UNTUK MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR
DAN APLIKASINYA DALAM KATEKESE
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Siswiyanti
NIM : 041124027
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Dengan penuh syukur dan cinta
skripsi ini kupersembahkan kepada
Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus, Bapak/Ibu yang
merelakanku memilih hidup bakti serta saudari-saudariku sekomunitas yang setia
v
Menurut pendapatku (Elisbeth Gruyters Pendiri Kongregasi Carolus
Borromeus)...memikul penderitaan itu dengan diam, dan menyerahkan semuanya
di tangan Tuhan Yang Mahabaik, berdoa untuk minta kesabaran, sering memandang
salib, maka semuanya akan beres, dan tak ada kebutuhan apa-apa lagi...Apa lagi
yang hendak dikatakan? Semuanya sudah jelas.
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan
dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Desember 2008
Penulis,
vii
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
Nama
:
Siswiyanti
NIM
:
041124027
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
USAHA MENEMUKAN INSPIRASI MAZMUR 13 UNTUK MEMAKNAI
PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA DALAM KATEKESE.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 23 Desember 2008
Yang menyatakan
viii
Judul skripsi ini adalah “USAHA MENEMUKAN INSPIRASI MAZMUR 13
UNTUK MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA
DALAM KATEKESE”. Pemilihan judul skripsi ini, dilatarbelakangi oleh
pengalaman dan keprihatinan penulis melihat kenyataan bahwa banyak orang benar
menderita bukan karena kesalahannya sendiri, tetapi juga karena faktor-faktor lain.
Banyak orang menderita bukan karena kesalahannya sendiri namun belum mampu
memaknainya sehingga penderitaan yang dialami dipandang sebagai hukuman dan
kemarahan Tuhan. Bertitik tolak dari pengalaman dan keprihatinan tersebut, penulis
ingin membantu mereka untuk mampu melihat penderitaan dengan kacamata iman
sehingga mampu memaknai penderitaan sebagai sarana untuk semakin pasrah dan
dekat dengan Tuhan. Seperti yang dialami oleh pemazmur di dalam Mazmur 13.
Persoalan pokok yang diangkat dalam skripsi ini adalah bahwa penderitaan
merupakan realitas hidup manusia. Penderitaan tidak dapat diungkap dan dimengerti
sepenuhnya oleh manusia terlebih kalau penderitaan itu menimpa orang-orang yang
tidak bersalah. Pembahasan permasalahan ini dikaji melalui pengalaman konkrit
karyawan Panti Asuhan dan studi pustaka. Melalui kajian tersebut maka diperoleh
makna penderitaan yang direfleksikan sehingga gagasan–gagasan yang diperoleh
dapat digunakan sebagai sumbangan katekese.
ix
The title of this thesis is “
THE EFFORT TO FIND AN INSPIRATION IN
PSALM 13 TO ELUCIDATE FAITHFULL PEOPLE’S SUFFERING AND ITS
APPLICATION IN CATECHESES”.
The title chosen was based on the writer’s
experience and concern of the reality that many faithful people suffered not only
because of their fault, but also because of another cause. They felt that their suffering
is God’s punishment and anger. Based on these experience and concern, the writer
wanted to help them to see their suffering with their faith so they are capable of
elucidating their suffering as a way to submit their faith to God as the experience of
psalmer of psalm 13.
The main problem in this thesis is suffering is the reality of human’s life. For
common people suffering is difficult to understand, moreover if suffering falls on
faithful people. The problem is discussed by constrasting real experiences in running
the orphanage. By means of that discussion, we can find the reflection of the suffered
so the values from it can be applied in catecheses.
x
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Dia karena kasih dan kesetiaanNya
mendampingi dan menemani penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul
USAHA MENEMUKAN INSPIRASI MAZMUR 13 UNTUK
MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA
MELALUI KATEKESE.
Skripsi ini diilhami oleh keterlibatan penulis sendiri dalam karya
pendampingan karyawan di Panti Asuhan Ganjuran khususnya dalam kegiatan
pendampingan iman. Banyak pengalaman mewarnai perjalanan penulis dalam
menulis skripsi ini suka, duka bahkan bingung. Kendati demikian dukungan dan
rahmat Tuhan cukup bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para
pendamping anak-anak Panti Asuhan dalam memaknai penderitaan oarang benar.
Model
Shared Christian Praxis
memberikan sumbangan pemikiran bagi mereka
untuk lebih menyadari keberadaan peserta katekese sebagai subyek. Selain itu, skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
xi
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung., S.J., M.Ed. selaku dosen pembimbing
utama dan dosen penguji satu yang telah memberikan perhatian, meluangkan
waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan saran,
kritikan, input, dan semangat sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam
menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
2.
F.X. Dapiyanta, SFK. M. Pd selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji dua yang telah membantu penulis dalam proses pendampingan selama
penulis kuliah.
3.
P. Banyu Dewa HS, S. Ag., M.Si., selaku dosen penguji ketiga yang telah dengan
rela sebagai penguji dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
4.
Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk Studi di IPPAK Universitas Sanata
Dharma.
5.
Suster Avriana, CB. selaku pimpinan komunitas dan para suster komunitas
Samirono yang telah memberi perhatian, doa dan dukungan selama penulis
menulis skripsi ini.
xii
telah dengan rela mencarikan dan memimjamkan buku-buku yang diperlukan oleh
penulis dalam penulisan skripsi ini.
8.
Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama belajar hingga selesainya skripsi ini.
9.
Segenap Staf Sekretariat dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi
dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
10.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan
tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa
saja yang berkehendak baik untuk memperkembangkan iman.
Yogyakarta,
23
Desember
2008
Penulis,
xiii
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...
HALAMAN PENGESAHAN...
HALAMAN PERSEMBAHAN...
MOTTO...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...
ABSTRAK...
ABSTRACT
...
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
DAFTAR SINGKATAN...
BAB I. PENDAHULUAN...
A.
Latar Belakang Masalah...
B.
Rumusan Masalah...
C.
Tujuan Penulisan...
D.
Manfaat Penulisan...
E.
Metode Penulisan...
F.
Sistematika Penulisan...
BAB II. BELAJAR MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR
BERDASARKAN MAZMUR 13...
A. Gambaran Umum Tentang Kitab Mazmur...
1.
Pengertian Mazmur...
2.
Sejarah Terjadinya Kitab Mazmur...
3.
Jenis-jenis Mazmur...
xiv
b.
Mazmur Disorientasi...
c.
Mazmur Orientasi Baru...
B. Tentang Mazmur 13...
1. Keterangan Mazmur 13...
2. Mazmur 13 Sebagai Mazmur Disorientasi personal...
3. Struktur...
4. Tafsir...
5. Isi Pokok Mazmur 13 ...
C. Makna Penderitaan Orang Benar Berdasarkan Mazmur 13...
BAB III. GAMBARAN PENDERITAAN ORANG BENAR ZAMAN
SEKARANG...
A.
Penderitaan Merupakan Bagian Dari Realitas Hidup Manusia...
B.
Penderitaan Secara Umum...
C.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Manusia Menderita...
1.
Penderitaan yang disebabkan oleh faktor alam...
2.
Penderitaan yang disebabkan oleh orang lain...
3.
Penderitaan yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri...
4.
Penderitaan demi orang lain...
5.
Penderitaan karena tugas perutusan...
D.
Orang Benar Menderita...
1.
Pergulatan orang benar dalam menghadapi penderitaan...
2.
Godaan untuk Mengindar...
E.
Makna Penderitaan Orang Benar Zaman Sekarang...
1.
Penderitaan karena tugas perutusan...
2.
Penderitaan demi orang lain...
3. Makna Penderitaan Bagi Orang Kristiani...
xv
BAB IV.
SHARED CHRISTIAN PRAXIS
SEBAGAI SALAH SATU MODEL
KATEKESE UNTUK MEMBANTU UMAT DALAM MEMAKNAI
PENDERITAAN...
A.
Shared Christian Praxis
Sebagai Model Katekese...
1. Katekese Model
Shared Christian Praxis
...
2. Lima Langkah Dalam
Shared Christian Praxis...
a. Langkah Pertama : Pengungkapan Pengalaman Faktual...
b. Langkah Kedua : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta...
c. Langkah Ketiga : Menggali Pengalaman Iman Kristiani...
d.Langkah Keempat: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi
Konkrit Peserta...
e. Langkah Kelima : Mengusahakan Aksi Konkrit...
B.
Katekese Model
Shared Christian Praxis
Membantu Umat untuk
Memaknai Penderitaan Orang Benar...
C.
Rekoleksi Dengan Model SCP sebagai Salah Satu Bentuk Kegiatan
Untuk Menemukan Cara Memaknai Penderitaan Orang Benar...
1. Alasan pemilihan dasar rekoleksi katekese model SCP...
2. Tujuan rekoleksi model SCP...
3. Materi pokok rekoleksi...
D.
Contoh Persiapan Rekoleksi Dengan Model SCP Bagi karyawan Panti
Asuhan...
1. Identitas Pertemuan...
2. Susunan acara rekoleksi...
3. Pemikiran dasar...
4. Pengembangan langkah-langkah...
xvi
A.
Kesimpulan...
B.
Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN...
Lampiran 1: Daftar lagu...
Lampiran 2: Sinopsis...
Lampiran 3: Pertanyaan Pendalaman...
Lampiran 4: Evaluasi Kegiatan Rekoleksi...
xvii
A.
Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada
Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik
Indonesia dalam rangka PELITA). Ende: Arnoldus, 1978/1979, hal. 8.
B.
Singkatan - singkatan lain
Art
: Artikel
CB
: Carolus Borromeus
Flp
: Filipi
IDT
: Impres Desa Tertinggal
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KE
: Kidung Ekaristi
Kej
: Kitab Kejadian
KWI :
Konferensi
Waligereja
Indonesia
LBI :
Lembaga
Biblika
Indonesia
Lih
: Lihat
Mat
: Injil Matius
Mrk
: Injil Markus
xviii
Prodi
: Program Studi
PRT
: Pembantu Rumah Tangga
Rom :
Roma
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderitaan merupakan kenyataan yang tidak terelakkan bagi setiap orang.
Penderitaan dapat dialami oleh siapapun juga: yang baik ataupun yang jahat, yang
suci ataupun yang berdosa, yang pintar ataupun yang bodoh, yang muda ataupun
yang tua, dan juga yang kaya ataupun yang miskin. Sebab-sebab penderitaan
dapat bermacam-macam. Penderitaan dapat disebabkan oleh faktor alam: tsunami,
tanah longsor, kebakaran hutan, lumpur Lapindo dan gempa bumi. Penderitaan
juga dapat disebabkan oleh kesalahan manusia sendiri misalnya, pergaulan bebas
dan narkoba.
Manusia ditantang untuk menerima secara bertanggungjawab kesusahan,
kemalangan, kesedihan, kedukaan, kehancuran serta kegagalan baik yang bersifat
sementara ataupun berkepanjangan. Di sisi lain penderitaan merupakan realita
hidup yang dialami manusia sejak dalam kandungan ibu sampai pada akhir
kehidupannya. Oleh karena itu penderitaan juga tidak hanya dialami oleh
orang-orang jahat saja, tetapi juga menimpa orang-orang benar. Penderitaan yang dialami oleh
setiap orang, sering dihubungkan dengan keterbatasan manusia sebagai ciptaan.
Seringkali dikatakan bahwa manusia merasa dirinya yang paling
menderita dibandingkan dengan sesamanya, sehingga seringkali pula banyak
manusia tidak mampu lagi untuk merasakan rahmat dan kasih Allah dalam
Di sisi lain ada banyak manusia yang berpandangan bahwa apabila hidupnya baik
dan saleh, maka ia akan terbebas atau dijauhkan dari penderitaan. Sebaliknya jika
manusia berbuat dosa maka manusia itu akan mengalami penderitaan dalam
hidupnya sebagai kutukan.
Namun demikian pada hakekatnya, manusia diciptakan untuk
mengusahakan kebahagiaan. Oleh karena itu, manusia berusaha dengan berbagai
cara untuk tetap bahagia. Apabila terjadi suatu penderitaan, atau penyakit,
manusia akan berusaha untuk menghindar dan menyembuhkanya. Kemajuan
tehnologi dalam bidang kedokteran juga merupakan salah satu upaya untuk
menghilangkan penderitaan yang ada dalam diri manusia.
Berhadapan dengan penderitaan, muncul aneka macam pertanyaan dalam
diri manusia terhadap arti dan makna penderitaan bagi manusia. Sebagai orang
beriman, pertanyaan mengenai penderitaan tentu tidak berhenti pada satu sisi
gelap saja, akan tetapi hal tersebut dapat menghantar kita untuk semakin percaya
akan campur tangan Tuhan bagi manusia.
Bagi banyak orang penderitaan merupakan sesuatu yang menyakitkan,
mengganggu, dan menggelisahkan, baik itu penderitaan yang berupa jasmani,
maupun rohani, fisik maupun batin. Meskipun penderitaan (suffering) sulit untuk
didefinisikan secara gamblang, namun dapat dikatakan bahwa penderitaan terjadi
ketika manusia berada di bawah tekanan dan tidak terpenuhinya harapan atau
cita-cita kehidupan (Kleden, 2006:18-19).
Menurut pandangan umum, orang benar seharusnya hidup bahagia,
Seringkali terjadi bahwa orang benar yang hidupnya saleh, bahagia, sejahtera,
imannya mendalam, dapat hidup baik dalam masyarakat, dan juga bertanggung
jawab, justru mengalami penderitaan yang tak pernah kunjung henti; anaknya
hidup menderita amputasi kaki karena kecelakaan, istrinya tiba-tiba stroke, dan ia
sendiri juga sakit-sakitan. Berhadapan dengan kenyataan ini manusia mengajukan
pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana memaknai pengalaman tersebut? Apakah
hal ini merupakan kutukan? Apakah kenyataan tersebut merupakan ketidakadilan
Allah yang ditimpakan kepada manusia, supaya manusia percaya?
Tantangan inilah yang membuat penulis tertarik untuk mendalami lebih
lanjut, apakah penderitaan orang benar ini memiliki arti atau makna, khususnya
dalam perjuangan hidup setiap hari. Penulis meyakini bahwa penderitaan orang
benar itu sungguh-sungguh ada maknanya, baik untuk dirinya sendiri maupun
untuk orang-orang yang ikut terlibat dalam hidup orang benar yang mengalami
penderitaan.
Dalam skripsi ini penulis ingin memaparkan tentang makna penderitaan
orang benar. Penulis berharap dapat mengajukan gagasan yang bermanfaat dan
bermakna bagi umat Kristiani. Untuk membantu umat Kristiani memaknai
penderitaan yang dialami, penulis memilih katekese sebagai jalan untuk
membantu umat memaknai penderitaan yang mereka alami.
Penderitaan bisa membuat manusia bingung, kehilangan arah, merasa
sendirian, putus asa, terpisah dan tersingkir dari orang lain. Akan tetapi, dalam
keadaan sakit, manusia dibuat semakin pasrah, tetapi juga bisa kehilangan harapan
umat beriman agar mampu memaknai penderitaannya. Berdasarkan inspirasi
Mazmur 13 tersebut, penderitaan yang terjadi dipahami bukan semata-mata
karena hukuman dari Tuhan, tetapi penderitaan itu dipandang sebagai sarana
untuk mendewasakan iman manusia yang mau terbuka dan merefleksikanya.
Berhadapan dengan situasi penderitaan, kemalangan dan rasa sakit,
muncul aneka macam pertanyaan dalam diri manusia mengenai arti dan makna
penderitaan dalam kehidupan manusia. Mengapa manusia mengalami
penderitaan? Apa arti penderitaan bagi manusia? Pergumulan manusia dengan
penderitaan menghantar manusia pada pertanyaan yang menggelisahkan mengenai
keberadaan dan peranan Allah dalam kehidupan manusia yang mengalami
penderitaan. Dimanakah Allah yang maha baik itu ketika penderitaan dan
kesengsaraan menimpa manusia? Apakah penderitaan merupakan hukuman dari
Allah karena dosa-dosa manusia? Di kalangan umat Kristiani, situasi penderitaan
sering disebut atau dikenal dengan istilah salib. Bagaimana pandangan umat
Kristiani terkait dengan penderitaan yang dialami manusia ini?
Dalam kotbahnya Paus Yohanes Paulus II, menyebutkan “Salvifici
Doloris” (Penderitaan yang Menyelamatkan) tidak dimaksudkan sebagai uraian
teologis, melainkan sebagai suatu tanggapan iman terhadap penderitaan yang
dialami dalam dunia ini, khususnya dalam terang Kitab Suci. Paus Yohanes
Paulus menyebut Salvifici Doloris sebagai renungan mengenai penderitaan. Di sisi
lain mau diperlihatkan arti keselamatan dari penderitaan tersebut, pertama-tama
pokok-pokok pikiran Kristiani guna memaknai penderitaan, agar manusia tidak
kehilangan harapan.
Dalam pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama, segala sakit dan
penderitaan dipahami dalam konteks keyakinan akan Allah pencipta yang maha
baik dan maha adil. Oleh karena itu, segala pengalaman negatif yang berupa
keadaan sakit, tertindas, permusuhan bukan berasal dari Allah. akan tetapi
keadaan tersebut dihubungkan dengan kesalahan atau ketidaksetiaan manusia itu
sendiri. Penyakit dan penderitaan dimaknai sebagai konsekwensi dosa dan
ketidaksetiaan manusia terhadap Allahnya.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus mewartakan kabar baik pada semua orang
bahwa tidak semua penderitaan yang dialami manusia disebabkan oleh kesalahan
atau dosa manusia itu sendiri. Akan tetapi banyak faktor penyebabnya. Yesus
dalam karyaNya melayani dan mencintai orang kecil, terutama mereka yang tidak
berdaya karena sakit dan penyakit. Yesus ingin menyampaikan kuasa Allah yang
mampu menyelamatkan manusia.
(Mrk 8: 2). Dalam skripsi ini, penulis mencoba menulis dan menguraikan tentang
makna penderitaan orang benar yang menderita bukan karena kesalahannya
sendiri, akan tetpi oleh musuh dan lawannya berdasarkan inspirasi Mazmur 13.
Penulis memandang bahwa Mazmur 13 ini merupakan salah satu contoh Mazmur
yang cocok untuk memaknai penderitaan orang benar. Dalam Mazmur 13,
digambarkan secara singkat bagaimana situasi pemazmur yang mengalami
peenderitaan, marah, kecewa, dan bahkan protes terhadap Tuhan atas penderitaan
pengalaman iman dan harapan bahwa Allah tetap setia menyertai dan
mencintainya.
Dari uraian di atas, penulis mencoba menggali makna dari setiap
penderitaan yang terinspirasikan dari mazmur 13 khususnya penderitaan yang
dialami oleh orang benar. Pengalaman yang dialami oleh pemazmur di atas, dapat
menjadi inspirasi bagi para karyawan Panti Asuhan yang menanggani anak-anak
balita yang berada di Panti Asuhan akibat pergaulan bebas. Anak-anak ini
mengalami penolakan sejak dalam kandungan ibunya. Pengalaman penderitaan
yang dialami anak-anak yang tidak bersalah ini lebih pada penderitaan secara
psikis.
Oleh karena itu, penulis mengusulkan sebuah model katekese bagi staf
Panti Asuhan yang sesuai dan relevan untuk zaman sekarang. Model katekese
yang relevan, maksudnya adalah model yang cocok, mengena dan aktual
khususnya agar dapat membantu menemukan cara dalam memaknai penderitaan.
Inspirasi yang diperoleh harapannya memberi kekuatan, peneguhan dan
pencerahan, sehingga memberi daya bagi para karyawan dalam pelayanan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk menulis
skripsi ini dengan judul USAHA MENEMUKAN INSPIRASI MAZMUR 13
UNTUK MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan tiga
permasalahan pokok yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun permasalahan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pemazmur di dalam mazmur 13 memaknai penderitaannya
sebagai orang benar?
2. Bagaimana umat kristiani zaman sekarang dapat memaknai penderitaan yang
bukan kesalahannya sendiri berinspirasikan Mazmur 13?
3. Bagaimana katekese dapat membantu umat kristiani untuk memaknai
penderitaan mereka?
C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pemaknaan penderitaan orang
benar berdasarkan inspirasi Mazmur 13.
2. Dapat membantu orang-orang zaman sekarang memaknai penderitaan yang
bukan kesalahannya sendiri berdasarkan inspirasi Mazmur 13.
3. Menemukan cara bagaimana katekese dapat membantu umat Kristiani untuk
memaknai penderitaan yang bukan kesalahanya sendiri.
4. Memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Ilmu
Pendidikan Kehkususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata
D. Manfaat Penulisan
1. Memberi sumbangan bagi pengembangan katekese umat tentang pemaknaan
penderitaan orang benar berdasarkan inspirasi Mazmur 13
2. Membantu meningkatkan pelayanan kerasulan umat yang dijiwai oleh
semangat seorang murid yang rela memikul salib dalam kehidupan sehari-hari
dengan gembira karena percaya akan Kasih Allah yang menyertainya.
3. Penulis dapat memperoleh, pengetahuan dan wawasan yang luas.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi,
analisis dan interpretasi baik melalui studi kepustakaan maupun melalui
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman penulis sendiri.
Cara penulis mendeskripsikan dibantu oleh pustaka, khususnya tentang
Mazmur 13 bagaimana situasi pemazmur mengalami penderitaan. Pemahaman
terhadap realitas penderitaan orang benar tersebut, dimengerti melalui metode
analisis. Pemahaman yang mendalam dari realitas penderitaan orang benar
tersebut dimaknai melalui metode interpretasi.
F. Sistematika Penulisan
Judul skripsi ini adalah USAHA MENEMUKAN INSPIRASI MAZMUR 13
UNTUK MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA
DALAM KATEKESE. Dengan judul tersebut, penulis bermaksud untuk
model Shared Christian Praxis. Untuk mencapai maksud tersebut, penulis
membaginya dalam lima bab. Masing-masing bab akan penulis uraikan dalam
beberapa sub-sub judul.
Di dalam Bab I, penulis menguraikan pendahuluan. Dalam pendahuluan
penulis menguraikan beberapa hal pokok yang meliputi: latar belakang, rumusan
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II menguraikan sekilas tentang orang benar dalam memaknai
penderitaan yang berdasar pada Mazmur 13. Di dalam bab II ini, penulis akan
menguraikan ke dalam empat bagian. Bagian pertama membahas tentang Kitab
Mazmur dan sejarahnya. Bagian kedua membahas tentang jenis-jenis Mazmur
yakni Mazmur orientasi, Mazmur Disorientasi dan Mazmur Orientasi baru.
Bagian ketiga membahas tentang Mazmur 13, Konteks Mazmur, Struktur, dan
tafsir dan bagian keempat membahas tentang pesan pokok Mazmur 13.
Bab III menjelaskan gambaran penderitaan orang benar zaman sekarang.
Dalam pembahasannya penulis memaparkan dalam empat bagian. Pertama
menguraikan penderitaan merupakan bagiana dari realitas hidup manusia. Bagian
kedua menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan manusia menderita. Ketiga
menguraikan pemahaman penderitaan orang benar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bagian keempat penulis menggarisbawahi penderitaan Yesus sebagai
inspirasi untuk memaknai penderitaan jaman sekarang.
Di dalam Bab IV ini, penulis mencoba menggunakan katekese model
memaknai penderitaan orang benar. Maka penulis menguraikannya dalam tiga hal
pokok; pertama SCP sebagai model katekese. Kedua bagaimana katekese dapat
membantu umat untuk memaknai penderitaannya. Ketiga menawarkan katekese
model SCP dalam bentuk rekoleksi sehari yang akan membahas mengenai
bagaimana memaknai penderitaan orang benar.
Di dalam Bab V ini, penulis akan menguraikan dua hal pokok yakni
11
BELAJAR MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR
BERDASARKAN MAZMUR 13
Pada Bab II ini penulis akan memaparkan isi Kitab Mazmur, mulai dari
sejarah terbentuknya Kitab Mazmur, pengertian Mazmur, sampai dengan
jenis-jenis Mazmur. Setelah itu akan dibahas juga secara lebih rinci tentang jenis-jenis
Mazmur disorientasi, strukturnya dan tafsirnya. Penulis berharap dapat menarik
kesimpulan setelah memahami, mengolah dan mendalami apa isi yang terkandung
di dalam Mazmur 13. Bab ini bertujuan membantu kita untuk menemukan
inspirasi, agar dapat memaknai penderitaan orang benar.
Makna penderitaan orang benar dalam Mazmur 13, akan dibahas dalam
tiga hal pokok: pertama, bahwa penderitaan bukan semata-mata kesalahannya
sendiri. Kedua, penderitaan bukan karena akibat dosa. Ketiga, dalam
penderitaanya manusia semakin percaya dan pasrah pada kehendak Allah.
A. Gambaran Umum Tentang Kitab Mazmur
Kitab Mazmur adalah Kitab yangmengungkapkan pengalaman relasi yang
mendalam dan penuh makna antara Allah dan manusia. Pengalaman pergulatan
hidup, yang dipahami dengan terang iman, diungkapkan oleh manusia kepada
Tuhan dengan bahasa dan cara yang spontan, berani, terus terang, penuh
kepercayaan, dan pada umumya dalam bentuk puisi dan doa ( Heryatno, 2003: 1).
menumpahkan seluruh pengalaman hidupnya, bagaimanapun keadaannya Allah
diyakini sebagai sumber dan acuan hidup yang memiliki dan menjadi satu-satunya
sumber pengharapan yang berkuasa mengatasi segala permasalahan hidup yang
pemazmur hadapi.
1. Pengertian Mazmur
Mazmur dapat disebut sebagai jawaban manusia atas sabda atau tindakan
Allah, baik itu merupakan jawaban perorangan maupun jawaban umat secara
keseluruhan. Jawaban manusia itu ditemukan bukan hanya dalam kitab Mazmur,
tetapi dalam seluruh Alkitab, dari kitab yang pertama sampai yang terakhir.
Dalam madah penciptaan Kej.1, kita telah mendengar pujian kepada Sang
Pencipta. Pujian kepada Dia yang menyelesaikan karya ciptaan itu, juga
diperdengarkan dalam kitab Wahyu. Di mana saja Allah bertindak, di situ ada
jawaban yang berupa puji syukur (Harun, 1998: 11). Seringkali kita
mendengarkan Mazmur yang berisi tentang pujian kepada Allah, namun ada juga
Mazmur yang berisi tentang ratapan atau keluhan. Pujian dan ratapan ini
merupakan dua nada dasar yang mengiringi perbuatan Allah sepanjang sejarah
sebagai gema yang berkumandang secara teratur. Dalam kitab Mazmur, kedua
nada itu dikembangkan dengan lebih intensif, lebih tajam, dan beraneka ragam.
Untuk dapat memahami Mazmur secara lebih jelas penulis mencoba
memaparkan pemikiran Martin Harun OFM. Menurut Harun, Mazmur pujian
merupakan bagian hakiki dari kisah-kisah perbuatan-perbuatan besar yang
Laut Tiberau. Pujian mereka memuncak saat mereka diselamatkan (Kel:15). Ada
juga Mazmur yang berisi tentang ratapan, misalnya tentang tangisan kota
Yerusalem ketika Yesus disalib. “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Daku?” (Mrk 15:34). Contoh Mazmur di atas menunjukan bahwa
di dalam Mazmur itu terkandung misteri keselamatan Allah bagi manusia yang
dikasihiNya (Harun, 1998: 11).
Mazmur merupakan suatu bentuk doa yang dinyanyikan dan diungkapkan
baik secara personal maupun komunal. Doa dan nyanyian juga merupakan reaksi
spontan yang keluar dari lubuk hati Allah yang terdalam bagi manusia. Peristiwa
yang melahirkan Mazmur tidak terjadi dalam ibadat, melainkan dalam kehidupan
seseorang atau kehidupan bangsa. Peristiwa-peristiwa itu terjadi di kebun atau di
ladang, di medan perang atau di padang belantara, di rumah atau di jalan, di
lapangan atau di pintu depan kota bahkan di dalam penjara (Harun, 1998: 13).
Dari uraian di atas, penulis mencoba untuk menarik sebuah kesimpulan
bahwa Mazmur lahir dari sebuah pengalaman iman, pengalaman pribadi ataupun
pengalaman kelompok yang mendalam, mengenai eksistensi Allah terhadap
manusia. Pengalaman iman yang dialami baik secara pribadi ataupun bersama ini
tertuang atau terungkap dalam Mazmur. Pengalaman iman ini dapat berupa
ungkapan syukur karena pemazmur mengalami dan merasakan kasih dan
kesetiaan Allah yang tak terbatas dan tanpa syarat. Pengalaman iman juga dapat
berupa ratapan kepada Tuhan karena penderitaan yang dialami. Setelah manusia
mengalami proses pergulatan dan refleksi, manusia dapat mengambil makna dari
dan manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan.
2. Sejarah terjadinya Kitab Mazmur
Bangsa Israel merupakan bangsa yang memiliki kebiasaan mengadakan
ritual keagamaan lewat doa, kidung dan nyanyian. Permohonan kepada Tuhan.
Doa, kidung, nyanyian dan permohonan, yang mereka lambungkan berdasarkan
pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari, menyangkut relasi pribadinya yang
mendalam dengan Tuhannya. Bangsa Israel menyusun Mazmur sebagai reaksi
atas aksi Allah (Weiden, 1991: 48). Dari ribuan lagu yang telah disusun oleh para
penyair Israel, sampai kini tersimpan sekitar 250 lagu, 150 buah ada dalam Kitab
Mazmur, sejumlah lagu rohani atau kidung dalam kitab-kitab lain dari Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru.
Mazmur-mazmur ini lahir tidak dalam ibadat, melainkan dalam kehidupan
sehari-hari, dan tidak diciptakan pula sebagaimana sastra modern, melainkan
tahap demi tahap berkembang menurut pergulatan umat Israel pada masa itu.
Mazmur- mazmur ini tidak ditulis dahulu, kemudian baru dinyayikan, tetapi
sebaliknya, didoakan dan dinyayikan dahulu, baru dituliskan (Harun, 1998: 12).
Singkatnya, Mazmur ini lahir dari pengalaman iman pemazmur dengan Tuhannya.
Pengalaman hidup pemazmur dilanda oleh penderitaan yang berat seperti
penyakit, kegagalan, krisis ekonomi, ditekan oleh musuh, dan bahkan kalah dalam
peperangan akan menimbulkan reaksi spontan berupa keluhan dan ratapan yang
hidup berupa kekaguman akan karya Allah, akan menimbulkan reaksi spontan
yang berupa pujian dan syukur.
Peristiwa-peristiwa yang diuraikan di atas inilah, yang melahirkan sebuah
Mazmur yang kontekstual bagi hidup manusia sampai saat ini. Realitanya bahwa
masih banyak orang mengalami penderitaan tetapi belum mampu menerima,
sehingga banyak orang menjadi putus asa bahkan mengambil jalan pintas. Hal ini
berarti bahwa Mazmur 13 masih tetap relevan dan memberi inspirasi bagi mereka
yang mengalami penderitaan, bagaimana mereka dapat mengolah, merefleksikan
dan memaknainya.
3. Jenis- jenis Mazmur
Untuk mengelompokkan jenis-jenis Mazmur, penulis menggunakan
karangan Walter Brueggemann yang disadur oleh Heryatno, untuk mempermudah
dalam penggolongannya. Mazmur ini digolongkan menjadi tiga jenis (Heryatno,
2003: 2).
a. Mazmur Orientasi (Mazmur Pujian)
Motif dari Mazmur orientasi ini adalah iman jemaat sebagai tanggapan
terhadap sabda dan karya Allah yang diungkapkan dalam bentuk pujian dan
syukur. Pemazmur di sini mengalami suasana yang tentram, membahagiakan dan
sejahtera. Hidup pemazmur dan dunianya yang penuh berkat merupakan
kemurahan hati Allah yang dianugerahkan sebagai tanda bahwa Allah sungguh
Pengalaman iman dan pengalaman kasih yang melimpah yang dialami
mendorong pemazmur untuk selalu memuji dan menyembah Tuhan. Pemazmur di
sini mengalami kehidupan yang harmonis, bahagia, tentram dan damai karena
mengalami penyertaan Tuhan sepanjang hidupnya. Pemazmur di sini menemukan
keyakinan bahwa Tuhan dapat menjadi andalan yang setia dan utama dalam
seluruh kehidupannya. Pemazmur merasakan bahwa Tuhan senantiasa setia
berada di pihaknya.
Mazmur orientasi (Mazmur pujian) semata-mata mau mengungkapkan
kebaikan dan kemurahanNya. Mazmur ini bersifat deskriptif. Isi pujiannya:
memuji Tuhan yang maha besar, maha baik, maha adil dan maha kasih. Di
samping itu, ada juga Mazmur yang bersifat deklaratif atau Mazmur syukur.
Mazmur ini mengungkapkan rasa syukur sebagai tanggapan spontan atas
pertolongan Tuhan terhadap pemazmur. Yang membedakan antara Mazmur pujian
dan Mazmur syukur adalah motif dan objeknya. Mazmur pujian lebih ditujukan
sebagai penghormatan kepada Allah dalam wujud pengakuan iman, sedangkan
Mazmur syukur merupakan reaksi spontan dari lubuk hati yang terdalam
pemazmur atas tindakan Allah yang berkenan menolong dan membebaskannya
dari penderitaan yang tak tertanggungkan untuk ukuran manusia. (Heryatno,
2003: 1-2).
Pesan penting yang hendak disampaikan oleh Mazmur orientasi:
Pemazmur ingin memuji dan besyukur karena kebaikan, kemurahan dan semua
penyelenggaraan Allah. Dasar dari Mamzur orientasi ini adalah bahwa mereka
terima. Warna dari Mazmur orientasi ini adalah rasa syukur atas suasana yang
menggembirakan, dan keadaan yang sejahtera. Dalam suasana yang demikan, rasa
syukur sungguh dialami, namun yang menjadi warna utama adalah pujian yang
spontan atas karya Allah pada mereka. Pujian di sini lebih murni sifatnya, melulu
karena menghormati Allah yang telah memberikan kemakmuran. Mazmur
orientasi dari awal sudah mengungkapkan rasa percaya yang besar pada Tuhan
dan menunjukkan iman yang kokoh pada Tuhan.
b. Mazmur Disorientasi
Mazmur Disorientasi dikenal sebagai Mazmur ratapan/keluhan, ada juga
yang menyebut sebagai mazmur permohonan. Menurut pemikiran Walter
Brueggemann, yang disadur oleh Heryatno. Mazmur Disorientasi ini merupakan
pergulatan hidup pemazmur yang sungguh riil, bagaimana mengakui, dan
menerima situasi sulit, tidak menyenangkan, menyedihkan, menakutkan, bahkan
pemazmur merasa ditinggalkan oleh Allah (Heryatno, 2003: 27).
Namun pemazmur bertahan di dalam penderitaan yang sedang
menimpanya dan tetap berharap kepada Dia yang selalu setia. Seperti kita,
pemazmur tidak mengetahui mengapa pengalaman duka itu harus terjadi, tetapi
kita boleh yakin bahwa Allah turut prihatin atas penderitaan yang menimpa
manusia. Oleh karena itu Allah tidak akan membiarkan manusia menderita
sendirian, semakin manusia menderita Allah semakin mengasihinya. Hal ini
bukan berarti Tuhan senang melihat umatNya menderita agar manusia percaya
Mazmur disorientasi ini juga dapat mendorong jemaat untuk mengahadapi
realitas penderitaan dengan kacamata positif. Artinya bahwa jemaat yang
menghadapi penderitaan diharapkan tetap teguh, sabar, setia dengan penuh
perpengharapan dan kepercayaan. Dengan demikian membantu untuk menyadari
dan mengenali kehadiran Allah di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh kita.
Sekaligus juga membantu kita untuk menghayati iman dalam kenyataan hidup
yang tidak menyenangkan. Brueggemann mengemukakan Mazmur Disorientasi
ini terdiri dari dua bagian besar yakni: permohonan dan pujian.
1). Permohonan
a) Alamatnya adalah Allah
Permohonan yang bersifat sangat personal ini disampaikan kepada Allah oleh
pemazmur yang juga sungguh beriman kepadaNya.
b) Keluhan
Pemazmur menggungkapkan isi hatinya berupa keluhan kepada Allah, karena
penderitaan yang dialami amat sangat berat. Dengan mengungkapkan
keluhannya pemazmur berupaya menarik perhatian Allah, agar segera
bertindak untuk menyelamatkan umatnya yang sedang menderita.
c) Permohonan
Berdasarkan keluhan di atas, pemazmur menyampaikan permohonannya agar
disampaikan adalah bahwa pemazmur memohon belas kasihan Allah untuk
keselamatan pemazmur.
d) Motivasi
Motivasi di sini dapat berupa tawar-menawar pemazmur yang mendesak
Allah, namun yang perlu dipahami adalah ungkapan permohonan umat kepada
keadilan Allah dan kedekatan umat pada Allah. Motivasi-motivasi itu
misalnya:
a) Pemazmur tidak bersalah, maka ia berhak mendapat pertolongan.
b) Pemazmur bersalah tetapi ia telah bertobat, mohon pengampunan Allah
c) Pemazmur mengingat kembali kebaikan dan belas kasih Allah.
d) Pemazmur menyatakan diri sebagai orang yang setia memuji Allah
e) Kutukan
Kutukan merupakan gema/ratapan pahit dari pemazmur yang merasa tidak
puas sebelum Allah membalaskan perbuatan jahat seorang musuh.
Ungkapan yang keras dapat dipahami oleh pemazmur sebagai bentuk
komunikasi yang otentik antara Allah dengan manusia.Yang
bertanggungjawab membalas kejahatan bukan lagi manusia melainkan
Allah sendiri yang akan bertindak dengan adil.
2) Pujian
Pujian dilambungkan karena terjadi gerakan perubahan dari situasi
penyelamatan. Perubahan situasi ini sangat mewarnai sebagian besar
Mazmur-mazmur keluhan yang ada. Dari bagian pujian, Brueggemann mengemukakan 3
unsur yakni:
a) Jaminan keluhan telah didengarkan.
Keluhan didengarkan, maka Allah segera bertindak untuk menyelamatkan
b)Pelunasan hutang/nadar
Karena sudah bebas, pemazmur memuji Allah dan menghaturkan persembahan
kepada-Nya sebagai tanda kesetiaan kepada janji yang telah diucapkanya.
c) Doksologi/pujian
Karena perubahan situasi Allah dialami sebagai yang setia, murah hati dan
penuh cinta. Tuduhan bahwa Allah tidak memperhatikan dan telah lalai, terjadi
karena kesalahpahaman umat
Dari perubahan tersebut dapat dilihat adanya hubungan antara ratapan dan
pujian:
o Dalam konteks ini ratapan dapat dimengerti sepenuhnya.
o Ratapan disampaikan pada saat dan alamt yang tepat
o Dua-duanya (ratapan dan pujian) dipahami sebagai ungkapan iman.
o Dua-duanya dipandang serius dan penting.
Pada kedua kutub tersebut dapat kita lihat dalam diri pemazmur, di sana terjadi
pengalaman iman yang mendalam. Perubahan situasi hidup yang dialami oleh
dari sesama manusia. Perubahan yang terjadi dalam diri pemazmur
ini adalah keluhan menjadi pujian:
(1) Pemazmur menerima nubuat keselamatan oracle yakni janji keselamatan
Allah yang akan segera dialami, dengan itu diharapkan tidak merasa
takut, khawatir atau cemas; sebaliknya tetap bertahan di dalam
penderitaan dengan semangat dan harapan baru.
(2) Pemazmur sungguh mengalami perubahan nyata di dalam hidupnya,
dari pengalaman gelap menjadi pengalaman terang.
c. Mazmur Orientasi Baru
Mazmur-mazmur disorientasi, meskipun memusatkan perhatiaanya pada
realitas penderitaan hidup yang berkepanjangan dan berat, tidak melupakan unsur
pengharapan akan munculnya situasi baru yang menyingkirkan penderitaan dan
menggantinya dengan pembebasan dan penyelamatan. Mazmur-mazmur
disorientasi berbicara tentang perubahan situasi hidup dari disorientasi menuju
kepada orientasi baru, dari penderitaan menuju pembebasan dan penyelamatan.
Mazmur orientasi baru secara lebih eksplisit menyampaikan kepada kita
suatu pengalaman keterkejutan surprise yang menggembirakan atau
membahagiakan. Keterkejutan itu dialami melalui perubahan hidup dari situasi
hidup yang sudah tidak ada jalan keluar dari penderitaan yang amat berat dan
pahit, berada di dalam batas kemampuan, menjadi pelepasan dan penyelamatan
anugerah dari Allah yang mengasihi umatnya, maka kita menempatkan perubahan
hidup tersebut dalam Mazmur orientasi baru. Mazmur orientasi baru di sini lahir
dari pergulatan dengan penderitaan, ketahanan, ketekunan, dan ketegaran untuk
tidak menyerah pada kehancuran. Mazmur orientasi baru adalah buah konkrit dan
makna nyata dari orang yang bersedia berproses dan bergulat pada realita yang
hidup yang pahit.
Perlu disadari bahwa hidup baru bukan hanya usaha manusia semata, akan
tetapi campur tangan Tuhan yang senantiasa menyertainya. Orientasi baru
merupakan anugerah istimewa dari Tuhan yang sungguh-sungguh ditanggapi oleh
manusia dengan penuh rasa syukur (Barth & Pareira, 1984: Mzm 30: 2), inilah
yang menjadi daya kekuatan dan motivasi manusia untuk tetap berpengharapan
dalam menghadapi kesulitan hidup (Heryatno, 2003: 1).
Buah-buah pergulatan sang pemazmur menumbuhkan sikap iman yang
mendalam sehingga mampu memaknai setiap penderitaan yang dihadapi setiap
hari, sikap iman yang mendalam itu pula yang menjadikan pemazmur semakin
kuat, tegar, sabar, tabah bahkan membuat pemazmur semakin peka, terbuka dan
solider terhadap penderitaan sesama yang ada disekitarnya.
Mazmur orientasi baru merupakan Mazmur yang bernuansa syukur karena
Tuhan telah membebaskan dan menyelamatkan pemazmur dari pengalaman
keterpurukan yang amat berat. Ungkapan syukur ini oleh pemazmur ditujukan
kepada Tuhan yang telah berkenan menolongnya, sehingga pemazmur mampu
untuk bangkit dari keterpurukan yang selama ini menyesakan hidupnya (Mzm
pernyataan bahwa penderitaan telah berakhir/sudah dapat diatasi, oleh karena itu
ungkapan syukur yang dilambungkan sebagai wujud perayaan kemenangan dalam
mengatasi/menghadapi penderitaan. Madah pujian kepada Tuhan Mzm 30 & 32
(Barth & Pareira, 1999: 65-66).
B. Mazmur 13
Teks Mazmur 13
1. Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud
2. Berapa lama lagi, Tuhan, Kau lupakan aku terus menerus? Berapa lama lagi Kau sembunyikan wajahMu terhadap aku?
3. Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?
Berapa lama lagi musuh meninggikan diri atasku? 4. Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya Tuhan, Allahku !
Buatlah mataku bercahaya,supaya jangan aku tertidur dan mati.
5. Supaya musuhku jangan berkata: “Aku telah mengalahkan dia”, dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah.
6. Tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatanMu. Aku mau bernyayi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.
1. Keterangan Mazmur 13
Mazmur ini digolongkan ke dalam mazmur disorientasi, sebagaimana
diungkapkan oleh ahli Kitab Mazmur yaitu Walter Bruggemann sedangkan dari
bentuknya Mazmur ini merupakan permohonan perorangan. Dari isinya, doa dan
permohonan dalam Mazmur ini dibuka dengan empat pertanyaan yang penuh
kekuatiran (ay.2-3) kemudian dilanjutkan dengan permohonan agar dibebaskan
dari serangan lawan-lawanya (4-5) dan ditutup dengan pernyataan kepercayaan
Sejumlah penafsir menduga bahwa ia menderita suatu penyakit yang
parah, sehingga pemazmur takut meninggal dunia. Untuk mengetahui situasi
semacam ini kita dapat menafsirkan ayat 3: pemazmur merasa kuatir,
jangan-jangan harapannya akan Tuhan dinyatakan sia-sia dan iman yang dimiliki selama
ini tidak ditanggapi oleh tindakan Tuhan, sehingga lawan-lawanya berhasil
memisahkan dia dari Tuhan (Barth & Pareira, 1999: 202).
Kita melihat Mazmur 13 ini sangat singkat dan sederhana, namun isinya
padat dan kaya maknanya. Mazmur yang singkat ini dapat menggambarkan situasi
kekuatiran yang dialami oleh pemazmur dengan jelas. Dengan isi yang singkat
dan sederhana, Mazmur ini juga secara jelas dapat memperlihatkan corak dasar
yang khas yakni jenis Mazmur disorientasi personal. Ratapan atau keluhan dalam
bait pertama disusul oleh doa permohonan dalam bait kedua, sedangkan bait
terakhir membawa perubahan yang mendadak ke orientasi baru. Oleh karena itu
struktur Mazmur ini menjadi jelas bahwa Mazmur ini merupakan Mazmur
permohonan perorangan, karena di dalamnya ada sapaan, keluhan, permohonan
dan akhirnya perubahan. Belum diketahui secara pasti kapan Mazmur ini ditulis.
Dari segi formal bentuk ayat 2-3 dalam Mazmur ini sepadan/mirip dengan doa
raja Babel, Nebukadnezar, yang diucapkannya sekitar tahun 6000 SM. Sebagai
perbandingan kita dapat melihat doa raja Babel berikut ini
“Berapa lama lagi terdapat padaku keluhan dan ketidakmampuan ? Berapa lama lagi terdapat di negeriku ratapan dan duka ?
Berapa lama lagi terdapat di bangsaku keluh-kesah dan tangisan ? Sampai kapan, Tuhan Babel, Engkau akan tinggal di negeri musuhku ?”
Kiranya dari hal ini ada kemungkinan bahwa proses munculnya Mazmur
Mazmur ini dengan zaman Nebukadnezar. Mazmur ini dikumpulkan Daud dengan
mengambil bahan doa raja Babel. Kesamaan isi dan situasi yang ada di dalam doa
raja Babel kiranya juga mungkin sesuai dengan keadaan Daud saat itu, sehingga
mendorong dan membuat Daud tertarik untuk mengumpulkan dan menjadikannya
bahan doa dan Mazmur (Barth & Pareira).
2. Mazmur 13 Sebagai Mazmur Disorientasi Personal
Mazmur 13 ini merupakan Mazmur Disorientasi personal, sebab Mazmur
ini berisi tentang ratapan dan keluhan. Mazmur ini sangat singkat, namun
memiliki arti dan makna yang sangat padat. Pemazmur di sini digambarkan
dengan jelas sedang mengalami penderitaan hebat oleh musuh-musuhnya.
Kemudian pemazmur berseru minta tolong kepada Tuhan, namun sepertinya
belum mendapat jawaban. Pemazmur di sini digambarkan sedang mengalami
kekuatiran dalam hidup berhadapan dengan musuh-musuhnya. Di dalam Mazmur
ini dapat dilihat bagaimana pergumulan yang dihadapi oleh pemazmur
menghadapi masalahnya seorang diri saja. Pengalaman-pengalaman kesesakan
yang dialami oleh pemazmur itulah yang pada akhirnya memberi nama bahwa
Mazmur ini merupakan Mazmur disorientsai personal.
3. Sruktur
Barth & Pareira (1999: 201) menguraikan struktur penyusunan Mazmur 13
sebagai berikut:
Ayat 2-3 : Seruan pembuka dengan empat pertanyaan retorik
Ayat 4-5 : Permohonan untuk dibebaskan dari serangan musuh
Ayat 6a : Pernyataan kepercayaan
Ayat 6b : Pujian syukur kepada tuhan atas pertolonganNya
Ayat 2 : Melukiskan bencana yang terjadi karena Allah tidak hadir, Allah
menyembunyikan diri.
Ayat : Menggambarkan kedukaan dan kesedihan umat yang kalah, sedang
musuh menang dan bersuklaria.
Ayat 4 : Pemazmur menyampaikan beberapa permohonan kepada Allah
dalam bentuk perintah ( pandanglah, dengarlah, jawablah).
Ayat 5 : Gambaran penantian yang panjang pemazmur di dalam
penderitaannya tetapi tetap tabah dan penuh pengharapan.
Ayat 6 : Melukiskan terjadinya perubahan keadaan ke arah orientasi baru:
aku percaya, hatiku bersorak-sorak dan aku bernyanyi.
4. Tafsir
Sama seperti Mazmur yang mendahuluinya Mazmur ini termasuk Mazmur
kumpulan Daud, yang dtulis untuk menghormati Daud sebagai raja (ay 1) dan
Mazmur merupakan Mazmur keluhan individual atau perorangan. Isi Mazmur ini
sangat menarik dan dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari terutama mereka
yang sedang mengalami masa-masa disorientasi dalam hidupnya (Barth & Pareira,
Sapaan yang akrab (Tuhan) dalam Mazmur ini langsung dapat dikaitkan
dengan keluhan. Sebagaimana kita temukan pada awal Mazmur (ay 2-3) keluhan
itu terdiri dari empat pertanyaan yang terdapat dalam ayat 2-3 yang berbunyi:
Berapa lama lagi Tuhan, Kaulupakan aku terus menerus (ay 2a). Berapa lama lagi
Kau sembunyikan wajahMu terhadap aku (ay 2b). Berapa lama lagi aku harus
menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari (3a ) Berapa
lama lagi musuhku meninggikan diri atasku? (ay 3b ).
Empat pertanyaan di atas, menunjukkan dan menggambarkan bahwa
pemazmur sedang mengalami pergulatan berat oleh karena serangan musuh yang
hebat. Ayat 2-3 pemazmur menantikan pertolongan dari Tuhan, menunggu tanpa
suatu kepastian, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada Tuhan sesuai
dengan isi hati dan pergulatannya yang terdalam terhadap Tuhannya.
Pada ayat 2 “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus?
Berapa lama lagi Kausembunyikan wajahMu terhadap aku? Pada ayat 2 ini,
dilukiskan penderitaan terjadi karena Tuhan tidak hadir, bahkan menyembunyikan
diri. Pemazmur merasa hubungannya dengan Tuhan diputuskan, karena Tuhan
pergi saat pemazmur mengalami penderitaan, sehingga pemazmur merasa bergulat
sendirian dengan penderitaannya (Barth & Pareira, 1984: 87).
Pada ayat 3 yang berbunyi, “berapa lama lagi aku harus menaruh
kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi
musuhku meninggikan diri atasku? Ayat 3 ini, menggambarkan kedukaan dan
kesedihan umat yang kalah, sedangkan musuh menang maka bersukaria. Oleh
sendirian baik oleh Tuhan maupun sesamanya? Pertanyaan inilah yang senantiasa
bergema dalam hatinya sehingga ia menjadi susah dan sedih sepanjang hari.
Pemazmur kuatir karena ia tidak tahu lagi apa yang hendak dibuat untuk
menghadapi para lawannya, dan ia menjadi putus asa, berhadapan dengan para
musuh yang sekarang berada di atasnya.
Ayat 4 ”pandanglah kiranya, jawablah aku, ya Tuhan, Allahku” Buatlah
mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati. Pemazmur memohon agar
ia dibolehkan hidup dan tidak mati maksudnya jangan terpisah dengan Allah.
Pernyataan ini diungkapkan oleh pemazmur karena merasa diambang batas
kemampuannya (mentok) di tengah-tengah ancaman dan derita oleh perlakuan
musuh, namun demikian pemazmur ternyata tetap memiliki kepercayaan kepada
Tuhan sebagai Allah yang menolong meskipun kehadirannya belum begitu
dirasakan. Untuk menggerakkan Tuhan pemazmur menggunakan permohonan
dalam bentuk imperatife (perintah): pandanglah, jawablah dan buatlah. Jadi di sini
terlihat bahwa situasi pemazmur sudah sangat terdesak, hanya Tuhan yang
diharapkannya dapat bertindak menyelamatkan hidupnya.
Ayat 5 “Supaya musuhku jangan berkata: aku telah mengalahkan dia, dan
lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah”. Kendati pemazmur mengalami
kebimbangan terhadap musuh yang ada di sekitarnya, meskipun penantian
panjang, pemazmur tetap memiliki harapan dan kepercayaan bahwa ia dapat
keluar dari penderitaannya maka ia tidak menyerah, dan tidak putus asa dalam
Ayat 6 “tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku
bersorak-sorak karena penyelamatanMu, aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah
berbuat baik kepadaku”. Dengan pernyataan demikian pemazmur menemukan
kekuatan baru di dalam menapaki hidup hariannya. Setelah pergulatan panjang
pemazmur mengalami dan mempercayai bahwa ternyata Tuhan mampu
memberikan ketentraman dalam hidupnya. Pemazmur sungguh merasakan dan
menemukan bahwa kasih setia Tuhan melampaui batas kemampuan manusia.
Pemazmur sudah mengalami pembebasan dari Allah.
Akhirnya penantian usai dan pengharapan telah terwujud. Kini pemazmur
lebih percaya, ia bernyanyi sebagai tanggapan spontan terhadap perubahan
keadaan. Pemazmur bernyanyi dan bergembira karena Allah telah memberikan
rahmat penyelamatan. Sesudah tindakan penyelamatan ini, relasi pemazmur
dengan Allah makin dekat, dan imannya semakin kuat. Dinamika relasi itu tampak
pada ayat 2 Allah dituduh, pada ayat 4 Allah dimohon, dan pada ayat 6 Allah
dipuji. Setelah Allah dialami sebagai yang membebaskan maka ia senantiasa
memuji dan memuliakan kebaikan Tuhan, ternyata apa yang dilakukan Allah tepat
dan indah pada waktunya.
5. Isi Pokok Mazmur 13
Mazmur 13 ini dikategorikan dalam mazmur disorientasi, isinya singkat,
padat sederhana, namun penuh makna. Mazmur ini mau menyampaikan tiga hal
pokok yakni: keluhan/ratapan, permohonan, syukur dan pujian. Singkatnya
umat kepada Allah. Pengalaman disorientasi yang diterima, diolah, dan dimaknai
membuat manusia lebih sabar, tahan uji bahkan semakin peka dan solider
terhadap sesamanya yang menderita.
Mazmur 13 ini dapat membantu umat beriman untuk memiliki sikap yang
realistis, penuh iman dan pengharapan, artinya Mazmur ini mau berbicara tentang
pergulatan hidup manusia yang sungguh riil, bagaimana mengakui, menerima dan
bertahan di dalamnya serta tetap berharap kepada Dia yang selalu setia menemani
seluruh perjalanan hidup setiap hari.
Dari Mazmur 13 ini ada beberapa hal positif yang dapat dipetik misalnya:
dari ayat 4-5; umat beriman atau manusia pada umumnya diajak untuk senantiasa
berpengharapan kepada Dia, dan belajar semakin rendah hati mengakui bahwa
manusia adalah mahluk lemah yang senantiasa memerlukan pertolongan dan
menjadikan Dia satu-satunya pegangan, dan kekuatan dalam hidup.
Dari ayat 6 “tetapi aku, pada kasih setiaMu aku percaya, hatiku
bersorak-sorak karena penyelamatanMu, aku mau bernyanyi untuk Tuhan, karena telah
berbuat baik kepadaku,”. Ungkapan kepercayaan pemazmur kepada Tuhan ini
mau mengajak manusia untuk senantiasa mempercayakan diri kepada Tuhan yang
memiliki seribu macam jalan. Pendek kata orang yang hidupnya bersandar kepada
Tuhan mendapatkan berkat berlimpah sehingga hidupnya damai dan tentram
C. Makna Penderitaan Orang Benar Berdasarkan Mazmur 13
Penderitaan orang benar selalu menimbulkan pertanyaan besar untuk tetap
mempertahankan gambaran akan Allah yang adil, setia, dan murah hati. Dalam
Kitab Suci Perjanjian Lama, misalnya lukisan keadaan ideal di Taman Firdaus
dalam Kitab Kejadian, dinyatakan bahwa penderitaan manusia tidak datang dari
Allah. Yang dikehendaki Allah adalah manusia yang bahagia, Allah tidak
menghendaki manusia menderita.
Mazmur 13 ini merupakan ungkapan orang benar yang menderita karena
serangan musuhnya (ay 5). Dalam keadaan menderita pemazmur berteriak minta
tolong bahkan protes terhadap Tuhan mengapa banyak penderitaan menimpa
dirinya. Pemazmur tidak bersalah namun mendapat hukuman berat, dan Tuhan
seolah-olah pergi meninggalkan pemazmur sendirian. Agar sampai pada
pemaknaan penulis mencoba menguraikan seperti ini, ketika manusia mengalami
penderitaan terus bergulat akan membuat manusia itu semakin dekat dan
sekaligus pasrah dan percaya kepada Allah.
Penderitaan adalah persoalan yang menggelisahkan umat manusia
sepanjang zaman. Penderitaan, kemalangan, kesengsaraan dan rasa sakit tidak
akan pernah absen dari kehidupan manusia. Sejak kelahiran hingga akhir
kehidupannya di dunia ini, manusia terus berhadapan dengan situasi yang sering
disebut dengan penderitaan. Hidup yang pada dasarnya adalah proses kehilangan
belum dapat diterima oleh semua orang. Contoh konkrit yang dapat kita lihat dan
alami sampai saat ini, misalnya ketika kita bayi kita aman dalam kandungan ibu.
anak-anak mau beranjak dewasa kita juga kehilangan kebebasan anak-anak-anak-anak dst.
Pengalaman-pengalaman demikian tanpa kita sadari membuat kita menderita.
Berhadapan dengan penderitaan tersebut manusia terus berusaha
sedemikian rupa untuk membebaskan diri dari penderitaan. Semakin berusaha
semakin menderita, ketika disadari penderitaan justru membawa manusia menjadi
semakin dekat, percaya dan pasrah kepada kehendakNya (Harun, 1998: 48).
Dengan demikian manusia berani menerima, mengolah, dan akhirnya mampu
mengambil nilai positif dari penderitaan yang dialami. Manusia berani berpaling
pada Tuhan bukan untuk mendapat hukuman tetapi untuk mendapat kekuatan dan
penghiburan (Kushner, 1988: 53). Dalam Mazmur 13 Ayat 6 ditulis sebagai
berikut ”tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak
karena penyelamatan-Mu.Aku mau bernyayi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat
baik kepadaku” (Barth & Pareira, 1999: 201). Pemazmur mengalami kebangkitan
dari keterpurukannya, dan tidak putus asa melainkan percaya kepada Tuhan yang
menolongnya, pemazmur semakin percaya bahwa Tuhan tidak tinggal diam
melihat umatnya yang menderita. Dengan percaya dan pasrah pada kehendak
Allah berarti manusia mulai terbuka pada didikkanNya, sehingga hidup menjadi
33
GAMBARAN PENDERITAAN ORANG BENAR ZAMAN SEKARANG
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan mengenai penderitaan yang
dialami orang benar jaman sekarang berdasarkan inspirasi dari Mazmur 13 yang
sudah disingung dalam bab II. Dalam Mazmur 13, pemazmur yang tidak bersalah
mengalami penderitaan karena perbuatan musuh, diungkapkan pula bahwa
pemazmur sangat menderita dan Tuhan tidak segera datang menolongnya. Dalam
perjalanan waktu pemazmur mampu menggulati dan tetap bertahan dalam
penderitaannya itu, sampai akhirnya menerima pengalaman penderitaannya
dengan sikap iman yang mendalam.
Pemazmur dalam Mazmur 13, pada akhirnya dapat menemukan makna
positif dari penderitaan yang dialami. Pemazmur menyadari bahwa penderitaan
yang dialami bukan semata-mata karena dosanya atau hukuman dari Tuhan, tetapi
dengan atau melalui penderitaan manusia akan semakin rendah hati, pasrah dan
dekat dengan Tuhan.
Dalam bab III ini, penulis akan menguraikan enam hal pokok berkaitan
dengan penderitaan orang benar zaman sekarang. Pertama penderitaan merupakan
bagian dari realitas hidup manusia. Bagian kedua penderitaan secara umum.
Ketiga faktor-faktor yang menyebabkan manusia menderita. Keempat Orang
benar menderita. Kelima makna penderitaan orang benar jaman sekarang dan
A. Penderitaan Merupakan Bagian dari Realitas Hidup Manusia
Hidup manusia tidak terlepas dari penderitaan. Penderitaan seolah-olah
sudah menjadi bagian yang integral dalam peziarahan hidup manusia. Kenyataan
ini menyadarkan manusia untuk saling tergantung dan berhubungan satu dengan
yang lain. Secara kemasyarakatan penderitaan dapat dibagi menjadi dua bagian,
yakni penderitaan yang bersifat kolektif dan penderitaan yang bersifat individual.
Penderitaan yang bersifat kolektif dapat disebabkan karena bencana alam.
Sedangkan penderitaan yang bersifat individual dialami oleh seseorang tertentu
akibat tindakannya sendiri/dapat juga disebabkan karena orang lain.
Pada dasarnya dalam realitas kehidupan manusia dihadapkan pada dua
posisi untuk memilih antara yang jahat dan yang baik. Pada dua posisi ini, oleh
Tuhan manusia diberi kebebasan secara penuh untuk memilihnya. Realita yang
terjadi bahwa manusia cenderung memilih yang jahat. Akibatnya, manusia
mengalami penderitaan atas pilihannya sendiri, bukan datang dari Allah. Oleh
karena itu, hanya manusia yang memiliki kualitas hidup yang baik dan teratur
dapat menentukan pilihannya secara benar dan tepat (Yewangoe, 1993: 81).
Kebebasan inilah yang menjadi ciri khas manusia, yang membedakannya
dengan makhluk ciptaan lain. Kebebasan memilih tersebut memiliki
konsekwensinya masing-masing, seandainya kita tidak merdeka untuk memilih
yang jahat, maka kitapun tidak bebas untuk memilih yang baik. Inilah arti menjadi
manusia menurut gambaran dan rupa Allah, yakni merdeka dan bebas untuk
memilih. Kendati demikian manusia adalah mahkluk ciptaan yang terbatas dan
Keterbatasan serta ketidakmampuan manusia inilah yang kiranya menjadi
perjuangan setiap saat bagi siapa saja. Contoh yang dapat dilihat dengan cukup
gamblang adalah sejarah Bangsa Israel. Bangsa ini dikisahkan bagaimana harus
berjuang untuk tetap bertahan terhadap berbagai kesulitan dan penderitaan yang
kerap kali mereka alami. Oleh karena itu siapapun manusia, dan apapun alasannya
tidak dapat menolak penderitaan karena realitanya penderitaan sudah menjadi
bagian hidup yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Maka manusia
seharusnya menerimanya dengan lapang dada sambil terus memohon agar Tuhan
senantiasa memberi kekuatan.
Penderitaan merupakan misteri yang tidak dapat dimengerti sepenuhnya
oleh manusia terlebih kalau penderitaan itu menimpa orang-orang yang tidak
besalah. Dalam pembahasan pemecahan soal penderitaan ini sangat terbatas,
alkitab sering menggunakan unsur-unsur yang berlaku dalam kasus tertentu:
penderitaan dipandang sebagai akibat dari dosa, penderitaan dipandang sebagai
hukuman Allah atas dosa, penderitaan sebagai sarana pendidikan yang digunakan
Allah (Weiden, 1995: 215).
B. Penderitaan Secara Umum
Penderitaan atau duka adalah tanda keberadaan yang merupakan realita
dan bagian hidup yang tidak terelakkan lagi bagi setiap manusia. Siapapun dia,
yang baik atau yang jahat, yang suci ataupun yang berdosa, yang pintar ataupun
yang bodoh, yang muda ataupun yang tua, dan juga yang kaya ataupun yang
kegagalan baik secara kecil maupun besar-besaran semua menghampiri manusia.
Penderitaan merupakan kenyataan yang harus ditanggung oleh setiap manusia,
karena penderitaan merupakan bagian dari hidup itu sendiri. Rumusan penderitaan
dalam kehidupan manusia secara umum diartikan sebagai keadaan yang
merugikan dan yang membuat orang merasa dirugikan Malum/keburukan
(Kleden, 2006: 17).
Kleden (2006: 17) menjelaskan berdasarkan pemikiran Leibniz dan
Immanuel Kant, orang mengelompokkan malum menjadi 3 macam:
1. malum physicum: keburukan alamiah, yang terletak pada kenyataan negatif
yang ditimpakan alam kepada manusia; misalnya bencana alam, persoalan
dimangsa dan memangsa, berbagai penyakit dan kecacatan.
2. Malum morale: keburukan moral, yang ditimpakan manusia atas manusia,
seperti perang, ketidakadilan, kekerasan, penindasan.
3. Malum metaphysium: keburukan metafisik, yang mempunyai akar
ontologis yang terletak pada kenyataan struktur dasar keterbatasan
manusia dan dunia serta pada ketakkekalan manusia bahwa manusia itu
fana, bisa mati, bisa keliru dan melakukan kesalahan.
Pembedaan ini dapat membantu manusia memahami persoalan dan
tidak dimaksudkan untuk memisahkan karena ketiganya saling terkait satu dengan
yang lain. Penderitaan memang sulit untuk didefinisikan. Yang pasti penderitaan
dialami oleh makhluk hidup yang dapat merasa sakit, baik secara fisik maupun
mental. Penderitaan adalah rasa sakit yang dialami manusia sebagai akibat dari
sakit yang dialami ketika seseorang berada di bawah tekanan tidak terpenuhinya
cita-cita kehidupan yang dianggap hak atau kewajibannya (Kleden, 2006: 18-19).
Kleden (2006: 216) memaparkan bahwa penderitaan menjadi semacam
anugerah, daya tersembunyi, yang memampukan manusia secara batin dekat
dengan Kristus. Penderitaan merupakan situasi atau kondisi yang mau tidak mau
harus dihadapi dan dialami manusia dalam hidupnya di dunia ini. Dalam Kitab
Suci penderitaan dipandang sebagai suatu sarana pendidikan yang digunakan oleh
Allah untuk menuntun si pendosa kembali pada kesetiaan (Ams 3: 11-12; Ayub
33: 14-30; 1 Kor 11: 32).
Sepanjang kehidupannya, manusia akan mengalami penderitaan, sakit dan
bahkan suatu ketika akan menghadapi kematian yang tak terelakkan lagi untuk
menghadap Sang Empunya. Dari berbagai penderitaan yang terjadi, tidak semua
negatif, justru sebaliknya penderitaan dapat bermakna positif karena dapat
menolong sesamanya.
C. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Manusia Menderita
1. Penderitaan yang disebabkan oleh faktor alam
Kleden (2006: 18) menegaskan bahwa pendapat Leibniz dan Immanuel
Kant tentang penderitaan akibat bencana alam sebagai malumphysicum yang
artinya keburukan alamiah, yang terletak pada kenyataan negatif yang ditimpakan
alam kepada manusia misalnya: tanah longsor di Banjar Negara, kebakaran hutan
di Kalimantan, lumpur Lapindo di Sidoarjo Jatim, gempa bumi di Yogyakarta,
disebabkan oleh gempa tektonik berkekuatan 8,9 skala Richer. Semua ini
menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan bagi siapa saja yang
mengalaminya.
Berhadapan dengan malapetaka besar yang merenggut ribuan korban jiwa,
menghancurkan tempat tinggal dan membuat ratusan anak menjadi yatim piatu
dan terlantar, manusia terusik untuk menanyakan eksistensi Allah yang
Mahakasih. Kalau Allah ada dan Dia sungguh-sungguh mahakuasa dan mahabaik,
mengapa Dia membiarkan datangnya kejahatan dan penderitaan bertubi-tubi?
Penderitaan yang dialami oleh para korban tsunami dan gempa bumi dapat
menimbulkan trauma yang berkepanjangan. Banyak orang menjadi takut untuk
tinggal di sepanjang pantai, bahkan ada banyak orang yang mengalami trauma
kalau mendengar suara air bergemuruh dan angin yang kencang. Untuk dapat
menyembuhkan trauma yang dialami, dibutuhkan waktu yang tidak singkat
bahkan membutuhkan banyak biaya. Keadaan yang demikian semakin
menimbulkan banyak penderitaan.
Penderitaan yang dialami secara psikologis maupun fisik oleh manusia
yang terkena bencana memunculkan reaksi keras anti Allah, karena penderitaan
yang dialami melampaui batas kemampuan manusia untuk menanggungnya.
Mengalami penderitaan ini manusia bertanya pada Sang Pencipta, “Apakah
peristiwa alam ini rencana Allah untuk mengingatkan manusia atau sekedar
peringatan bagi manusia-manusia bebal yang tidak percaya akan adanya Allah?”
Inilah catatan bagi semua manusia untuk berefleksi dan introspeksi diri “datang
dijawab, namun perlu permenungan yang mendalam untuk menemukan
maknanya.
2. Penderitaan yang Disebabkan Oleh Orang Lain
Kleden (2006: 17-18), yang memaparkan pemikiran Leibniz dan
Immanuel Kant, menyebut penderitaan disebabkan oleh orang lain adalah dengan
sebutan atau istilah malum morale yang artinya keburukan moral. Keburukan
moral ini biasanya ditimpakan manusia perkasa kepada manusia lain yang ada di
bawah misalnya, tidak dihargainya hak-hak azasi manusia, kekerasan terhadap
kaum perempuan, kekerasan terhadap anak-anak, deskriminasi agama,
pembunuhan Munir, tragedi Trisakti dan Semanggi, konflik di Ambon dan Poso,
manusia menderita karena orang lain yang tidak bertanggunjawab.
Penderitaan karena ketidakadilan, kekerasan, kekuasaan, pembunuhan,
menyebabkan manusia yang menjadi tulang punggung keluarga dan orang-orang
yang dikasihi hilang. Penderitaan yang disebabkan karena kepentingan politik
termasuk korupsi yang menyebabkan rakyat kecil juga semakin menderita karena
tidak dapat mengenyam pen