• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Ekonomi Demi Pertahanan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbaikan Ekonomi Demi Pertahanan dan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Perbaikan Ekonomi demi Pertahanan dan Keamanan yang Lebih Baik

Diadaptasi dari pertanyaan: “Mana yang harus didahulukan, angggaran pertahanan dan keamanan atau perbaikanekonomi?”

Oleh: Putri Larasati (11141130000043/HI 4 C)

Sinopsis:

Kekuatan pertahanan dan keamanan tiap negara yang berbeda-beda tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang paling dominan dalam menentukan potensi pertahanan dan keamanan suatu negara ialah faktor ekonomi. Oleh karena itu, mengetahui keterkaitan antara ekonomi dengan sistem pertahanan dan keamanan menjadi penting karena dapat dijadikan patokan untuk menyusun strategi dan kebijakan pertahanan serta keamanan suatu negara ke depannya.

Penjelasan:

Kekuatan pertahanan dan keamanan satu negara dengan negara lainnya berbeda-beda. Seperti yang dilansir dari tabel peta kekuatan pertahanan dunia oleh Global Fire Power, Center for Arms Control and Non-proliferation dalam Business Insider, tiap negara di dunia memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang tidak sama. Di dalam tabel tersebut, nampak jelas bahwa Amerika Serikat memiliki pertahanan dan keamanan yang terkuat, disusul oleh Rusia di posisi ke-2 dan Cina di posisi ke-3.1

Menurut penelitian LIPI (2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertahanan dan keamanan suatu negara, yaitu faktor ancaman, faktor jumlah personil, dan faktor ekonomi.2

Faktor ancaman meliputi ancaman konvensional dan ancaman non-konvensional yang dihadapi oleh suatu negara. Bisa dikatakan bahwa jika ancaman yang dihadapi oleh suatu negara berbeda

1 Global Fire Power, World Military Strength by Country, 2012, diakses dari http://globalfirepower.com, pada

tanggal 7 Mei 2016, pukul 13.15 WIB.

2 Wijaya Adi, dkk., “Kebutuhan Dana Pengembangan Pertahanan Nasional”, Bab IV, dalam Analisis Anggaran

(2)

dengan ancaman yang dihadapi oleh negara lain, maka sistem pertahanan dan keamanannya pun juga akan berbeda.

Beberapa jenis ancaman yang dihadapi oleh negara-negara di dunia adalah senjata pemusnah masal, rudal balistik, peluru kendali, roket jarak jauh, senjata nuklir, peredaran senjata, peredaran obat-obatan terlarang, pembajakan, kejahatan transnasional, mafia, terorisme, kerusuhan, separatis, perebutan sumber daya, energi, dan bahan baku, cyber war, serta space war.3 Untuk menghadapi berbagai ancaman di atas, tentunya suatu negara memerlukan strategi,

kebijakan, alutsista, dan komponen lain yang dapat menyukseskan proses penghalauan ancaman. Begitupun sebaliknya, sebuah negara tidak akan pernah bisa mempersiapkan strategi, kebijakan, dan alutsista yang tepat jika tidak mengetahui ancaman jenis apa yang akan dihadapi.

Faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah faktor jumlah personil pertahanan dan keamanan suatu negara. Dalam tabel yang sama dari Global Fire Power dapat diketahui bahwasanya jumlah personil pertahanan dan keamanan setiap negara dibagi menjadi dua bagian, yaitu personil perpopulasi dan personil perkawasan.4 Hal ini mengindikasikan bahwa personil

pertahanan dan keamanan suatu negara harus sebanding dengan jumlah penduduk dan luas negara tersebut. Dalam tabel bersangkutan, Italia dan Inggris terlihat memiliki jumlah personil yang paling ideal.

Hal yang perlu diingat dalam penentuan jumlah personil adalah kuantitas harus diimbangi dengan kualitas. Percuma jika suatu negara memiliki banyak personil pertahanan dan keamanan, namun personil-personil tersebut tidak memiliki kapabilitas dalam menjaga pertahanan dan keamanan negaranya. Jadi, kekuatan pertahanan dan keamanan suatu negara dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas personil pertahanan dan keamanannya. Dalam hal ini, negara harus menjalankan program latihan yang dapat mengembangkan potensi para calon personil ataupun personil pertahanan dan keamanannya. Tak heran ada beberapa negara yang menerapkan program wajib militer untuk penduduknya.

Kemudian faktor lain yang mempengaruhi kekuatan pertahanan dan keamanan suatu negara adalah faktor perekonomiannya. Menurut saya, di atas faktor-faktor lainnya, faktor

3 Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Minimum Essential Force: Komponen Utama, Jakarta, 2010, hlm.

11-12.

(3)

ekonomilah yang sangat berpengaruh besar terhadap kekuatan pertahanan dan keamanan suatu negara. Logikanya, bagaimana sebuah negara membeli alutsista dan membayar personil pertahanan dan keamanannya jika tidak memiliki perekonomian yang cukup baik untuk

mem-back up itu semua?

Berdasarkan teori ekonomi, incentive system akan mempengaruhi performance.5 Ketika

anggaran yang disediakan sebuah negara untuk pertahanan dan keamanannya tinggi, maka kemungkinan besar kapabilitas pertahanan dan keamanan suatu negara tersebut akan menjadi besar dan kuat. Namun dari mana anggaran pertahanan dan keamanan itu dapat terpenuhi jika kondisi perekonomian suatu negara relatif belum stabil atau bahkan buruk?

Data dalam tabel yang sama dengan tabel sebelumnya, yaitu tabel dari Global Fire Power, menempatkan Amerika Serikat di posisi pertama untuk tingkatan kekuatan pertahanan dan keamanan. Jika ditelisik dalam kolom anggaran, Amerika Serikat tercatat memiliki anggaran yang paling besar untuk pertahanan dan keamanan dibanding dengan negara-negara lainnya.6

Maka dapat dipastikan bahwa faktor ekonomi sangatlah berpengaruh terhadap kekuatan pertahanan dan keamanan suatu negara. Semakin baik perekonomian suatu negara, maka semakin banyak anggaran yang dapat dialokasikan untuk pertahanan dan keamanan negara tersebut, dan kapabilitas pertahanan dan keamanan negara tersebut pun akan meningkat.

Bahkan menurut saya, kaitan antara faktor ekonomi dengan sistem pertahanan dan keamanan tidak hanya satu arah, yaitu ekonomi menentukan pertahanan dan keamanan. Lebih dari itu, hubungan di antara keduanya bersifat timbal-balik dan berkorelasi secara positif. Tidak hanya faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi pertahanan dan keamanan suatu negara, tapi pertahanan dan keamanan suatu negara juga dapat mempengaruhi perekonomian. Dengan sistem pertahanan dan keamanan yang baik, sumber daya ekonomi dan ekonomi sektor riil dapat terjaga dan terjamin. Selain itu, akses perdagangan internasional suatu negara tersebut juga akan aman dan dapat mengundang investor untuk bekerjasama di negara tersebut karena keamanannya.

Dengan hubungan yang timbal-balik seperti itu, mana yang harus didahulukan, perbaikan ekonomi atau sistem pertahanan dan keamanan? Menurut saya, perbaikan ekonomilah yang

5 Oliver E. Williamson, “The Economics of Defense Contracting: Incentives and Performance”, dalam Issues in

Defense Economics, NBER, 1967, hlm. 217-278.

(4)

harus didahulukan. Pendapat saya diperkuat oleh teori pertahanan yang dicetuskan George Eman Vaillant (1977). Meski teori ini berada dalam level individu dan lebih kepada teori psikologi, saya pikir teori pertahanan ini juga dapat relevan terhadap pertahanan dan keamanan dalam tingkatan negara bangsa.

Dalam teori pertahanan tersebut, Vaillant membagi upaya pertahanan menjadi pertahanan

immature (belum matang) dan pertahanan mature (matang). Dalam pertahanan immature, beberapa upaya pertahanan yang dilakukan adalah proyeksi, agresif pasif, wishful thinking, dan lain sebagainya.7 Jika diterapkan untuk level negara bangsa, proyeksi adalah tindakan ketika

ancaman dari luar membuat negara menyalahkan pihak lain atas terancamnya pertahanan dan keamanannya. Kemudian agresif pasif adalah upaya negara untuk memusuhi lawan atau ancaman tanpa sepengetahuan mereka, melainkan secara diam-diam dan di belakang. Sedangkan

wishful thinking merupakan upaya pembuatan keputusan yang dilakukan oleh negara berdasarkan kesenangan, bukan berdasarkan fakta, bukti, rasionalitas, kenyataan, kebutuhan, dan lain-lain.

Menurut saya, tindakan negara untuk meningkatkan kapasitas pertahanan dan keamanan tanpa adanya perbaikan ekonomi sama saja dengan immature defense (pertahanan yang belum matang). Pembuatan kebijakan tentang anggaran pertahanan dan keamanan suatu negara tanpa memperhatikan faktor kondisi perekonomian negara tersebut pada khususnya termasuk ke dalam

wishful thinking, di mana negara hanya bisa berangan-angan memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang baik bahkan jika kondisi perekonomian mereka kurang baik. Sedangkan manusia hidup di dunia nyata dan dalam posisi yang terancam. Jika hanya mengandalkan perumusan asal-asalan tanpa mengindahkan faktor lain yang berkaitan, pertahanan dan keamanan suatu negara tidak akan berkapabilitas baik.

Sedangkan jika suatu negara mendahulukan perbaikan ekonomi demi kapabilitas pertahanan dan keamanan negaranya, maka itu adalah langkah yang realistis yang paling bisa ditempuh dan merupakan mature defense (pertahanan yang matang). Dalam teori pertahanan Valliant, mature defense mengandung upaya-upaya pertahanan demi keamanan seperti antisipasi,

self-regulation, self-sufficiency, identifikasi, sublimasi, moderasi, mindfulness, dan lain-lain yang

7 George Eman Valliant, Ego Mechanisms of Defense: A Guide for Clinicians and Researcher, American Psychiatric

(5)

merupakan langkah tepat dalam perumusan kebijakan tentang anggaran pertahanan dan keamanan.8 Perbaikan ekonomi harus didahulukan agar suatu negara memiliki sistem pertahanan

yang matang.

Saya juga terinspirasi dari negara dengan sistem pertahanan dan keamanan yang mumpuni semisal Jepang. Jepang memang kalah dalam Perang Dunia 2, namun kekalahan tersebut dijadikan sebuah titik balik oleh Jepang untuk memperkuat sistem ekonominya. Jepang tidak hanya sekadar bangkit dari keterpurukan, namun juga maju secara pesat. Dengan fokus terhadap pembangunan ekonomi, Jepang yang semula dikalahkan dalam Perang Dunia 2, kini justru dianggap sebagai salah satu negara yang tak terkalahkan dalam bidang pertahanan dan keamanan. Belajar dari sana, saya percaya bahwa perbaikan ekonomi harus didahulukan di atas anggaran pertahanan dan keamanan.

Kesimpulan:

Perbaikan ekonomi harus didahulukan sebelum menentukan anggaran pertahanan dan keamanan negara agar tidak terjadi immature defense. Sebab pada dasarnya, kapabilitas sistem pertahanan dan keamanan suatu negara ditentukan oleh kapabilitas perekonomiannya. Salah satu contoh negara yang sukses meningkatkan kapabilitas pertahanan dan keamanannya dengan didahului oleh perbaikan ekonomi adalah Jepang. Diharapkan negara lain, khususnya Indonesia, dapat terinspirasi dari kemajuan Jepang tersebut.

Referensi

Dokumen terkait