• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan manajemen sumber daya manusia da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan manajemen sumber daya manusia da"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

DI SEKOLAH

Oleh :

Drs. JAHIDIN, M.Pd. NIP : 19610512 199003 1 004

Kepala SLB-ABC Muhammadiyah Banjarsari Kabupaten Ciamis

SLB-ABC MUHAMMADIYAH BANJARSARI

GUGUS 27 SLB KABUPATEN CIMIS

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

DI SEKOLAH

Disyahkan di Ciamis Pada tanggal 26 Mei 2012

Pengawas SLB Wilayah Pembinaan Gugus 27 Ciamis

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah. Makalah ini disusun sebagai sumbangan pemikiran tentang pengelolaan Sumber Daya Manusia di sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Makalah ini disampaikan dalam pertemuan ilmiah Pemilihan Kepala SLB Berdedikasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.

Makalah tentang Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah ini didasari dengan keinginan untuk turut serta berupaya memperbaiki mutu dalam mendidik anak-anak berkebutuhan khusus. Namun demikian harus disadari bahwa kunci suatu keberhasilan dalam pengembangan suatu sekolah, tetap ditentukan oleh adanya kolaborasi dari semu pihak yang terkait. Melalui upaya yang terus menerus tanpa henti dalam memperbaiki dan memperkaya wawasan kita semua tentang pengembangan sekolah, maka diharapkan pada saatnya SLB akan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

(4)

dan terdorong untuk selalu membaca buku-buku referensi yang sangat penting bagi perkembangan pendidikn luar biasa.

Akhirnya, walaupun makalah ini masih banyak kekurangan, diharapkan akan menjadi pendorong bagi tumbuhnya bibit perbaikan secara bertahap yang selanjutnya disempurnakan bersama-sama. Kepada semua pihak, sangat diharapkan saran-sarannya yang konstruktif untuk perbaikan makalah ini.

(5)

DAFATAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN………... i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI……….. iv

BAB I. PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah………...… 7

C. Tujuan dan Manfaat……… 7

BAB II. PEMBAHASAN……….. 8

A. Pengertian SLB……….………. 8

B. Tujuan SLB………..………. 13

` C. Fungsi SLB………13

D. MSDM untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah………. 16

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ………...……… 17

2. Pengertian Mutu Pendidikan………. 20

3. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia……….. 29

4. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia………... 30

5. Peranan MSDM dalam Upaya Meningkatan Mutu Pendidikan... 37

E. Peranan Kepala Sekolah dalam MSDM………... 41

a. Menyusun perencanaan sekolah………... 43

(6)

c. Mendayagunakan SDM secara optimal……… 57

d. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif……... 59

e. Mengelola perubahan di sekolah………... 62

F. Pengembangan SDM di SLB Muhammadiyah Banjarsari... 65

G. Kendala Pengembangan SDM dan Solusinya... 69

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN……….….. 71

A. Kesimpulan……… 71

B. Saran-saran……… 72

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga penentu dalam kiprah pengembangan pendidikan, karena dari deretan birokrasi yang terkait dengan pengembangan pendidikan, sekolah sebagai pelaksana dari semua program pendidikan yang direncanakan dari tingkat pusat sampai ke tingkat operasional di sekolah. Maju mundurnya pendidikan sangat ditentukan oleh pelaksanaan yang ada di tangan para pendidik di sekolah. Oleh karena itu, dengan tanpa mengesampingkan pentingnya faktor-faktor lain yang turut berpengaruh terhadap mutu pendidikan, unsur pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah harus mendapat pengelolaan dan pengembangan secara optimal. Hal ini sejalan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan dibuatnya berbagai kebijakan yang berkaitan dengan unsur ketenagaan di sekolah.

(8)
(9)

yang lebih terperinci lagi dijabarkan dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 yaitu tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Mengenai tugas guru dijelaskan dalam UU No 14 Tahun 2005 pasal 1 sebagai berikut :”Guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. ” (Citra Umbara,

2006 : 1). Ketentuan ini semestinya dapat mendorong dan memacu para guru untuk dapat menyandang gelar dan layak dengan setatus sebagai tenaga profesional. Mengenai pengertian profesional telah dijelaskan dalam pasal 1 butir 4 UU No. 14 Tahun 2005 (Citra Umbara, 2006 : 3) sebagai berikut :

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Selain tenaga pendidik di SLB semestinya juga memiliki tenaga kependidikan sebagaimana dijelaskan dalam pasal 35 PP 19 Tahun 2005 (Citra Umbara, 2006 : 191) sebagai berikut :

SDLB, SMPLB, SMALB atau bentuk lain yan sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan terapis.

(10)

demikian bila mengharapkan untuk mewujudkan SLB yang berkembang sesuai dengan yang diharapkan maka pembinaan masalah ketenagaan untuk menjadi tenaga yang profesional, tidak dapat ditawar-tawar lagi, bahkan hendaknya menjadi prioritas utama sebelum mengembangkan bidang-bidang lainnya.

Perlu disadari pula bahwa untuk dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan di sekolah, unsur manusia merupakan unsur yang sangat penting, karena kelancaran pelaksanaan program-program sekolah tergantung kepada orang-orang yang melaksanakannya. Dengan demikian, hal tersebut harus betul-betul disadari oleh semua personil sekolah, sehingga dengan segala kemampuannya dengan bimbingan kepala sekolah akan terus berupaya mengelola sumber daya yang ada untuk pengembangan sekolah. Semua personil yang ada di sekolah harus memegang prinsip seperti yang dikemukakan oleh H.M. Daryanto (2006 : 29) bahwa :

Bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas yang berupa gedung, perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan dukungan masyarakat akan tetapi apabila manusia-manusia yang bertugas menjalankan program sekolah itu kurang berpartisipasi, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikemukakan.

(11)

dan kemauan, serta bekerja secara sinergi dengan melaksanakan tugasnya masing-masing secara sungguh-sungguh dengan penuh dedikasi.

Sesungguhnya berbagai upaya tak pernah berhenti dilakukan mulai dari tingkat pusat hinggga di tingkat sekolah untuk mengembangkan pendidikan bagi ABK di SLB agar semakin bermutu, namun realita yang ada masih menunjukkan belum tercapainya apa yang dicita-citakan kita semua. Mutu ABK selama dalam proses hingga setelah lulus dari SLB masih harus dipertanyakan tentang kemampuannya untuk dapat hidup bermasyarakat secara layak dan mandiri. Hal ini merupakan tantangan dan kewajiban kita semua terutama stake holders

pendidikan luar biasa sudah semestinya mencarikan akar permasalahan yang pada akhirnya dapat menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat perkembangan menuju sekolah yang bermutu.

Kondisi sebagaimana digambarkan di atas tentu ada kaitannya dengan fakta di lapangan yang menunjukkan masih belum terpenuhinya tuntutan profesionalisme ketenagaan sesuai dengan ketentuan yang ada. Profesionalisme ketenagaan di SLB masih belum mencapai kualifikasi yang diharapkan, baik dilihat dari kualifikasi akademik maupun dari segi pengalaman kerjanya. Dikemukakan dalam Petunjuk Teknis Rotasi, Mutasi, dan Promosi Tenaga Pendidik dan Kependidikan SLB Bidang Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun 2010/2011 bahwa :” 34% tenaga pendidik

(12)

Mengenai masalah kualitas sumber daya manusia dalam bidang pendidikan di Indonesia, pernah dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal Pendidikan Tinggi Dirjen Dikti Prof. Nizam (Harian PR : 12-2-2010 : 11/2) bahwa :

Kualitas sumber daya manusia masih menjadi persoalan utama dalam bidang pendidikan di Indonesia, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah. Dari sekitar 160.000 dosen yang ada di Indonesia, hampir 54 persennya masih belum S2 dan S3. Sementara guru, dari 2,7 juta guru, 1,5 juta diantaranya belum S1.

Permasalahan tentang kualifikasi ketenagaan juga dapat disaksikan di SLB, faktanya di sekolah-sekolah yang ada di Jawa Barat masih banyak guru yang belum S1 dan di sekolah cenderung belum tersedianya tenaga kependidikan secara lengakap. Dari kenyataan ini jelaslah bahwa keadaan seperti itu belum sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Sesuai dengan permasalahan-permasalahn yang dikemukakan di atas maka untuk mengatasi masalah ketenagaan harus dilakukan pengelolaan ketenagaan dengan baik. Dengan kata lain untuk memperoleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu diperlukan manajemen sumber daya manusia. Hal ini penting sekali karena semua sumber daya yang ada di sekolah yang mencakup

man, material, and money tanpa untur ketenagaan yang bermutu sangat berat untuk dapat mencapai pendidikan yang bermutu.

(13)

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : “Bagaimanakah Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah ?”

C. TUJUA DAN MANFAAT

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah.

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masukan bagi stakeholders pendidkan khususnya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah luar biasa tentang pentingnya Manajemen Sumber Daya Manusaia dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SLB. 2. Sebagai masukan bagi para kepala sekolah dalam membina ketenagaan

melalui penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia.

3. Sebagai masukan bagi sekolah-sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

(14)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sekolah Luar Biasa

Tempat penyelenggaraan pendidikan dibagi menjadi tiga lingkungan yaitu formal, informal dan non formal. Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik.

Dalam ketentuan umum UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa : “Proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (UU Sisdiknas, 2006 :

72). Bertitik tolak dari tujuan itulah setiap lembaga pendidikan termasuk di dalamnya Sekolah Luar Biasa hendaknya bergerak dari awal hingga akhir sampai titik tujuan suatu proses pendidikan, yang pada akhirnya dapat “mewujudkan

terjadinya pembelajaran sebagai suatu proses aktualisasi potensi peserta didik menjadi kompetensi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan dalam kehidupan” (Hari Suderadjat, 2005 : 6).

Syafaruddin (2002 :87) mengemukakan bahwa : “Dalam system pendidikan

(15)

karena harus selalu berperang menghadapi berbagai kelemahan, ancaman dan tantangan guna menselaraskan program-program kegiatan yang terealisir dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang bergerak demikian cepat. Penting, karena tugas-tugas dan fungsi sekolah sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi anak-anak berkebutuhan khusus demi kelangsungan hidupnya yang harus selalu dinamis dan optimis.

Melihat kedudukan sekolah yang demikian pentingnya Syafaruddin (2002 : 88) mengatakan bahwa : “ sekolah menjadi pusat dinamika masyarakat.

Keberadaan sekolah menjadi institusi sosial yang menentukan pembinaan pribadi anak dan sosialisasi serta pembudayaan suatu bangsa.”

Di balik fungsi dan peranan sekolah yang sangat esensial bagi perkembangan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa, serta tingginya harapan masyarakat terhadap sekolah ada satu realita yang masih jauh dari apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan kata lain lembaga-lembaga sekolah masih berkualitas rendah dan belum dapat memenuhi harapan masyarakat. Hal itu tercermin dari rendahnya kualitas lulusan sekolah yang diekspresikan dengan menganggurnya siswa-siswa yang telah lulus sekolah. Bahkan dalam realita keseharian terlihat para lulusan yang belum dapat hidup mandiri untuk mengatasi persoalan kehidupannya sehari-hari. Hal ini sebagai cerminan masih rendahnya kualitas sumber daya manusia sebagai output pendidikan di Sekolah Luar Biasa. Gambaran di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hari Suderadjat (2005 : 4) yang mengemukakan bahwa “lulusan sekolah khususnya di Indonesia

(16)

Sejalan dengan pendapat Hari Suderajat dikemukakan pula tentang lemahnya mutu pendidikan kita oleh Syafaruddin (2002 : 19) sebagai berikut :

Dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih orientasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa.

Berangkat dari kenyataan di atas maka mau tidak mau harus dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan sekolah sehingga menjadi lembaga pendidikan yang efektif dan produktif. Terwujudnya Sekolah Luar Biasa yang efektif dan produktif merupakan suatu ciri bahwa sekolah itu berhasil dalam mengemban dan menjalankan tugas dan fungsinya. Sondng P. Siagian (dalam Syafaruddin, 2002 : 97) mengemukakan bahwa : “Organisasi yang berhasil adalah

organisasi yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi.” Oleh sebab itu, dikemukakan Sondang P. Siagian (2002 : 1) bahwa :”Produktivitas suatu organiasasi harus selalu dapat diupayakan untuk terus

(17)

atau Sekolah Luar Biasa harus melakukan berbagai upaya guna meningkatkan efektivitas dan produktivitasnya, sehingga apa yang diharapkan dapat dicapai

secara optimal.

Untuk melihat keberhasilan suatu sekolah tentu harus diukur dengan kriteria sebagaimana dikemukakan Sergiovanni dan Carver (H.M. Daryanto, 2006 : 17) bahwa ada empat tujuan yaitu :

Efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan kerja, dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan sekolah. Efektivitas produksi, yang berarti menghasilkan sejumlah lulusan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

(18)

dengan suatu ukuran tingkat daya hasil suatu program yang menjadi tanggung jawab sekolah.

Demikian pentingnya masalah mutu layanan pendidikan sehingga

mempunyai kaitan yang sangat erat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Greiner (2000) dan Riportela Couste dan Torres (2001), (Tersedia :http/Google.pakguruonline ) sebagai berikut:

Perhatian pada mutu layanan pendidikan yang menekankan pada kepuasan siswa muncul dalam rangka menarik para calon siswa, melayani dan mempertahankan mereka. Peningkatan mutu pendidikan termasuk di dalamnya mutu layanan akademik dan mutu pengajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar kepuasan pelanggan dapat diberikan secara optimal. Namun pada beberapa masalah layanan pendidikan pada sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia menjadi kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan di Sekolah Luar Biasa tidak dapat terlepas dan harus didukung oleh berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) diantaranya pihak masyarakat. Hal ini penting karena masyarakat memiliki peran yang sangat diperlukan oleh sekolah. Mengenai hal ini diungkapkan dalam UU Sisdiknas tahun 2003 (Hadiyanto, 2004 : 85) sebagai berikut

(19)

Peranan-peranan itulah yang diperlukan dari pihak masyarakat guna meningkatkan mutu layanan penidikan di sekolah. Diperoleh beberapa keuntungan dengan adanya partisipasi masyarakat. Dikemukakan oleh Aan Komariah dan Cepi Tritna (2006 : 5) bahwa : “Keputusan tentang bagaimana

berlangsungnya sekolah yang didasarkan atas partisipasi diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa memiliki bagi semua kelompok kepentingan sekolah.”

Dengan adanya rasa memiliki maka akan tumbuh rasa tanggung jawab terhadap pengembangan sekolah.

Dari uraian-uraian tersebut di atas nampak bahwa unsur manusia dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan menempati posisi yang dominan. Itulah sebabnya manajemen sumber daya manusia di sekolah sangat penting adanya.

B. Tujuan Sekolah Luar Biasa

1. SDLB dan SMPLB bertujuan untuk :

”Meletakkan dasar kecerdasan , pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”

2. SMALB bertujuan untuk :

”Meningkatkan kecerdasan , pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”

C. Fungsi Sekolah Luar Biasa

(20)

pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan formal inilah yang disebut sekolah, termasuk di dalamnya Sekolah Luar Biasa.

Sekolah merupakan lembaga yang sangat strategis dan memiliki fungsi yang sangat penting dalam mengembangkan pendidikan. Banyak pendapat yang mengemukakan tentang fungsi sekolah diantaranya dikemukakn oleh H. Hadari Nawawi (1982 : 27) sebagai berikut :

Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. ... Oleh karena itulah maka dapat dikatakan bahwa fungsi sekolah adalah meneruskan, mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan suatu masyarakat, melalui kegiatan ikut membentuk kepribadian anak-anak agar menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di dalam kebudayaan dan masyarakat sekitarnya.

Mukhlison ( 22 Desember 2008 : Tersedia : www.balinter.net ) mengemukakan bahwa :

Fungsi sekolah adalah : 1. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan, dan diharapkan anak yang telah menyelesaikan sekolahnya dapat melakukan sesuatu pekerjaan atau paling tidak sebagai dasar dalam mencari pekerjaan. 2. Sekolah memberikan keterampilan dasar. 3. Sekolah membuka kesempatan untuk memperbaiki nasib. 4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan. 5. Sekolah membentuk manusia sosial.

Kedua pendapat di atas pada dasarnya sama dan saling melengkapi tentang fungsi sekolah dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut di atas maka Sekolah Luar Biasa sebagai lembaga pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut :

(21)

2. Memberikan rehabilitasi bagi anak-anak yang memiliki hambatan baik fisik, mental, emosi, maupun sosial.

3. Mengembangkan life skill bagi anak-anak berkebutuhan khusus sebagai bekal untuk dapat mandiri dalam kehidupannya bermasyarakat.

4. Membentuk anak-anak yang berbudaya dan menjadi warganegara yang sadar akan hak dan kewajibannya.

Demikin pentingnya fungsi sekolah bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang pada akhirnya tertuju pada kesejahteraan manusia. Oleh karena itulah, pengembangan Sekolah Luar Biasa semestinya mendapat suatu perhatian yang semakin bermutu dengan terobosan-terobosan upaya yang tidak pernah berhenti dilakukan oleh semua pihak. Melalui evaluasi yang dilakukan secara terus menerus maka perbaikan-perbaikan dan peningkatan layanan pendidikan dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan permasalahan yang ada. Maju mundurnya pengembangan sekolah akan signifikan dengan upaya-upaya perbaikan yang selalu dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi.

(22)

D. MSDM untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah

Sebagai upaya untuk mengembangkan SLB ke arah yang diharapkan maka diperlukan pengelolaan yang efektif. Pengelolaan yang dimaksud adalah suatu teknis atau langkah-langkah yang tepat untuk mengembangkan sekolah agar menjadi lembaga pendidikan yang bermutu sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai stakeholders pendidikan anak berkebutuhan khusus tidak ada alasan untuk mengabaikan masalah mutu dalam menyelenggarakan pendidikannya, karena dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pada pasal 5 ayat 1 ditegaskan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu”.

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam makalah ini maka pembahasann selanjutnya akan menyoroti masalah manejen sumber daya manusia di sekolah. Dengan manajemen yang baik maka sumber daya yang ada akan secara sinergi berdayaguna menuju keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan pendidikan yang telah dituangkan dalam kurikulum sekolah.

Dengan kepemimpinan kepala sekolah sebagai manajer di sekolah semua sumber daya yang ada semestinya dikelola dengan baik. Pembenahan untuk menuju ke arah itu diantaranya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Kepala sekolah diupayakan harus memiliki sikap, pengetahuan, dan

(23)

b. Personil sekolah harus mengerti dan menguasai tugas dan fungsinya, yaitu melalui pembinaan-pembinaan, diklat, seminar, diskusi, dan sejenisnya. c. Adanya pembagian tugas yang baik kepada semua personil sekolah. Artinya

pembagian tugas itu dilakukan secara tepat (the right man on the rihgt place) serta tugas-tugas tersebut dilaksanakan sebaik-baiknya dengan penuh tangung jawab.

d. Dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen dengan baik mulai dari planning, organizing, actuating, controling, dan evaluating.

Untuk membina bidang ketenagaan secara khusus maka perlu dikelola dengan menerapkan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Untuk lebih jelasnya tentang MSDM kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan dibahas pada uraian-uraian di bawah ini.

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

(24)

menjalankan peranannya. Meningkatnya kinerja sumber daya manusia bukanlah sesuatu yang dapat terjadi dengan sendirinya, namun memerlukan pengelolaan yang terencana, sistematis dan terarah agar proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini berarti bahwa MSDM merupakan hal yang sangat penting dalam upaya mengelola sumber daya manusia guna membentuk tenaga-tenaga yang profesional untuk kepentingan proses dan hasil pendidikan di sekolah. Hal ini sejalan dengan pengertian MSDM yang dikemukakan oleh Hasibuan dalam Ratama Arifin (Tersedia : http//fhinzzoepoe.wordpress.com) sebagai berikut : ”Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat.” Dalam definisinya Hasibuan menekankan bahwa MSDM

merupakan ilmu dan seni untuk mengatur sumber daya manusia secara efektif dan efisien dalam suatu organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sejalan dengan definisi MSDM tersebut di atas dikemukakan oleh Nitisesmito (Tersedia : http//www.propotenzia.com) sebagai berikut : “Manajemen adalah suatu ilmu dan seni untuk mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.” Dalam definisi tersebut mengandung pengertian bahwa untuk

(25)

Newman and Hodgetts (Tersedia : http//www.propotenzia.com) memberikan

definisi MSDM sebagai berikut : “Human Resources Management (HRM) is the

process by which organizations ensure the effective use of their associates in the pursuit of both organizational and individual goals.” Pengertian yang

disampaikan Newman and Hodgetts maksudnya bahwa MSDM merupakan suatu proses yang dilakukan suatu organisasi untuk memastikan bahwa SDM yang ada berdayaguna secara efektif dalam rangka mencapaim tujuan. Bila ditinjau dari fungsinya sutu proses yang dilakukan dalam menjalankan MSDM maka harus dilakukan secara terus menerus agar keberadaan SDM tetap terjaga dan bermutu. Mengenai hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh A.F. Stoner (Tersedia : http//www.propotenzia.com) sebagai berikut :” Manajemen sumber

daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.”

Definisi MSDM lainnya dikemukakan oleh Dessler, sebagai berikut : “Human resources management refers to the policies and practices one need to carry out the people or human resources aspects of a management job.”

(26)

memegang peranan penting bagi organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia yang bermutu, faktor-faktor lain dalam suatu organisasi tidak dapat berjalan optimal dalam mencapai tujuan.

Dalam melakukan kegiatan MSDM tidak hanya bagaimana seseorang pimpinan mengetahui potensi pegawainya, namun lebih pada bagaimana seorang pemimpin mendesain sebuah formulasi tertentu dalam mengaplikasikan para sumber daya pegawai yang ada sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Yakni menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Desain yang telah dibuat tersebut diharapkan mampu mengkoordinir keinginan-keinginan para pegawai serta koordinasi antara pegawai dan pimpinan serta antar pegawai. Melalui skema desain yang tepat diharapkan mampu meningkatkan kinerja para pegawai secara efektif dan efisien sehingga mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan beberapa definisi MSDM yang dikemukan para ahli tersebut di atas MSDM dapat diartikan sebagai suatu ilmu dan seni yang diperlukan oleh seorang pimpinan dalam proses pengelolaan SDM yang efektif dan dilakukan secara berkelanjutan guna mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain MSDM diperlukan untuk meningkatkan efektivitas SDM dalam suatu organisasi.

2. Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu merupakan konteks yang dinamis, wujudnya dapat berupa kepuasan.

(27)

selalu berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan waktu dan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Itulah sebabnya, konsep mutu harus dikaitkan dengan upaya perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan (continuous quality improvement). Dari sisi produsen mutu dapat digambarkan sebagai sesuatu hasil yang telah sesuai atau melebihi dari apa yang ada dalam perencanaan program. Program perencanaan dimaksud meliputi input, proses, dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau output. Namun mutu atau kepuasan dari sisi produsen belum tentu sama dengan mutu atau kepuasan menurut pelanggan. Dikatakan bermutu menurut pelanggan apabila program-program, kegiatan, dan hasil yang dicapai telah sesuai atau melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan itu sendiri.

Menyiasati agar ada relevansi antara mutu yang dimaksud oleh pelanggan, dalam hal ini sekolah, maka harus ada kerja sama antara sekolah dengan pihak pengguna pendidikan dalam penentuan dan pembuatan program-program kegaitan yang akan dilaksanakan di sekolah.

Pengukuran mutu dari sisi produsen (sekolah) disebut quality in fact

(28)

perception adalah standar pelanggan, yakni kepuasan pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan (Hari Suderadjat, 2005 : 2).

Mutu merupakan suatu keadaan yang esensi dalam segala hal, termasuk dalam dunia pendidikan. Karena pendidikan di sekolah yang tidak bermutu lambat laun akan mati ditinggalkan pelanggannya dan kalah bersaing oleh penyelenggara pendidikan yang bermutu. Mengingat esensinya masalah mutu, ditegaskan oleh Syafaruddin (2005 : 34) bahwa : “Konsep sekolah bermutu (unggul) perlu ada

dalam konsep setiap kepala sekolah.”

Memandang mutu pendidikan tidak bisa serta merta hanya dilihat dari sisi mutu lulusannya saja, karena yang paling penting justru harus mempertanyakan bagaimana caranya meningkatkan mutu lulusan tersebut ? Jelasnya, hal-hal yang dapat dan berpengaruh terhadap mutu lulusan adalah suatu proses dan fasilitas-fasilitas pendukungnya dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. Proses yang dimaksud tiada lain berupa layanan yang diberikan kepada pelanggan pendidikan, baik kepada siswa sebagai pelanggan utama yang menerima layanan pendidikan dan pembelajaran, maupun orang tua dan masyarakat sebagai pengguna hasil pendidikan. Dalam upaya mencapai lulusan yang bermutu tentu harus melalui tahap proses yang bermutu, yakni memberikan layanan pendidikan dengan mengerahkan segala sumber daya sebagai pendukungnya, baik sumber daya material maupun nonmaterial. Sejalan dengan itu, Syafaruddin (2002 : 37) menjelaskan sebagai berikut :

(29)

menyediakan alat-alat belajar dan mengajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses pembelajaran dan pengajaran. Gedung sekolah yang bagus diisi dengan sarana dan fasilitas belajar yang baik dan fungsional, tempat bermain pelajar, serta pelayanan yang prima terhadap pelajar, guru, orang tua, dan masyarakat. Situasi dan kondisi sekolah yang kondusif akan memberikan kontribusi positif bagi mutu proses dan mutu produk (lulusan) sekolah.

Sesuai dengan gambaran tersebut di atas dapat dikatakan bahwa layanan pendidikan mencakup dimensi proses dan dimensi sarana prasarana. Proses berupa pelaksanaan pembelajaran, metode, komunikasi, motivasi, dan sebagainya. Sarana prasarana berupa alat-alat pembelajaran, gedung, dan lingkunang sekolah yang kondusif.

Bermutu atau tidaknya proses dan sarana prasarana pendidikan sebagai indikator dalam layanan pendidikan dapat dibandingkan dengan standar yang tertuang dalam PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang di dalamnya mencakup standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, dan standar pengelolaan. Apabila sarana prasarana, dan proses yang dilakukan telah sesuai denga rencana dan harapan pelanggan, maka layanan pendidikan dapat memuaskan produsen maupun pelanggan. Dengan kata lain, layanan pendidikan yang bermutu adalah layanan pendidikan yang sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.

(30)

bertitik tolak pada peningkatan mutu pendidikan. Dengan sistem desentralisasi pendidikan sekolah diberi keleluasaan untuk memperoleh pendidikan yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan kondisi lingkungan serta kemampuan masing-masing. Sehingga hasil dari pendidikan akan betul-betul dirasakan manfaatnya karena mulai dari proses perencanaan sudah mempertimbangkan segi relevansinya dengan kebutuhan yang ada. Dengan cara ini akan memberikan kepuasan kepada semua pihak. Seperti telah disinggung dalam pembahasan terdahulu bahwa kepuasan merupakan ciri dari pendidikan yang bermutu. Namun perlu disadari, dengan sistem desentralisasi pendidikan bukan berarti bebas dari permasalahan, karena dengan kondisi dan kemampuan tiap-tiap daerah yang berbeda-beda tentu kemampuan dalam mengelola pendidikannya pun akan berbeda-beda pula. Mengenai hal ini dikemukakan oleh Fiska, Nurhadi, dan Satori (E. Mulyasa, 2006 : 17) sebagai berikut :

Sedikitnya terdapat enam permasalahan yang harus diantisipasi pada paradigma baru manajemen pendidikan dalam konteks otonomi daerah, yakni kepentingan nasional, mutu pendidikan, efisiensi pengelolaan, perluasan dan pemerataan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas.

(31)

Permasalahan-permasalahan tersebut sejalan dengan Permasalahan-permasalahan yang dikemukakanoleh E. Mulyasa (2006 : 18) sebagai berikut :

Masalahnya adalah bagaimana menjamin divaritas yang disebabkan oleh adanya konteks lokalitas yang cenderung memunculkan kriteria lokal. Lebih lanjut perlu dipikirkan pengembangan standar kinerja pendidikan yang memenuhi tuntutan keunggulan kompetitif dan komparatif dalam konteks nasional bahkan internasional.

Guna menghadapi dan mengantisipasi permasalahan-permasalahan seperti di atas, maka pemerintah mengeluarkan Standar Nasional Pendidikan. “Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia” (UU Sisdiknas 2003, pasal 1 butir

17). Dengan berpedoman dan mengacu pada SNP maka pengelolaan pendidikan yang kewenangannya diberikan kepada tiap daerah dan tiap satuan pendidikan, tatapi tetap akan ada dalam koridor nasional, sehingga mutu pendidikan secara nasional akan dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Satu hal yang sangat mendasar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan mutu layanan pendidikan. Samtono (03-08-2006 : Tersedia : http//sma1-sltg.sch.id/modules.php?name=News&new_topic=2) menjelaskan

bahwa : “Untuk mendapatkan standar mutu merupakan suatu keharusan

menggunakan konsep manajemen yang menggunakan pendekatan mutu, yang kemudian kita kenal dengan istilah ‟manajemen mutu‟.” Ada lima dimensi yang

(32)

1. Tangibles, yaitu berkaitan dengan penampilan fisik lembaga, peralatan, pegawai dan sarana komunikasi.

2. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan layanan sebagaimana yang dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten.

3. Responsiveness, yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan dengan cepat.

4. Assurance (kombinasi dari courtery competence,, credibility, scurity), yaitu kemampuan staf lembaga untuk memberikan kepercayaan kepada pelanggan melalui rasa hormat dan pengetahuan yang mereka miliki.

5. Empathy (kombinasi dari acess, communication, understanding the customer), yaitu perhatian staf lembaga yang diberikan kepada pelanggan secara individu. Indikator untuk mengukur dimensi-dimensi mutu layanan pendidikan sebagaimana tersebut di atas dapat mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Selain itu, juga harus memperhatikan kriteria-kriteria pendidikan yang baik, seperti dikemukakan dalam Renstra Depdiknas 2005-2009 (2005 : 84) sebagai berikut :

Program dan latihan kegiatan pendidikan yang baik memiliki lima kriteria yang bisa disingkat dengan SMART (specific, measurable, achievebel, realistic, timebound). Kriteria tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan indikator kinerja pendidikan yang terukur dan yang dapat dicapai sebagai target/sasaran masing-masing program.

(33)

dalamnya. Secara umum unsur-unsur yang ada dalam organisasi sekolah ini terdiri dari tiga dimensi yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output).

1. Input, meliputi peserta didik, kurikulum, dana, data dan informasi, pendidik dan tenaga kependidikan, motivasi belajar, kebijakan-kebijakan dan

perundang-undangan, sararan dan prasarana, serta lingkungan.

2. Proses, meliputi lama waktu belajar dan mengikuti pendidikan, kesempatan mengikuti pembelajaran, efektivitas pembelajaran, mutu proses pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran.

3. Output, meliputi jumlah siswa yang lulus atau naik kelas, nilai ujian, jumlah siswa yang bekerja dan diteriama pada lapangan kerja, peran serta lulusan dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat.

Dari unsur-unsur tersebut di atas yang berkenaan dengan mutu layanan pendidikan adalah unsur masukan (input) dan unsur proses. Sedangkan mutu lulusan merupakan hasil dari layanan pendidikan yang bermutu, perwujudannya dari unsur proses yang bermutu dengan didukung input yang bermutu. Dengan kata lain, mutu layanan pendidikan diperoleh dari hasil pengelolaan input dan proses pendidikan dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu.

Dalam implementasi pelaksanaan manajemen mutu, yakni untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu total (TQM) yang dikemukakan oleh Henster dan Brunel (Samtono, 3-8-2006 : Tersedia : http//sma1-sltg.sch.id) sebagai berikut :

(34)

Dalam manajemen mutu total diperlukan konsep tentang mutu dan pelanggan. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.

2. Respek terhadap setiap orang.

Di sekolah setiap personel sekolah dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian warga sekolah merupakan sumber daya sekolah yang paling berharga. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan.

3. Manajemen berdasarkan fakta.

(35)

dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

4. Perbaikan berkesinambungan.

Untuk mencapai kesuksesan setiap sekolah harus melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

3. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Sebagaimana telah disinggung pada uraian-uraian terdahulu bahwa pengelolaan SDM penting untuk dilakukan pada suatu organisasi termasuk di sekolah. Hal ini mengingat urgensinya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Tanpa adanya pengelolaan SDM mustahil akan terbentuk suatu kinerja yang baik dari para personil, dan sesuatu hal yang mustahil akan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, adanya MSDM di sekolah bukanlah sesuatu hal yang dilakukan tanpa sebab dan tanpa tujuan. Berkenaan dengan masalah tujuan pengelolaan SDM, Hasibuan (2003 : 70) (26 Maret 2011 :Tersedia : http//slurppsss.wordpress.com) mengemukakan bahwa tujuan dari pengembangan SDM diantaranya meliputi :

(36)

lebih baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau pelayanan yang lebih bermutu.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Hasibuan tersebut di atas, juga dikemukakan oleh Meokijat (1993 : 3) (26 Maret 2011 :Tersedia : http//slurppsss.wordpress.com) bahwa tujuan pengelolaan SDM meliputi tujuan umum dan khusus yang antara lain sebagai berikut :

Tujuan umum pengembangan sumber daya manusia antara lain:

(a) Untuk mengembangkan keahlian atau keterampilan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih efektif. (b) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional. (c) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan teman-teman seprofesi dan dengan pihak manajemen (pimpinan)

Tujuan pengembangan pegawai khususnya tenaga non akademik sebenarnya sama dengan tujuan latihan pegawai di mana kegiatan pengembangan ini ditujukan untuk memperbaiki efektivitas kerja dengan cara memperbaiki pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai itu sendiri terhadap tugas-tugasnya.

Merujuk kepada pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan MSDM adalah untuk membentuk kompetensi personil agar memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh lembaga, baik untuk kepentingan lembaga maupun kepentingan personil.

4. Strategi Pengemabangan SDM

(37)

personalia yang ada di sekolah. Kepala sekolah harus memegang prinsip seperti yang dikemukakan oleh H.M. Daryanto (2006 : 29) bahwa :

Bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas yang berupa gedung, perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan dukungan masyarakat akan tetapi apabila manusia-manusia yang bertugas menjalankan program sekolah itu kurang berpartisipasi, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikemukakan.

Personalia atau tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah semua orang yang tergabung untuk bekerja sama pada suatu sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Personalia atau tenaga kependidikan di sekolah meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, pegawai tata usah, dan pesuruh. Agar kegiatan-kegiatan di sekolah berlangsung secara harmonis maka semua personel yang ada itu harus mempunyai kemampuan dan kemauan, serta bekerja secara sinergi dengan melaksanakan tugasnya masing-masing dengan sungguh-sungguh dengan penuh dedikasi. Untuk dapat terlaksananya kegiatan-kegiatan seperti itu diperlukan suatu pengelolaan dari kepala sekolah sebagai manajer pada satuan pendidikan. Itulah sebabnya, kepala sekolah harus memiliki kompetensi tentang pendayagunaan sumber daya manusaia secara optimal untuk mengelola tenaga kependidikan di sekolah. Dengan jelas mengenai hal ini dikemukakan oleh Hari Suderadjat (2005 : 18) sebagai berikut :

(38)

Sejalan dengan pendapat di atas dikemukakan oleh E. Mulyasa (2006 : 151) bahwa “Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan

kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.”

Adapun hal-hal yang dikelola dalam MSDM tiada lain mengatur dan menetapkan program-program yang mencakup masalah-masalah sebagai berikut :

1. Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan personil sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan job description, job specification, job requirement, dan job evaluation.

2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan personil berdasarkan asas

the right man in the right place dan the right man in the right job.

3. Menetapkan kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian. 4. Meramalkan kebutuhan SDM di masa yang akan datang.

5. Memonitor regulasi dan kebijakan-kebijakan pemerintah. (1 Maret 2011 : Tersedia : http//www.propotenzia.com)

Mencermati pendapat para ahli tersebut di atas maka kepala sekolah semestinya menguasai bidang manajemen tenaga kependidikan. Manajemen tenaga kependidikan ini bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam rangka melaksanakan manajemen tenaga kependidikan di sekolah, E. Mulyasa (2006 : 152) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

(39)

Lebih jelasnya, unsur-unsur manajemen tenaga kependidikan tersebut di atas oleh E. Mulyasa (2006 : 153-158) diuraikan sebagai berikut :

1) Perencanaan

Perencanaan tenaga kependidikan dilakukan untuk menentukan kebutuhan tenaga kependidikan, baik dari segi jumlah maupun mutunya sesuai dengan bidang kerja yang ada.

2) Pengadaan

Pengadaan tenaga kependidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga. Kegiatannya melalui rekrutmen dan seleksi. Rekrutmen dimaksudkan untuk mencari calon sebanyak-banyaknya yang memenuhi persyaratan, dan selanjutnya dilakukan pemilihan melalui seleksi. 3) Pembinaan dan pengembangan

Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan dilakukan untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training.

4) Promosi dan mutasi

(40)

5) Pemberhentian

Pemberhentian personel dapat terjadi atas permintaan sendiri, pemberhentian oleh dinas, dan pemberhentian karena sebab lain.

6) Kompensasi

Kompensasi yaitu balas jasa yang diberikan kepada personel. Kompensasi yang diberikan harus seimbang dengan beban dan prestasi kerja personel yang bersangkutan. Bentuk kompensasi ini dapat berupa gaji, tujangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan sebagainya. Dengan adanya kompensasi yang adil dan layak hal ini akan dapat mendorong semangat kerja dan dedikasi para personil sekolah.

7) Penilaian

Penilaian biasanya difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilai personel penting dilakukan dalam rangka pengambilan keputusan berbagai hal seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Hasil-hasil dari penilaian dimanfaatkan sebagai sumber data untuk perencanaan tenaga kependidikan, nasihat yang perlu disampaikan kepada personel, alat untuk umpan balik, salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan, dan bahan informasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tenaga kependidikan.

(41)

Gambar 1 :

Kedudukan dan Proses MSDM dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

(42)

Guna memperoleh efektivitas dan efisiensi dalam pemberdayaan tenaga kependidikan tentu harus dilakukan secara profesional oleh kepala sekolah. Dalam melakukan upaya-upaya pemberdayaan tenaga kependidikan harus memperhatikan faktor-faktor yang sekiranya akan dapat meningkatkan kinerja para personel. Dengan kata lain bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya pemberdayaan tenaga kependidikan adalah segala unsur yang turut berpengaruh terhadap produktivitas kerja personel tenaga kependidikan. Hal-hal yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan harus diupayakan pengembangannya antara lain sebagai berikut :

1. Sikap mental tenaga kependidikan. Untuk memperoleh sikap mental yang diharapkan harus diupayakan melalui pemberian motivasi, pembinaan disiplin,

dan penanaman etika kerja.

2. Tingkat pendidikan. Dengan pengembangan pendidikan para personel diharapkan akan memperluas wawasan, pengetahuan, dan keterampilan, serta sikap profesionalisme.

3. Penghargaan (reward). Dengan pemberian penghargaan personel dirangsang untuk meningkatkan kinerjanya secara positif. Pemberian penghargaan seperti ini harus dilakukan secara terbuka dan dikaitkan dengan prestasi kerja, yakni agar terhindar dari efek negatif.

(43)

tenaga kepandidikan yang ada berjalan dengan harmonis. Hal itu dapat diupayakan dengan jalan memberikan bimbingan, keteladanan, dan keterbukaan dalam berbagai program kegiatan sekolah.

5. Kesempatan berprestasi. Dengan memberikan kesempatan berprestasi kepada seluruh tenaga kependidikan akan menumbuhkan semangat untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya dan pada saatnya akan dapat meningkatkan dedikasinya dalam bekerja.

6. Lingkungan dan suasana kerja. Lingkungan dan suasana kerja yang menyenangkan akan membuat para pekerja merasa senang, dan nyaman

dalam bekerja sehingga akan membuahkan kinerja yang efektif, dan efisien. 7. Jaminan sosial dan kesehatan. Jaminan sosial dan kesehatan yang mencukupi

akan menumbuhkan percaya diri, dan semangat kerja yang tinggi sehingga akan menumbuhkan pengabdian yang tinggi pula. Dengan senang hati para personel akan mengerahkan segalanya tenaga, pikiran, dan waktunya untuk kepentingan lembaga.

5. Peranan MSDM dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan

Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk

(44)

SDM, serta mengelolanya secara optimal. Dengan kata lain dalam rangka meningkatkan mutu pendidikian, maka MSDM sangat penting dilakukan di sekolah. MSDM ini merupakan teknik atau prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan SDM secara sistematis dan terarah dalam suatu lembaga, termasuk di sekolah.

Pendayagunaan SDM di sekolah yang dilakukan secara efektif dan efisien akan mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, faktor manusia merupakan faktor yang setrategis dalam semua kegiatan di sekolah. Dengan usaha dan kreativitas SDM yang baik, sekolah akan mencapai hasil yang baik pula. Keadaan ini mengandung pengertian bahwa SDM merupakan faktor penting untuk mencapai suatu keberhasilan. Dalam hal ini mencapai tujuan pendidikan dengan mutu yang baik.

Prinsip dasar yang harus dipegang berkenaan dengan MSDM diantaranya sebagai berikut :

1. SDM merupakan bagian yang paling penting dalam upaya mengembangkan pendidikan di sekolah.

2. SDM akan berdaya guna secara optimal apabila dikelola secara profesional. 3. Pelaksanaan manajerial di sekolah akan sangat berpengaruh terhadap mutu

pendidikan di sekolah.

(45)

Berkenaan dengan pentingnya MSDM daloam rangka meningkatkan mutu pendidikan dikemukakan oleh Uhar Suharsaputra (Tersedia : http//uharsputra.wordpress.com) sebagai berikut :

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang akan menentukan pada kinerja organisasi, ketepatan pemanfaatan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia serta mengintegrasikannya dalam satu kesatuan gerak dan arah organisasi akan menjadi hal penting bagi peningkatan kapabilitas organisasi dalam mencapai tujuannya.

Pandangan tersebut sangat logis karena dalam proses MSDM tercakup program-program yang relevan dengan masalah mutu pendidikan. Menurut Lunenburg dan Ornstein (Tersedia : http//uharsputra.wordpress.com) terdapat enam program dalam proses MSDM yaitu : “1) Human resource planning, 2)

Recrutment, 3) Selection, 4) Professional development, 5) Performance appraisal,

6) Compensation.”Human resource planning merupakan perencanaan SDM yang

sesuai dengan kebutuhan. Recrutment yaitu pemenuhan tenaga melalui pencarian personil yang sesuai dengan rencana dan selanjutnya dilakukan seleksi. Selection

(46)

Ditegaskan oleh Uhar Suharsaputra (Tersedia : http// uharsputra.wordpress.com) bahwa :

Salah satu faktor yang amat menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan adalah tenaga pendidik (guru/dosen), melalui mereka pendidikan diimplementasikan dalam tataran mikro, ini berarti bahwa bagaimana kualitas pendidikan dan hasil pembelajaran akan terletak pada bagaimana pendidik melaksanakan tugasnya secara profesional serta dilandasi oleh nilai-nilai dasar kehidupan yang tidak sekedar nilai materil namun juga nilai-nilai transenden yang dapat mengilhami pada proses pendidikan ke arah suatu kondisi ideal dan bermakna bagi kebahagiaan hidup peserta didik, pendidik serta masyarakat secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa unsur SDM sangat berperan dalam pengembangan pendidikan yang bermutu, sehingga jelas untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan SDM yang profesional. Tanpa diupayakan melalui pengelolaan yang baik sudah barang tentu tidak akan tercipta SDM yang bermutu. Oleh krena itulah, untuk memperoleh SDM yang bermutu maka SDM yang ada di sekolah harus selalu diupayakan agar dapat meningkatkan profesionalisme kinerjaanya.

Sesuai dengan uraian-uraian di atas dapat dikatakan bahwa peranan MSDM dalam upaya meningkatkan mutu pendidikana antara lain sebagai berikut :

1. Berperan dalam meningkatkan kompetensi personil sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan profesi.

2. Berperan dalam upaya pembinaan dan pengembangan personil, yakni melalui pendidikan dan pelatihan, maupun secara mandiri.

(47)

4. Berperan dalam melindungi hak-hak personil, baik berupa gaji, perlindungan kesehatan, dan kesejahteraan lainya.

E. Peranan Kepala Sekolah dalam MSDM

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah adalah kompetensi manajerial, karena salah satu peranan kepala sekolah adalah sebagai manajer. Hadiyanto (2004:55) menjelaskan bahwa :

Kepala sekolah adalah manajer pendidikan tingkat sekolah dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan di level sekolah. Kepala sekolah memegang peran paling penting (privotal role) untuk keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah, dan oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kemampuan manajerial yang profesional dalam mengelola sekolahnya.

Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dipahami karena ”

Salah satu faktor yang membuat organisasi itu dapat berkembang adalah kompetensi manajernya.” (Made Pidarta, 2004:234). Jadi, maju mundurnya

pendidikan di sekolah sangat besar dipengaruhi oleh faktor kompetensi manajernya, dalam hal ini kepala sekolah. Ditegaskan oleh Made Pidarta bahwa : ”Manajer yang mempunyai kompetensi yang memadai cendrung mampu

meningkatkan orgnisasi, sebaliknya manajer yang kurang memiliki kompetensi cendrung membuat organisasi itu mandeg atau mundur.” Dengan demikian,

seorang kepala sekolah harus dapat menerapkan konsep–konsep manajemen dalam mengelola pendidikan di sekolahnya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(48)

karena itu, agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien harus dilakukan manajemen yang baik. Mengenai manajemen dijelaskan oleh John M. Pfifner (Hadriyanus Suharyanto dan Agus Heruanto Hadna, 2005 :12) sebagai berikut : ”Management is concerned with the direction ofthis individuals and functions to

achieve ends previously determined.” Yakni bahwa manajemen berkaitan dengan

mengarahkan orang–orang dan tugasnya dalam rangka mencapai tujuan.

Tanpa kemampuan manajerial, seorang kepala sekolah akan sulit melaksanakan tugasnya mengarahkan, membina, dan memberdayakan sumber daya yang ada guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Padahal untuk menyiasati dan mencari solusi–solusi dalam mengatasi masalah pendidikan seperti masalah rendahnya mutu pendidikan merupakan tugas seorang kepala sekolah sebagai manajer. Dan bukan suatu hal yang tidak mungkin masalah rendahnya mutu pendidikan bisa jadi disebabkan oleh manajemen yang salah. Sesuai dengan permasalahan di atas Edward Sallis menjelaskan sebagai berikut : ”Sebagian besar

masalah sedemikian disebabkan oleh manajemen yang lemah atau tidak mencukupi. Mengetahui sebab kegagalan mutu dan memperbaikinya adalah tugas kunci seorang manajer.” (Edward Sallis, alih bahasa Ahmad Ali Riyadi dan

Fahrurrozi, 2006:106). Oleh karena itu, dalam upaya mengatasi masalah-masalah tersebut di atas maka kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajerial. Dengan kemampuan manajerial itulah kepala sekolah akan dapat menata dan mengelola pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga harapan pendidikan bermutu dapat terwujud.

(49)

kemampuan manajerial diantaranya sebagai berikut :

a. Menyusun perencanaan sekolah

Perencanaan merupakan suatu hal yang penting dalam setiap kegiatan, terlebih dalam kegiatan pendidikan di sekolah, karena penyelenggaraan pendidikan di sekolah merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Penyelenggaraan pendidikan yang tidak direncanakan secara matang jangan diharap akan mencapai tujuan secara optimal. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai manajer di sekolah harus mempunyai kemampuan membuat perencanaan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolahnya. Sehingga segala tindakan, dan keputusan yang diambil oleh sekolah didasarkan pada perencanaan yang telah dibuat. Dengan perencanaan yang matang akan dapat menentukan tujuan, prosedur, strategi, metode, indikator keberhasilan dan evaluasi sehingga perencanaan ini akan menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian perencanaan menurut Udin Syaefudin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun ( 2006 :3-4 ) adalah

sebagai berikut :

Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, ekstensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi, dan sebagainya).

(50)

is decision making; planning is integrated decision making.” (Udin Syaefudin

Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun (2006 : 5).

Dari pengertian-pengertian perencanaan di atas dapat diuraikan bahwa fungsi dan tujuan perencanaan pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. 2. Perencanaan berfungsi untuk mengendalikan kegiatan.

3. Perencanaan berfungsi untuk efisiensi menghindari pemborosan sumber daya. 4. Perencanaan berfungsi untuk memberikan jaminan mutu (quality assurance). 5. Perencanaan berfungsi untuk menjaga akuntabilitas kelembagaan.

Adapun hal-hal penting yang harus digarisbawahi dan dijadikan acuan dalam pembuatan suatu rencana adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan berhubungan dengan masa depan yang lebih baik. 2. Adanya seperangkat kegiatan yang logis.

3. Adanya tahapan-tahapan proses yang tersusun secara sistematis. 4. Dapat meramalkan hasil serta tujuan yang diharapkan.

(51)

pengertian perencanaan yang dikemukakan oleh Guruge (Udin Syaefudin Sa‟ud

dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006 : 8) bahwa : ”A simple definition of educational planning is the process of preparing decisions for action in the future

in the field of educatioinal development is the function of educational planning.”

Guruge mengatakan bahwa perencanaan pendidikan merupakan proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan adalah tugas dari perencanaan pendidikan.

Kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolah berkewajiban membuat dan memiliki perencanaan pendidikan di sekolah, termasuk di dalamnya tentang perencanaan SDM. Perencanaan SDM ini dimaksudkan untuk mempersiapkan dan menyediakan personil sekolah sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan pendidkan, tentunya dengan mutu yang tinggi. Tanpa adanya perencanaan yang baik sudah barang tentu jalannya proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan secara optimal. Guna menghasilkan perencanaan pendidikan yang baik, kepala sekolah sebagai manajer harus memahami dimensi-dimensi yang terkait dengan proses perencanaan. Mengenai dimensi-dimensi perencanaan dikemukakan oleh Udin Syaefudin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun (2006 :53-54) ada sembilan dimensi yang terkait dengan proses pendidikan, yaitu :

1. Significance, yaitu tingkat kebermaknaan perencanaan.

(52)

4. Definitiveness, yaitu penggunaan teknik simulasi untuk menjalankan rencana dengan data model buatan, untuk meminimalkan hal yang tidak diharapkan. 5. Parsimoniousness, yaitu perencanaan harus digambarkan secara sederhana. 6. Adaptability, yaitu perencanaan harus dinamis dan dapat berubah sesuai

dengan perkembangan informasi.

7. Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan, dan merubah siatuasi yang tidak dapat dilakukan akibat keterbatasan-keterbatasan dalam meramalkan masa depan.

8. Monitoring, yaitu untuk menjamin bahwa berbagai unsur rencana berjalan secara efektif.

9. Subject matter, yaitu pokok bahasan yang akan direncanakan mencakup sasaran dan tujuan, program dan pelayanan, sumber daya manusia, sumber

daya fisik, penganggaran, struktur pemerintahan, dan konteks sosial.

Dalam proses perencanaan pendidikan di sekolah melalui beberapa tahap mulai dari pembuatan visi dan misi sekolah, menentukan tujauan, melihat permasalahan-permasalahan melalui analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal (ALI dan ALE), mengkonsepsikan dan merancang rencana, mengevaluasi rencana, dan revisi rencana, yang pada akhirnya implementasi rencana dan evaluasinya untuk memperoleh umpan balik. Dengan menempuh tahapan-tahapan seperti di atas akan diperoleh suatu perencanaan yang matang, sesuai dengan yang diharapkan.

(53)
(54)

b. Mengembangkan Organisasi Sekolah

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan.

Dengan ciri-ciri seperti itu maka sekolah merupakan suatu organisasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sondang P. Siagian (20021:35) bahwa “

Organisasi merupakan gabungan sekelompok orang yang terikat secara formal dan hierarkis, serta bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” Dengan demikian, maka kepala sekolah sesuai dengan tugas dan

fungsinya sebagai manajer pendidikan di sekolah harus dapat mengembangkan organisasi di sekolahnya, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bila tidak dikembangkan secara baik organisasi sekolah ini akan statis dan tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Organisasi sekolah dikembangkan sesuai dengan tujuan dan kondisi yang ada sehingga semua anggota yang ada dalam organisasi berkolaborasi secara sinegis dalam upaya mencapai tujuan. Hadari Nawawi (1982:87) menjelaskan bahwa :

Setiap kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu memilih dan mempersiapkan bentuk organisasi yang sesuai dengan kondisi sekolahnya dan harus berusaha pula menerapkan asas-asas organisasi bilamana menghendaki tujuan secara efektif.”

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya mengembangkan organisasi sekolah yaitu struktur organisasi, bentuk atau tipe organisasi, asas-asas organisasi, dan budaya organisasi.

1) Struktur Organisasi.

(55)

adanya pembagian unit-unit kerja sesuai dengan tugas yang harus dikerjakan. Untuk memperoleh kinerja yang efektif maka harus dibentuk struktur organisasi yang tepat dengan penempatan personil yang profesional. Pemahaman struktur organisasi seperti di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Made Pidarta (2004:57) sebagai berikut :

Struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi itu yang menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugas-tugas individu yang didalamnya beserta kerja samanya dengan individu-individu lain dan hubungan anatara unit-unit kerja itu baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan adanya struktur organisasi maka kinerja seluruh personil yang ada di sekolah akan terlaksana secara sistematis sehingga akan mewujudkan harmonisasi kinerja. Kinerja yang sistematis dan harmonis dari semua personil yang ada di sekolah merupakan suatu hal yang penting untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Mutu layanan pendidikan baru akan terwujud bila kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mengembangkan struktur organisasi yang efektif yang dapat menunjang kelancaran proses layanan pendidikan yang dilaksanakan.

2) Bentuk-bentuk atau tipe organisasi sekolah.

Bentuk-bentuk organisasi sekolah ini menggambarkan tentang pembagian tugas, tanggung jawab, dan arus pelaksanaan tugas. Terdapat beberapa bentuk organisasi yang dapat dikembangkan di sekolah. Tiap-tiap bentuk organisasi itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, sehingga kepala sekolah dapat memilih bentuk atau tipe organisasi yang akan dikembangkan di sekolahnya berdasarkan ciri-ciri yang dipandang paling sesuai dengan tujuan, situasi, dan kondisi yang ada.

(56)

diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Sondang P. Siagian (2002 : 54-56) dan Hadari Nawawi (1982 : 88-90) sebagai berikut :

a) Organisasi Lini (Line Organization)

Organisasi lini ini dikenal dengan struktur yang sederhana, karena sesuai

dengan ciri-cirinya yang antara lain sebagai berikut :

1. Tergolong organisasi yang kecil dan belum memiliki personil yang banyak. 2. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan masih sederhana.

3. Semua kekuasaan ada pada pucuk pimpinan.

4. Personilnya belum dituntut memiliki keterampilan yang khusus dan belum dituntut untuk bisa melakukan berbagai kegiatan.

5. Produk organisasinya tidak beraneka ragam 6. Wilayah operasinya masih bersifat lokal. 7. Teknologi yang digunakan belum modern.

8. Pemimpin organisasi masih dimungkinkan untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan semua personilnya.

b) Organisasi Staf (Staff Organization)

Ciri-ciri organisasi staf adalah sebagai berikut :

1. Semua hak, kekuasaan, dan tanggung jawab dibagi habis kepada unit kerja yang ada secara bertingkat.

(57)

3. dengan bidang tugasnya, sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan pucuk pimpinan.

4. Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat sesuai dengan hak dan kekuasaan yang dilimpahkan kepadanya.

5. Setiap personil mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat, ide atau gagasan, dan saran-saran.

6. Personil mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatifnya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

c) Organisasi Lini dan Staf (Line and Staff Organization)

Bentuk organisasi ini merupakan bentuk gabungan dari organisasi lini dan organisasi staf. Bentuk organiasi ini dikenal dengan struktur yang birokratis. Artinya, jika bentuk organisasi ini yang diberlakukan berarti organiasinya besar dengan tugas-tugas yang sangat rutin.

Adapun ciri-ciri dari organisasi bentuk ini adalah sebagai berikut : 1. Organisasinya besar.

2. Tugas-tugas diselenggarakan dengan berbagai jenis spesialisasi keterampilan personil.

3. Dalam penyusunan dan penerapan ketentuan yang formal dan normatif sangat formalistik.

4. Pemusatan wewenang pada manajemen puncak dan pengambilan keputusan secara terpusat.

Gambar

Gambar 1 : Kedudukan dan Proses MSDM dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Gambar 2 :

Referensi

Dokumen terkait

Dari ke -2 Ranting tersebut, belum memiliki prosedur administrasi yang baik, belum memiliki pengetahuan tentang administrasi dan keuangan, administrasi ranting

Model discovery learning (model pembelajaran penemuan)merupakan salah satu model pembelajaran yang interaktif. Model ini lebih menekankan pada pengalaman

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

Dasar hukum pengajuan permohonan pernyataan pailit adalah Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajihban pembayaran utang ketentuan pasal

Memiliki, mengusai membawa dan / atau menggunakan alat penangkap ikan dan/atau alat bantu penangkap ikan yg dilarang berupa jaring sondong/pukat dorong.. Perairan Muara

seperti kami mengampuni orang orang yang bersalah kepada kami jauhkanlah kami dari segala macam percobaan percobaan.. lindungi dan lepaskanlah kami dari

Aset keuangan pada awalnya diakui sebesar nilai wajarnya ditambah, dalam hal investasi yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, biaya transaksi yang

Pengujian terhadap Sanksi Administrasi Pajak melalui uji t menunjukkan bahwa variabel Pelayanan Fiskus memiliki nilai p value sebesar 0.909 (tidak signifikan) karena