• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI SALAH SATU MODEL

B. Saran

1. Karyawan Panti Asuhan Ganjuran

Penulis menyarankan kepada para karyawan Panti Asuhan Ganjuran agar semakin mampu memaknai penderitaan yang dialami dalam mendampingi anak-anak Panti Asuhan sehingga dapat meningkatkan pelayanannya dengan penuh kasih.

2. Bagi Umat Beriman

Umat beriman diharapkan untuk setia di dalam menggulati pengalaman hidup yang penuh tantangan dan godaan. Melalui rekoleksi katekese model SCP ini diharapkan sungguh-sungguh membantu umat agar imannya semakin mendalam dan berkembang. Penghayatan imannya sungguh mengarah pada keterlibatan untuk bersikap solider terhadap siapa saja yang mengalami penderitaan?

3. Bagi Katekis

Bagi seorang katekis diharapkan mampu menumbuhkan dan memperkembangkan iman umat. Seorang katekis hendaknya mampu membawa umat untuk sampai pada sikap iman dalam menghadapi penderitaannya. Katekis hendaknya mampu membesarkan hati, memberi semangat, memberi dorongan, memberi dukungan, dan menjadi sahabat setia bagi umat yang mengalami penderitaan. Katekis juga diharapkan mampu menjadi fasilitator dan mediator bagi umat yang membutuhkan.

4. Bagi Pembaca

Bagi anda semua yang tertarik untuk mengetahui, mendalami lebih lanjut tentang skripsi ini dan ingin membuat skripsi yang ada hubungannya dengan memaknaan penderitaan orang benar, dapat menjadikannya sumber pustaka yang memberi insprasi bagi tulisan anda. Semoga anda dapat memperluas dan memperbanyak wawasan tentang topik ini dan mengembangkannya dengan menambah kajian pustaka. Semoga karya tulis anda dapat membantu siapa saja yang mau terlibat untuk membatu menemukan makna penderitaan orang benar.

95

Bernardin, Josep. (1988). Pelayanan-pelayanan Baru. Yogyakarta: Pusat Pastoral. Budi Kleden, Paul. (2006). Membongkar Derita. Maumere: Ledalero.

Claire Barth, Marie dan B.A Pareira. (1999). Tafsiran Mazmur 1-41. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

________. (1999). Kitab Mazmur 1-72. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Darmawijaya, Pr. (1990). Aneka Tema Rekoleksi.Yogyakarta: Kanisius.

Ensiklik Gerejawi. (1998). Salvifici Doloris (Penderitaan yang Menyelamatkan). www.Google.com. Agt 12 2008.

Frances, Hogan (2002). Suffering the Unwanted Blessing. Yogyakarta: Kanisius. Groenen, C. (1983). Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus. Ende: Nusa Indah.

Groome. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat (Buku asli diterbitkan 1991).

Hadiwikarta, J.Pr. (1985). Teologi Pembebasan. Jakarta: Obor.

Heryatno Wono Wulung, F.X. (2003). Diktat Kitab Mazmur. Yogyakarta.

Howard, Clinebell. (2002). Tipe- tipe Dasar Pendampingan. Yogyakarta: Kanisius.

Kiswara, SJ. (1985). Teologi pembebasan Dalam Konteks Teologi Masa Kini. Yogyakarta: Pradnyawiya.

Kushner, Harord. (1987). Derita Kutuk atau Rahmat. Yogyakarta: Kanisius ________. (1988). Ketika Penderitaan Melanda Hidup Orang-orang Baik.

Jakarta: Mitra Utama.

Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Leks, Stefen. (200). Tafsir Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Martin, Harun. (1998). Berdoa bersama Umat Allah. Yogyakarta: Kanisius.

Milton, Mayeroff. (1993). Mendampingi untuk Menumbuhkan. Yogyakarta: Kanisius.

Nouwen, Henri.(1986). Pelayanan yang Kreatif. Yogyakarta: Kanisius. ________.(1998). Mencari Makna Kehidupan. Yogyakarta: Kanisius. Papo, Jakop. 1987: Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah.

Seng Song, Choan. (1990). Allah yang Turut Menderita. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sumarno, Ds. (2007). Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sumantri, Y. (2002): Akar dan sayap: Buku Panduan Retret Civita untuk Remaja dan Muda-mudi tentang nilai dan kebebasan. Yogyakarta: Kanisius. Waskito, SJ. (1994). Arti dan Nilai Penderitaan Bagi Manusia. Yogyakarta:

Kanisius.

Weiden, MSF. (1995). Seni Hidup Sastra Kebijaksanaan Perjanjian Lama. Lembaga Biblika Indonesia Yogyakarta: Kanisius.

________. (1991). Mazmur Dalam Ibadat Harian. Yogyakarta: Kanisius.

Yohanes Paulus II. (1993). Salvifici Doloris. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

______. (1995). Catechese Tradendae (R. Hardawirjana, Penerjemah).

Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).

(1)

TUHAN PENGHARAPANKU Mzm 13

B’rapa lama lagi Kau lupakan B’rapa lama lagi Kau palingkan

Wajah yang penuh kasih, dari hadapanku B’rapa lama kumenanti….i ii ii………

Haruskah aku berkekuatiran Dan mengeluh disepanjang hari Pandanglah kiranya, dan jawablah aku Ya Tuhan pengharapanku

Buatlah mataku bercah’ya

Supaya janganlah, kutertidur dan lelap Tabahkan hatiku untuk menanti fajar Kujelang esok dengan harapan

Tetapkanlah ku pada kasihMu Agar setiaMu aku percaya

Hatiku bersuka, S’bab penebusanMu Ya Tuhan pengharapanku.

KETIKA BADAI MELANDA HIDUPKU

Ketika badai melanda hidupku Kuberlindung padaMu Tuhan Pabila ombak menimpa jalanku Kubersandar padaMu Tuhan Reff. Hanya padaMu Tuhan

Harapku tlah kupautkan Hanya padaMu Tuhan Hidupku akan kusrahkan Enkaulah Tuhan Cahaya jiwaku Penerang di jalan hidupku

Engkaulah Tuhan penghibur diriku Kala sedih duka hatiku. .…… . . .Reff

(2)

SINOPSIS

Jatuh Tertimpa Tangga

Katrin adalah gadis manis yang lahir dan hidup dari keluarga sederhana dengan dua orang adiknya. Karena situasi ekonominya kurang baik, katrin tidak sekolah. Katrin membantu ibunya bekerja jualan kue untuk kebutuhan sehari-hari. Suatu hari Katrin mengutarakan niatnya untuk bekerja kekota meskipun hanya sebagai pembantu rumah tangga. Katrin bekerja di rumah seorang yang kaya, Gunawan namanya. Pak Gunawan ini memiliki 5 orang anak perempuan semua. Singkat cerita pak Gunawan ingin memiliki anak laki-laki akan tetapi istrinya sudah tidak bisa hamil. Maka pak Gunawan diam-diam melampiaskan keinginannya itu pada Katrin. Bahkan katrin sering dipaksa untuk melayani kapan saja pak Gunawan mau. Katrin tidak berani buka mulut karena diancam. Setelah tahu Katrin hamil, pak Gunawan menyuruh pergi untuk menggugurkan kandungannya. Katrin pulang kerumah orang tuanya dan tidak menggugurkan kandungannya.

Katrin pulang ke rumah orang tuangnya membawa beban berat oleh perlakuan orang yang tidak bertanggungjawab. Tidak lama Katrin di rumah ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Katrin harus membesarkan anaknya dan dua orang adiknya. Belum lagi selesai kesedihannya ditinggal ibunya, bapaknya juga pergi dengan perempuan lain. Semula Katrin tidak sanggup menanggung bebannya bahkan hampir putus asa, namun melihat Juven yang lucu ia terhibur. Kemudian Katrin bangkit dan berjuang demi anaknya yang sudah menderita sejak semula. Usaha Katrin tidak mendapat dukungan dari keluarga besarnya, bahkan mereka ikut menambah penderitaannya dengan tidak mengganggap Katrin sebagai keluarga lagi. Maka dengan berat hati Katrin menitipkan anak yang dicintainya ke Panti asuhan dan dua adiknya pada neneknya.

(3)

Pertanyaan pendalaman

Langkah I.

1. Apa sebenarnya yang menjadi kesulitan Katrin, sehingga ia harus berdiam diri diperlakukan seperti budak? Mengapa?

2. Bagaimana Katrin menghadapi penderitaannya yang bertubi-tubi? Langkah 2.

1. Cara manakah yang bapak/ibu pakai untuk menghadapi penderitaan dalam hidup, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik bagi anak-anak Panti Asuhan yang dipercayakan kepada kita?

2. Apa yang harus diupayakan agar pengalaman itu menjadi bermakna dalam hidup kita?

Langkah 3

1. Dari Mazmur 13 ini, ayat manakah yang menunjukkan keluhan pemazmur

pada Tuhan karena penderitaannya?

2. Sikap manakah yang ingin ditanamkan pemazmur dalam menghadapi

penderitaannya? Langkah 4

1. Apakah arti penderitaan dalam hidup ini?

2. Sikap-sikap mana yang dapat diperjuangkan, diusahakan agar kita mampu menerima, menggulati dan memaknai penderitaan dalam hidup sebagai orang beriman?

Langkah 5

1. kesadaran dan sikap baru apa yang akan bapak/ibu suster wujudkan dalam menghadapi penderitaan dan tantangan dalam mendampingi ank-anak Panti Asuhan?

2. Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan agar dalam mewujudkan niat-niat dapat tercapai?

(4)

Evaluasi Kegiatan Rekoleksi

1. Apa kesan bapa/ibu atas rekoleksi sehari ini? Mengapa?

2. Apakah ada sesion yang menyentuh sehingga membangkitkan semangat dan sabar dalam mendampingi anak-anak? Mengapa?

3. Setelah bapa/ibu berproses bersama selama 1hari dalam rekoleksi ini apa makna/nilai apa yang dapat diambil sehubungan dengan tugas mendampingi anak-anak di Panti Asuhan?

4. Apakah rekoleksi ini membantu bapa/ibu menemukan cara bagaimana

memaknai penderitaan yang dihadapi bapa/ibu dalam hidup konkrit?

Dokumen terkait