• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN dan PERANGKAT PEMBELAJARAN MODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN dan PERANGKAT PEMBELAJARAN MODE"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL IDEAL PROBLEM SOLVING

MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

Artikel

Oleh

IKA NORA DHANY

4101508045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

(2)

1 ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL IDEAL PROBLEM SOLVING MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

Oleh: Ika Nora Dhany

Perangkat pembelajaran merupakan persiapan guru sebelum melakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran matematika SMA adalah memecahkan masalah. IDEAL Problem Solving adalah model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa berlatih memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran model IDEAL Problem Solving sehingga dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah materi dimensi tiga kelas X yang valid, efektif dan praktis .

Model pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah modifikasi 4-D dari Thiagarajan, yang meliputi tiga tahap yaitu pendefinisian, perancangan dan pengembangan. Penelitian ini dilakukan di kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol di SMA 1 Cepu. Teknik analisis data untuk menilai kevalidan perangkat dengan validasi isi dan konstruk yang dilakukan oleh 5 orang ahli. Kepraktisan perangkat dinilai menggunakan angket respon siswa dan lembar pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran dinilai dengan uji coba perangkat pada kelas eksperimen dengan analisis pada hasil belajar menggunakan one sample t-test dan proporsi untuk uji ketuntasan hasil pembelajaran, Uji regresi untuk mengetahui pengaruh antara kreativitas terhadap kemampuan penyelesaian masalah, serta independent t-test untuk membandingkan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol.

Hasil validasi pada perangkat pembelajaran menyatakan bahwa perangkat valid menurut ahli dengan rata-rata 4,66. Dari hasil ujicoba diperoleh (1) kepraktisan: dari hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran berkategori sangat baik, dengan rata-rata 4,45. Respon peserta didik > 75% memberi respon baik. (2) Keefektifan: dari analisis hasil uji coba, diperoleh ketercapaian ketuntasan kemampuan penyelesaian masalah secara klasikal dengan rataan nilai >70 melebihi 75%, Ada pengaruh yang signifikan antara kreativitas terhadap kemampuan penyelesaian masalah sebesar 68.6%, serta hasil uji t menunjukkan rataan kemampuan di kelas eksperimen lebih besar dari rataan dikelas kontrol. Sehingga diperoleh perangkat pembelajaran yang valid, praktis dan efektif.

(3)

2

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Salah satu tujuan pembelajaran matematika tingkat SMA (Depdiknas, 2006) adalah memecahkan masalah. Dengan memperhatikan tujuan tersebut, maka pembelajaran matematika difokuskan pada kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Selain kemampuan pemecahan masalah, siswa perlu mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya, yaitu kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Munandar 1999:45). Dengan pemikiran yang kreatif, siswa dapat mengemukakan ide-ide baru, inovasi-inovasi baru dan penemuan-penemuan baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam pembelajaran matematika, kreativitas perlu dikembangkan untuk menyelesaikan masalah matematika secara kreatif.

Pada proses pembelajaran matematika, guru hanya mengajar apa yang ada di buku pelajaran, dan siswa hanya mempelajari apa yang akan diujikan. Kondisi ini kurang mendukung pengembangankreatifitas dan kemampuan dalam menyelesaian masalah mereka dimasa mendatang. Untuk melatih siswa lebih kreatif diperlukan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat menggunakan daya pikir, mengembangkan ide, menemukan solusi suatu masalah yang mungkin mereka kembangkan sendiri dan mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya agar mereka dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan penyelesaian masalah dengan baik, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat.

(4)

3

Chaim dkk (dalam Johnson 2000:18) mengemukakan siswa sulit mengkomunikasikan informasi visual, terutama dalam mengkomunikasikan sebuah lingkungan tiga dimensi (misalnya, sebuah bangunan terbuat dari balok kecil) melalui alat dua dimensi (misalnya, kertas dan pensil) atau sebaliknya.

Sebuah cara yang mungkin untuk meningkatkan kemampuan visualisasi dan penalaran siswa dalam ruang tiga dimensi dan dua dimensi menurut Christou (2007:1) adalah memberikan siswa untuk mengeksplorasi sifat-sifat objek tiga dimensi secara tepat dengan menggunakan aplikasi komputer. Dalam kelas biasa, komputer memberikan ilustrasi lebih mudah dan lebih jelas daripada yang guru buat (Cristou 2007:2).

Agar tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik perlu adanya pemilihan model pembelajaran yang sesuai, juga perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai pula dengan model pembelajaran yang digunakan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan sebaiknya dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Penggunaan CD pembelajaran dalam memaparkan isi pembelajaran materi dimensi tiga sangatlah membantu siswa dalam menjembatani keterbatasan kemampuan visual dan spasial pada objek tiga dimensi sehingga siswa dapat lebih memahami isi dari pembelajaran.

(5)

4

lagi, hasil ulangan harian materi Dimensi Tiga untuk siswa SMA 1 Cepu, menurut data yang dimiliki peneliti masih dibawah KKM, yaitu 63,27. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius bagi guru matematika untuk segera memperbaiki pembelajaran yang sudah dilakukan selama ini.

Pada observasi awal yang dilakukan peneliti di SMA 1 Cepu, terlihat bahwa proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan model konvensional. Guru jarang menggunakan media pembelajaran seperti CD pembelajaran, LKS dan buku siswa. Papan tulis merupakan media pembelajaran yang sering digunakan. Selama ini, Guru dalam melakukan tugasnya mengajar jarang membuat perangkat pembelajaran sendiri. Serta belum ada perangkat pembelajaran materi dimensi tiga yang khusus dikembangkan dengan model tertentu.

Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru adalah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merencanakan dan melaksanakan penilaian. Unal (2006:509) menjelaskan bahwa untuk memperbaiki pemahaman dalam pengajaran dan pembelajaran kelas matematika diantaranya adalah perlu perbaikan bahan yang digunakan untuk pembelajaran.

Salah satu contoh model penyelesaian masalah adalah model yang dikembangkan oleh Bransford & Stein yaitu IDEAL Problem solving (Bransford, dkk 1998: 2-4).Langkah-langkah dari model IDEAL problem solving dapat menggali kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah. Kreativitas untuk mengidentifikasi masalah, mendefinisikan tujuan dan menggali penyelesaian yang mungkin dapat dilakukan, memegang peranan penting dalam model ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Bransford dkk (1998, 24) bahwa orang-orang yang kreatif cenderung dapat melihat permasalahan dan menganggapnya sebagai peluang untuk dipecahkan secara kreatif.

(6)

5

diungkapkan bahwa IDEAL problem solving dapat lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA dibanding dengan strategi pemecahan masalah yang lain, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, perlu untuk melakukan penelitian menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model IDEAL problem solving sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan pembelajaran di SMA I Cepu, kabupaten Blora. Oleh karena itu perlu sebuah

kegiatan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model

IDEAL Proble Solving Materi Dimensi Tiga Kelas X

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran dengan model IDEAL Problem solving pada materi dimensi tiga yang valid?

(2) Apakah pembelajaran menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi dimensi tiga praktis?

(3) Apakah pembelajaran menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi dimensi tiga efektif?

Sesuai dengan pertanyaan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Untuk membuat perangkat pembelajaran matematika dengan model IDEAL Problem solving pada materi dimensi tiga yang valid.

(2) Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving pada materi dimensi tiga praktis.

(3) Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving pada materi dimensi tiga efektif.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Masalah

(7)

6

pertanyaan tersebut menantang untuk dijawab, dimana jawabannya tidak dapat dilakukan secara rutin saja, serta siswa tertantang untuk menjawab masalah tersebut. Suatu masalah menurut Carson (2007:3), tidak akan lagi dianggap sebagai masalah jika masalah itu dapat dengan mudah dipecahkan dengan algoritma yang telah dipelajari sebelumnya.

Pengertian Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah menurut Krulik dan Rudnick (dalam Carson 2007: 8) didefinisikan sebagai cara bagaimana seorang individu menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan situasi yang asing. Siswa harus mensintesis apa yang dia telah belajar, dan menerapkannya ke situasi yang baru dan berbeda

Guru memegang peran penting dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Mereka harus memilih permasalahan yang melibatkan siswa dan mereka harus pula menciptakan suatu lingkungan yang mendorong siswa agar mampu menyelesaikan masalah.

Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Penilaian terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah disarankan mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah (melaksanakan rencana pemecahan masalah), menafsirkan hasilnya.

Model Pembelajaran IDEAL Problem Solving

(8)

7 Kreativitas Siswa

Hamalik mengungkapkan seseorang yang kreatif adalah yang memiliki kemampuan dalam pemahaman, sesnsitivitas dan apresiasi (2008:179). Selanjutnya dikatakan bahwa aspek berpikir kreatif adalah berpikir divergen yang memiliki ciri-ciri fleksibilitas, originalitas dan fluency. Fleksibilitas menggambarkan keragaman ungkapan atau responn terhadap stimulus berupa permasalahan. Originalitas menunjukkan pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban atau pendapat terhadap suatu masalah, kejadian dan gejala, sedangkan Fluency menunjukkan pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.

Teori Belajar

Kemampuan pemecahan masalah telah lama menjadi pemikiran para ahli pendidikan. Diantaranya adalah Ausubel, Bruner, Gagne dan Piaget. Berikut adalah dasar pemikiran para ahli tentang pemecahan masalah.

(1) Teori Belajar David Ausubel

Menurut Ausubel (dalam Suparno 2000:54), belajar timbul jika siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini terjadi, jika siswa belajar konsep serta perubahan konsep yang akibatnya, struktur konsep/pengetahuan yang telah dimiliki siswa mengalami perubahan. Pada pembelajaran model IDEAL Problem solving siswa diminta mengidentifikasi pada masalah, selanjutnya guru meminta siswa mengemukakan ide dan cara mereka memecahkan masalah. Untuk keperluan tersebut siswa harus menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan permasalahan yang dihadapi.

(2) Teori Belajar Jerome Bruner

(9)

8 (3) Teori Belajar Gagne

Gagne memakai matematika sebagai media untuk menerapkan teori-teorinya tentang belajar. Gagne menekankan hasil belajar daripada proses. Menurut Gagne terdapat 8 tingkatan belajar, tingkatan yang terakhir adalah Problem solving, yaitu proses belajar yang paling tinggi karena siswa dituntut harus mampu memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah. Teori Belajar Gagne ini mendukung penggunaan model IDEAL problem solving karena siswa diberikan stimulus berupa permasalahan yang harus

diselesaikan dengan menggunakan fakta, konsep, dan prinsip yang dimilikinya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

(4) Teori Belajar Jean Piaget

Menurut Piaget (Arends 2008:47) pedagogi yang baik itu harus melibatkan penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa bereksperimen, yang dalam artinya yang paling luas mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi benda-benda, simbol-simbol, melontarkan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, merekonsiliasikan apa yang ditemukannya pada suatu waktu dengan apa yang ditemukannya pada waktu yang lain, membandingkan temuannya dengan temuan anak-anak lain. Terkait dengan penggunaan model IDEAL problem solving dalam penelitian ini, teori Piaget sangat relevan, karena dalam model IDEAL problem solving, siswa diposisikan sebagai sentral kegiatan pembelajaran (instruction), sedangkan guru aktif memberikan kemudahan (fasilitas) belajar kepada siswa dan mereka berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang dapat mempermudah proses belajarnya.

Pembelajaran IDEAL Problem Solving Pada Materi Dimensi Tiga

(10)

9

menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu, tahapan dalam IDEAL problem solving dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi dimensi tiga.

CD Pembelajaran Sebagai Media

Munadi (2008:7) mengungkapkan media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehungga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Dalam penelitian ini CD pembelajaran berfungsi sebagai media untuk menjelaskan materi kepada siswa sehingga dapat membantu keterbatasan siswa pada kemampuan visualisasi dan spasial serta dapat mempermudah pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah dimensi tiga. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pemecahan masalah.

Kerangka Berpikir

Pemecahan masalah di banyak negara secara eksplisit menjadi tujuan pembelajaran matematika dan tertuang dalam kurikulum matematika. Dalam pembelajaran konvensional, yang sampai sekarang masih dominan dilaksanakan, aktivitas pembelajaran lebih banyak didominasi guru dibandingkan dengan siswa. Sebagian besar siswa terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Selain kemampuan pemecahan masalah, siswa perlu mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya, yaitu kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Munandar 1999:45).

Pencapaian salah satu tujuan pembelajaran matematika itu membutuhkan suatu pengembangan perangkat pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah dengan baik. Model pengembangan perangkat ini merupakan modifikasi dari model 4-D yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), dan develop (pengembangan).

(11)

10

pemilihan format dan perancangan awal sehingga diperoleh Draf perangkat pembelajaran serta melaui tahap pengembangan yaitu meminta validasi oleh orang-orang yang dianggap ahli menurut bidangnya maka perangkat pembelajaran ini menjadi valid.

Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan perangkat yang valid, menjadikan pembelajaran yang lebih bermakana. Guru dalam mengajar menggunakan RPP yang telah valid, sehingga dalam proses pembelajaran guru memiliki pedoman untuk mengajar yang langkah-langkahnya telah tersusun secara rapi, hal ini menjadikan guru lebih mudah untuk melaksanakan pembelajaran. Setelah proses pembelajaran berlangsung, selalu ada langkah evaluasi yang dilakukan pengamat dan guru terhadap proses pembelajarannya. Hal ini menjadikan kemampuan guru dalam pembelajaran menjadi lebih baik. Perangkat pembelajaran model IDEAL problem solving, yang berupa buku siswa dan CD pembelajaran merupakan sesuatu yang baru bagi siswa. Dengan kedua perangkat tersebut dapat mengatasi keterbatasan kemampuan visualisasi dan spasial siswa dalam materi dimensi tiga. LKS yang memuat langkah-langkah penyelesaian masalah serta petunjuk dalam menyelesaikan masalah, menjadikan siswa lebih bermakana dalam menerima pembelajaran. Sehingga rasa senang serta respon yang positif muncul dari siswa terhadap perangkat ini. Dengan kemapuan guru yang baik dalam mengelola pembelajaran dan respon positif yang dimunculkan siswa, menjadikan perangkat ini bersifat praktis.

(12)

11

Pembelajaran menggunakan model IDEAL problem solving merupakan cara pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih kreatif sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal. Dengan IDEAL problem solving, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya, berbeda dengan hafalan yang sedikit menggunakan pemikiran. Melalui penggunaan perangkat pembelajaran model IDEAL problem solving yang dikembangkan, menjadikan pembelajaran lebih bermakna, dimana pada langkah-langkah pembelajarannya akan menggali kreativitas siswa sehingga berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaian masalah siswa.

Penggunaan perangkat model IDEAL problem solving dalam pembelajaran dimensi tiga menjadikan siswa terlatih untuk menyelesaian masalah. Hal ini berbeda dengan pembelajaran konvensional dimana aktivitas pembelajaran lebih banyak didominasi guru dibandingkan dengan siswa, kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu kemampuan penyelesaian masalah siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga lebih baik dibandingkan kemampuan penyelesaian masalah siswa dengan pembelajaran konvensional.

Dari uraian diatas, perangkat pembelajaran model IDEAL problem solving yang dikembangkan dengan model 4-D dari Thiagarajan valid, praktis dan efektif.

Hipotesis

Berdasarkan uraian landasan teori di atas, maka dapatlah diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut.

(1) Kevalidan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model IDEAL Problem Solving materi Dimensi Tiga valid.

(2) Kepraktisan Pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga.

(13)

12

b. Kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga baik.

(2) Keefektifan pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga.

a. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga dapat menghantarkan siswa mencapai ketuntasan pada kemampuan penyelesaian masalah sebesar 70.

b. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga dapat menghantarkan lebih dari 75 % siswa mencapai ketuntasan.

c. Kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaian masalah.

d. Kemampuan penyelesaian masalah siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga lebih baik dibandingkan kemampuan penyelesaian masalah siswa dengan pembelajaran konvensional.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan dalam jenis penelitian pengembangan. Adapun yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran

(14)

13 Tahap Pendefinisian (Define)

Kegiatan dalam tahap pendefinisian ini meliputi analisis kurikulum, analisis siswa, analisis materi, analisis tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran. Tahap Perancangan (Design)

Tahap ini dimulai ketika tujuan pembelajaran khusus telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan perancangan awal.

Tahap Pengembangan (Develop)

Kegiatan pada tahap pengembangan ini meliputi validasi ahli, uji coba kepraktisan dan uji coba keefektifan. Ketiga tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut.

(1 )Validasi /Penilaian Ahli

Validasi ahli dilakukan untuk mendapatkan saran perbaikan sekaligus merupakan penilaian para ahli terhadap rancangan perangkat pembelajaran (draf-1). Lembar validasi perangkat digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas perangkat pembelajaran. Lembar validasi ini diberikan kepada pakar/ahli untuk memberikan penilaian terhadap perangkat pembelajaran.

Data yang tertera pada lembar validasi yang merupakan penilaian masing-masing validator terhadap perangkat pembelajaran dianalisis berdasarkan rata-rata skor. Kriteria Perangkat pembelajaran dikatakan baik jika rata-rata skor masing-masing perangkat berada pada kategori baik atau baik sekali.

(2 )Uji Kepraktisan

Untuk megetahui kepraktisan perangkat pembelajaran dilakukan uji coba lapangan. Uji coba ini untuk mengetahui gambaran kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, serta respon siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model IDEAL problem solving, selanjutnya direfleksi untuk memperbaiki perangkat pembelajaran draft 2.

(15)

14

pembelajaran dikatakan praktis apabila rata-rata nilai untuk setiap pertemuan dari 5 kali pertemuan termasuk dalam kategori tinggi atau sangat tinggi .

Hal yang diminta untuk direspon oleh siswa yaitu: materi pelajaran, buku siswa, lembar kerja siswa, lembar soal tes hasil belajar, suasana pembelajaran, cara guru mengajar, penampilan guru, dan minat siswa terhadap pembelajaran berikutnya, kejelasan dan kemenarikan dari buku siswa, LKS, dan lembar soal tes hasil belajar. Data respon siswa yang diperoleh melalui angket dianalisis berdasarkan persentase. Kriteria: Respon siswa dikatakan positif jika rata-rata persentase jawaban (respon) untuk kategori senang, baru, berminat, jelas, mengerti, tertarik lebih dari atau sama dengan 80%.

(3 )Uji Keefektifan

Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas X SMA I Cepu yang terdiri dari 7 kelas paralel pada tahun pelajaran 2009/2010. Satu kelas dari 7 kelas yang ada akan dijadikan subjek penelitian pada saat uji coba perangkat pembelajaran.

Variabel dalam uji keefektifan ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebagai variabel terikat dan kreativitas siswa sebagai variabel bebas. Untuk menguji keefektifan dilakukan uji coba perangkat di lapangan. Perangkat yang digunakan adalah Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah dan lembar observasi kreatifitas siswa.

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang penguasaan siswa terhadap materi dimensi tiga melalui postes. Tes ini terdiri atas 7 butir soal, yang disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi . Berdasarkan nilai tes hasil belajar siswa, dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, dan uji daya beda dan taraf kesukaran. Hasil uji diatas sebagai pedoman untuk melakukan revisi terhadap item-item tes hasil belajar.

(16)

15

Indikator yang digunakan untuk mengungkap kreativitas siswa berdasarkan tingkah laku yang muncul selama proses pembelajaran yang meliputi fleksibilitas, originalitas dan fluency.

Analisis Data

Analisis data dari tes kemampuan masalah digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas perangkat pembelajaran dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah analisinya adalah sebagai berikut

(1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan dilakukan dengan data dari nilai ujian akhir semester I mapel matematika. Rumus yang digunakan adalah rumus chi-kuadrat. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak, jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka dikatakan kedua kelompok homogen.

Uji Ketuntasan Belajar

Untuk menguji hipotesis pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga dapat menghantarkan siswa mencapai ketuntasan pada kemampuan penyelesaian masalah sebesar 70, digunakan uji ketuntasan belajar individu uji rata-rata pihak kiri.

Uji Pengaruh

Untuk mengetahui adanya pengaruh kreativitas terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika materi Dimensi tiga kelas X dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan dilakukan melalui analisis regresi pada kelas eksperimen.

Uji Banding

Untuk pengujian hipotesis “Kemampuan penyelesaian masalah siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga lebih baik dibandingkan kemampuan penyelesaian

(17)

16

uji banding rata-rata dari skor kemampuan penyelesaian masalah pada pembelajaran materi dimensi tiga kelas X menggunakan model IDEAL problem solving dan dari pembelajaran konvensional.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran materi jarak pada bangun ruang yang memenuhi kriteria baik. Pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model 4D yang telah dimodifikasi. Hasil pengembangan berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Buku Siswa(BS), lembar kerja siswa (LKS), CD Pembelajaran dan tes kemampuan penyelesaian masalah (THB).

Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define)

Pada tahap pendefinisian terdapat beberapa langkah diantaranya analisis awal akhir, analisis siswa, analisis tugas dan analisis materi.

Analisis Awal Akhir

Cara penyajian bahan ajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih menjadi dominasi guru, siswa cenderung pasif dan merasa bosan belajar matematika. Apalagi jika pembelajaran di kelas menjadi tidak bermakna, dalam arti bahwa siswa tidak merasakan manfaat pelajaran yang diterimanya.

Penerapan pembelajaran model IDEAL problem solving di kelas memerlukan perangkat pembelajaran yang sesuai, tetapi perangkat pembelajaran yang dimaksud masih jarang dijumpai dalam hal ini Buku Siswa (buku paket) dan LKS yang digunakan.

Pembelajaran dimensi tiga, membutuhkan kemampuan siswa dalam hal spasial dan visualisasi. Dua hal tersebut dapat dijembatani dengan menggunakan teknologi komputer dalam menyampaikan materi jarak pada bangun ruang. Dengan CD pembelajaran yang dikonstruk secara baik dapat memperjelas visualisasi siswa pada benda ruang.

Analisis Siswa

(18)

17

pembelajaran adalah siswa kelas X tahun pelajaran 2009/2010 SMA 1 Cepu. Analisis yang dilakukan meliputi latar belakang pengetahuan, sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

Analisis Materi

Sebelum pembuatan perangkat pembelajaran dan penelitian dilakukan, maka perlu diperhatikan materi yang akan digunakan untuk penelitian. Hal ini sangat penting untuk penyusunan perangkat pembelajaran, agar materi yang disajikan dalam penelitian tidak ada yang terlewatkan.

Analisis Tugas

Hasil analisis tugas untuk materi jarak pada bangun ruang di kelas X SMA adalah menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan jarak dua titik, jarak titik ke garis, jarak titik ke bidang, jarak dua garis sejajar, jarak dua bidang sejajar dan jarak dua garis yang bersilangan.

Spesifikasi Indikator Pencapaian Hasil Belajar

Hasil perincian indikator pembelajaran tersebut adalah menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan jarak dua titik, jarak titik ke garis, jarak titik ke bidang, jarak dua garis sejajar, jarak dua bidang sejajar dan jarak dua garis yang bersilangan.

Deskripsi Tahap Perancangan (Design)

Pada tahap perancangan terdiri dari langkah-langkah pemilihan media, pemilihan format dan perancangan awal perangkat pembelajara

Pemilihan media pada penelitian ini disesuaikan dengan analisis materi dan tugas, karena tujuan dari penggunaan media adalah untuk mempermudah siswa memahami materi dan tugas yang diberikan. Oleh karena itu media yang dipilih adalah jarak pada bangun ruang adalah CD pembelajaran yang didalamnya ditampilkan dengan power point berbantuan softwere Cabri.

(19)

18 Perancangan awal perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (dirancang) pada kegiatan rancangan awal perangkat pembelajaran adalah rencana pembelajaran, buku siswa, lembar kerja siswa (LKS), tes kemampuan penyelesaian masalah beserta kisi-kisi penulisan tes, kunci jawabab serta pedoman penskoran dan CD pembelajaran. Semua hasil pada tahap perancangan ini disebut Draft I.

Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop)

Pada tahap pengembangan (develop) dilakukan validitas ahli sehingga setelah valid didapat draf ke dua, dilanjutkan dengan uji coba dari draf yang dihasilkan sehingga didapat hasil uji coba yang akan dianalisis untuk mendapatkan data apakah pembelajaran menggunakan draf tersebut efektif dan praktis.

Deskripsi Validasi Ahli

Salah satu kriteria utama untuk menentukan dipakai tidaknya suatu perangkat pembelajaran adalah hasil validasi oleh ahli. Validasi ahli ini dilakukan untuk melihat validitas isi dari draft I. Adapun validator yang melakukan validasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri 5 orang yang meliputi dosen PPs Prodi Matematika UNNES, dosen prodi Matematika UNNES , dan pengawas rumpun mapel Matematika kabupaten Blora.

Secara umum hasil validasi ahli terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah sebagai berikut.

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran mempunyai kategori baik sekali dan dapat digunakan dengan revisi kecil.

2. Buku Siswa mempunyai kategori baik sekali dan dapat digunakan dengan revisi kecil.

3. Lembar kerja siswa mempunyai kategori baik sekali dan dapat digunakan dengan revisi kecil.

4. Tes kemampuan penyelesaian masalah mempunyai kategori valid dan dapat digunakan dengan revisi kecil.

(20)

19

Deskripsi Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran

Uji coba dilaksanakan 5 kali pertemuan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan. Uji coba dilaksanakan di kelas X – a SMA 1 Cepu tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 36 siswa. Pada ujicoba ini melibatkan 3 orang guru sebagai pengamat. Dalam ujicoba ini pengamat melakukan pengamatan terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran dan kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah matematis.

Dalam proses pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok 6 siswa. Pembagian kelompok secara heterogen berdasarkan nilai mid semester matematika sebelumnya, sehingga kemampuan kelompok relatif sama.

Data yang diperoleh saat uji coba perangkat pembelajaran dianalisis, dan hasilnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi Draft II menjadi perangkat final. Data yang diperoleh dari ujicoba berupa data kemampuan guru mengelola pembelajaran, data kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah matematis, data respon siswa, dan data tes kemampuan penyelesaian masalah. Diskripsi Hasil Uji Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Dari angket respon siswa yang diisi oleh 36 siswa setelah mengikuti pembelajaran untuk materi jarak pada bangun ruang dengan model IDEAL problem solving maka diperoleh hasil bahwa respon siswa terhadap semua aspek berada di atas 80%, serta 94,44 % siswa memberi respon positif .

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian, diperoleh data bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sebesar 4,45 dan dikategorikan sangat baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perangkat pembelajaran Model IDEAL Problem solving dan perangkat pembelajarannya praktis.

Diskripsi Uji Keefektifan Perangkat Pembelajaran

1) Deskripsi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah

(21)

20 a) Uji Homogenitas Varians

Dari analisis kondisi awal siswa kelas X-a dan X-b dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil pada deretan equal variance assumed sig. = 0,936 = 93,6% lebih dari 5 % berarti H0 diterima yang artinya rataan kemampuan kelas kontrol sama dengan rataan kemampuan kelas eksperimen.

b) Uji Normalitas

Soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika yang telah diujicobakan di kelas X-d digunakan untuk mengukur kemampuan penyelesaian masalah.

Untuk menentukan statistik apa yang digunakan dilakukan uji Normalitas pada data hasil penelitian kelas eksperimen. Dari perhitungan diperoleh nilai sig = 0,34 > 5%, jadi Ho diterima, artinya data hasil belajar kelas eksperimen berdistribusi normal, sehingga untuk menguji hipotesis dapat digunakan statistik parametrik.

c) Uji Ketuntasan Hasil Belajar

Hasil perhitungan dengan software SPSS diperoleh nilai signifikan 0,003 = 0,3%, ini berarti nilai signifikan = 0,3% < 5% dengan demikian H0 ditolak dan menerima H1, artinya rata-rata nilai tes kemampuan penyelesaian masalah siswa mencapai lebih besar dari 70.

d) Uji Ketuntasan Klasikal

Diperoleh z hitung = 0,348 sedangkan z tabel = z 0,5 – α = 1,64. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa z hitung > z tabel sehingga menurut kriteria H0 ditolak. Hal ini berarti hasil eksperimen perangkat yang dikembangkan menghantarkan siswa yang mencapai nilai ≥ 70 lebih dari 75%.

Penerapan perangkat pembelajaran model IDEAL Problem Solving pada materi Jarak pada bangun ruang dapat menghantarkan siswa untuk mencapai dan atau melampaui KKM sebesar 80,56 %. Ini berarti lebih dari 75%, sehingga perangkat pembelajaran efektif menghantarkan siswa untuk mencapai nilai KKM. Uji Banding Nilai THB Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

(22)

21

< 5%, berarti H0 ditolak dan H1 diterima yaitu rata-rata tes kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Menguji pengaruh antara kreativitas dan kemampuan penyelesaian masalah Sebelum melakukan uji regrasi dilakukan terlebih dahulu uji linearitas, diperoleh taraf signifikan 0,00 = 0% < 5% maka H0 ditolak artinya persamaan

regresinya adalah linear. Dengan persamaan regresinya Yˆ 50,3411,11X .

Untuk melihat seberapa besar kreativitas mempengaruhi kemampuan penyelesaian masalah siswa, hasil SPSS menunjukkan bahwa kreativitas siswa berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaian masalah sebesar 68,6%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perangkat pembelajaran model IDEAL Problem solving dan perangkat pembelajarannya efektif.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran sesuai dengan metode tertentu memegang peran yang sangat penting (Unal 2006: 510). Penggunaan model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D yang dimodifikasi digunakan dalam penelitian ini. Melalui serangkaian tahap pengembangan yakni tahap pendefinisian, perancangan, dan pengembangan maka diperoleh perangkat pembelajaran dengan model IDEAL problem solving yang valid.

Pembahasan Hasil Uji Kepraktisan

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan praktis (1) apabila respon siswa dikategorikan baik dan (2) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sedang atau tinggi.

(23)

22

sesuai dengan pendapat Christou (2007:1), sebuah cara yang mungkin untuk meningkatkan kemampuan visualisasi dan penalaran siswa dalam ruang tiga dimensi dan dua dimensi adalah dengan memberikan siswa untuk mengeksplorasi sifat-sifat objek tiga dimensi secara tepat dengan menggunakan aplikasi komputer. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian, diperoleh data bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari pertemua pertama sampai dengan kelima kemampuan guru mengelola pembelajaran selalu meningkat. Hal ini disebabkan RPP yang disusun memuat langkah-langkah pembelajaran yang jelas. Selain itu setelah pembelajaran berlangsung, pengamat yang merupakan guru senior disekolah tersebut selalu memberikan masukan untuk memperbaiki pengelolaan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sehingga pada pertemuan terakhir guru dapat mencapai skor yang sangat tinggi yaitu 4,92 dan dikategorikan sangat baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perangkat pembelajaran Model IDEAL Problem solving dan perangkat pembelajarannya praktis.

Pembahasan Hasil Uji Keefektifan

Dari hasil perhitungan dengan software SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.12, rata-rata nilai tes kemampuan penyelesaian masalah siswa mencapai lebih besar dari 70. Hal ini berarti siswa secara individu telah melampaui KKM yang ditentukan.

Penggunaan perangkat yang telah dikembangkan dengan model 4-D, menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Sehingga siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran yang berakibat pada tercapainya tujuan pembelajaran yaitu mencapai ketuntasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nieveen (1999:127) perangkat berkualitas tinggi adalah para siswa menghargai program pembelajaran dan belajar yang diinginkan terjadi. Dengan bahan yang efektif seperti itu, ada konsistensi antara kurikulum dimaksudkan dan pengalaman dan dimaksudkan dan mencapai kurikulum.

(24)

23

berarti lebih dari 75% siswa tuntas. Pengelompokan yang bersifat heterogen menyebabkan terjadinya transfer ilmu pengetahuan, siswa yang mampu membantu siswa yang membutuhkan. Apabila dalam satu pasangan mengalami kesulitan maka ada bimbingan guru dan pasangan lain yang bisa membantu menyelesaikan masalah. Akhirnya, ketuntasan klasikal bisa diperoleh.

Berdasarkan hasil uji pengaruh kreativitas siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah pada tahap implementasi pembelajaran dengan Perangkat model IDEAL Problem solving menunjukkan bahwa kreativitas siswa berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaian masalah sebesar 68,6%. Dari langkah-langkah model IDEAL problem solving, tampak bahwa model ini dapat menggali kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah. Kreativitas untuk mengidentifikasi masalah, mendefinisikan tujuan dan menggali penyelesaian yang mungkin dapat dilakukan, memegang peranan penting dalam model ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Bransford dkk (1998, 24) bahwa orang-orang yang kreatif cenderung dapat melihat permasalahan dan menganggapnya sebagai peluang untuk dipecahkan secara kreatif.

(25)

24

Dari analisis terhadap hasil uji coba, didapatkan fakta bahwa terdapat peningkatan kreativitas siswa, ketuntasan belajar secara klasikal tercapa serta hasil belajar yang lebih baik pada siswa yang diberi perlakuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa keefektifan perangkat pembelajaran terpenuhi.

Dari analisis hasil uji coba, perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi aspek kepraktisan maupun keefektifan. Jadi telah didapatkan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan model IDEAL problem solving yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Jadi tujuan dari penelitian ini telah tercapai.

Menurut Nieveen suatu material dikatakan berkualitas, jika memenuhi aspek-aspek kualitas antara lain (1) validitas (validity), (2) kepraktisan (practicality), (3) keefektifan (effectiveness). Karena perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif maka perangkat pembelajaran tersebut dikatakan berkualitas.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan simpulan penelitian adalah perangkat pembelajaran matematika materi Dimensi tiga kelas X yang dikembangkan berdasarkan model 4-D valid praktis dan efektif.

Saran

Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengharapkan:

1. Adanya penelitian lanjutan tentang kemampuan penyelesaian masalah yang dibedakan antara siswa yang pandai, sedang dan kurang .

2. Karena pembelajaran ini menggunakan CD pembelajaran, agar siswa benar-benar terbantu dalam mengkonstruksi pengetahuannya, sebaiknya CD yang dirancang benar-benar dapat membantu meningkatkan kemampuan spasial siswa, bukan sebatas CD pembelajaran sebagai pengganti papan tulis.

(26)

25

disarankan untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan di sekolah yang beragam baik negeri maupun swasta.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1999. Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Aydin, N., E. Halat, dan E. Jakubowski. 2008. Reform-based Curriculum and Motivation in Geometry. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(3): 285-292.

Bransford, J.D. et al. 1998. The IDEAL Workplace: Strategies For Improving Learning, Problem Solving, And Creativity. Online. Tersedia di

http://www.eric.ed.gov [ diakses 10 November 2009]

Carson, J. 2007. A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without Teaching Knowledge. The Mathematics Educator . 17( 2) :7–14 .

Christou, C.et al. 2006. Developing the 3DMath Dynamic Geometry Software: theoretical perspectives on design, International Journal for Technology in Mathematics Education, 13(4): 168-174.

Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta: Permendiknas 22 tahun 2006.

Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Johnson, J. 2000. Teaching and Learning Mathematics. Tersedia di www.k12.wa.us [diakses 20 November 2009]

Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Problem Solving. Bloomington: Plato Learning, Inc.

(27)

26

Nieveen. et al. 1999. Prototyping to reach Product Quality. In jan van den akker et al. Design approaches and tools in education and training (eds). : 125-135.

Kiong, N. Lau. dan S. Parmjit. 2006. Mathematical Problem Solving: Where Are We Heading?. Jurnal Pendidikan, 26: 39-50

Puspendik.2009. Ujian Nasional. Online. Tersedia: http://www.puspendik.Com [diakses 19 Oktober 2009]

Sudjana. 1996. Metoda Statistika.( 6th ed.). Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukestiyarno. 2009. Modul kuliah SPSS. Handout perkuliahan Program Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Semarang: Unnes.

Suparno, P. 2000. Filsafat Konstrukstivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Thiagarajan, S. dkk. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A sourcebook. Central for Innovation on The Handicapped: Blomington Indiana.

Trianto. 2007. Pengembangan Perangkat dalam Teori dan Praktek. Surabaya:Prestasi Pustaka.

---2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana.

Unal, H. 2006. Preservice Secondary Mathematics Teachers’ Comparative Analyses Of Turkish And American High School Geometry Textbook. Kastamonu Egitim Dergisi.14(2): 509-516.

Referensi

Dokumen terkait

menyadari bahwa penderitaan merupakan bagian dari realitas hidup kita manusia. Penyadaran yang kita temukan akan membantu kita untuk senantiasa mau belajar.. banyak dari

Berbeda pada konsentrasi 2.5 mg/ml, 1.25 mg/ml dan 0.625 mg/ml yang memiliki zona hambat disekitar sumuran hal ini dikarenakan senyawa aktif yang terdapat pada

Model baut-solder listrik standar kapasitas panasnya ditentukan dalam satuan Watt, untuk pekerjaan di bengkel elektronik antara 25 s.d 200 Watt, sedangkan untuk pekerjaan agak

Mangkunegara (2004:67) mengungkapkan pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

Pendekatan bayani, burhani dan irfani dalam terminologi kontemporer sebagai pendekatan yang bersifat multidisipliner dan interdisipliner dalam memahami Islam sebagai

Sedangkan untuk pesanan yang sudah dikerjakan tetapi pada tanggal neraca belum selesai, maka di dalam rekening buku besar akan dimasukkan dalam Barang Dalam Proses, yang dalam

Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan dalam penelitian ini, kebahagiaan dan kepuasan hidup yang dirasakan oleh wanita lajang usia dewasa madya juga diperoleh dari

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR