• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lama Sakit Terhadap Kualitas Hidup Anak Penderita Thalassemia Di Rsud Dr. Moewardi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Lama Sakit Terhadap Kualitas Hidup Anak Penderita Thalassemia Di Rsud Dr. Moewardi"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN LAMA SAKIT TERHADAP KUALITAS HIDUP ANAK PENDERITA THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Locoporta Agung

G.0009119

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Locoporta Agung, G0009119, 2012. Hubungan Lama Sakit terhadap Kualitas

Hidup Anak Penderita Thalassemia di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Latar Belakang: Di Indonesia thalassemia merupakan penyakit terbanyak di antara golongan anemia hemolitik dengan penyebab intrakorpuskuler. Jenis

thalassemia terbanyak yang ditemukan di Indonesia adalah thalassemia beta

mayor sebanyak 50% dan thalassemia β-HbE sebanyak 45%. Perawatan yang

lama dan sering di rumah sakit, tindakan pengobatan yang menimbulkan rasa sakit dan pikiran tentang masa depan yang tidak jelas, kondisi ini memiliki implikasi serius bagi kesehatannya sehubungan dengan kualitas hidupnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mencari adanya hubungan lama sakit dengan

kualitas hidup pada pasien anak thalassemia di RSUD Dr.Moewardi.

Metode: Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah anak penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi. Sampel yang digunakan sebanyak 31 orang. Sampel diambil secara

purposive sampling setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

tertentu. Alat ukur yang dipakai adalah Pediatric Quality of Life (PedsQL). Uji

statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Spearman.

Hasil: Kualitas hidup buruk ditemukan pada 51,61% anak penderita thalassemia,

dengan skor PedsQL < 80. Nilai rata-rata kualitas hidup total sebesar 75,28.

Ditemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara lama sakit dengan kualitas hidup dengan r = -0,451 dan p = 0,011 (p = < 0,05).

Simpulan: Kualitas hidup yang buruk ditemukan pada anak penderita thalassemia

di RSUD Dr. Moewardi. Skor kualitas hidup dapat menurun seiring dengan bertambahnya rentang waktu lama sakit.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRACT

Locoporta Agung, G0009119, 2012. The Relationship between Duration of Illness with Quality of Life of Child Thalassemic Patients at RSUD Dr. Moewardi. Mini Thesis Medical Faculty of Sebelas Maret University

Background: Thalassemia has high incidences in Indonesia, this disease can cause intracorpusculer hemolytic anemia. The number one type of thalassemia in

Indonesia is thalassemia beta major for 50% and thalassemia β-HbE for 45%.

Long term treatment and hospitalization causing pain and future uncertainty, all of these conditions will affect their quality of life. This Study aims to know whether there are some relationship between duration of illness and quality of life of child thalassemic patients at RSUD Dr.Moewardi.

Methods: This study was performed by analytic observational method with cross sectional approached. Subjects were child patients with thalassemia at RSUD Dr. Moewardi. 31 subjects were used as sample in this study. Samples were taken by

purposive sampling. Instrument used in this study was Pediatric Quality of Life

(PedsQL). Statistic test used in this study was Spearman test.

Results: Poor quality of life associated with 51,61 % of child thalassemic patients

with PedsQL < 80. Average score of total quality of life were 75,28. There was

significant negative correlation between duration of illness with PedsQL score

with r = -0,451 and p = 0,011 (p = < 0,05).

Conclusion: Poor quality of life was found on child thalassemic patients at RSUD

Dr. Moewardi. PedsQL scores may declined due to increasing duration of illness.

(6)

commit to user

vi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena limpahan nikmat, rahmat, hidayah serta ridho-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Lama Sakit terhadap Kualitas

Hidup Anak Penderita Thalassemiadi RSUD Dr.Moewardi”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini.

3. Muhammad Riza, dr., Sp. A, M. Kes. sebagai pembimbing utama yang

telah berkenan memberikan waktu, bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis.

4. Bagus Wicaksono, Drs., M.Si. sebagai pembimbing pendamping yang telah

berkenan memberikan waktu, bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis.

5. Endang Dewi Lestari, dr., Sp. A (K), MPH sebagai penguji utama yang telah

memberikan nasihat, koreksi, kritik dan saran untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.

6. Endang Sri Hardjanti, dr., M.Or. sebagai anggota penguji yang telah

memberikan nasihat, koreksi, kritik dan saran untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.

7. Seluruh staf ruangan Melati II RSUD Dr.Moewardi untuk segala bantuan

dan kemudahannya.

8. Seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan.

9. Teman-teman yang turut membantu jalannya penelitian.

10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga selesainya

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dibutuhkan saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g. Hubungan Thalassemia dalam Mempengaruhi Kualitas Hidup ... 9

G. Definisi Operasional Variabel ... 15

(8)

commit to user

viii

DAFTAR SINGKATAN

β-HbE Beta Hemoglobin E

DNA Deoxyribonucleic Acid

Hb Hemoglobin

PHTDI Perhimpunan Hematologi dan Tranfusi Darah Indonesia

SI Serum Iron

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden ... 19

Tabel 4.2. Nilai Kualitas Hidup Responden ... 20

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup ... 21

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Sakit dan Skor Kualitas Hidup. ... 22

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2.

Surat Keterangan Ijin Penelitian

Lembar Informed Consent

Lampiran 3. Lembar Kuesioner Data Responden

Lampiran 4. Lembar Kuesioner PedsQL Lampiran 5. Lembar Analisis Statistik

Lampiran 6. Lampiran 7.

Lembar Data Responden

(11)

commit to user

penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini

pertama kali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama

Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Beliau menjumpai anak anak yang

menderita anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun.

Selanjutnya, anemia ini dinamakan anemia splenic atau eritroblastosis atau

anemia Mediteranian atau anemia Cooley sesuai dengan nama penemunya

(Weatherall, 1965).

Menurut Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia

(PHTDI), thalassemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat,

perut tampak membesar karena pembengkakan limpa dan hati, dan apabila

tidak diobati dengan baik akan terjadi perubahan bentuk tulang muka dan

warna kulit menjadi menghitam. Penyebab penyakit ini adalah kekurangan

salah satu pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin

berkurang.

Kurang lebih 3% dari penduduk dunia mempunyai gen thalassemia di

mana angka kejadian tertinggi sampai dengan 40% kasus adalah di Asia (Run

(12)

commit to user

terbanyak di antara golongan anemia hemolitik dengan penyebab

intrakorpuskuler. Jenis thalassemia terbanyak yang ditemukan di Indonesia

adalah thalassemia beta mayor sebanyak 50% dan thalassemia β-HbE

sebanyak 45% (Wahidiyat et al., 1985; Munthe, 1997). Frekuensi pembawa

sifat thalassemia untuk Indonesia ditemukan berkisar antara 3-10%

(Wahidiyat, 1999; Sofro, 1995; Wahidiyat, 1979).

Penyakit ini juga dapat menimbulkan masalah psikososial yang besar bagi

penderita maupun keluarganya. Timbulnya suatu penyakit pada proses

maturasi fisik dan psikososial dapat mengganggu kualitas hidup seseorang

pada individu tersebut dapat terlihat gejala sisa secara fisik, psikologis dan

sosial (Loonen et al., 2001). Masalah tumbuh kembang anak dengan penyakit

kronik tergantung cara anak memahami dirinya, penyakitnya, pengobatan

yang diterimanya dan kematian (Soetjiningsih, 2003). Perawatan yang lama

dan sering di rumah sakit, tindakan pengobatan yang menimbulkan rasa sakit

dan pikiran tentang masa depan yang tidak jelas, kondisi ini memiliki

implikasi serius bagi kesehatannya sehubungan dengan kualitas hidupnya

(Eiser, 1997).

Pengukuran kualitas hidup dapat digunakan sebagai dasar perencanaan

suatu program penatalaksanaan, monitoring kemajuan klinis dan hasil

pengobatan yang nantinya diharapkan dapat mengurangi tingkat

ketergantungan atau beban bagi pasien, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Penelitian mengenai kualitas hidup anak penderita thalassemia sendiri

(13)

commit to user

3

penelitian lebih lanjut mengenai masalah tersebut. Peneliti tertarik untuk

meneliti apakah lama sakit yang lebih lama dapat menyebabkan perubahan

kualitas hidup bagi penderitanya. Menindaklanjuti kondisi ini, perlu

dilakukan penilaian kualitas hidup terhadap anak penderita thalassemia untuk

menentukan tindakan yang mendukung perbaikan kualitas hidup anak

penderita thalassemia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Adakah hubungan antara lama sakit dengan kualitas hidup anak penderita

thalassemia di RSUD Dr. Moewardi?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara lama sakit dengan kualitas hidup anak

penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi.

D. Manfaat Penelitian 1. Aspek teoritis

Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai hubungan lama sakit

terhadap kualitas hidup anak penderita thalassemia sehingga dapat

dilakukan usaha peningkatan kualitas hidup terhadap anak yang

(14)

commit to user 2. Aspek aplikatif

Memberikan informasi ilmiah pada masyarakat dengan mengetahui

dampak lama sakit terhadap kualitas hidup anak penderita thalassemia

maupun anggota keluarganya, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

(15)

commit to user

dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan

yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di

dalam atau dekat gen globin (Atmakusuma dan Setyaningsih, 2009).

Thalassemia menyangkut ketidaksesuaian jumlah rantai alfa dan

beta yang disintesis, dengan demikian tidak dapat terbentuk molekul

hemoglobin tetramer yang normal (Baldy, 2006).

Thalassemia adalah suatu sindrom yang ditandai oleh penurunan

kecepatan sintesis atau absennya pembentukan satu atau lebih rantai

globin sehingga mengurangi sintesis hemoglobin normal

(kuantitatif). Sebagai akibatnya timbul ketidakseimbangan sintesis

suatu rantai, salah satu rantai disintesis berlebihan sehingga

mengalamai presipitasi, membentuk Heinz bodies. Eritrosit yang

mengandung Heinz bodies ini mengalami hemolisis intrameduler

sehingga terjadi eritropoesis inefektif, disertai pemendekan masa

(16)

commit to user b. Klasifikasi Thalassemia

Thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter

yang diturunkan secara resesif. Secara molekuler thalassemia

dibedakan atas thalassemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis

dibedakan atas thalassemia mayor dan minor (Mansjoer et al.,2000).

α-thalassemia disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis

rantai alfa hemoglobin. Bentuk homozigot tidak mungkin hidup,

bayi yang lahir mati menunjukkan hidrops fetalis berat. Bentuk

heterozigot dapat asimptomatik atau ditandai dengan anemia ringan.

β-thalassemia disebabkan oleh penurunan sintesis rantai beta

hemoglobin. Bentuk homozygot dikenal sebagai thalassemia mayor

dan bentuk heterozygot dikenal sebagai thalassemia minor (Dorland,

2002).

c. Patofisiologi Thalassemia

Pada thalassemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali

produksi rantai globin satu atau lebih rantai globin. Penurunan secara

bermakna kecepatan sintesis salah satu jenis rantai globin (rantai-α

atau rantai-β) menyebabkan sintesis rantai globin yang tidak

seimbang. Bila pada keadaan normal rantai globin yang disintesis

seimbang antara rantai-α dan rantai-β, yakni berupaα2β2, maka pada

thalassemia-β0, dimana tidak disintesis sama sekali rantai β, maka rantai globin yang diproduksi berupa rantai α yang berlebihan (α4).

(17)

commit to user

7

rantai α, maka rantai globin yang diproduksi berupa rantai β yang

berlebihan (β4) (Atmakusuma dan Setyaningsih, 2009).

d. Manifestasi Klinis Thalassemia

Pada thalassemia mayor, gejala klinis berupa muka mongoloid,

pertumbuhan badan kurang sempurna (pendek), pembesaran hati dan

limpa, perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah

berupa deformitas dan fraktur spontan. Petumbuhan gigi biasanya

buruk, sering disertai rarefaksi tulang rahang. Biasanya mengalami

anemia berat dan mulai muncul gejalanya pada usia beberapa bulan

serta menjadi jelas pada usia 2 tahun. Ikterus jarang terjadi dan bila

ada biasanya ringan (Suyono, 2001).

Pada thalassemia intermedia umumnya tidak ada splenomegali.

Dan bila terjadi anemia ringan, maka disebabkan oleh masa hidup

eritrosit yang memendek. Sedangkan pada thalassemia minor

umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas (Suyono, 2001).

e. Diagnosis Thalassemia

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan ialah mengarah pada

kecurigaaan thalassemia dengan gambaran perut yang membuncit

akibat splenomegali dan hepatomegali, ditemukan gejala anemis,

pucat, dan lemas. Untuk mendiagnosis pasien dengan thalassemia,

maka dapat ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium, antara lain

Feritin, SI dan TIBC untuk melihat status besi; analisis hemoglobin

(18)

commit to user

untuk mendiagnosis prenatal; hematologi rutin untuk mengetahui

kadar Hb dan ukuran sel-sel darah; dan gambaran darah tepi untuk

melihat bentuk, warna, dan kematangan sel-sel darah (Hoffbrand dan

Pettit, 1996).

f. Tata Laksana Thalassemia

Usaha untuk mengatasi penurunan hemoglobin, untuk mencapai kadar hemoglobin normal atau mendekati normal sehingga tidak

tejadi gangguan pertumbuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan

pemberian transfusi teratur. Sekarang dipakai teknik hipertransfusi,

untuk mencapai hemoglobin di atas 10 g/dl, dengan jalan pemberian

transfusi 2-4 unit darah setiap 4-6 minggu, dengan demikian

produksi hemoglobin abnormal ditekan.

Usaha untuk mencegah penumpukan besi (hemochromatosis)

akibat transfusi dan akibat patogenesis dari thalassemia sendiri. Hal

ini dilakukan dengan pemberian iron chelator yaitu: desferioksamin

(desferalR) sehingga meningkatkan ekskresi besi dalam urin.

Desferal diberikan dengan infusion bag atau secara subkutan.

Sekarang di Eropa dan India dikembangkan preparat desferiprone

yang dapat diberikan secara oral.

Usaha usaha lain dalam tata laksana thalassemia antara lain

pemberian asam folat 5mg/hari secara oral untuk mencegah krisis

megaloblastik, usaha untuk mengurangi proses hemolisis dengan

(19)

commit to user

9

terbukti adanya hipersplenisme, terapi eksperimental dengan

rekayasa genetik: transfer gen, dan terapi definitif dengan

transplantasi sumsum tulang. Transplantasi yang berhasil akan

menyebabkan kesembuhan permanen.(Bakta, 2007).

g. Hubungan Thalassemia dalam Mempengaruhi Kualitas Hidup Hemosiderosis adalah akibat terapi transfusi jangka panjang yang tidak dapat dihindari karena setiap 500 ml darah membawa kira-kira

200 mg besi ke jaringan yang tidak dapat diekskresikan secara

fisiologis (Honig, 2000). Manifestasi klinis yang ditimbulkan akibat

transfusi darah yang berulang-ulang adalah penimbunan besi yang

berlebihan di dalam berbagai jaringan/organ tubuh antara lain pucat

dan ikterus bersama-sama memberikan kesan coklat-kuning;

pembesaran hati disertai sirosis atau fibrosis; pembesaran limpa

sehingga menyebabkan ketidaknyamanan mekanis dan

hipersplenisme sekunder; pertumbuhan terganggu dan pubertas

terlambat atau tidak terjadi kerna kelainan endokrin sekunder;

diabetes melitus yang disebabkan oleh siderosis pankreas;

komplikasi jantung, termasuk aritmia yang membandel dan gagal

jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh siderosis mikardium

(Honig, 2000).

Dari beberapa penelitian, didapatkan beban psiko-sosial untuk

anak dan remaja dengan thalassemia meliputi: pendidikannya

(20)

commit to user

(rata-rata absen 1 hari dalam 1 minggu/bulan); aktifitas olahraga

terpengaruh; penyesuaian diri keluarga dan isolasi sosial dalam

keluarga dapat menimbulkan conspiracy of silence (setiap anggota

keluarga mengetahui penyakitnya dan mengalami beban, tetapi tidak

ada yang berbicara terbuka tentang hal ini dalam keluarga) sehingga

menyebabkan anak tidak dapat mendiskusikan perasaan dan

kecemasannya tentang penyakit dan menyebabkan isolasi sosial;

anak dengan thalassemia memiliki kesan diri yang rendah cenderung

untuk sedih, merasa tidak yakin, mengasihani diri sendiri, dan cemas

bila seseorang tidak menyukainya dan menolaknya karena dirinya

sakit; dan mempunyai insiden gangguan psikiatrik yang tinggi

seperti kecemasan dan depresi (Telfer et al., 2005; Ratip dan Modell,

1996).

2. Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah bagaimana seseorang menilai pengalaman/kenyataan hidupnya secara keseluruhan atau sebagian

sebagai baik atau buruk; termasuk dalam segi fungsi fisik, interaksi

sosial, dan keadaan mental (Jonsen, 2006).

Kualitas hidup terkait kesehatan harus mencakup dimensi fisik,

fungsional, psikologis, dan sosial. Dimensi fisik merujuk pada gejala

gejala yang terkait penyakit dan pengobatan yang dijalaninya. Dimensi

fungsional terdiri dari perwatan diri, mobilitas, serta level aktivitas fisik

(21)

commit to user

11

maupun pekerjaan. Dimensi psikologis meliputi fungsi kognitif, status

emosi, serta persepsi terhadap kesehatan, kepuasan hidup serta

kebahagiaan. Dimensi sosial meliputi penilaian aspek kontak dan

interaksi sosial secara kualitatif maupun kuantitatif (de Haan et al.,

1993).

Salah satu instrumen yang direkomendasikan untuk menilai

kualitas hidup anak yaitu kuesioner Pediatric Quality of Life Inventory

(PedsQL) (Ismail et al., 2006). Kuesioner ini terdiri dari beberapa versi

yaitu: PedsQL versi 1.0 sampai 4.0 yang melampirkan 23 pertanyaan

dengan empat domain penilaian yaitu: fungsi fisik, emosional, sosial, dan

sekolah. Dari ke empat versi yang dimiliki PedsQL, versi 4.0 merupakan

instrumen penilaian generik (Ismail et al., 2006; Thavorncharoensap et

(22)
(23)

commit to user

13

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara lama sakit terhadap kualitas hidup anak

penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi dimana ada penurunan kualitas

(24)

commit to user sectional yaitu, peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor

risiko) dan variabel terikat (efek) yang diobservasi hanya sekali pada saat

yang sama.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak (IKA) RSUD

Dr. Moewardi.

C. Subjek Penelitian

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien thalassemia anak yang rutin mendapat transfusi darah

berdasarkan diagnosis yang telah dibuat Sub Bagian Hematologi

Bagian Anak di RSUD Dr. Moewardi

b. Berumur 4-18 tahun

c. Anak dan orang tua/wali anak bersedia diikut sertakan dalam penelitian

2. Kriteria eksklusi

a. Dalam perawatan kritis di rumah sakit

b. Anak yang menderita cacat fisik maupun retardasi mental yang dapat

(25)

commit to user

15

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dangan cara purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan, dimana pemilihan subjek berdasar

atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi.

E. Perhitungan Jumlah Sampling

Terdapat teori yang menyatakan bahwa sampel berjumlah 30 orang atau lebih, karena mendekati distribusi normal.

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Lama sakit pada anak penderita thalassemia

2. Variabel Terikat : Kualitas hidup

3. Variabel luar

a. Terkendali : cacat mental dan fisik

b. Tak terkendali : lingkungan

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas : Lama sakit.

a. Definisi:

Lamanya keluhan yang dirasakan responden (Supardi, 2003).

Dalam hal ini adalah waktu dari awal diagnosis thalassemia sampai

saat ini berdasarkan data rekam medik pasien Poli Anak RSUD Dr.

(26)

commit to user

b. Cara pengukuran:

Penentuan lama sakit berdasarkan data rekam medik pasien Poli

Anak RSUD Dr. Moewardi. Untuk analisis data dilakukan

pengkategorian sebagai berikut:

1) < 1 tahun

2) 1- 5 tahun

3) > 5 tahun

c. Skala : Ordinal (Kategorikal)

2. Variabel terikat: Kualitas Hidup

a. Definisi:

Komponen kebahagiaan dan kepuasan terhadap kehidupan yang

mencakup dimensi fisik, fungsional, psikologis, dan sosial (Fayers

dan Machin, 2007).

b. Cara pengukuran:

Menggunakan kuesioner PedsQL versi 4.0 yang pernah

digunakan oleh Wahyuni pada tahun 2010 di Medan

c. Skala: Interval (Numerik) dengan nilai pengukuran 0-100

3. Variabel luar terkendali

a. Cacat fisik: suatu kemunduran, melemahnya atau kehilangan dari

fungsi yang disebabkan penyakit atau luka (Chaplin,1995).

Ketidakmampuan seseorang melakukan aktivitas fisik tertentu

(27)

commit to user

17

pemicu rendahnya kualitas hidup seorang anak. Cacat fisik dinilai

dengan data rekam medik dan wawancara wali.

b. Cacat mental: suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti

atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh hendaya keterampilan

selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat

intelegensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial

(Maslim R, 2003). Cacat mental dinilai dengan data rekam medik

dan wawancara wali.

4. Variabel luar tak terkendali

Lingkungan.

H. Rancangan Penelitian

I. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah kuesioner umum. Skala pengukuran kualitas hidup pada kuesioner PedsQL berupa pertanyaan tertutup

(28)

commit to user

yaitu dengan memilih jawaban yang telah tersedia. Penilaian diberikan dengan

0-4 setiap item pertanyaan.

a. 0 = tidak pernah ada masalah pada item pertanyaan

b. 1 = hampir tidak pernah ada masalah pada item pertanyaan

c. 2 = kadang kadang ada masalah pada item pertanyaan

d. 3 = sering ada masalah pada item pertanyaan

e. 4 =selalu ada masalah pada item pertanyaan

Pada setiap jawaban dikonversikan dalam skala 0-100 untuk interpretasi

standar 0 = 100, 1 = 75, 2 =50, 3 = 25, 4 = 0.

Nilai total dihitung dengan menjumlahkan nilai pertanyaan yang mendapat

jawaban dibagi dengan jumlah pertanyaan yang dijawab pada semua bidang.

Untuk menyamakan persepsi jawaban ditentukan:

1) Hampir selalu : setiap hari

2) Sering : 1 kali dalam seminggu

3) Kadang kadang : 1 kali dalam sebulan

4) Hampir tidak pernah : 1 kali dalam 2/3 bulan

5) Tidak pernah : dalam 3 bulan terakhir tidak pernah

Kuesioner untuk anak 2-12 tahun merupakan assisted delivery

questionnaire dimana jawaban diberikan didampingi oleh orang tua atau wali.

Kuesioner untuk anak usia 3-18 tahun merupakan assisted delivery

questionnaire yang dijawab langsung oleh anak. Kuesioner ini oleh karena

kuesioner generik standar yang telah divalidasi dan diuji reliabilitasnya oleh

(29)

commit to user

19

validasi kuesioner. Fungsi psikososial, fungsi fisik, fungsi emosional, fungsi

sekolah, dan fungsi sosial ditetapkan buruk bila < 80 (Brown, 2004).

J. Cara Pengambilan Data

1. Responden positif menderita thalassemia berdasarkan diagnosis RSUD

Dr. Moewardi dan berusia 4 - 18 tahun

2. Wawancara identitas identitas dan lama sakit responden dengan wali

responden

3. Mengisi kuesioner PedsQL

K. Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

(30)

commit to user

20

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini melibatkan 31 anak penderita thalassemia beta mayor yang mendapatkan transfusi darah rutin di RSUD Dr. Moewardi. Seluruh responden

yang masuk kriteria inklusi berusia 4 sampai 18 tahun dengan wali anak yang

bersedia dilibatkan dalam penelitian.

Tabel 4.1. Distribusi responden (n = 31)

(31)

commit to user

21

Nilai % dihitung berdasarkan jumlah responden

Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (58,06 %). Rerata usia responden adalah 9,52 tahun. Rerata

usia responden waktu pertama kali terdiagnosis menderita thalassemia beta mayor

adalah 3,65 tahun dengan sebagian besar terjadi pada usia 1 sampai 5 tahun.

Sebagian besar responden masih menempuh pendidikan SD (61,29 %).

Tabel 4.2. Nilai kualitas hidup responden. (n = 31)

Domain kualitas hidup Rerata Terendah Tertinggi

Berkaitan dengan fisik 76,71 40,625 100

Berkaitan dengan emosi 75,97 40 100

Berkaitan dengan sosial 87,42 55 100

Berkaitan dengan sekolah 60,56 15 87,5

Rerata skor kualitas hidup

total

75,28 46,74 90,22

Berdasarkan tabel 4.2. rerata kualitas hidup responden ini adalah 75,28 dengan

nilai terendah 46,74 dan nilai tertinggi 90,22. Dari masing-masing domain

didapatkan rerata fungsi fisik 76,71 rerata fungsi emosi 75,97 rerata fungsi sosial

87,42 dan rerata fungsi sekolah 60,56. Rerata skor kualitas hidup total didapatkan

dari nilai fisik, emosi, sosial, dan sekolah. Fungsi psikososial, fungsi fisis, fungsi

emosional, fungsi sekolah, dan fungsi sosial ditetapkan sebagai buruk bila < 80

(Brown, 2004). Dari tabel 4.2. tersebut dapat dijelaskan bahwa rerata fungsi fisik,

(32)

commit to user

Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan kualitas hidup

Domain

Nilai % dihitung berdasarkan jumlah responden

Berdasarkan penilaian kualitas hidup dengan kuesioner PedsQL yang

diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, sebanyak 16 anak (51,61%) memiliki kualitas

hidup buruk. Fungsi yang paling terganggu adalah fungsi sekolah, 27 (87,1%)

responden memiliki fungsi sekolah yang buruk (Tabel 4.3). Sementara itu

proporsi responden dengan kualitas hidup baik paling besar terdapat pada fungsi

sosial sebanyak 23 (74,19%) responden.

Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan lama sakit dan skor kualitas hidup

Lama Sakit n (%) Mean QL

< 1 tahun 3 (9,68%) 86,96

1-5 tahun 13 (41,94%) 76,84

(33)

commit to user

23

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil hubungan lama sakit

terhadap kualitas hidup anak penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi

adalah anak dengan lama sakit < 1 tahun sebanyak 3 anak (9,68%) mempunyai

rerata skor kualitas hidup sebesar 86,96; anak dengan lama sakit 1-5 tahun

sebanyak 13 anak (41,94%) mempunyai rerata skor kualitas hidup sebesar 76,84;

sedangkan anak dengan lama sakit > 5 tahun sebanyak 15 anak (48,39%)

mempunyai rerata skor kualitas hidup sebesar 71, 6.

Data penelitian yang telah diperoleh, kemudian diolah menggunakan SPSS 17

for Windows untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara lama sakit terhadap

kualitas hidup anak penderita thalassemia.

Tabel 4.5. Hubungan lama sakit terhadap kualitas hidup domain anak penderita

Domain Sekolah 0,490 -0,129

Kualitas Hidup Total 0,011 -0,451

(34)

commit to user

Didapatkan hubungan negatif yang signifikan pada lama sakit dengan kualitas

hidup domain fisik (p = 0,046) dan domain sosial (p = 0,08), sedangkan

didapatkan hubungan negatif yang tidak signifikan pada domain emosi (p = 0.40)

dan domain sekolah (p = 0,49) pada anak penderita thalasssemia.

Dengan uji Spearman menggunakan SPSS 17 for Windows diperoleh angka

Significancy 0,011 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara lama

sakit dengan kualitas hidup anak penderita thalassemia (p = 0,011). Adapun

syarat statistik pengujian hubungan 2 variabel dengan uji Spearman antara lain

hipotesis diterima jika nilai significancy (p) hitung < 0.05. Hasil uji Spearman

menggunakan SPSS 17 for Windows juga menunjukkan koefisien korelasi negatif

sebesar -0,451 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kedua

variabel dan menunjukkan kriteria koefisien korelasi cukup kuat (r > 0,25 dan r <

(35)

commit to user

25

BAB V PEMBAHASAN

Penilaian kualitas hidup penting pada penderita thalassemia. Penilaian ini bertujuan agar dapat dilakukan pengelolaan yang lebih baik dan pencapaian

kualitas hidup yang lebih optimal pada penderita thalassemia, terutama penilaian

terhadap pelaksanaan transfusi dan pemberian kelasi (Dipalma, 1998). Menurut

Varni (1999), penilaian kualitas hidup bersifat subyektif. Pada orang dewasa

penilaian sendiri (self report) merupakan baku emas penilaian kualitas hidup.

Namun pada anak-anak, perkembangan kognitifnya menjadi pertimbangan untuk

diperlakukan sebagai responden penialian kualitas hidup pada dirinya, sehingga

diperkenankan penilaian kualitas hidup pada anak didampingi orang tuanya

(parent proxy report). PedsQL merupakan salah satu instrument penilaian kualitas

hidup yang dapat digunakan baik dengan pengisian sendiri maupun diwakili orang

tua.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 31 anak dengan komposisi 3 anak dengan lama sakit < 1 tahun, 13 anak dengan lama sakit 1-5

tahun, dan 15 anak dengan lama sakit > 5 tahun. Sampel diambil di RSUD Dr.

Moewardi sejak tanggal 27 Agustus - 4 Oktober 2012.

Data sampel didapatkan melalui pertanyaan-pertanyaan kepada orang tua atau

wali pasien maupun ke responden secara langsung yang mengacu pada isi dari

kuesioner kualitas hidup anak PedsQL dengan rentang usia responden 4 sampai

(36)

commit to user

dari anak tersebut dan bersifat universal serta mudah dipahami baik oleh peneliti

maupun oleh sampel penelitian. Baik orang tua sampel maupun responden itu

sendiri dapat memberikan jawaban yang akurat dan dapat dipercaya sesuai dengan

keadaan responden dalam lingkungannya sehari-hari.

Dari hasil analisis statistik penelitian yang telah dilaksanakan, maka hipotesis

penelitian hubungan lama sakit terhadap kualitas hidup anak penderita

thalassemia dapat diterima. Dalam penelitian ini dilakukan pengelompokan lama

sakit ke dalam 3 kelompok yaitu kelompok anak dengan lama sakit < 1 tahun, 1-5

tahun, dan > 5 tahun. Dari kelompok anak dengan lama sakit < 1 tahun didapatkan

rerata skor kualitas hidup sebesar 86,96; anak dengan lama sakit 1-5 tahun

didapatkan rerata skor kualitas hidup sebesar 76,84; sedangkan anak dengan lama

sakit > 5 tahun didapatkan rerata skor kualitas hidup sebesar 71,6. Dari gambaran

umum di atas, jelas bahwa terdapat hubungan lama sakit terhadap kualitas hidup

anak penderita thalassemia yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi.

Berdasarkan penilaian kualitas hidup dengan kuesioner PedsQL yang

diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, sebanyak 15 anak (48,39%) memiliki kualitas

hidup buruk. Fungsi yang paling terganggu adalah fungsi sekolah, 87,1%

responden memiliki fungsi sekolah yang buruk (Tabel 4.4). Sementara itu

proporsi responden dengan kualitas hidup baik paling besar terdapat pada fungsi

sosial (74,19%). Temuan tersebut sesuai dengan penelitian Mahityutthana (2007)

di Thailand dan Ismail (2006) di Malaysia yang menyatakan bahwa pasien

(37)

commit to user

27

Manifestasi klinis thalassemia dan komplikasi dari transfusi dapat

mempengaruhi kualitas hidup domain fisik anak penderita thalassemia. Hal ini

jelas akan mempengaruhi aktivitas fisik anak tersebut. Lama sakit yang lebih lama

akan mengharuskan penderita untuk selalu rutin menjalankan transfusi yang dapat

berkomplikasi pada kelainan hati, limpa, ginjal, jantung, endokrin, bahkan tumbuh

kembang anak sehingga jelas akan menghambat aktivitas fisik dari anak penderita

thalassemia. 51,61% responden mempunyai fungsi fisik yang buruk. Pada

penelitian ini didapatkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara lama

sakit dengan kualitas hidup anak penderita thalassemia. Menurut Tamam (2009),

penderita dapat mengalami anemia karena kegagalan pembentukan sel darah,

pembesaran limpa dan hati akibat anemia yang lama dan berat, perut membuncit

karena pembesaran kedua organ tersebut, sakit kuning (jaundice), luka terbuka di

kulit (ulkus/borok), batu empedu, pucat, lesu, sesak napas karena jantung bekerja

terlalu berat, yang akan mengakibatkan gagal jantung dan pembengkakan tungkai

bawah. Sumsum tulang yang terlalu aktif dalam usahanya membentuk darah yang

cukup, bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang

kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak

anak yang menderita thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa

pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena

penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan

zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya

(38)

commit to user

Dampak manifestasi klinis yang menjadikan perubahan fisik dan komplikasi

terapi thalassemia sendiri mempengaruhi kecemasan dan emosi seorang anak.

Gambaran tentang masa depan yang tidak jelas dan terapi rutin yang tidak

kunjung berakhir akan mempengaruhi kejiwaan seorang anak penderita

thalassemia. Menurut Aji (2009), gangguan fungsi emosional dipengaruhi oleh

berbagai hal, yaitu perasaan tertekan saat penegakkan diagnosis penyakit, terapi

yang harus dijalani setiap bulan secara teratur, dan keharusan tidak masuk sekolah

karena harus menjalani terapi. Masalah emosi pada pasien dewasa terjadi

berkaitan dengan pencarian pekerjaan, mencari pasangan hidup, membangun

keluarga. Dalam penelitian ini didapatkan hubungan negatif pada hubungan lama

sakit dengan domain emosi. Namun, hubungan tersebut tidak signifikan Di sisi

lain menurut Widyawati (2002), rasa takut akibat pengobatan yang akan diterima

anak seperti kesakitan, handicap, bahkan meninggal menjadi masalah utama bagi

para ibu saat ini. Sikap ibu yang menerima kondisi anak sepenuhnya akan dapat

berpengaruh positif terhadap penyesuaian diri anak tersebut. Selain itu, anak

dengan lama sakit yang lebih lama akan cenderung untuk bersikap pasrah

dikarenakan anak sudah menyadari bahwa apa yang dijalani sekarang akan

dijalani pada hari-hari berikutnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan,

penerimaan dan pasrah adalah satu-satunya jalan terbaik untuk bisa bertahan pada

kondisi tersebut. Pasrah dalam hal ini bukan berarti tidak melakukan apa-apa

melainkan lebih kepada penguasaan diri.

Anak dengan rentang sakit yang lebih lama akan mengakibatkan perubahan

(39)

commit to user

29

beraktivitas baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini mengakibatkan kurangnya

kualitas dalam pergaulannya dimana masa anak-anak adalah masa bermain dan

membutuhkan sosialisasi bersama temannya. Selain itu, keluarga diharuskan tetap

menjaga kondisi fisik anak dan memungkinkan anak tersebut untuk lebih banyak

istirahat yang akan berdampak pada pergaulannya. Menurut Humris (2001),

penampilan yang berbeda merupakan faktor penting yang mempengaruhi

perkembangan kepribadian seperti citra diri yang kurang, timbul rasa malu

sehingga menimbulkan penolakan untuk bergaul, dan bersekolah.

Pada penelitian ini memperlihatkan semakin lama anak menderita sakit, maka

kualitas hidup fungsi sekolah anak semakin menurun .Hal tersebut dapat

disebabkan oleh banyaknya waktu pendidikan yang tidak diikuti anak dikarenakan

harus menjalani terapi thalassemia secara rutin. Tetapi hubungan tersebut tidak

signifikan. Menurut Khurana (2006), menurunnya kualitas hidup domain sekolah

anak penderita thalassemia ini dikarenakan rutinnya penderita melakukan

transfusi sehingga nilai akademik terhambat kerena harus rutin mengunjungi

rumah sakit dan izin mengikuti kegiatan sekolah.

Pada dasarnya, kualitas hidup anak penderita thalassemia tidak hanya

dipengaruhi oleh lama sakit saja seperti yang diteliti pada penelitian ini. Menurut

Aji (2009), terdapat hubungan antara tingkat pendapatan orang tua, suku, dan

tampilan facies Cooley dengan kualitas hidup anak dengan thalassemia mayor.

Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang belum disebutkan

(40)

commit to user

Adanya faktor-faktor lain yang belum diteliti dan mungkin berpengaruh

terhadap kualitas hidup anak thalassemia beta mayor. Selain itu, hasil penelitian

ini menggambarkan keadaan kualitas hidup anak thalassemia di ruang lingkup

yang kecil. Untuk populasi yang lebih luas dan karakteristik yang berbeda

(41)

commit to user

31

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi tanggal 27

Agustus - 4 Oktober 2012 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

negatif yang signifikan (p = 0,011) antara lama sakit dengan kualitas hidup

anak penderita thalassemia pada usia 4 sampai 18 tahun. Tingkat kekuatan

hubungan antara kedua variabel termasuk dalam kategori sedang (r = -0,451).

B. Saran

Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor-faktor lain

yang belum diteliti yang berhubungan dengan kualitas hidup anak

thalassemia beta mayor. Selain itu, dibutuhkan tindakan yang komprehensif

dari tenaga medis sehingga tidak terfokus pada simptomatis dan operatif saja

melainkan bimbingan konseling secara rutin kepada anak untuk mengetahui

perkembangan kualitas hidupnya. Peranan orang tua juga sangat besar untuk

mempertimbangkan aktivitas fisik, emosi, sosial, dan pendidikan sehingga

seorang anak thalassemia tidak mempunyai kesenjangan kualitas hidup yang

besar dengan anak normal seusianya walaupun sudah lama mengidap

(42)

commit to user

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Responden ..........................................................
Tabel 4.1. Distribusi responden (n = 31)
Tabel 4.2. Nilai kualitas hidup responden. (n = 31)
Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan lama sakit dan skor kualitas hidup
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data primer dilakukan setelah groundcheck dan pengurusan izin pengambilan data pada lokasi terpilih kemudian dilakukan pengukuran iklim mikro (suhu dan kelembaban

Permasalahan yang diuraikan diatas menunjukkan tentang pentingnya untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran disekolah, yaitu pembelajaran yang menitik

Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa variable pertumbuhan (growth) dan ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif dan signifikan terhadap debt to equity

Dana Swakelola untuk pemeliharaan jalan yang di alokasikan di Kabupaten Pinrang memang masih minim, maka kondisi adanya kekurangan dana dalam penganggaran pemeliharaan jalan tidak

Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “ Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum 2013 Pada Sub Tema Hewan

mengenai format file WAV, akses terakhir Desember 20116. http://elm-chan.org/docs/mmc/mmc_e.html, merupakan forum yang membahas

Penentuan jumlah upah/uang saku harian, atau rata-rata upah/uang saku yang diterima atau diperoleh dalam sehari menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-31/PJ/2009

Berdasarkan nilai rata-rata NOM selama periode penelitian pada bank umum syariah sebesar 14.547 dan untuk unit usaha syariah sebesar 36.683 menunjukkan hasil