• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI SALAH SATU MODEL

D. Contoh Persiapan Rekoleksi Dengan Model SCP Bagi karyawan Panti

4. Pengembangan langkah-langkah

Waktu : 08 – 08.45

Proses

1.Pengantar

Bapak/ibu suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat pagi dan selamat datang di rumah pembinaan ini. Sungguh merupakan suatu kebahagiaan bagi kita semua masih diberi kesempatan untuk sejenak berwawan hati dengan Tuhan ditengah-tengah kesibukan kita. Kita akan menggunakan waktu mulai pagi ini pkl 08.00 - pkl. 17.00. Di awal rekoleksi ini saya akan memberi sedikit

gambaran tentang panti asuhan, bahwa berbicara tentang Panti Asuhan yang terlintas di dalam benak banyak orang adalah anak-anak yatim piatu. Akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Banyak anak masih mempunyai orang tua tetapi karena ekonominya lemah, orang tua cerai, orang tua tidak jelas karena pergaulan bebas, bahkan ada anak yang di buang oleh orang tuanya karena dianggab pembawa sial.

Bapak/ibu yang terkasih, demikianlah situasi anak-anak yang ada di Panti Asuhan. Anak-anak ini datang membawa keterlukaannya masing-masing. Mereka sebagai anak sudah mengalami penderitaan sejak dini, maka anak-anak ini perlu pendampingan khusus. Bagi bapak/ibu yang tidak mengalami kesulitan dalam mendampingi anak-anak di rumah pasti merasa berat dan mengalami kesulitan untuk mendampingi anak-anak tersebut. Realitas demikian membutuhkan orang-orang yang terpanggil secara khusus yang sungguh mempunyai hati untuk membantu mereka yang menderita dan berkesesakan dalam hidupnya. Anak-anak Panti ini menderita bukan karena kesalahan mereka sendiri akan tetapi dari berbagai sebab. Maka kita seharusnya memperlakukan mereka sebagai pribadi yang layak dicintai sama dengan anak-anak yang lainnya. Keprihatinan dan kepedulian kita, kita wujudkan dengan mencintai dan mendampingi anak-anak ini secara bertanggungjawab, sehingga penderitaan yang kita alami bersama dengan mereka menjadi bermakna, kita menjadi bahagia karena orang lain bahagia dan berkembang. Akhirnya semua pengalaman yang kita alami kita kembalikan kepadaNya dengan ucapan syukur yang tak terhingga. Konkritnya melalui

2. Ibadat Pembukaan Rekoleksi

Ibadat pembukaan rekoleksi menggunakan teks yang sudah tersedia dan sudah disusun kecuali doa pembuka oleh pemandu. Ibadat ini diawali dengan lagu pembuka dari teks yang sudah dibagikan.

3. Doa Pembukaan

Allah Bapa sumber segala kebaikan, kami bersyukur atas rahmat kehidupan dan kesehatan yang Engkau anugerahkan bagi kami hingga saat ini. Kami bersyukur masih boleh menerima kesempatan untuk menimba kekuatan. berkatilah kami masing-masing agar kami dapat menggunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya, sehingga kami mampu untuk mendampingi anak-anak yang Engkau percayakan kepada kami di Panti Asuhan ini. Kami tahu bahwa tugas ini tidak mudah bagi kami, namun kami percaya Engkau adalah teman sejati bagi kami. Semoga karena rahmatMu yang tercurah bagi kami, kami dapat menjalankan kepercayaanMu dengan hati gembira, sehingga penderitaan yang kami alami dalam mendampingi anak-anak menjadi bermakna baik bagi kami gereja dan bagi sesama. Semoga namaMu dimuliakan dan sesama di abdi dengan tulus iklas. Amin

c. Sesion I : Kesetiaan Membangun Harapan

Waktu : 08.45 – 10.00 1. Pengantar

Bapak/ibu suster rekoleksi kita ini akan saya awali dengan nonton film dengan judul “Jatuh Tertimpa Tangga”. Silahkan bapak/ibu suster melihat film ini

dengan seksama. Film ini juga yang akan menjadi titik tolak pembicaraan dan permenungan kita. Kita secara bersama-sama akan menggunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Supaya rekoleksi ini berjalan dengan baik, mohon bapak/ibu melihat jadwal yang sudah dibagikan. Terimakasih. Selamat menyaksikan.

2. Menceritakan kembali isi film : pendamping meminta salah satu peserta untuk menceritakan kembali gagasan-gagasan pokoknya.

3. Intisari film tersebut adalah:

Katrin adalah gadis manis yang lahir dan hidup dari keluarga sederhana dengan dua orang adiknya. Karena situasi ekonominya kurang baik, Katrin tidak sekolah. Katrin membantu ibunya bekerja jualan kue kecil-kecilan hanya untuk makan sehari-hari. Suatu hari Katrin mengutarakan niatnya untuk bekerja ke kota lain meskipun hanya sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Sebuah keluarga kaya dan terhormat, pak Gunawan namanya. Beliau memiliki 5 anak semua perempuan. Singkat cerita pak Gunawan ingin memiliki anak laki-laki tetapi istrinya tidak dapat memberikannya karena usia untuk punya anak sudah usai. Maka pak Gunawan melampiaskan keinginannya pada Katrin. Katrin dipaksa untuk melayani pak Gunawan kapan saja ia mau, sementara Katrin tidak berani buka mulut kerena diancam. Setelah tahu Katrin hamil, Katrin disuruh pergi untuk menggugurkan kandungannya. Katrin berhenti bekerja dan pulang, tetapi tidak menggugurkan kandungannya. Katrin pulang ke rumah orang tuanya dengan

membawa penderitaan berat, karena orang yang tidak bertanggungjawab. Tidak lama Katrin di rumah, ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Dia harus membesarkan anaknya dan menanggung dua adiknya. Belum lagi selesai kesedihan akibat ditinggal ibunya, bapanya juga pergi dengan perempuan lain. Awalnya Katrin tidak sanggup menanggung beban yang dihadapinya sendirian, namun melihat Juven yang lucu ia terhibur. Ia bangkit dan berjuang demi anaknya yang sudah menderita sejak awal mula. Usaha yang dilakukan Katrin tidak berhasil bahkan anggota keluarganya pun ikut menghukumnya, maka ia berpikir bahwa panti asuhan merupakan tempat yang paling baik untuk Juven anak yang dicintainya.

4. Pengungkapan pengalaman : peserta diajak untuk mendalami film dengan pertanyaan:

a. Apa kesulitan Katrin dalam kisah nyata ini, sehingga ia harus berdiam diri ketika diperlakukan tuannya seperti “budak”? mengapa?

b. Bagaimana Katrin menghadapi penderitaannya yang bertubi-tubi?

5. Rangkuman

Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi yang namanya penindasan dan kekerasan yang menyebabkan penderitaan. Pengalaman Katrin adalah kisah nyata bahwa ia mengalami penindasan, kekerasan dan penderitaan. Dari kisahnya Katrin tidak memiliki kesalahan apapun kecuali lemah sehingga tidak dapat membela, tetapi ia menderita.

Bapak/ibu benar Katrin sebagai yang lemah ia takut sehingga tidak mampu berbuat apa-apa, kecuali pasrah dan percaya pada Tuhan. Dalam kelemahan dan ketidakberdayaannya Katrin memiliki kesabaran dan kekuatan bahkan keyakinan bahwa Tuhan pasti menolongnya. Penderitaan yang datang bertubi-tubi ini tidak diharapkan akan tetapi menghampirinya sikapnyapun tetap pasrah, karena tidak ada yang mempedulikan kecuali Tuhan sendiri. Katrin berani menanggung resiko menerima kehamilan yang bukan karena kehendaknya hal ini tampak pada penolakkannya ketika ia disuruh mengugurkan kandungannya. Ia sadar bahwa bayi yang di kandungnya tidak bersalah maka ia tidak mau menggugurkanya. Selain takut mati, ia juga takut berdosa. Sikap Katrin dapat menjadi refleksi bagi kita, mungkinkah kita cukup tabah dan kuat bila mengahadapi penderitaan seperti Katrin?

d. Sesion I : Berani Memilih yang Utama untuk Melayani

Waktu : 10.30 -12.00

Proses

Pemandu mengajak peserta untuk berdoa terlebih dahulu sebelum pertemuan dimulai. Doa dipimpin oleh pemandu, misalnya sebagai berikut:

1. Doa Pembukaan

Allah Bapa yang maha baik, kami bersyukur Engkau telah menyertai kami semua dengan rahmat kesehatan dan kegembiraan sehingga satu sesion terlampaui, meskipun agak tersedat-sendat karena rasa haru, dan prihatin yang

menimpa Katrin. Semoga pengalaman yang baru kami alami menambah kekayaan dan memberi kekuatan dalam menghadapi kesulitan hidup yang kami alami setiap hari. Kamipun masih mohon rahmat dan bimbinganMu untuk sesion yang kedua ini, agar kami mampu menemukan cara, nilai-nilai baik sehingga dapat memilih yang utama khususnya dalam mendampingi anak-anak di Panti Asuhan. Dimuliakanlah namaMu untuk selama-lamanya. Amin

2. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman di atas dengan bantuan pertanyaan :

* Cara-cara mana yang bapak/ibu pakai untuk menghadapi penderitaan dalam hidup, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik bagi anak-anak Panti Asuhan yang dipercayakan kepada kita.

* Apa yang harus diupayakan agar pengalaman itu menjadi bermakna dalam hidup kita.

3. Rangkuman

Bapak/ibu yang terkasih, setiap manusia yang hidup sudah pasti mengalami masalah dalam hidupnya. Hal ini tidak dapat dihindari melainkan dihadapi. Sebagai orang yang mengimani Yesus Kristus, kita diharapkan mampu mengupayakan nilai-nilai dalam hidup konkret kita. Tidak memungkiri bahwa realitasnya dalam menghadapi penderitaan seringkali kita jatuh bangun. Belajar menerima realita dan menemukan makna di baliknya memang tidak mudah, dibutuhkan sikap terbuka dan ketulusan dari dalam. Bila kita menyadari dan

memaknai setiap tindakan, untuk siapa saya belajar melayani ini? Bahkan dapat menerima anak-anak apa adanya sebagai anugerah, kita akan menemukan sesuatu yang bermakna dari sebuah penderitaan. Dengan demikian penderitaan kita terima kita olah sehingga mendewasakan kita dalam menghadapi hidup.

Cara-cara yang bapak/ibu pakai memang beraneka macam tetapi dapat membantu, misalnya yang sudah disebutkan menerima situasi anak apa adanya dan menganggap seperti anak sendiri hal ini membantu dalam pendampingan. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa saya melalui anak-anak ini melayani Tuhan sendiri. Kesadaran ini yang seharusnya menjadi kegembiraan karena boleh melayani Tuhan secara khusus, dan kegembiraan ini menjadikan hati mudah peka dan solider terhadap siapa saja yang mengalami penderitaan.

e. Sesion III : Makna Penderitaan Bagian dari Realitas Hidup Manusia

Waktu : 13.00 – 14.30

Proses

1. Pengantar

Bapak/ibu suster yang terkasih, pada sesion pertama dan kedua kita sudah saling berbagi pengalaman hidup sehari-hari dan diperjelas dengan film jatuh tertimpa tangga. Melalui berbagai hal dan tawaran kita dapat memilih yang utama yakni melayani Tuhan. Kita juga sudah berefleksi baik secara pribadi maupun bersama untuk menemukan maknanya. Pada langkah ini kita akan bersama-sama menyadari bahwa penderitaan merupakan bagian dari realitas hidup kita manusia. Penyadaran yang kita temukan akan membantu kita untuk senantiasa mau belajar

banyak dari pengalaman Katrin yang sudah dibahas di atas. Dengan demikian kita tidak akan mudah mengeluh lagi bila menderita sedikit demi anak-anak yang kita layani. Untuk mengawali pertemuan ini pemandu mengajak peserta menyanyikan lagu. Tuhan pengharapanku.

2. Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perekope langsung dari Mazmur 13, atau dari teks fotocopy yang sudah dibagikan.

3. Peserta diberi waktu untuk hening sejenak sambil merenungkan, kemudian menanggapi dengan bantuan pertanyaan :

a. Dari Mazmur 13 ini, ayat manakah yang menunjukan keluhan-keluhan pemazmur pada Tuhan karena penderitaannya?

b. Sikap-sikap mana yang ingin ditanamkan pemazmur dalam menghadapi penderitaan dari Mazmur 13 ini?

4. Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti dari Mazmur 13 sebagai jawaban atas dua pertanyaan di atas.

5. Pendamping memberikan tafsir dari Mazmur 13:1-6 dan menghubungkanya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan.

Dalam Mazmur 13 ini, pemazmur digambarkan sedang menanti-nantikan pertolongan Tuhan, ia tidak tahan menunggu tanpa kepastian. Itulah sebabnya diajukannya empat pertanyaan yang mencerminkan isi hatinya. Dalam

penderitaannya pemazmur mengeluh dan bertanya kepada Tuhan sampai kapan ia akan menderita. Pertanyaan berapa lama lagi Kau lupakan mengandung arti yang dalam dan cukup lama pemazmur menderita. Dalam mazmur tersebut nampak pengharapan akan pertolongan Tuhan yang lahir dari penderitaan yang dalam.

Pemazmur tidak bersalah tetapi ia menderita. Ia merasa kawatir dan takut jangan-jangan ditinggalkan oleh Allah. Penderitaan yang dialami pemazmur karena lawan-lawan dan musuhnya. Kendati demikian ia tetab tabah, tidak menghindar/lari untuk mengakhiri hidup dengan caranya sendiri, ia mencintai hidupnya meskipun harus berjuang keras. Seperti kisah Katrin dalam cerita “Sudah jatuh tertimpa tangga”. Katrin menderita juga karena perbuatan orang lain, ia diperkosa, hamil oleh laki-laki yang tidak bertanggungjawab, kehilangan ibunya yang meninggal dan bapaknya lari dengan perempuan lain.

Penderitaan yang dialami oleh Katrin ini bertubi-tubi, tetapi ia pasrah dan mencoba bertahan dengan harapan anaknya dapat dibesarkan dengan baik. Demikian juga dengan kisah pemazmur dalam Mazmur 13, pemazmur memiliki harapan bahwa suatu saat Tuhan pasti memandangnya. Ungkapan permohonan ini tertuang dalam Mazmur ayat 4. “pandanglah kiranya….jawablah aku…..buatlah mataku bercahya..” kata-kata ini menyatakan bahwa di tengah ancaman penderitaan karena musuh, pemazmur tetap percaya pada Tuhan meskipun kehadiranya belum dirasakan. Dengan kepercayaan yang kuat pemazmur boleh mengalami kekuatan baru. Pemazmur mulai menerima penderitaan yang dialami dan menyadari bahwa penderitaanya semakin medekatkan relasinya dengan Allah. Pemazmur berani menggulati penderitaanya dengan sikap yang pasrah bahwa

kasih setia Tuhan sungguh dapat dipercaya, seperti yang tertuang pada ayat 6 “ kepada kasih setiaMu aku percaya”.

Bila dikaitkan dengan pengalaman Katrin dalam kisah nyata di atas, kita diajak untuk bersikap tabah, sabar dan tahan uji, tidak mudah menyerah dan putus asa dalam menghadapi berbagai penderitaan hidup yang dialami setiap hari. Kita juga dapat belajar dari Mazmur 13 sikapnya yang pasrah dan relasinya yang dekat dengan Allah membuatnya semakin percaya bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan meneguhkan langkah hidup kita. Kita dapat meyakini bahwa ketekunan, dan kesetiaan membuahkan kesabaran, kelemahlembutan dan damai.

f. Sesion IV : Komitmenku Dalam Melayani Anak-anak

Waktu : 13.30 – 14.30

Proses

1. Pendamping mengajak membuka pertemuan dengan lagu ”Tiap Langkahku dipimpin oleh Tuhan”

2. Pengantar

Bapak/ibu suster proses bersama dalam rekoleksi kita ini, patut kita syukuri bahwasannya kita boleh menemukan hal-hal positif yang dapat diteladani dari pemazmur. Dengan sikap pasrah dan percaya kepada Tuhan pemazmur dalam Mazmur 13 dapat memaknai penderitaannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga tidak terlepas dengan yang namanya penderitaan. Sebagai manusia lemah kadang dalam menghadapi penderitaan seringkali kita merasa putus asa dan

pasrah bongkok-an. Namun dengan pertemuan ini, melalui sharing-sharing bersama kita disadarkan bahwa dalam mengahadapi penderitaan kita tidak sendirian Tuhan senantiasa setia mendampingi dan menemani kita. Sebagai bahan refleksi agar dapat semakin menyadari bahwa hidup itu anugerah, maka perlu di syukuri, dipelihara, dan dikembangkan. Tidak disia-siakan dengan cara kita sendiri, sambil melihat dunia sekitar kita yang jauh lebih menderita.

3. Pemandu mencoba memberikan dua pertanyaan sebagai bahan permenungan sebagai berikut:

a. Apakah arti penderitaan yang kualami dalam hidup ini?

b. Sikap-sikap mana yang dapat diperjuangkan diusahakan agar kita mampu menerima dan menggulati dan memaknai penderitaan dalam hidup sebagai orang beriman?

4. Dialog antara visi dantradisi peserta dengan visi dan tradisi Kristiani

Pada akhir permenungan bersama, pendamping mengajak para perserta untuk mendialogkan visi dan tradisi mereka dengan visi dan tradisi Kristiani serta wujudnya dalam hidup konkrit. Pertanyaan sebagai bahan dialog adalah sebagai berikut:

a. Pokok-pokok mana yang meneguhkan bapak/ibu suster dalam mendampingi anak- anak Panti Asuhan? Mengapa?

b. Sudahkah pendampingan bapak/ibu sesuai dengan visi Kristiani dengan memandang anak-anak yang kita layani secara positif?

c. Kesadaran baru dan sikap baru apakah yang bapak/ibu suster temukan berkaitan dengan komitmen kita sebagai yang dipercaya untuk mendampingi anak-anak Panti Asuhan?

Saat hening diiring musik instrumental dari kaset suara untuk mengiringi permenungan secara pribadi. Kemudian peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil permenungannya itu dalam sharing kelompok. Dari sharing tersebut diharapkan dapat saling memperkaya satu dengan yang lainnya.

3) Arah Rangkuman

Pemazmur dalam Mazmur 13 memberikan contoh bagaimana beriman kepada Allah saat mengalami dan menghadapi penderitaan. Memang tidak mudah menerima kenyataan bahwa kita harus menderita karena tidak bersalah. Namun kita dapat belajar dari mazmur bagaimana ia bergulat, sampai ia menerima bahwa kenyataan pahit itu harus dihadapi dengan sabar dan penuh harapan pada Dia Sang penolong sejati.

g. Sesion V : Mewujudkan Nilai-nilai Kerajaan Allah Melalui Pelayanan

Waktu : 15.00 – 16.45 1. Pengantar

Bapak/Ibu yang terkasih, kita bersama-sama sudah menggali pengalaman penderitaan dari film yang berjudul “Jatuh tertimpa tangga”, dan juga sudah diteguhkan oleh Mazmur 13:1-6. Melalui sharing-sharing yang kita dengar bersama kita diperkaya dan diteguhkan bahwa dalam menghadapi penderitaan,

kita tidak sendirian. Penderitaan tidak untuk dihindari akan tetapi dihadapi dengan penuh iman. Dari kisah-kisah yang sudah kita dalami bersama, tentunya kita memperoleh semangat, kekuatan, dan harapan baru dalam menghadapi penderitaan. Dengan menerima dan menggulati akhirnya kita dapat memaknainya. Melalui penderitaan kita diteguhkan, menjadi semakin sabar, semakin rendah hati dan yang penting adalah semakin dekat dan mencintai Allah. Mencintai Allah yang tewujud dalam pendampingan anak-anak di Panti Asuhan secara gembira dan bertanggungjawab.

2. Memikirkan niat-niat pribadi untuk menemukan cara bagaimana menghadapi dan memaknai penderitaan. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat:

a. Kesadaran dan sikap baru apa yang akan bapak/ibu suster wujudkan dalam mengahadapi penderitaan dan tantangan dalam mendampingi anak-anak Panti Asuhan?

b. Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan agar dalam mewujudkan niat-niat dapat tercapai?

3. Rangkuman, Peneguhan dan Evaluasi

Bapak/ibu suster yang terkasih, apa yang kita goreskan dalam niat-niat dan harapan akan terwujud pertama-tama adalah kemauan dari dalam diri. Semoga setelah rekoleksi ini kesadaran baru yang diperoleh memampukan kita untuk meningkatkan pelayanan kita pada sesama yang sungguh membutuhkan. Kita

tidak hanya bekerja tetapi ikut ambil bagian memperkembangkan anak-anak Panti Asuhan yang nonabene mengalami penderitaan jauh lebih besar. Anak-anak ini kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya dlsb. Oleh karena itu kita selayaknya bersyukur diberi kesempatan untuk mendampingi mereka. Mereka adalah anak-anak Allah yang tidak bersalah tetapi mengalami penderitaan sejak awal mula. Semoga dengan penyadaran baru kita sungguh-sungguh bahagia dan gembira menjadi sahabat dan teman bagi mereka.

Sabda Yesus yang menguatkan untuk kita ”Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Mat 5: 4).

4. Pemandu mengajak peserta untuk menutup pertemuan dengan doa Doa penutup

Allah Bapa sumber segala kasih, kami mengucap syukur atas kelimpahan kasihMu, Trimakasih Engkau telah setia menemani dan menyertai kami semua dalam rekoleksi dari pagi hingga sore ini. Karena rahmatMu kami rela berbagi pengalaman iman dan hidup yang meneguhkan. Engkau memberi kekuatan dan keterbukaan hati untuk tidak lari dari penderitaan yang sedang kami alami. Syukur kami boleh ikut ambil bagaian dalam penderitaanMu sendiri, sehingga kami boleh semakin dekat kepadaMu. Semoga kami juga dapat meneladan PutraMu Yesus Kristus dalam hidup kami sehari-hari. Dimuliakanlah namaMu untuk selama-lamanya. Amin.

h. Penutup

Waktu : 16.45 – 18.00 : Persiapan dan Misa

90

PENUTUP

Pada bab terakhir ini, penulis akan menyajikan beberapa pokok pemikiran sebagai kesimpulan atas seluruh tulisan dalam skripsi ini. Kesimpulan dan saran yang diberikan pada bagian ini adalah hasil studi pustaka dan pembahasannya. Maksud dari kesimpulan tersebut adalah dapat membantu kita semua untuk memahami secara garis besar isi skripsi ini. Sedang saran mengajak kita untuk berbuat sesuatu sesuai dengan yang diharapkan dalam skripsi ini.

Dokumen terkait