• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERVENSI ASING DALAM MISI KEMANUSIAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTERVENSI ASING DALAM MISI KEMANUSIAAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

INTERVENSI ASING DALAM MISI KEMANUSIAAN DAN PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI

REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO1

INTRODUCTION

Republik Demokratik Kongo merupakan sebuah Negara yang terletak di kawasan Afrika Tengah, Negara ini berbatasan dengan Republik Afrika Tengah dan Sudan di Utara, Uganda, Rwanda, Burundi dan juga Tanzania yang terpisahkan oleh danau Kivudi Timur, Republik Kongo di Barat, Zambia dan Angola di Selatan.2 Masyarakat dari Republik Demokratik Kongo (RDK), terdiri

dari berbagai suku. Hal ini dikarenakan terjadinya migrasi besar-besaran pada 2000 SM sampai tahun 500 oleh masyarakat Bantu yang berada di barat laut dan utara dari wilayah RDK. Masyarakat Bantu tersebut melakukan migrasi ke daerah RDK, khususnya ke daerah yang berada di dekat sungai Kongo. Dari sinilah bermula suatu kerajaan yang berdiri di wilayah RDK.3

Konflik dan damai merupakan dualisme kehidupan manusia yang tak pernah kunjung selesai. Selama perkembangan peradaban manusia dari jaman klasik, pertengahan maupun zaman modern seperti sekarang ini dimana pada zaman peradaban manusia sudah sedemikian maju dan berkembang cepat intensitas konflik di belahan dunia justru semakin meningkat dan terus menghantui perjalanan hidup manusia termasuk perang antar etnik yang terjadi di Republik Demokratik Kongo (RDK).4

Sejak merdeka dari Belgia pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965, DRK selalu berada dalam keadaan kacau dan perang saudara.5 Perang bersaudara

berlangsung berkepanjangan di Kongo sejak 1998 yang menghancurkan serta

1 Paper ditulis dalam pemenuhan tugas sebagai pengganti UAS pada mata kuliah Hukum Internasional. Ditulis oleh HARDI ALUNAZA SD, Mahasiswa Program Magister Ilmu Hubungan Internasional Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2014.

2 Pada pendahuluan BAB I skripsi mahasiswa UMY melalui

http://direktori.umy.ac.id/uploads/skripsi2/20020510264-Bab-I.pdf diakses pada (09/01/2015, 15.03 WIB)

3http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3960/SKRIPSI%20PART%20II %20(Isi).pdf?sequence=2 diakses pada (09/01/2015, 15.30 WIB)

(2)

menyeret seluruh wilayah tersebut dan negara-negara di sekitarnya.6 Keadaan

yang amat kacau ditunjukkan di negara tersebut. Bahkan bisa dikatakan nyawa manusia tidak berharga lagi. Dan juga terjadi banyaknya pemerkosaan yang terjadi di Kongo. Lebih dari 8.000 perempuan di Republik Demokratik Kongo (DRK) mengalami pemerkosaan sepanjang tahun 2009 yang ditengarai dilakukan oleh faksi-faksi yang berperang, baik tentara pemberontak maupun tentara pemerintah.7 Selain menelan banyak korban dari orang-orang yang tidak bersalah,

aksi kekerasan tersebut juga telah menghancurkan infrastruktur dan perekonomian negara tersebut hingga akhirnya PBB mengambil alih permasalahan di negara itu.

Intervensi kemanusiaan (humanitarian intervention) merupakan suatu prinsip dalam hukum kebiasaan internasional, dimana suatu negara berdaulat diintervensi oleh negara lain dikarenakan adanya suatu peristiwa yang berhubungan dengan telah terjadinya perang sipil, krisis kemanusiaan atau kejahatan kemanusiaan termasuk genosida yang terjadi dalam suatu negara yang berdaulat8. Landasan hukum bagi tindakan intervensi kemanusiaan adalah Bab VI

dan Bab VII Piagam PBB. Dalam Bab VI (pasal 33) Piagam PBB memiliki mandat untuk melakukan semua upaya agar konflik dapat diselesaikan secara damai melalui cara-cara negosiasi, mediasi, arbitrase, penyelesaian hukum, serta cara damai lainnya. Sedangkan pasal 34 dalam Bab yang sama menyatakan bahwa PBB bisa melakukan investigasi setiap pertikaian (konflik) yang bisa membahayakan ancaman perdamaian internasional9.

Dalam BAB VII terutama pasal 42 dinyatakan bahwa jika langkah-langkah politik dan ekonomi (pasal 41) tidak bisa atau cukup mendorong pihak-pihak yang bertikai maka penggunaan kekuatan militer (kekuatan darat, laut, udara) dapat

5Republik Demokratik Kongo. 2000. Perpustakaan Online melalui

http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/302004008 diaskes pada (09/01/2015, 14.02 WIB)

610 Negara Termiskin Dunia melalui http://www.digidu.net/post/10-negara-termiskin-di-dunia

diaskes pada (09/01/2015, 15.03 WIB)

7 Harian Kompas Internasional dalam judul berita Perkosaan Terburuk Terjadi di Kongo melalui

http://internasional.kompas.com/read/2010/02/09/09504261/Perkosaan.Terburuk.di.Dunia.Terjadi. di.Kongo diakses pada (09/01/2015, 20.14 WIB)

8 Aidan Hehir. 2008. Humanitarian Intervention After Kosovo, United States: Palgrave Macmillan. Hal. 2-3

9 Piagam PBB dan Statuta Mahkamah Internasional hal 23dari

(3)

dibenarkan untuk menjamin kestabilan keamanan dan perdamaian internasional. Untuk lebih melengkapi intervensi miliiter dalam intervensi kemanusiaan sesuai dengan doktirn “responsibility to protect”, tindakan militer hanyalah langkah terakhir jika cara-cara lain tidak berhasil untuk melindungi penduduk dari pelanggaran HAM berat10. Intervensi kemanusiaan pada awalnya sangat dilarang

karena mengganggu kedaulatan suatu negara.11 Hal ini sudah diatur dan tercantum

dalam piagam PBB pada pasal 2 tentang non-intervensi negara asing yang berbunyi: “The organization is based on the principle of the sovereign equality of all the members”.12

Jadi, bahwa setiap negara memiliki prinsip untuk bisa mandiri dan mengatur negaranya sendiri dan mempertahankan kedaulatan negaranya. Namun, ketika semakin banyaknya konflik yang terjadi maka akhirnya PBB dan negara anggota PBB sepakat untuk memperbolehkan adanya intervensi kepada negara lain dengan alasan intervensi kemanusiaan. Seperti tercantum dalam pasal 8 piagam PBB menyatakan bahwa:

Intervensi kemanusiaan tidak dapat dilakukan begitu saja tetapi mempunyai prinsip-prinsip Intervensi kemanusiaan yang dilakukan atas 3 hal:

1. Terjadi suatu perang sipil

2. Terjadi suatu krisis kemanusiaan

3. Telah terjadi suatu kejahatan kemanusiaan termasuk genosida (pembantaian ras).

Di Kongo sudah jelas terlihat bahwa di sana terdapat perang sipil dimana terjadi konflik antara pemerintah dengan kaum pemberontak yang dimulai pada bulan Oktober 1996. Akibat terjadinya perang tersebut akhirnya menyebabkan jatuhnya banyak korban dan terjadi krisis kemanusiaan.

Penyebab terjadinya intervensi PBB di Kongo terlihat dari dua dimensi penting sebagai mana berikut:

10Ibid.

11Tinjauan Umum Mengenai Intervensi melalui

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32565/3/Chapter%20II.pdf diakses pada (10/01/2015, 21.08 WIB)

12 Fakultas Hukum UNLA dalam tulisan yang berjudul Legalitas Intervensi Nato melalui

(4)

1. Perang Sipil Rwanda (1990 -1993)

Perang sipil di Kongo bisa dikatakan merupakan imbas langsung dari perang sipil di Rwanda. Perang sipil di Rwanda merupakan perang yang terjadi di Rwanda antara etnis mayoritas Hutu dengan etnis minoritas Tutsi pada tahun 1990-1993. Akar dari perang tersebut bermula setelah melalui referendum yang diadakan Belgia untuk memerdekakan Rwanda, mayoritas rakyat Rwanda menginginkan perubahan sistem politik yang selama masa penjajahan didominasi oleh etnis Tutsi. Rwanda akhirnya merdeka pada tahun 1962 dan peristiwa kemerdekaan Rwanda tersebut selanjutnya diikuti oleh eksodus besar-besaran etnis Tutsi dari Rwanda ke negara-negara sekitarnya.13

Tahun 1990, sebuah kelompok bersenjata bernama Rwandan Patriotic Front (RPF/Front Patriotik Rwanda) yang terdiri dari komunitas pengungsi Tutsi di Uganda melakukan serangan ke Rwanda dan meletuslah Perang Sipil Rwanda antara kelompok milisi RPF (Tutsi) melawan tentara Rwanda dan milisi Interahamwe (Hutu). Selama perang sipil tersebut, berlangsung juga aksi-aksi pembantaian yang dilakukan oleh milisi Hutu & militer Rwanda terhadap komunitas Tutsi di Rwanda (dikenal sebagai "genosida Rwanda").14

2. Terbentuknya Aliansi Pemberontak di Zaire (Kongo)

Di tubuh Zaire sendiri, sejak dekade 90-an muncul gelombang ketidak puasan terhadap rezim Mobutu menyusul ambruknya ekonomi Zaire akibat maraknya kegiatan korupsi di tubuh pemerintahan dan berhentinya dukungan dari AS terhadap rezim Mobutu15 usai tumbangnya Uni Soviet (salah satu alasan utama

AS mendukung rezim Mobutu adalah menghentikan penyebaran paham komunisme di Afrika tengah). Kondisi Zaire semakin lemah menyusul semakin rapuhnya kondisi Presiden Mobutu akibat penyakit kanker yang dideritanya.

13Congo Civil War dalam http://www.globalsecurity.org/military/world/war/congo.htm diakses pada (10/01/2015, 20.12 WIB)

14 Budi Winarno. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer, Jakarta: Buku Seru. Hal 237

(5)

Di tempat lain, Laurent Desire Kabila, penganut paham komunisme dan pengikut Lubumba yang dulu dikudeta oleh Mobutu yang selama ini bersembunyi di pelosok Tenggara Zaire dan memimpin kelompok pemberontak bernama Popular Revolutionary Party (PRP/Partai Revolusioner Populer) mulai menjalin kontak dengan kelompok-kelompok pemberontak lain di berbagai wilayah Zaire & kelompok milisi Tutsi. Kelompok-kelompok tersebut kemudian melebur menjadi kelompok pemberontak baru bernama Alliance des Forces Democratiques pour la Liberation du Congo-Zaire (AFDL-CZ/Aliansi Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Kongo-Zaire) atau biasa disingkat AFDL.

UPAYA INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO

Pihak ketiga kemudian menyuarakan dan mendesak agar pemberontak M23 dan pemerintah Republik Demokratik Kongo mau melakukan dialog politik untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di negara tersebut sehingga tidak ada lagi rakyat sipil yang menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia.16 Akibat dari

desakan pihak-pihak asing dan pembicaraan dunia internasional mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang tidak dapat ditolerir di Republik Demokratik Kongo serta sanksi-sanksi yang diberikan kepada pemberontak M23, maka hal ini yang kemudian membuat pemberontak M23 dan pemerintah Republik Demokratik Kongo memutuskan untuk melakukan proses negosiasi sehingga mencapai perdamaian.

Dengan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terus terjadi di Republik Demokratik Kongo yang tidak terkendali walaupun telah disepakati kata damai, hal ini tidak mengurangi intensitas pertempuran antara pemberontak dengan pasukan pemerintah. Setelah disepakati kesepakatan damai antara pemberontak dengan pemerintah akan menimbulkan masalah baru dan kelompok pemberontak yang baru yang melawan pemerintahan. Hal ini kemudian membuat

(6)

pemerintah Republik Demokratik Kongo mengambil keputusan untuk mengirimkan surat kepada International Criminal Court (ICC),17 yang berisikan

tentang permohonan bantuan untuk menyelesaikan masalah pelanggaran hak asasi manusia dan International Criminal Court (ICC) dapat melakukan penyelidikan dan menghukum pihak-pihak yang mengakibatkan terjadinya kasus pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh rakyat sipil di North Kivu Republik Demokratik Kongo. Akan tetapi setelah menerima surat dari pemerintah Republik Demokratik Kongo, International Criminal Court (ICC) tidak dapat dengan mudah untuk masuk dan terlibat dalam penyelesaian masalah terkait pelanggaran hak asasi manusia yang dialami rakyat sipil di North Kivu Republik Demokratik Kongo.18

Hal ini dikarenakan adanya prinsip Komplementaris atau

Complementarity Principle yang telah disepakati oleh negara-negara peserta bahwa juridiksi (pengadilan) nasional memiliki tanggung jawab utama untuk melaksanakan penyidikan dan penuntutan setiap kejahatan internasional yang menjadi wewenang Mahkamah Pidana Internasional. Maka berdasarkan atas salah satu tujuan dan fungsi pembentukan International Criminal Court yaitu berupaya untuk menanggulangi penindasan atau pelanggaran atas hak asasi manusia serta Pasal 7 Statuta Roma yang menjadi dasar utama pembentukan ICC tentang Kejahatan terhadap Kemanusiaan seperti tindakan pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan, perbudakan dan melihat bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang terjadi pada konflik di North Kivu Republik Demokratik Kongo ini kemudian menjadi landasan utama bagi Interntional Criminal Court (ICC) untuk melakukan upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemberontak M23 terhadap rakyat sipil di North Kivu, Republik Demokratik Kongo. Dalam melakukan upaya penyelesaian Intenational Criminal Court.19

17 Maria Makdalena. Upaya ICC dalam penyelesaian HAM di Kongo. Jurnal Fisip Unmul. Hal 6-8

18Ibid.

(7)

Adapun Upaya yang dilakukan International Criminal Court untuk menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di North Kivu, Kongo antara lain ialah:

1. Melakukan penyelidikan dengan mengumpulkan data-data primer melalui wawancara terhadap korban-korban yang berada di pengungsian mengenai pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemberontak M23. Tindakan penyelidikan yang dilakukan oleh International Criminal Court ini tidak hanya dilakukan sendiri akan tetapi dibantu oleh pihak pemerintah Republik Demokratik Kongo dengan cara memberikan akses kepada International Criminal Court untuk dapat mencapai tempat-tempat pengungsian baik di dalam kota Goma provinsi North Kivu atau diluar Provinsi North kivu. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Republik Demokratik Kongo ini didasarkan pada suatu komitmen yang disampaikan kepada International Criminal Court melalui surat permohonan permintaan bantuan bahwa lembaga-lembaga pemerintahan terutama Pengadilan Nasional Kongo akan melakukan kerja sama semaksimal mungkin guna menegakan keadilan melalui hukum. Dan dalam menjalankan tugas penyelidikan dalam mengumpulkan data melalui wawancara kepada korban-korban yang ada di pengungsian ini, International Criminal Court juga bekerja sama dengan organisasi internasional yang khusus menangani masalah kemanusiaan seperti UNHCR serta Human Right Watch.

(8)

Court, pemerintah Kongo melalui Pengadilan Nasionalnya melakukan penangkapan kepada pemimpin-pemimpin pemberontak M23 dan kemudian akan diadili di International Criminal Court sesuai dengan kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan terhadap rakyat sipil di North Kivu.

3. Melibatkan korban-korban pelanggaran hak asasi manusia dalam persidangan yaitu para korban dapat memberikan keterangan sebagai saksi atas kejahatan yang dilakukan oleh pemimpin pemberontak M23. Dengan melibatkan para korban dalam persidangan para penjahat perang membuat para korban menjadi lebih berani untuk berpartisipasi dalam memberikan informasi sehingga ICC dapat mengumpulkan data-data untuk melakukan penyidikan dan penangkapan terhadap pemberontak yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Dan tindakan ini dapat mengurangi pelanggaran HAM yang dilakukan pemberontak di North Kivu.

4. Memberikan sanksi pidana dengan hukuman penjara selama 14 tahun terhadap Thomas Lumbanga atas kejahatan perang yaitu perekrutan anak-anak di bawah umur untuk dijadikan tentara pemberontak yang merupakan panglima pemberontak M23.

Perang saudara berlangsung berkepanjangan di Kongo sejak 1998 yang menghancurkan serta menyeret seluruh wilayah tersebut dan negara-negara di sekitarnya. Aksi kekerasan tersebut telah menghancurkan infrastruktur dan perekonomian negara tersebut hingga akhirnya PBB mengambil alih permasalahan di negara itu dan memaksa Presiden Joseph Kabila menyelenggarakan Pemilihan Umum pada 30 Juli 2006.20

ANALYSIS

Konflik di Kongo ini termasuk dalam bentuk kekerasan struktural dimana pemerintah yang korup mengeksplorasi negaranya sendiri tanpa peduli rakyatnya bahkan menekan rakyat sehingga rakyatnya menjadi miskin dan tidak bisa

(9)

berkembang. Krisis manusia kemudian juga terjadi karena banyaknya korban yang berjatuhan akibat perang yang tidak bisa dihindari. Pemerintah Kongo memperjuangkan kepentingannya sendiri dengan menguasai daerah-daerah penghasil berlian untuk kekuasaannya dan justru menyedot sumber daya alam yang kemudian dijual untuk keberlangsungan perang di negaranya sendiri.

Konsep peace making sendiri merupakan konsep yang menjelaskan bahwa ada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencoba menyudahi konflik yang telah berlangsung. Konsep ini menjelaskan awal mula dari usaha penyelesaian konflik tersebut. Dalam hal ini, konflik Kongo yang telah berlangsung sekian lama karena didasari oleh latar belakang permusuhan dan adanya ketidakpercayaan satu grup dengan grup yang lain kepada pemerintah akibat pemerintahan yang buruk dan korup sehingga muncul ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang menimbulkan konflik. Dalam usaha melakukan perdamaian ini banyak pihak yang dapat menjadi aktor, dari aktor Negara sampai dengan non Negara. Misalnya LSM di negaranya (nasional), LSM Internasional, atau organisasi besar Internasional.

Dalam kasus ini, organisasi internasional PBB menjadi aktor yang berusaha menyudahi konflik dengan menjadi mediator. Cara yang PBB gunakan adalah dengan memberikan bantuan dana kepada Kongo agar presiden Kongo yaitu Josep Kabila melakukan pemilu untuk menekan amarah masyarakat Kongo terhadap pemerintahan yang korup sehingga memberi harapan pada mereka untuk mengganti pemerintahan yang ada. Pemilu dilakukan juga untuk mengakomodir kesetaraan yang dimiliki masyarakat Kongo dan partisipasi mereka dalam mengembangkan Negara masih sangat dibutuhkan. Oleh karenanya pada tahun 2000 perang berakhir setelah dilakukan mediasi antara pihak yang berkonflik yang difasilitasi oleh PBB.

CONCLUSION

(10)

dengan kelompok pemberontak Rwanda (kelompok pemberontak ini merupakan pemberontak yang berperang dengan pemerintahan Kongo pada tahun 1998-2001). Hal ini sebagai bentuk dari state breaking dan state failure. Hal tersebut kemudian mengakibatkan terbentuknya kelompok pemberontak M23 karena faktor kecemburuan sosial yang dirasakan oleh etnis pribumi yang kemudian melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat sipil di North Kivu melalui tindakan-tindakan yang tidak bermoral seperti, pembunuhan, penjarahan, penyiksaan, pembajakan, perekrutan sebagai tentara anak, serta pemerkosaan terhadap perempuan dan anak perempuan yang masih kecil. Intervensi ICC, PBB merupakan bentuk dari penegakan pelanggaran hak asasi manusia dan damai dengan mediasi untuk menghentikan perang. Hal tersebut merupakan bentuk dari

responsibility to protect karena Kongo tidak mampu menegakkan hak asasi manusi serta tidak mampu menyelesaikan perang yang terjadi di Negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dobbin, James. From the Congo to Iraq. Rand Initiated Research.

Hehir, Aidan. 2008. Humanitarian Intervention After Kosovo, US: Palgrave Macmillan.

Makdalena, Maria. Upaya ICC dalam penyelesaian HAM di Kongo. Jurnal Fisip Unmul.

Winarno, Budi. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer, Jakarta: Buku Seru.

Yunita, Dian. Dampak Ekspolitasi Coltan Terhadap Eskalasi Perang Kongo. Universitas Airlangga Surabaya.

10 Negara Termiskin Dunia melalui http://www.digidu.net/post/10-negara-termiskin-di-dunia diaskes pada (09/01/2015, 15.03 WIB)

Congo Civil War dalam

http://www.globalsecurity.org/military/world/war/congo.htm diakses pada (10/01/2015, 20.12 WIB)

Fakultas Hukum UNLA dalam tulisan yang berjudul Legalitas Intervensi Nato

(11)

Harian Kompas Internasional dalam judul berita Perkosaan Terburuk Terjadi di Kongo melalui

http://internasional.kompas.com/read/2010/02/09/09504261/Perkosaan.Terbur uk.di.Dunia.Terjadi.di.Kongo diakses pada (09/01/2015, 20.14 WIB)

http://direktori.umy.ac.id/uploads/skripsi2/20070510045-Bab-I.pdf diakses pada (09/01/2015, 16.04 WIB)

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3960/SKRIPSI

%20PART%20II%20(Isi).pdf?sequence=2 diakses pada (09/01/2015, 15.30

WIB)

Pada pendahuluan BAB I skripsi mahasiswa UMY melalui

http://direktori.umy.ac.id/uploads/skripsi2/20020510264-Bab-I.pdf diakses pada (09/01/2015, 15.03 WIB)

Piagam PBB dan Statuta Mahkamah Internasional hal 23dari

http://unic.un.org/aroundworld/unics/common/documents/publications/unchar ter/jakarta_charter_bahasa.pdf diakses pada (10/01/2015, 11.19 WIB)

Republik Demokratik Kongo. 2000. Perpustakaan Online melalui

http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/302004008 diaskes pada (09/01/2015, 14.02 WIB)

Tinjauan Umum Mengenai Intervensi melalui

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32565/3/Chapter%20II.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan berbagai aplikasi pupuk hayati VP3 bersama kompos terhadap produksi dan kualitas tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L) memberikan hasil yang lebih baik

gigas yang telah dirasiokan secara keseluruhan diperoleh hasil sebanyak 13 karakter yang tidak berbeda nyata (p>0,05) pada lokasi Semarang, De- mak, Surabaya,

Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup bagi ikan budidaya adalah tersedianya pakan secara kualitas dan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VA Sekolah Dasar Negeri 09 Pontianak Barat, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran

Untuk indikator yang pertama dapat diketahui bahwa dalam pelaksana- an Kebijakan Larangan Pembukaan Lahan Pertanian Dengan Cara dibakar yang menjadi ukuran dasar

Mengingat bahwa hasil penelitian ini masih memiliki kekurangan tertentu, sehingga agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan yang bermanfaat, maka sebaiknya

[r]

Vinsentia Ismijati, SST Surabaya dengan hasil penelitian : ada hubungan antara Mobilisasi dini dengan Involusi Uterus pada ibu nifas di BPS Vinsentia Ismijati,