatan tersebut dapat diambil suatu tindakan tertentu guna memperbaikinya, demi tercapainya tujuan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan Pilkada serentak di 9 (sembilan) kabupaten/kota khususya pada pemutakhiran daftar pemilih terdapat beberapa kendala berupa hasil pengawasan, adapun dirangkum sebagai berikut oleh Bawaslu Kaltim;

a. masih terdapat pemilih ganda.

b. pemilih yang meninggal masih tercantum.

c. data yang dihimpun dari Pusat terdapat tidak kesesuain dilapangan hasil coklit lapangan oleh PPDP.

d. adanya temuan jumlah penduduk lebih dominan dibandingkan jumlah pemilih.

Kabupaten Kutai Timur misalnya di temukan sekitar 5.000 nama pemilih yang terdaftar lebih dari 1 kali pada semua kecamatan di Kabupaten Kutai Timur. Dari jumlah DPT sebelumnya 265.246 sebelum perbaikan menjadi 259.509. Tentu ini merupakan angka yang pantastis jika pengawasan tidak jelih dan tanggap, maka pengawas tidak bisa menemukan pemilih ganda, salah satu upaya yang dilakukan meberikan rekomendasi kepada KPU untuk melakukan perbaikan melalui pencoklitan ulang dan hasilnya perbaikan daftar pemilih.

Kutai Barat disalah satu kecamatan dan desa terdapat kejanggalan dimana jumlah daftar pemilih lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk. Tentunya hal ini menjadi kejanggalan sehingga perlu klarifikasi dari pihak Dukcapil dan KPU Kutai Barat yang dalam hal ini menjadi tugas dan tanggungjawab penyelenggara Pemilu.

Penanganan Pelanggaran Pemilu

Badan Pengawas Pemilu memiliki peran sebagai lembaga pengawas pemilu, yang selalu menjadi bagian utama di dalam proses penanganan pelanggaran pemilu dan penegakan hukum. Dalam hal ini perlu juga dijelaskan mengenai penanganan pelanggaran yang dilakukan oleh Bawaslu dan Panwas Kabupaten/Kota. Sebagaimana diklasifikasi menjadi 3 (tiga) jenis pelanggaran, adapun dijelaskan sebagai berikut ;

1. Pelanggaran Administrasi

(7)

2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang.

2. Pelanggaran Pidana

Pengertian dari Pelanggaran Pidana Pemilu ialah segala tindak pidana yang merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan yang diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan pemilihan umum.

3. Pelanggaran Kode Etik

Pengertian tentang Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilihan sebagaimana yang tertuang dalam pasal 136 Undang-Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang yaitu pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilihan yang berpedoman pada sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilihan.

Panwas Kabupaten/Kota se-Kalimantan Timur telah menangani 2 (dua) Temuan dan 1 (satu) laporan dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan yang diteruskan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).

Salah satu temuan pelanggaran kode etik terjadi di Kota Samarinda, berikut petikan wawancara dengan Abdul Muin selaku Ketua Panwas Samarinda pada Pilkada Serentak tahun 2015 terkait ketidaknetralan Ketua PPK Kec. Sambutan sehingga dilaporkan ke DKPP:

“Ada anggota PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) yang terindikasi tidak netral, yakni yang bersangkutan turut serta hadir di lokasi kampanye salah satu pasanga calon pada masa kampanye. Kasus ini sudah dilaporkan ke DKPP RI, namun sebelum DKPP RI memutuskan hasilnya, PPK tersebut mengundurkan diri. Serta hasil putusan DKPP RI tidak sampai menjatuhkan sanksi sebab dianggap tidak cukup bukti.”

Laporan pelanggaran politik uang menjadi sebuah isu besar dalam pelaksanaan Pilkada serentak pada tahun 2015 ini yang menjadi penyebabnya ialah karena tidak terdapatnya sanksi pidana pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 yang mengatur tentang pelaksanaan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Tahun 2015.

(8)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa Strategi pengawasan Bawaslu Kalimantan Timur pada pemilihan Bupati/Walikota Serentak di Kalimantan Timur telah melakukan tugas pokok dan fungsi dalam hal pengawasan setiap tahapan dalam pemilihan kepala daerah, dimulai pada pemutakhiran daftar pemilih, pencalonan, kampanye, hingga penetapan pasangan Bupati/Wakil Bupati pada pemilihan kepala daerah serentak yang dilaksanakan di Kalimantan Timur Tahun 2015

Strategi Bawaslu dalam hal melakukan pencegahan pada pemilihan Bupati/ Walikota serentak Tahun 2015 dengan melakukan sosialisasi disebut dengan pengawasan partisifatif. Kegiatan ini adalah bentuk sosialisasi pengawasan kepada masyarakat, pemilih pemula serta organiasasi kepemudaan dan mahasiswa untuk ikut aktif dalam hal pencegahan melalui pengetahuan wawasan hasil dari sosialisasi pengawasan yang dilaksanakan oleh Bawaslu Kaltim;

Saran

Dari uraian diatas mengenai “Strategi Pengawasan Bawaslu pada Pemilihan Bupati/Walikota Serentak Di Kalimantan Timur Tahun 2015”, maka saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bawaslu Kaltim dalam hal pengawasan pencegahan diperlukan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasinya tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU, sekretaris dan pegawai sekretariat KPU yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung;

2. Bawaslu Kaltim dalam hal pencegahan harus mampu membuat strategi baru, dalam hal ini juga keterlibatan tokoh agama sebagai peran penting melakukan pencegahan dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu;

3. Terkait dengan penanganan pelanggaran, dalam problem dan kendala pengawasan serta penindakan atas praktek money politic, ada beberapa strategi yang harus ditempuh oleh Bawaslu Kaltim ; Pertama, peningkatan partisipasi masyarakat untuk turut andil dalam melakukan pengawasan pada semua tahapan pemilihan kepala daerah. Karna mengingat jumlah pengawas pemilu yang sangat terbatas disetiap daerah. Kedua, perlu adanya upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah terhadap peningkatan kapasitas pengawasan pemilu. Lemahnya daya dukung infrastruktur dan pembiayaan selalu menjadi kendala pengawas pemilu menjalankan amanah yang diberikan undang-undang.

Daftar Pustaka

(9)

Asshiddiqie, Jimly. 2009. Komentar atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sinar Grafika: Jakarta.

Bawaslu Jawa Barat. 2016. Membangun Pengawasan Partisifatif. Bawaslu Prov. Jabar: Bandung.

Hasanudin, Lili. 2003. Pemilihan langsung Kepala daerah menuju terwujudnya pemerintahan local yang demokratis di Indonesia, Makalah pada seminar nasional Pemilihan Langsung Kepala daerah sebagai Wujud Demokrasi Lokal. Adeksi.

Moleong, J. Lezy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sarwoto. 2008. Dasar-Dasar Organisasi Dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Rasa adalah faktor berikutnya yang dinilai panelis setelah tekstur, warna dan aroma. Rasa timbul akibat adanya rangsangan kimiawi yang dapat diterima oleh indra

yang menyatakan bahwa kemampuan daya serap air pada tepung terigu berkurang apabila kadar air dalam tepung terlalu tinggi.Oleh karena itu, brownies panggang dengan

Penawaran jumlah tenaga kerja terus meningkat dan lebih besar daripada permintaan tenaga kerja, sehingga makin banyak pekerja tak terlindungi kebijakan upah minimum, atau faktor

Analisis spasial wilayah potensial PKL menghasilkan peta tingkat wilayah potensial yang tersebar sepanjang Jalan Dr.Radjiman berdasarkan aksesibilitas lokasi dan

Untuk menambahkan header dan footer, Anda harus membuat subclass pada FPDF(). Header dapat ditambahkan dengan membuat function berikut ini dalam subclass PDF

Dari sini terlihat bahwa penyelesaian sengketa perbankan syari’ah dapat diselesaikan melalui basyarnas (non litigasi), pengadilan agama, dan pengadilan negeri. Beberapa opsi

Namun demikian, beberapa saran perlu diberikan agar kesesuaian antara standar dan praktik pada BPRS Bangka Belitung dapat ditingkatkan lagi dan menjadi acuan dalam

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 106 atas Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah