EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA
(Skripsi)
Oleh MASNELI YATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, April 2012
Masneli Yati
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA
Oleh MASNELI YATI
Berdasarkan hasil observasi di SMA Persada Bandar Lampung diketahui bahwa
proses pembelajaran lebih dominan diterapkan metode ceramah diselingi tanya
jawab dan latihan soal sehingga siswa kurang dilibatkan langsung dalam
menemu-kan konsep. Hal ini belum sesuai dengan KTSP yang proses pembelajarannya
harus berpusat pada siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model
pembe-lajaran yang mampu melibatkan siswa dalam menemukan konsep, yaitu
pembela-jaran yang bersifat konstruktivisme. Salah satunya adalah model Learning Cycle
3E.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model Learning Cycle
3Edalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep
kesetim-bangan kimia. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA
Persada Bandar Lampung semester ganjil tahun 2011-2012. Pengambilan sampel
Masneli Yati
ini adalah kuasi eksperimen dengan Non EquivalentControl Group Design.
Ana-lisis data menggunakan N-Gain dan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan
penguasaan konsep untuk kelas eksperimen 0,69 dan 0,46, dan untuk kelas kontrol
0,60 dan 0,38. Berdasarkan pengujian hipotesis, kelas dengan model Learning
Cycle 3E memiliki keterampilan inferensi dan penguasaan konsep yang lebih
tinggi dari kelas dengan pembelajaran konvensional. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa model Learning Cycle 3E lebih baik dalam meningkatkan keterampilan
inferensi dan penguasaan konsep kesetimbangan kimia
Kata kunci: model Learning Cycle 3E, keterampilan inferensi dan penguasaan
EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA
Oleh MASNELI YATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA
Nama Mahasiswa : MASNELI YATI
No. Pokok Mahasiswa : 0743023034
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Drs. Tasviri Efkar, M.S. NIP 196507171990032001 NIP 195810041987031001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ...
Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP. 196003151985031003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kibang Yekti Jaya, Tulang Bawang pada tanggal 6 April
1989, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Matseripun
dan Ibu Siti Patimah.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Kibang Yekti Jaya, Tulang
Bawang selesai pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMP
Negeri 1 Rajawali, Tulang Bawang yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun
2004 diterima di SMA Negeri 1 Banjar Agung, Tulang Bawang dan selesai pada
tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
melalui jalur non SPMB.
Pada tahun 2009 penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke
Jogyakarta-Bandung-Jakarta. Pada tahun 2011, penulis melakukan Program Pengalaman
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati
kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:
Teristimewa untuk papah dan mamah tercinta...
Terimakasih, atas cinta, kasih dan sayang yang papah dan mamah berikan kepada saya. Terimakasih juga atas semua
perjuangan dan pengorbanan papah dan mamah dalam membesarkan saya, mendidik saya dalam mencapai keberhasilan saya dengan penuh kasih sayang. Jerih payah dan kerja keras papah dan mamah tidak akan terlupakan dan tidak dapat terbalaskan. saya bangga menjadi buah hati kalian.
Abang saya tersayang Ali Mat Hasan S. Sos, Isharudin
dan mbak saya tercinta Rina Sari A. Md, Meli Susanti A. Ma Terimakasih atas keceriaan, kebersamaan, motivasi,
bantuan serta doa yang kalian berikan selama ini.
Keponakan-keponakan saya tercinta
Antoni Eka Chandra dan Nur Feri Saputra
Terimakasih atas untuk keceriaan dan kebersamaan yang telah diberikan .
Seseorang yang dijanjikan Allah SWT untukku
(Insya Allah) disaat yang tepat, dengan cara yang bersih, untuk berdampingan denganku bersama meraih Surga.
Sahabat-sahabat saya yang selalu memberi dukungan, motivasi dan keceriaannya.
MOTTO
“Sikap anda di masa lalu, menjadikan anda hari ini dan sikap anda hari ini,
menjadikan anda dimasa depan
”.
(Mario Teguh)
Yakinlah bahwa segala sesuatu
iii SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi dengan judul “ Efektivitas Model Learning Cycle 3E Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi Dan Penguasaan Konsep
Kesetim-bangan Kimia” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., sebagai Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. Caswita, M. Si., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M. Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia.
4. Dra. Ila Rosilawati, M.Si., sebagai Pembimbing Akademik dan pembimbing 1,
atas keikhlasan waktu, kesabarannya, motivasi dan bimbingannya untuk
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., sebagai Pembimbing II, atas keikhlasan waktu,
motivasi dan bimbingannya kepada penulis dalam menyususn skripsi ini.
6. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., sebagai pembahas atas masukannya kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini.
iv 8. Ibu Dra. Sutirah Siddiq, sebagai Kepala SMA Persada Bandar Lampung, Ibu
Fivin Arvina suri, S.Pd. sebagai guru mitra, yang telah memberikan izin penulis
untuk melaksanakan penelitian, serta siswa-siswi SMA Persada Bandar
Lam-pung terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Teristimewa untuk Papah, Mamah, kyai ali, wan sarudin, suhun rina, sanjungan
meli, naken antoni dan feri terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran,
kasih sayang, cinta, motivasi, semangat dan doa yang tulus dan tak pernah
putus.
10.Sahabat-sahabatku seperjuangan di Pendidikan Kimia angkatan 2007 NR : Siti,
Filda, Yayuk, Pita, ica, rosita, Cucun Alep Riyanto S.Pd. dan untuk teman satu
timku Adi dan Arini mariana S.Pd. atas rasa kekeluargaan, dukungan, motivasi,
semangat dan doa kalian di masa-masa sulit menyusun skripsi ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, Mei 2012
Vv
vi DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran ... 8
B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8
C. Learning Cycle 3E ... 10
D. Keterampilan Proses Sains ... 13
E. Penguasaan Konsep ... 16
F. Kerangka Pemikiran ... 17
G. Anggapan Dasar ... 19
H. Hipotesis Umum ... 19
Vvi
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 29
18. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 249
vii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai rata-rata hasil tes diagnostik materi kimia ... 2
2. Indikator keterampilan proses sains dasar ... 15
3. Desain Penelitian ... 21
4. Data nilai keterampilan inferensi ... 30
5 Data nilai penguasaan konsep ... 31
6. Nilai Chi-kuadrat (χ2) keterampilan inferensi ... 34
7. Nilai Chi-kuadrat (χ2) penguasaan konsep ... 34
8. Nilai varians N-Gain keterampilan inferensi ... 34
9. Nilai varians N-Gain penguasaan konsep ... 35
10. Nilai uji hipotesis (uji-t) keterampilan inferensi ... 35
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur penelitian ... 24
2. Grafik nilai rata-rata n-Gain keterampilan inferensi ... 32
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah
penga-laman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk
mengguna-kan pengetahuan sains tersebut. Untuk dapat memahami hakikat sains yakni sains
sebagai proses dan produk, siswa harus memiliki kemampuan keterampilan proses
sains (KPS). KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat
berlang-sungnya sains. Salah satu bidang sains adalah ilmu kimia.
Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains. Oleh
kare-na itu ilmu kimia yang diperoleh siswa tidak hanya kimia sebagai produk tetapi
juga dapat melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah terutama yang
berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah yaitu kimia sebagai proses. Oleh
se-bab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai
pro-ses dan produk.
Pembelajaran kimia adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
pengeta-2
huan, penguasaan keterampilan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
pe-serta didik agar dapat belajar dengan baik.
Faktanya, pembelajaran kimia cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep,
hukum-hukum dan teori-teori saja, yang diperoleh siswa hanya kimia sebagai
pro-duk tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan
teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa.
Berdasarkan hasil penelitian Sunyono dkk (2009) mengenai hasil tes diagnostik
materi kimia dibeberapa SMA wilayah Lampung, disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Nilai rata-rata hasil tes diagnostik materi kimia
Materi Pokok Yang Diujikan
Kategori SMA
SSN Potensial/Mandiri Rintisan Struktur Atom &
Sistem Periodik 58,00 52,67 34,67
Termokimia 46,67 42,67 34,67
Laju Reaksi 42,47 34,67 30,67
Kesetimbangan Kimia 32,50 26,50 29,50
Data Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa nilai tes untuk materi pokok
kesetim-bangan kimia mendapat nilai yang paling kecil diantara nilai kimia untuk materi
pokok lain. Rendahnya nilai tes ini menunjukkan bahwa materi kesetimbangan
kimia merupakan materi yang masih dianggap sulit oleh para siswa.
Rendahnya nilai siswa pada materi kesetimbangan kimia ini juga dialami oleh
sis-wa kelas XI IPA di SMA Persada Bandar Lampung. Berdasarkan hasil sis-wasis-wanca-
3
umum memang masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh para
siswanya.
Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan
me-tode ceramah yang disertai latihan soal, dan tanya jawab sehingga siswa tidak
di-bimbing untuk menemukan konsep. Akibatnya pembelajaran menjadi kehilangan
daya tariknya dan muncul kejenuhan siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran
tersebut tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang seharusnya diterapkan
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu proses pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru hanya berperan
se-bagai fasilitator dan motivator. Kegiatan pembelajaran KTSP menuntut siswa
untuk memiliki kompetensi khusus setelah proses pembelajaran. Namun pada
kenyataannya paradigma lama dimana guru merupakan pusat kegiatan belajar di
kelas (teacher center) masih dipertahankan.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa SMA kelas XI semester
ganjil pada pembelajaran kimia adalah memahami kesetimbangan kimia, dan
fak-tor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari dan industri. Untuk mencapai kompetensi ini, maka diperlukan pendekatan
yang sesuai dengan materi kesetimbangan kimia, salah satunya yaitu pendekatan
keterampilan proses sains (KPS).
KPS dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak
melalui sains untuk menyelesaikan masalahnya serta menjelaskan fenomenayang
ada dalam kehidupan sehari-hari. KPS harus ditumbuhkan dalam diri siswa SMA
4
dapat membuat siswa lebih menguasai konsep-konsep kimia. KPS terdiri dari
keterampilan observasi, inferensi, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan
dan berkomunikasi.
Dalam penerapannya pada materi kesetimbangan kimia, satu hal yang tidak akan
terlepaskan dalam keterampilan proses sains adalah keterampilan inferensi.
Ke-terampilan inferensi penting bagi siswa dalam upaya menyelesaikan
masalah-masalah yang kelak mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
ke-terampilan inferensi siswa dituntut mampu menjelaskan data hasil pengamatan
dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas. Selain itu keterampilan inferensi
menjadi sangat penting karena setiap orang mempunyai kebutuhan untuk
me-ngemukakan ide, membantu dalam proses penyusunan pikiran, juga merupakan
dasar untuk memecahkan masalah.
Selain melatihkan KPS kepada siswa, juga perlu diterapkan model pelajaran yang
mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan
mene-mukan konsep. Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi hal
ter-sebut dan mampu menciptakan KPS siswa saat proses pembelajaran adalah
dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu model Learning Cycle 3E(LC
3E). Model LC 3E adalah model pembelajaran yang dilakukan melalui
serang-kaian tahap (fase pembelajaran) yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dengan kata lain siswalah yang mendominasi kegiatan belajar. Selain itu, model
LC 3E dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa. Hal ini mengakibatkan
pembe-lajaran menjadi lebih bermakna dan siswa akan lebih mudah untuk memahami
ter-5
sebut meliputi: (1) fase eksplorasi (exploration); (2) fase penjelasan konsep
(explaination); dan (3) fase penerapan konsep (elaboration).
Hasil penelitian Aqiqoh, (2009) yang dilakukan pada siswa SMAN 10 Bandar
Lampung kelas X7 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pe-nerapan model LC 3E mampu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep
pada materi hidrokarbon. Selain itu, hasil penelitian Permadi (2011) yang
dilakukan pada siswa SMA Budaya Bandar Lampung kelas-X juga menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan penerapan model LC 3Ejuga mampu
meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi
redoks.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian
dengan judul “Efektivitas Model Learning Cycle 3EDalam Meningkatkan
Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep Kesetimbangan kimia”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah apakah model LC 3 efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi
dan penguasaan konsep siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan efektivitas model LC 3E dalam meningkatan keterampilan
6
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Melalui penerapan model LC 3Esiswa dapat memahami materi pelajaran
dengan mudah, sehingga dapat meningkatkan keterampilan inferensi dan
penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia.
2. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Objek Penelitian ini adalah Siswa kelas XI IPA I dan XI IPA 2 SMA Persada
Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran 2011-2012.
2. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan
efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar
siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal
dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukkan dengan N-Gain yang
signifikan).
3. Model LC 3Eadalah salah satu model pembelajaran berbasis konstruktivisme
yang terdiri dari 3 fase yaitu (1) Fase eksplorasi (exploration); (2) Fase
penje-lasan konsep (explaination); (3) Fase penerapan konsep (elaboration). Dalam
7
4. Keterampilan inferensi yang diukur merupakan keterampilan proses sains
tingkat dasar yang meliputi mampu menjelaskan data hasil pengamatan dan
menyimpulkan dari fakta yang terbatas.
5. Penguasaan konsep kesetimbangan kimia berupa nilai siswa pada materi
po-kok kesetimbangan kimia yang diperoleh melalui pretest dan posttest.
6. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang digunakan di SMA
Persada Bandar Lampung yaitu ceramah yang disertai latihan soal, dan tanya
jawab dimana siswa tidak dibimbing menemukan konsep kimia tetapi konsep
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah
se-suatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa
hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini
efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang
telah dicanangkan (Satria, 2005).
Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) yaitu:
“model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apa-bila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signi-fikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran
(N-Gain yang signifikan)”.
B. Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri.
Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan
Sekarwi-nahyu (2001) yaitu:
"konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita pero-leh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan. Adanya
9
Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001),
agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inte-raksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pe-ngalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben- tukan pengetahuannya.
Menurut Trianto (2007):
“Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer penge-tahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengepenge-tahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud men-transfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya”
Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang
menge-tahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan,
me-lainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti
ha-kikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu
ten-tang sesuatu (Suparno, 1997).
Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:
1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
10
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengem-bangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah ha-sil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fi-sik dan lingkungannya.
5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Menurut Sagala (2010) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan
tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi
pengeta-huan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih
mene-kankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.
C. Learning Cycle 3 Phase
Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model perencanaan yang telah
di-akui dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan
model yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan
kesempa-tan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Learning
Cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi
11
Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat
konstruktivisme. Pembelajaran melalui model siklus belajar mengharuskan siswa
membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang
di-bimbing oleh guru.
Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi
(exploration), guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji
prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan-kegiatan seperti
praktikum. Fase penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk
menen-tukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration),
di-maksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang
lain, baik yang sama ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.
Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) mengungkapkan bahwa:
“Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemiki-an rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi ysedemiki-ang ha-rus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle 3 Phase (LC 3E) terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction/ explaination), dan penerapan konsep ( elabora-tion)”.
Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca
inde-ranya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui
ke-giatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel,
12
diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive
disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang
mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning)
yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya
pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa
untuk menempuh fase pengenalan konsep.
Pada fase penjelasan konsep, diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan
an-tara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru
di-pelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti
mene-laah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni penerapan konsep,
siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai
kegiatan-kegi-atan seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan
konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena
sis-wa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. Karplus dan
Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007).
LC 3E melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif
mem-bangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan
fi-sik maupun sosial.
Implementasi LC 3Edalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis
menurut Haryono (2001) adalah:
1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna de-ngan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa, 2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa.Informasi
13
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.
Cohen dan Clough dalam Fajaroh dan Dasna (2007) menyatakan bahwa LC 3E
merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena
dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa.
Di-lihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan
mening-katkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Lingkungan
belajar yang perlu diupayakan agar LC 3Eberlangsung secara konstruktivistik
adalah:
1. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa.
2. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan
lingkungannya.
4. Tersedianya media pembelajaran.
5. Kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga
siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran
berlangsung menarik dan menyenangkan.
D. Keterampilan Proses Sains
Menurut Depdikbud (1986) dalam Dimyati (2006), pendekatan keterampilan
pro-ses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
kemampuan-kemam-14
puan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut Keterampilan-keterampilan proses sains.
Menurut Hariwibowo (2009):
“Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemam- puan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan men-dasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menja-di suatu keterampilan”.
Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada
diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan
un-tuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang
diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan
pembelajaran keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono (2002):
“Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) Penam-pilan fenomena. (2) apersepsi, (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (4) demonstrasi atau eksperimen, (5) siswa mengisi lembar kerja. (6) guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan”.
Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan
siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah
dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004):
15
Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada
diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan
un-tuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
Menurut Hartono (2007) salah satu pendidikan keterampilan proses sains adalah
keterampilan proses dasar. Keterampilan proses dasar (Basic Science Proses
Skill), meliputi observasi, klasifikasi, pengukuran, berkomunikasi dan inferensi.
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar
Keterampilan dasar Indikator
Observasi (observing)
Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.
Klasifikasi (Classifying)
Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentu-kan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Pengukuran (measuring)
Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukur-an ke satupengukur-an pengukurpengukur-an lain.
Berkomunikasi (communicating)
Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, men-jelaskan hasil percobaan, membaca tabel, mendiskusi-kan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.
16
American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011),
mengemukakan inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta
hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang
terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan
proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga
siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.
E. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena
konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep
yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.
Pe-nguasaan konsep merupakan dasar dari pePe-nguasaan prinsip-prinsip teori, artinya
untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu
konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui
sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes
yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep
juga merupakan suatu upaya pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di
luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai
materi-mate-ri pelajaran selanjutnya.
Menurut Dahar (1998), konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas
objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang
17
Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh
karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya
memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.
Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan
di-bentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan
ling-kungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi
dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat
dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap
asi-milasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk
berha-dapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah
kon-sepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.
Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi
yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang
diajar-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang
menya-takan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan
kon-sep secara evolutif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat
me-nguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.
F. Kerangka Pemikiran
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran
18
melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Model pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian
tuju-an pembelajartuju-an menempati pertuju-an penting dalam proses pembelajartuju-an.
Kemam-puan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan
menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam
proses pembelajaran.
Menyikapi kenyataan ini, dinilai perlu digunakan model LC 3E yaitu model yang
ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi (exploration), guru
memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan
mencatat pengamatan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum. Fase
penje-lasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk menentukan atau mengenal
suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam
fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration), dimaksudkan mengajak
siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama
ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.
Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dibantu dengan LKS yang disusun
berdasarkan tahapan-tahapan dari model pembelajaran LC 3E dan
indikator-indi-kator keterampilan inferensi yang disesuaikan dengan materi yang akan
dibe-lajarkan. LKS ini berisi keterampilan inferensi untuk membangun konsep dari
materi yang dibelajarkan. Siswa menjawab latihan yang ada dalam LKS tersebut
19
siswa dapat mengungkapkan gagasan-gagasannya kepada siswa lainnya. Dengan
demikian tercipta kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan
konsep-konsep dari materi yang dibelajarkan menjadi lebih bermakna.
Berdasarkan uraian tersebut, maka keterampilan inferensi dan penguasaan konsep
yang dibelajarkan dengan model LC 3E akan lebih tinggi daripada siswa yang
dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian efektivitas model pembelajaran model LC 3E dalam meningkatkan
keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kesetimbangan kimia.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Persada Bandar Lampung tahun
pelajaran 2011/2012 yang menjadi populasi penelitian mempunyai
kemam-puan awal yang sama dalam penguasaan konsep kimia.
2. Perbedaan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep semata-mata karena
perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.
3. Model LC 3E efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan
penguasaan konsep
H. Hipotesis Umum
Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum
dengan perumusan sebagai berikut: “model LC 3E efektif dalam meningkatkan
20
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada
Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 107 siswa dan tersebar
dalam 3 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yaitu ingin mendapatkan sampel
dengan kemampuan akademik relatif sama. Dalam penelitian ini diambil
sebagian dari populasi yang akan dijadikan sampel, yaitu dua kelas dari tiga kelas
yang ada. Satu kelas seba-gai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas
kontrol dengan latar belakang kemampuan akademik sama yang dilihat dari nilai
mid semester pada materi sebe-lumnya tentang struktur atom dan sistem periodik
unsur. Dua kelas tersebut adalah kelas XI IPA I dan kelas XI IPA 2, kemudian
ditentukan kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai
kelas kontrol.
B. Jenis dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan non
pe-21
nerapan model LC 3E terhadap keterampilan inferensi dan penguasaan konsep
pada materi kesetimbangan kimia siswa SMA Persada Bandar Lampung.
Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Se-bagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model LC
3E dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan
inferensi dan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia siswa SMA
Persada Bandar Lampung.
C. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group desain
yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan nilai pretest maupun
posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian tersebut
dapat dijelaskan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Desain penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen O1 X1 O2
Kelas kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
X1: Pembelajaran kimia menggunakan LC 3E
X2: Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran konvensional
O1: Pretest yang diberikan sebelum perlakuan
22
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kuan-titatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar.
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu :
a. Data primer yang meliputi :
1) Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol
2) Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen dan
b. Data sekunder yang meliputi :
Lembar kinerja guru dan lembar observasi siswa
2. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, digunakan metode tes untuk memperoleh data nilai
ke-terampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Metode tes yang digunakan adalah pretest dan posttest.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:
1. Soal pretest dan posttest untuk memperoleh data keterampilan inferensi dan
penguasaan konsep.
a. Pretest
Pretest dalam penelitian ini terdiri dari 30 soal pilihan jamak dan 5 soal
uraian yang di dalamnya terdapat indikator keterampilan inferensi.
23
b. Posttest
Soal posttes terdiri dari 30 soal pilihan jamak dan 5 soal uraian yang di
dalamnya terdapat indikator keterampilan inferensi.
Soal pilihan jamak pretest dan posttes yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan produk yang dihasilkan dari penelitian Nugroho (2011) yang telah
divalidasi. Dimana soal pretest dan posttes ini telah diujicobakan di kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Gadingrejo yang sebelumnya telah diajar materi
kesetim-bangan Kimia. Hasil validitas terlampir pada lampiran 11. Sedangkan soal
uraian pretest dan posttes dalam penelitian ini menggunakan validitas isi.
Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Oleh
karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian
peni-laian. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian untuk
me-ngujinya.
2. Lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas siswa guna mendukung
berjalannya penelitian.
F. Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di SMA
Persada Bandar Lampung.
2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu kelas XI SMA Persada Bandar
24
3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan
selama proses pembelajaran di kelas.
4. Soal pretest dan posttes yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pro-duk yang dihasilkan dari penelitian Nugroho (2011) yang telah divalidasi.
5. Pelaksanaan pretest di kedua kelas
6. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan pembelajaran
yang berbeda, yaitu kelas eksperimen menggunakan model LC 3E dan kelas
kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
7. Pelaksanaan posttest di kedua kelas.
8. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian dan penarikan kesimpulan.
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
2.
Gambar 1. Alur penelitian Mempersiapkan perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian
Kelas kontrol pembelajaran konvensional
Pretest Kelas eksperimen
25
G. Teknik Analisis Data
1. Uji N-Gain
Untuk mengetahui peningkatan nilai kedua model pembelajaran terhadap konsep
kesetimbangan kimia siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi.
Rumus n-Gain (g) ternormalisasi menurut Meltzer adalah sebagai berikut:
N-gain (g) =
Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake yaitu :
g > 0,70 (indeks gain tinggi)
0,30 < g < 0,70 (indeks gain sedang)
g < 0,30 (indeks gain rendah)
2. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok
ter-distribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah
mema-kai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji
adalah :
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi normal
Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2
) dengan rumus
Keterangan :
χ2
26
Ei = frekuensi observasi
Oi = frekuensi harapan
Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤ χ2
tabel dengan taraf signifikan
5 % (Sudjana, 2002).
3. Uji kesamaan dua varians (homogenitas)
Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan
kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak.
Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah :
H0 :σ12= σ22 Rata-rata n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki varians yang homogen.
H1 : σ12≠ σ22 Rata-rata n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki varians yang tidak homogen.
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis Ho jika : < (Sudjana,
2002).
4. Uji hipotesis penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
27
Hipotesis pertama (keterampilan inferensi):
H0: µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan inferensi pada materi
kesetim-bangan kimia dengan model LC 3E lebih rendahsama dengan dari
pada rata-rata n-Gain keterampilan inferensi dengan pembelajaran
konvensional.
H1: µ1x > µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan inferensi pada materi
kesetim-bangan kimia dengan model LC 3E lebih tinggi dari pada rata-rata
n-Gain keterampilan inferensi dengan pembelajaran konvensional.
Hipotesis kedua (penguasaan konsep):
H0: µ1y ≤ µ2y: Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada materi kesetimbangan
kimia dengan model LC 3E lebih rendah sama dengan dari pada
rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran
konvensional.
H1: µ1y > µ2y: Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada materi kesetimbangan
kimia dengan model LC 3E lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain
penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional.
Keterangan:
µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas yang
dite-rapkan model LC 3E
µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas dengan
pembelajaran konvensional
x: keterampilan inferensi
28
Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data,
karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12 = σ22), maka uji yang
dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :
2
= varians n-Gain kelas eksperimen
= varians n-Gain kelas kontrol
= Jumlah siswa kelas eksperimen
= Jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria yang digunakan adalah terima hipotesis Ho jika :
2
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata n-Gain keterampilan inferensi dengan model LC 3E lebih tinggi dari
pada rata-rata n-Gain keterampilan inferensi dengan pembelajaran
konven-sional pada materi kesetimbangan kimia SMA Persada Bandar Lampung.
2. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan model LC 3E lebih tinggi dari
pada rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional
pada materi kesetimbangan kimia SMA Persada Bandar Lampung.
3. Model LC 3E lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kesetimbangan
kimia SMA Persada Bandar Lampung.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa agar lebih
memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga
47
2. Model LC 3Edapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru
dalam membelajarkan materi pokok kesetimbangan kimia dan materi lain
48
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Aqiqoh, S. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3 Fase Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Hidrokarbon (PTK Kelas X7 Sma Negeri 10 Bandar Lampung Tp 2009-
2010).Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan
Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Fajaroh, F. Dan I W. Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri Malang. Malang.
Hariwibowo, Makalah Pembelajaran-Proses: Pendekatan Keterampilan Proses. [online] http://lubisgrafura.word-press.com/2009/05/26/
makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/. Diakses pukul 09.22am tanggal 15 November 2011.
.
Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program
Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.ISBN: 979-25-0599-7
Haryono, 2001. Kumpulan Model Pembelajaran (bagian 6). http://history/22 education.wordpress.com/2010/11/20/kumpulan-model-pembelajaran-bagian-6.
.
Nugroho, 2011. Efektivitas Media Animasi dan Lks Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Penguasaan Konsep Kesetimbangan Kimia. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan
49
Permadi, S. 2011. Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E Untuk Meningkatkan Keterampilan Inferensi Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Reaksi Redoks. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan
Priyanto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.
Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta.
Semiawan, Cony. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia.
Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
Sukandi, U. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Sunyono, I. W. Wirya, E. Suyanto, dan G. Suyadi.2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan generik Sains pada Siswa SMA di Lampung. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. FKIP Universitas Lampung.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.
Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Trianto. 2010. Model-ModelPembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.