BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangMasalah Ilmu sosial merupakan suatu bahan studi, atau program pengajaran yang khusus dirancang untuk kepentingan pendidikan/pengajaran yang di Indonesia yang diberikan dalam rangka usaha untuk memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan guna mengkaji gejala-gejala social agar daya tanggap, persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan, sehinggan lebih peka terhadapnya Ilmu social juga tidak terlepas dengan yang namanya desa serta adat istiadat, masyarakat, serta tempat tinggalnya yang saat ini yang akan dibahas adalah tentang desa baik desa Swadaya, Swakarya maupun Desa Swasembada.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa pokok persoalan yang dapat diperbincangkan terkait dengan desa dan tipologi desa di Indonesia, yakni:
1. Apakah pengertian Desa, Desa Swadaya, Swakarya dan Desa Swasembada ? 2. Apakah norma-norma yang terdapat didalamnya?
3. Bagaimana ciri-cirinya?
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui hakikat dari Desa serta desa Swadaya, Swakarya dan Swasembada.
BAB II
PEMBAHASAN DESA, DESA SWADAYA, DESA SWAKARYA,
DAN DESA SWASEMBADA
2.1. Pengertian Desa
Desa menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung {Banten, Jawa Barat} atau dusun {Yogyakarta} atau banjar (Bali) atau jorong (Sumatera Barat). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Klèbun di Madura, Pambakal di Kalimantan Selatan, Hukum Tua di Sulawesi Utara. ). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Klèbun di Madura, Pambakal di Kalimantan Selatan, dan Kuwu di Cirebon, Hukum Tua di Sulawesi Utara.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah nagari, di Aceh dengan istilah gampong, di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat.
Pengertian Desa menurut beberapa ahli :
Bambang Utoyo
R. Bintarto
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain
Sutarjo Kartohadikusumo
Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat
William Ogburn dan MF Nimkoff
Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.
S.D. Misra
Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are.
Paul H Landis
Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa 2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan 3. Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat
UU no. 22 tahun 1999
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten
UU no. 5 tahun 1979
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Istilah desa dapat merujuk pada arti yang berbeda-beda, tergantung dari susut pandangnya. Secara umum desa memiliki tiga unsure, yaitu:
1. Daerah dan letak, yang diartikan sebagai tanah yang meliputi luas lokasi dan batas-batasnya yang merupakan lingkungan geografis
3. Tata kehidupan, meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan warga desa.
Ketiga unsur dari desa tersebut tidak terlepas satu sama lain, melainkan merupakan satu kesatuan secara sosiologis Secara sosiologis pengertian desa memberikan penekanan pada kesatuan masyarakat pertanian dalam suatu masyarakat yang jelas menurut susunan pemerintahannya. Bila kita amati secara fisik, desa diwarnai dengan kehijauan alamnya, kadang-kadang dilingkungi gunung-gunung, lembah-lembah atau hutan, dan umumnya belum sepenuhnya digarap manusia. Secara sosial kehidupan di desa sering dinilai sebagai kehidupan yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik.
Oleh karena itu, desa dianggap sebagai tempat yang cocok untuk menenangkan pikiran atau melepaskan lelah dari kehidupan kota. Akan tetapi, sebaliknya, adapula kesan yang menganggap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, sulit menerima pembaharuan, mudah ditipu dan sebagainya. Kesan semacam ini timbul karena masyarakat kota hanya mengamati kehidupan desa secara sepintas dan kurang mengetahui tentang kehidupan mereka sebenarnya.
2.2. Klasifikasi Desa menurut Perkembangannya
Di Indonesia, tahap-tahap perkembangan sebuah desa dapat diklasifikasikan kedalam kelas-kelas sebagai berikut:
a. Pradesa, dicirikan dengan adanya kelompok masyarakat yang belum menetap pada suatu lokasi yang disebut desa
b. Desa swadaya atau disebut juga desa tradisional c. Desa swakarya atau disebut juga desa transisi
Tipologi yang diketengahkan oleh Undang-undang No. 5/1975 dimulai dengan bentuk (pola) desa yang paling sederhana sampai bentuk pemukiman yang paling kompleks namun masih tetap dikategorikan sebagai pemukiman dalam bentuk desa.
2.2.1. Desa Swadaya
Desa Swadaya adalah desa yang sifatnya masih tradisional, adat istiadatnya masih sangat mengikat, hubungan antar manusia masih sangat erat. Tipe atau bentuk desa yang berada pada tingkat yang lebih baik disebut swadaya. Desa ini bersifat sedenter, artinya sudah ada kelompok (keluarga) tertentu yang bermukim secara menetap disana.
Norma-norma yang terdapat pada desa ini adalah sebagai berikut :
• Mata pencaharian penduduk terutama di sector primer yaitu sebgian besar penduduk hidup dari pada pertanian, peternakan, nelayan dan percaharian hasil hutan
• Yield/ out put desa adalah jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai rupiah dibidang pertanian, perkebunan, perternakan, kerajinan/industry, jasa perdagangan, pada umumnya masih rendah.
• Adat istiadat dan kepercayaan pada umumnya masih meningkat.
• Kelambagaan dan pemerintahan desa ini sederhana baik tugas maupun fungsinya
• Pendidikan dan keterampilan penduduk masih rendah.
• Swadaya dan kegotong-royongan dalam pembangunan masih harus disertai dengan anjuran dan diarahkan, mengingat teknilogi yang dikuasainya msih rendah serta pengaruh adat masih kuat.
kebutuhannya. Kebanyakan desa-desa seperti ini jauh dari pusat-pusat kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, prasarana sering krang memadai dan kurang terpelihara. Tingkat pendidikan sebagai salah satu indicator tipologi desa ini belum berkembang. Hampir tidak ada penduduk yang menyelesaikan pendidikan. Pada intinya desa ini belum mampu menyelenggarakan uarusan rumah tangga sendiri, administrasi belum baik dan LKMD belum berfungsi dengan baik.
Desa swadaya adalah desa yang memiliki potensi tertentu tetapi dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan ciri:
1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya. 2. Penduduknya jarang.
3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris. 4. Bersifat tertutup.
Desa Swakarya atau Transisi adalah desa yang setingkat lebih maju dari desa swadaya, dimana adat istiadat masyarakat desa sedang mengalami transisi, pengaruh dari luar sudah mulai masuk ke desa, yang mengakibatkan perubahan cara berpikir dan bertambahnya lapangan kerja di desa, sehingga mata pencaharian penduduk sudah mulai berkembang dari sector primer ke sector skunder, produktifitas mulai maningkat diimbangi dengan bertambahnya prasarana desa.
kehidupan social budaya lainnya. Adopsi teknologi tertentu sering merupakan salah satu sumber perubahan itu. Adat tidak lagi terlalu ketat mempengaruhi atau menentukan pola perilaku anggota masyarakat.
Perkawinan misalnya, tadinya dikendalikan oleh keluarga mulai melonggar dengan memberikan kesempatan bagi para calon untuk memilih da menentukan jodohnya sendiri-sendiri. Pengaruh unsure laur (asing, luar desa) sudah mulai iku mempengaruhi atau membentuk perilaku masyarakat yang baru melalui berbagai adopsi teknologi dalam arti yang laus .
Norma-norma desa swakarya :
• Mata pencaharian penduduk di sector, yaitu sudah mulai bergerak dibidang kerajinan dan industry kecil, seperti pengolahan hasil, pengawetan bahan makanan dsb.
• Yield/ out put desa adalah merupakan jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai rupiah dibidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan dan industry kecil, perdagangan dan jasa berada pada tingkat sedang.
• Adat istiadat dan kepercayaan penduduk berada pada tingkat transisi
• Kelembagaan dan pemerintahan desa milai berkembang, baik tugas maupun fungsinya
• Pendidikan dan keterampilan penduduk pada tingkat sedang
• Swadaya dan gotong royong masyarakat sudah mengalami transisi, artinya pelaksanaan dan cara kerja gotong-royong sudah mulai efektif dan tumbuh adanya rasa kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri
Desa swakarya ialah desa yang masyarakatnya telah berkeinginan memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya untuk membangun daerahnya . Pada intinya desa swakarya adalah desa yang mulai mampu menyelenggarakan rumah tangga sendiri, administrasi cukup baik, dan LKMD mulai berfungsi menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan .
Desa swakarya adalah peralihan atau transisi dari desa swadaya menuju desa swasembada. Ciri-ciri desa swakarya adalah:
1. Kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh. 2. Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi
3. Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari pusat perekonomian.
4. Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lain.
5. Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar.
2.2.3. Desa Swasembada
Desa swasembada atau Berkembang adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memanfaatkan dan mengembngkan sumber daya alam dan potensinya sesuai dengan kegiatan pembangunan regional . Desa swasembada adalah desa yang setingkat lebih maju dari desa swakarya, dimana adat istiadat masyarakat sudah tidak mengikat, hubungan antar manusia bersifat nasional. Mata pencaharian penduduk sudah beraneka ragam dan bergerak di sektok tertier, teknologi baru sedah benar-benar dimanfaatkan dibidang pertanian, sehingga produktivitasnya tinggi.
disana sudah banyak yang berpendidikan setingkat dengan sekolah menengah atas .
Norma-norma Desa Swasembada (Berkembang) ialah:
• Mata pencaharian di sector tertier yaitu sebagian besar penduduk bergerak dibidang perdagangan dan jasa
• Yield/ out put desa adalah merupakan jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai rupiah dibidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan/industry kecil, perdagangan dan jasa sudah tinggi.
• Adat istiadat dan kepercayaan penduduk sudah tidak mengikat atau maju • Kelembagaan dan pemerintahan desa sudah efektif baik dalam hal penigasan-penugasan maupun fungsinya dan telah ada kondisi yang sebaik-baiknya dalam perencanaan dan pengembangan di pedesaan
• Pendidikan dan keterampilan penduduk ditingkatannya sudah tinggiswadaya dan gotong-royong masyarakata sudah manifest, artinya pelaksanaan dan cara kerja kegotongroyongan berdasarkan musyawarah/mufakat antara warga masyarakat dengan penuh rasa kesadaran dan tanggung jawab yang selaras dengan norma-norma perkembangan atau kemajuan zaman.
• Prasaran produksi, perhubungan pemasaran dan social cukup memadai serta hubungan kota-kota sekitarnya telah berjalan lancar. Intinya, Desa swasembada (desa maju), adalah desa yang sudah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri, administrasi baik, dan LKMD sudah berfungsi menggerakkan masyarakat berperan dalam pembangunan.
Ciri-ciri desa swasembada
1. kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan. 2. penduduknya padat-padat.
4. telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan labih maju dari desa lain.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian diatas sedikit banyak kita dapat memperoleh banyak memperoleh gambaran tentang desa. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/social-sciences/1995193-ciri-desa-swasembada-dan-desa/ #ixzz2ML0UDXox
http://id.shvoong.com/social-sciences/1995193-ciri-desa-swasembada-dan-desa/
http://hany-cute86.blogspot.com/2009/03/klasifikasi-desa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Desa
http://id.shvoong.com/social-sciences/1995193-ciri-desa-swasembada-dan-desa/