• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI CAMPURAN MEDIA PEMBIBITAN DAN PUPUK NPK (15:15:15) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI CAMPURAN MEDIA PEMBIBITAN DAN PUPUK NPK (15:15:15) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI CAMPURAN MEDIA PEMBIBITAN DAN PUPUK

NPK (15:15:15) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Oleh

Minarsih

Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan, adanya kompos kulit buah kakao berpotensi sebagai campuran media pembibitan kakao. Pemberian pupuk NPK sebagai tambahan unsur hara makro ke media pembibitan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kakao. Penelitian dilakukan untuk mengetahui: (1) berapakah dosis kompos kulit buah kakao yang menghasilkan pertumbuhan bibit kakao terbaik, (2) berapakah dosis pupuk NPK yang menghasilkan pertumbuhan bibit kakao terbaik , (3) apakah respon bibit tanaman kakao tehadap pemberian pupuk NPK ditentukan oleh dosis kompos kulit buah kakao dan (4) berapakah kombinasi dosis pupuk NPK dan kompos kulit buah kakao yang menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik. Hipotesis yang diajukan adalah (1) terdapat salah satu dosis

(2)

dan kompos kulit buah kakao yang menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik.

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Desember 2011-September 2012. Rancangan perlakuan disusun sacara faktorial dengan empat ulangan. Faktor pertama adalah dosis campuran kompos kulit buah kakao dengan tiga taraf: K0(0% [v/v]), K1(12,5% [v/v]) dan K2(25,0%

[v/v]). Faktor kedua adalah pupuk NPK dengan empat taraf: P1(1,5 g/tanaman),

P2(3,0 g/tanaman), P3(4,5 g/tanaman) dan P4(6,0 g/tanaman). Data yang diperoleh

diuji dengan uji χ2 dan additifitas data diuji dengan uji Tukey, sedangkan uji pemisahan nilai tengah dilakukan dengan uji beda nyata jujur (BNJ).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa kompos kulit buah kakao menghasilkan pertumbuhan bibit kakao terbaik tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos kulit buah kakao sebanyak 12,5%. Pemupukan NPK 1,5 g/tanaman menghasilkan pertumbuhan bibit kakao terbaik. Respon bibit kakao terhadap pemberian pupuk NPK ditentukan oleh dosis kompos kulit buah kakao. Pemberian dosis pupuk NPK sebanyak 1,5; 3,0; dan 6,0 g/tanaman yang

dikombinasikan dengan kompos 0% (v/v) menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik.

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang berprospek menjanjikan. Hal ini ditunjang oleh hasil pengolahan biji

tanaman kakao berupa bubuk cokelat sangat disukai oleh semua masyarakat di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Bubuk cokelat ini biasa digunakan sebagai minuman penyegar dan makanan ringan. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka konsumsi olahan biji kakao diperkirakan akan semakin meningkat.

Tanaman kakao juga merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani, sumber devisa negara, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah. Provinsi Lampung telah

(4)

Teknik budidaya sangat mempengaruhi peningkatan produksi tanaman kakao. Pembibitan merupakan salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan budidaya tanaman kakao. Pertumbuhan tanaman kakao di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan tanaman selama di pembibitan. Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan. Media tanam yang umum digunakan dalam pembibitan adalah media tanah atau media tanah yang diberi bahan organik.

Salah satu limbah pertanian yang baru sedikit dimanfaatkan adalah limbah dari perkebunan kakao yaitu kulit buah kakao. Menurut PT Perkebunan XXVI Jember (1991), persentase kulit kakao basah adalah lebih kurang 80% dari berat buahnya. Kulit buah kakao ini memiliki potensi kandungan biomassa yang dapat

dikembalikan lagi ke dalam tanah dan dijadikan media tumbuh bagi bibit kakao. Namun jika tidak dimanfaatkan maka terjadi penumpukan limbah kulit buah kakao yang berpotensi mencemari lingkungan perkebunan. Di dalam perkebunan kakao dengan semakin meningkatnya produksi biji kakao maka diperkirakan limbah kulit buah kakao pun juga akan meningkat. Adanya konsep reduce, reuse dan recycle dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan, maka limbah dari perkebunan kakao ini dapat dimanfaatkan kembali di perkebunan kakao sehingga diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan produksi bibit kakao.

(5)

kompos dapat menjadi sumber unsur hara bibit kakao dan yang lebih penting adalah dapat memperbaiki kondisi edafik media tumbuh tanaman. Penambahan kompos kulit buah kakao merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas fisik, biologi, dan kimia media tumbuh tanaman.

Menurut Didiek dan Away (2004), bokashi kulit buah kakao mempunyai pH 5,4; N total 1,30%; C organik 33,71%; P2O5 0,186%; K2O 5,5%; CaO 0,23%; dan

MgO 0,59%. Kandungan hara yang dimiliki kompos kulit buah kakao relatif rendah, sehingga perlu adanya penambahan unsur hara dalam media tanam. Pemberiaan pupuk NPK pada pembibitan kakao dimaksudkan menambah ketersediaan unsur hara N, P, dan K sehingga ketersediaanya lebih terjamin dan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kakao. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK majemuk yang mudah digunakan, hemat waktu, dan hemat biaya.

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari pemberiaan kompos kulit buah kakao sebagai campuran media pembibitan dan dosis pupuk majemuk NPK, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan bibit kakao. Untuk itu dibutuhkan penelitian yang akan menjawab permasalahan sebagai berikut :

1. Berapakah dosis kompos kulit buah kakao sebagai campuran media pembibitan yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik?

(6)

3. Apakah respon bibit tanaman kakao tehadap pemberian pupuk NPK ditentukan oleh dosis kompos kulit buah kakao?

4. Berapakah kombinasi dosis pupuk NPK dan kompos kulit buah kakao yang menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dosis kompos kulit buah kakao sebagai campuran media

pembibitan yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik. 2. Mengetahui dosis pupuk NPK yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit

tanaman kakao terbaik.

3. Mengetahui apakah respon bibit tanaman kakao tehadap pemberian pupuk NPK ditentukan oleh dosis kompos kulit buah kakao.

4. Mengetahui kombinasi dosis pupuk NPK dan kompos kulit buah kakao yang menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik.

1.3 Landasan Teori

Murbandono (2008) menyatakan bahwa kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainya. Kompos sebagai pupuk organik mempunyai fungsi untuk memperbaiki sruktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, dan meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara. Sutanto (2006)

(7)

Menurut Departemen Pertanian (2011), produksi kakao Indonesia pada tahun 2010 sebesar 844.626 ton. Apabila dilihat dari banyaknya produksi ini maka terdapat produk lain berupa limbah kulit buah kakao yang berpotensi mencemari

lingkungan. Pencemaran tanah dapat terjadi karena kulit buah kakao

membutuhkan waktu yang lama jika diuraikan secara alami sehingga berpotensi menjadi tempat tumbuhnya hama dan penyakit tanaman kakao. Pencemaran air terjadi karena sumber air yang ada di perkebunan kakao menjadi kotor dan tidak layak digunakan untuk keperluan sehari-hari ataupun untuk usaha perikanan. Pencemaran udara terjadi karena tumpukan kulit buah kakao berpotensi

menimbulkan bau busuk yang tidak terkendali di sekitar areal perkebunan kakao. Bau ini mengandung unsur yang dapat membahayakan sistem pernapasan

manusia. Sudirja, Solihin, dan Rosniawaty (2005) menyatakan bahwa pemberian kompos bioaktif kulit buah kakao 2,51 kg per polibag memberikan pH tanah dan C-organik tertinggi masing-masing sebesar 6,9613 dan 4,844%, atau meningkat 50,80% dan 159% jika dibandingkan dengan kontrol. Adapun hasil analisis kulit buah kakao yang sudah dicacah dan siap untuk dikomposkan sebagai berikut: pH 7,15, N-Total 0,5751%, P-Total 2,498%, C-Organik 9,836%, C/N rasio 17,013, kadar air 464,4% dengan sampel sebanyak 10 gram (Sumber: Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung).

Kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81 % N total, 26,61 % C-organik, 0,31% P2O5, 6,08% K2O, 1,22% CaO, 1,37 % MgO, dan

(8)

ditempuh melalui kombinasi pencacahan bahan baku dan pemberian aktivator dekomposisi (Goenadi, 1997).

Haruna (2009) menunjukkan bahwa penggunaan kompos limbah kulit buah kakao pada baby corn sebanyak 5 ton/ha menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak (8,78 helai), diameter batang yang lebih besar (16,47 mm), berbunga dan panen lebih cepat ( 49,87 hari dan 58,11 hari), tongkol yang lebih panjang (16,39 cm), dan produksi perhektar lebih tinggi (0,031 ton) jika dibandingkan dengan limbah pertanian yang lainnya (jerami padi, sekam padi, lamtoro). Nurhayati dan Salim (2002) menunjukkan bahwa pemberian bokashi kulit buah kakao dengan dosis 25 ton/ha pada tanaman jagung manis memberikan hasil terbaik terhadap tinggi tanaman (256,87 cm), lilit tongkol (16,33 cm), dan jumlah baris per tongkol (15 baris).

Menurut Keeney dan Kim (1983), terdapat kandungan polifenol yang diduga berada di keseluruhan bobot biji kakao sebesar 12-18% yang mempengaruhi rasa dan warna dari kakao. Figuera et al. (1993) yang dikutip olehSartini, Djide, dan Alam (2006) menyatakan bahwa kulit buah kakao mengandung campuran

flavanoid atau tanin terkondensasi atau terpolimerisasi yang bersifat sebagai antioksidan dan antimikroba. Menurut Mensah et al. (2012), kekurangan dari kulit buah kakao bersifat antinutrisi akibat kandungan senyawa tanin yang dapat

(9)

Menurut Marsono (2008), keberhasilan budidaya suatu tanaman sangat ditentukan oleh faktor keadaan iklim serta nutrisi yang cukup bagi tanaman, terutama N, P, dan K. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua jenis. Pupuk NPK (15:15:15) berarti pupuk mengandung unsur hara nitrogen 15% dalam bentuk NH3, fosfor 15% dalam bentuk P2O5, dan

kalium 15% dalam bentuk K2O.

Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa kelebihan penggunaan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Menurut Saribun (2008), penggunaan pupuk NPK diharapkan dapat memberikan

kemudahan dalam pengaplikasian di lapangan dan dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutejo (2002) bahwa pemberian pupuk anorganik ke dalam tanah dapat menambah ketersediaan hara yang cepat bagi tanaman.

Saribun (2008) mengemukakan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK

menunjukkan adanya pengaruh nyata secara uji statistik terhadap P Potensial, hal ini karena adanya penambahan P yang berasal dari pupuk majemuk NPK.

Peningkatan P Potensial disebabkan oleh pengaruh langsung dari pemupukan P, dengan semakin besar dosis pupuk majemuk NPK yang diberikan maka akan semakin besar pula kandungan P dalam tanah.

(10)

karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur N, P dan K diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan diambil oleh tanaman dalam bentuk anion dan kation (Sutejo, 2002).

Nurbaiti dan Maryani (2007) menyatakan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK dengan dosis 4 gram/polibag dan bahan organik leguminosa memberikan respon pertumbuhan diameter batang bibit kakao tertinggi. Menurut Dermiyati et al. (2010), pemupukan N pada tanaman jagung dengan dosis 100 dan 200 kg N/ha tidak meningkatkan biomassa karbon mikroba tanah sehingga terlihat dosis yang berlebih dari aplikasi N akan mempengaruhi secara negatif mikroorganisme tanah yang membantu proses dekomposisi unsur hara dalam tanah.

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dari landasan teori berikut disusun kerangka pemikiran untuk memberi penjelasan secara teoretis tentang perumusan masalah.

Kompos adalah bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh

mikroorganisme pengurai. Adanya campuran kompos kulit buah kakao sebagai media tanam di pembibitan kakao dapat menambah kesuburan media tanam. Hal ini dikarenakan kompos kulit buah kakao yang sudah matang dapat memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia media tanam.

(11)

sehingga mampu menyerap hara yang diperlukan tanaman dan akan menghasilkan pertumbuhan bibit kakao yang maksimum. Kompos kulit buah kakao selain membuat media tanam menjadi gembur, kompos ini mempunyai kemampuan untuk meningkatkan daya menahan air (water holding capacity) di media tanam. Hal ini akan membuat media tanam mempunyai cadangan air yang dapat

digunakan pada saat kekeringan, sehingga bibit kakao akan terjaga pertumbuhannya.

Sifat biologi yang diberikan dengan adanya kompos kulit buah kakao yaitu menambah pasokan energi yang diperlukan mikroorganisme tanah, karena umumnya kompos mengandung asam-asam organik sebagai makanan dari mikroorganisme tersebut. Hal ini akan membuat terjaminnya keberadaan mikroorganisme tanah sehingga dapat mempercepat pelepasan unsur hara yang belum terurai di media tanam. Adanya unsur hara yang sudah terurai oleh mikroorganisme tanah mengakibatkan tersedianya nutrisi yang siap diserap oleh akar tanaman. Penyerapan nutrisi ini akan mempengaruhi pertumbuhan bibit kakao menjadi lebih baik selama di pembibitan.

Sifat kimia yang diberikan dengan adanya kompos kulit buah kakao yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan C-organik serta mampu

(12)

media tanam, karena mampu menjerap ion H dan Al yang meyebabkan media tanam bersifat asam. pH media tanam yang cocok bagi pertumbuhan bibit kakao yaitu 6-7,5.

Pemberian kompos kulit buah kakao ini diharapkan mampu membuat kondisi media tanam yang sesuai sehingga pertumbuhan bibit kakao akan menjadi

maksimum. Pengaruh yang diberikan oleh kompos kulit buah kakao baik dari sifat fisik, biologi, dan kimia akan menghasilkan pertumbuhan bibit kakao yang

maksimum dibandingkan dengan media tanam tanpa campuran kompos kulit buah kakao. Namun, kompos kulit kakao ini harus diberikan dengan dosis yang tepat untuk menunjang media tumbuh bibit tanaman kakao.

Selain pemberian dosis kompos yang tidak tepat, terdapat faktor lain yang menjadi munculnya dampak negatif dari pemberian kompos tersebut. Salah satunya yaitu kandungan senyawa dalam kompos yang belum dapat terdekomposisi oleh bakteri dekomposer. Adanya senyawa ini berpotensi sebagai senyawa inhibitor

(penghambat) diantaranya senyawa tanin dapat mempengaruhi pertumbuhan normal tanaman. Penghambatan ini dapat terjadi akibat senyawa tersebut mampu mengganggu metabolisme di dalam tanaman. Jika metabolisme dalam tanaman terganggu maka pembentukan jaringan tanaman tidak terbentuk secara optimal sehingga pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Pemberian kompos kulit buah kakao pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao walaupun terdapat pengaruh negatif dari kompos.

(13)

media tanam tidak hanya mengandung bahan organik tetapi juga terdapat hara yang cepat diserap oleh tanaman. Pupuk majemuk NPK mengandung tiga unsur hara makro yang cepat diserap dan sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Ketiga unsur hara ini memiliki peranan yang berbeda untuk menunjang

pertumbuhan bibit kakao. Selain itu pupuk majemuk NPK merupakan pupuk yang dapat digunakan sebagai pupuk dasar (starter) untuk pertumbuhan bibit tanaman setelah dilakukan pemindahan ke lapang (transplanting).

Unsur nitrogen (N) diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Nitrogen

berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) dan protein dalam tanaman. Tersedianya kandungan nitrogen dalam media tanam akan membantu

meningkatkan jumlah klorofil sehingga akan meningkatkan proses fotosintesis yang terjadi di dalam tanaman. Hasil dari fotosintesis ini akan digunakan sebagai energi untuk tumbuh dan berkembangnya bibit tanaman yang ditunjukkan dengan adanya penambahan jumlah daun dan peningkatan tinggi tanaman.

Unsur fosfor (P) diserap tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO42-. Fosfor

(14)

Unsur kalium (K) diserap tanaman dalam bentuk K+. Kalium berperan dalam meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman. Adanya peningkatan daya tahan dalam tanaman akan membuat tanaman menjadi lebih kebal terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini akan menghasilkan bibit tanaman yang sehat sehingga diharapkan ketika sudah ditanam di areal perkebunan tanaman ini akan

memberikan pertumbuhan yang normal. Fungsi lain dari unsur kalium ini yaitu sebagai pengangkutan hasil asimilasi, aktivator enzim dan air. Dengan begitu, jaringan tanaman akan mendapatkan nutrisi yang seimbang dan membuat proses biologi dalam tanaman berjalan normal.

Peranan dari ketiga unsur tersebut akan menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman yang maksimum jika diberikan dengan dosis yang tepat. Jaringan tanaman akan menyerap nutrisi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan di dalam proses biologi tanaman. Apabila diberikan secara berlebihan ataupun kekurangan maka

pertumbuhan bibit tanaman akan terganggu. Selain itu, pupuk anorganik seperti pupuk majemuk NPK akan berpotensi menurunkan pH media tanam akibat adanya proses nitrifikasi yang menghasilkan ion H+ dalam media tanam.

Kompos kulit buah kakao sebagai campuran media tanam akan mengurangi

(15)

pupuk majemuk NPK mampu menjadi tambahan unsur hara makro yang sedikit terkandung dalam kompos kulit buah kakao. Penggunaan dosis pupuk majemuk NPK yang diberikan akan dipengaruhi oleh adanya kompos kulit buah kakao yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit kakao.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian pengaruh pemberian kompos kulit buah kakao sebagai campuran media pembibitan dan pupuk NPK

(16)

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat salah satu dosis kompos kulit buah kakao sebagai campuran media pembibitan yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik. 2. Terdapat salah satu dosis pupuk NPK yang dapat menghasilkan pertumbuhan

bibit tanaman kakao terbaik.

3. Respon bibit tanaman kakao tehadap pemberian pupuk NPK ditentukan oleh dosis kompos kulit buah kakao.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kakao

Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan ke dalam kelompok tanaman caulifloris. Adapun sistematikanya menurut klasifikasi botanis sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Malvales Famili : Sterculiaceae Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L.

Daerah utama penanaman kakao adalah hutan hujan tropis di Amerika Tengah, tepatnya pada wilayah 18฀Lintang Utara – 15฀Lintang Selatan. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi yang banyak dikembangkan sebagai tanaman perkebunan ada tiga, yaitu: criollo, forastero, dan trinitario.

1. Criollo :menghasilkan biji kakao yang bermutu tinggi dan dikenal sebagai

edel cocoa atau kakao mulia. Kulit buah berwarna merah atau

(18)

masih basah, biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan cokelat bermutu tinggi.

2. Forastero :menghasilkan kakao yang bermutu sedang, dikenal dengan bulk

cocoa atau ordinary cocoa. Kulit buah berwarna hijau dan tebal.

Bijinya tipis atau gepeng dan kulit bijinya (kotiledon) berwarna

ungu waktu masih basah.

3. Trinitario : merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo dan forastero

sehingga kakao jenis ini sangat heterogen baik warna kulit, bentuk biji, maupun mutunya (Siregar, 2000).

2.2 Syarat Tumbuh Kakao

2.2.1 Curah Hujan

Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan penanaman dan produksi kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah yang bercurah hujan 1.000-3.000 mm per tahun. Di samping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah (Abdoelrachman, 1979).

2.2.2 Suhu

(19)

kondisi ini merupakan suhu rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas (Abdoelrachman, 1979).

2.2.3 Tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki kemasaman tanah (pH) 6-7,5. pH tanah yang juga disebutkan ideal bagi kakao adalah 5,6-7,2. Di samping faktor kemasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar zat organik. Zat organik pada lapisan tanah di areal penanaman setebal 0-15 cm memberikan pertumbuhan kakao yang baik. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu (Abdoelrachman, 1979).

Menurut Dinas Perkebunan Kuantan Singingi (2012), tanaman kakao memerlukan kedalaman efektif > 60 cm dengan struktur tanah remah, tata udara dan air baik serta kemiringan tanah < 45%.

2.3 Kriteria Standar Bibit Kakao

Kriteria bibit kakao siap tanam dilakukan dengan cara mengukur pertumbuhannya pada umur 4-5 bulan. Parameter yang digunakan sebagai penilaiannya yaitu tinggi, jumlah daun, dan diameter batang bibit. Tinggi batang diukur dari

(20)

Tabel 1. Kriteria bibit kakao siap tanam asal benih.

Uraian Tinggi (cm) Diameter (cm) Jumlah Daun (helai)

Baik (A) > 60 > 1,0 > 12

Sedang (B) 45 – 60 0,6 – 1,0 10 – 12

Kurang baik (C) < 45 < 0,6 < 10

Sumber: Rahardjo (2011).

2.4 Penanaman Bibit Kakao

Jarak tanam yang ideal bagi kakao adalah jarak yang sesuai dengan perkembangan bagian tajuk tanaman serta cukup tersedianya ruang bagi perkembangan akar. Jarak tanam yang umum digunakan yaitu 3 x 3 m, 4 x 4 m, dan 5 x 5 m. Ukuran lubang tanam umumnya 60 x 60 x 60 cm. Ukuran ini dianggap memadai untuk mendukung adaptasi perakaran bibit dengan kondisi lapangan. Bibit yang baru ditanam di lapang dapat diberi naungan sementara dengan menancapkan pelepah kelapa sawit atau kelapa di sebelah timur dan barat (Karmawati et al., 2010).

2.5 Pemeliharaan Tanaman Kakao

(21)

2.6 Peranan Pupuk Organik pada Tanaman

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos. Secara garis besar, keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah sebagai berikut:

1. Mempengaruhi sifat fisik tanah. Warna tanah dari cerah akan berubah menjadi kelam. Bahan organik membuat tanah menjadi gembur dan lepas, sehingga aerasi menjadi baik. Sifat fisik bahan organik yang baik sangat ideal apabila dicampur terlebih dahulu dengan pupuk kimia sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk.

2. Mempengaruhi sifat kimia tanah. Kapasitas tukar kation (KTK) dan ketersediaan hara meningkat dengan penggunaan bahan organik.

3. Mempengaruhi sifat biologi tanah. Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah.

4. Mempengaruhi kondisi sosial. Daur ulang limbah perkotaan maupun permukiman akan mengurangi dampak pencemaran dan meningkatkan penyediaan pupuk organik (Rianto, 2009).

(22)

2.7 Kompos

Kompos merupakan pupuk organik yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan). Kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yuwono, 2005).

Musnamar (2008) mengemukakan bahwa proses pengomposan merupakan proses mikrobiologi. Bahan organik dirombak oleh aktivitas mikroorganisme sehingga dihasilkan energi dan unsur karbon sebagai pembangun sel-sel tubuh. Sumber energi diperoleh dari unsur N pada bahan organik mentah.

Pemupukan menggunakan kompos mengakibatkan tanah yang strukturnya ringan (berpasir atau remah) menjadi lebih baik, daya ikat air menjadi lebih tinggi. Sementara itu, tanah yang berat (tanah liat) menjadi lebih optimal dalam mengikat air. Kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dari pupuk mineral oleh tanah (Djuarnani et al., 2005). Menurut Lingga dan Marsono (2001), kandungan utama yang terdapat dalam kompos adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium yang mampu memperbaiki kesuburan tanah walaupun kadarnya rendah.

(23)

dengan oksigen. Sedangkan pengomposan anaerobik terjadi tanpa bantuan udara atau oksigen (Yuwono, 2005).

Kompos seperti multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang

pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pengomposan yaitu rasio C/N, ukuran pertikel, aerasi, porositas, kelembaban, temperatur, pH, kandungan hara, dan kandungan berbahaya (Isroi, 2007).

2.8 Komposisi Kulit Buah Kakao

(24)

Tabel 2. Komposisi kulit buah kakao di PT Perkebunan XXIII dan XXVI. Kebun

Komponen (%) Ngrangkah Pawon Banjarsari Jatirono Malangsari PTP XXIII PTP XXIII PTP XXVI PTP XXVI

Kadar air 86,03 85,62 84,24 84,50

Lemak kasar 0,74 1,23 0,84 0,96

Protein kasar 0,90 1,07 0,98 1,06

Gula reduksi 0,95 0,97 0,80 0,97

Tanin 0,82 0,27 0,08 0,48

Kafein 0,12 0,12 0,09 0,04

Serat kasar 4,53 4,57 4,68 0,52

Abu 1,57 0,55 1,22 1,06

Sumber: PT Perkebunan XXVI Jember (1991).

2.9 Senyawa Tanin dalam Kulit Buah Kakao

Tanin adalah senyawa polifenol yang larut dalam air dan umumnya berasal dari senyawa-senyawa fenol alam yang memiliki kemampuan mengendapkan protein-protein. Tanin dinamakan juga asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat (Yulia, 2006). Menurut Cheeked dan Shull (1985) yang dikutip oleh Fajri (2008), keberadaan tanin dalam kakao dapat mengurangi manfaatnya sebagai pakan ternak karena kemampuannya dalam mengendapkan protein dan juga bersifat antinutrisi.

2.10 Pemanfaatan Teknologi EM (Effective Microorganism) dalam Pembuatan Bokashi

Mikroorganisme Efektif (EM) merupakan campuran berbagai jenis

(25)

kesehatan dan kualitas tanah, dan selanjutnya memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman. EM merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroba yang berasal dari lingkungan alami. Prinsip pembuatan bokashi sama dengan kompos yang proses pembuatannya melalaui fermentasi bahan organik dan EM. Proses

fermentasi bokashi terjadi dengan cepat 3-14 hari, kemudian hasilnya dapat segera dimanfaatkan. Meskipun belum keseluruhan bahan dasar bokashi mengalami fermentasi, tetapi sudah dapat digunakan sebagai pupuk. Apabila bokashi dimasukkan ke tanah, maka bahan organiknya dapat digunakan sebagai sumber energi mikroorganisme efektif untuk hidup dan berkembang biak dalam tanah, dan sekaligus sebagai tambahan persediaan hara tanaman (Sutanto, 2006).

2.11 Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik memiliki sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat merusak tanah, apabila pemberian pupuk terlalu banyak tanaman pun bisa mati, dan tanah akan menjadi asam. Ada dua jenis pupuk berdasarkan jenis haranya, yaitu pupuk tunggal seperti N, P, K dan pupuk majemuk (campuran dua unsur hara atau lebih) seperti NPK, NP, dan NK (Lingga dan Marsono, 2001).

Pupuk majemuk (compound fertilizer) mengandung dua atau lebih hara tanaman (makro maupun mikro). Banyak sekali pupuk majemuk yang beredar di

(26)

bernilai ekonomi tinggi umumnya mengandung banyak hara tanaman terutama N, P, dan K.

Adapun peranan ketiga unsur tersebut adalah : 1. Nitrogen ( N )

a. Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.

b. Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman. c. Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. 2. Fosfor ( P )

a. Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman.

b. Merangsang pembungaan dan pembuahan. c. Merangsang pertumbuhan akar.

d. Merangsang pembentukan biji.

e. Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. 3. Kalium ( K )

a. Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.

(27)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah kaca, dan Laboratorium Agronomi Universitas Lampung dari Bulan Desember 2011 sampai September 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, ember, cangkul, label, alat tulis, pisau, plastik, jangka sorong, gelas ukur, sendok, kotak pengomposan, plastik meteran, tongkat kayu (penganduk kompos), gembor, sarung tangan, gunting, mesin pencacah kulit kakao, paku payung dan ayakan tanah.

(28)

3.3 Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan menguji hipotesis, perlakuan disusun secara faktorial (3 x 4) dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Faktor pertama adalah perbandingan volume kompos kulit buah kakao dan tanah berpasir (K) dengan tiga taraf yaitu k0 (perbandingan

volume 100% tanah berpasir : 0% kompos kulit buah kakao), k1 (perbandingan

volume 87,5% tanah berpasir : 12,5% kompos kulit buah kakao), k2 (perbandingan

volume 75% tanah berpasir : 25% kompos kulit buah kakao). Faktor kedua adalah dosis pupuk majemuk NPK (P) dengan empat taraf yaitu p1(1,5 gram/tanaman),

p2 (3 gram/tanaman), p3 (4,5 gram/tanaman), dan p4 (6 gram/tanaman).

Data yang diperoleh akan diuji homogenitas dengan uji χ2 dan additifitas data diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan menggunakan analisis ragam dan apabila sumber keragaman berbeda nyata maka dilakukan uji pemisahan nilai tengah yaitu Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5%.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Pembuatan Kompos Limbah Kulit Buah Kakao

(29)

b. Dosis bakteri EM 4 yang digunakan dalam penelitian ini untuk cacahan kulit buah kakao 300 kg sebanyak 80 ml EM 4 yang telah dilarutkan dengan gula merah 300 gram dalam 20 liter air.

c. Kulit kakao yang sudah dicacah dimasukkan ke kotak pengomposan berukuran 60 cm x 1 m yang sudah dilapisi oleh plastik. Kemudian menyiram larutan EM4 yang sudah disiapkan ke kulit kakao tersebut dan diaduk. Dalam pembuatan kompos ini, kulit kakao yang akan dikomposkan dimasukkan secara berlapis-lapis, hal ini bertujuan agar larutan EM 4 yang diberikan merata di dalam kotak.

d. Setelah semua kulit kakao dimasukkan ke kotak pengomposan, kotak ditutup dengan plastik hingga rapat, dan diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.

e. Selama proses pengomposan berjalan, dilakukan pengadukan setiap minggu untuk mengetahui perkembangan kompos kulit buah kakao.

f. Kompos kulit buah kakao siap digunakan apabila rasio C/N < 20 dengan ciri-ciri tidak berbau, berwarna gelap (hitam), tidak lengket, dan bertekstur remah. g. Setelah sesuai dengan ciri-ciri tersebut kompos kulit buah kakao diayak

(30)

3.3.2 Persiapan Benih

[image:30.595.194.432.219.485.2]

Benih kakao yang digunakan klon hibirida TSH 858 berasal dari PTPN VII Kab. Pesawaran (Gambar 2). Benih terlebih dahulu dibersihkan dari lendir dengan menggunakan pasir.

Gambar 2. Benih dan pohon tanaman kakao klon hibrida TSH 858 PTPN VII Kab. Pesawaran. A. Label benih pada kemasan benih kakao, B. Bentuk benih kakao, C. Pohon dan buah kakao.

3.3.3 Penyemaian Benih

Benih yang sudah siap, ditanam pada pre nursery di dalam bak penyemaian dengan media tanam berupa pasir steril (Gambar 3). Jarak tanam yang digunakan + 2 cm x 1 cm. Semaian dipelihara sampai benih berumur + 14 hari setelah semai. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari menggunakan gembor.

A B

(31)
[image:31.595.209.426.84.222.2]

Gambar 3. Penyemaian benih kakao yang digunakan dalam penelitian.

3.3.4 Penyiapan Media Tanam

Media tanam berupa campuran kompos kulit buah kakao (Gambar 4) dan tanah berpasir dilakukan dengan cara memasukkan kompos kulit buah kakao dan tanah berpasir sesuai dengan perbandingan volume perlakuan. Hasil analisis kompos kulit buah kakao yang sudah matang adalah sebagai berikut: pH 7,22; N-total 0,61%; P-total 3,0%; C-organik 10,02 dan C/N rasio 16,61% (Sumber: Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung)

Gambar 4. Kompos kulit buah kakao yang sudah matang.

3.3.5 Penanaman

[image:31.595.237.412.488.614.2]
(32)
[image:32.595.116.490.235.393.2]

mengalami kerusakan. Setiap polibag yang sudah berisi media tanam yaitu campuran kompos kulit buah kakao dan tanah berpasir ditanami satu bibit kakao. Polibag-polibag tersebut disusun di dalam rumah kaca sesuai dengan tata letak percobaan, pengelompokkan tanaman berdasarkan tinggi bibit awal (Gambar 6). Masing-masing perlakuan diwakili dua tanaman kakao.

Gambar 5. Proses penanaman bibit tanaman kakao ke polibag. A. Pembuatan lubang tanam di polibag, B. Bibit kakao diletakkan di lubang tanam tersebut, C. Penanaman bibit kakao.

3.3.6 Aplikasi Pupuk NPK

Pupuk diberikan dengan cara disebar pada media tanam dan diusahakan tidak terlalu dekat dengan batang tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan membuat lingkaran dengan jarak + 4 cm dari batang tanaman. Setelah pupuk diberikan kemudian pupuk tersebut ditutupi dengan media tanam (Gambar 7). Aplikasi pupuk ini dilakukan dua bulan sekali sesuai perlakuan yang sudah

ditetapkan selama empat bulan dalam main nursery yaitu saat umur tanaman kakao 1 dan 3 BST (bulan setelah transplanting). Pada umur 1 BST diberikan setengah dosis perlakuan dan sisanya di umur 3 BST.

(33)

U

S

Kelompok 2 Kelompok 4 Kelompok 1 Kelompok 3

[image:33.595.95.530.122.364.2]

Rata-rata tinggi Rata-rata tinggi Rata-rata tinggi Rata-rata tinggi bibit 18 cm bibit 19 cm bibit 17 cm bibit 20 cm

Gambar 6. Tata letak percobaan pengaruh kompos kulit buah kakao sebagai media pembibitan dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit

tanaman kakao di rumah kaca. Keterangan:

k0 : 0% (v/v), perbandingan volume 100% bagian tanah berpasir : 0%

kompos kulit buah kakao.

k1 : 12,5% (v/v), perbandingan volume 87,5% bagian tanah berpasir : 12,5%

kompos kulit buah kakao.

k2 : 25% (v/v), perbandingan volume 75% bagian tanah berpasir : 25%

kompos kulit buah kakao. p1 : pupuk NPK 1,5 gram/tanaman.

p2 : pupuk NPK 3,0 gram/tanaman.

p3 : pupuk NPK 4,5 gram/tanaman.

p4 : pupuk NPK 6,0 gram/tanaman.

k1p3 k1p2 k0p4 k2p1

k1p3 k1p2 k0p4 k2p1

k1p4 k0p1 k0p2 k2p2

k1p4 k0p1 k0p2 k2p2

k1p1 k0p3 k2p4 k2p3

k0p2 k0p3 k1p4 k2p1

k0p2 k0p3 k1p4 k2p1

k0p4 k1p1 k1p2 k2p3

k0p4 k1p1 k1p2 k2p3

k0p1 k1p3 k2p4 k2p2

k2p4 k2p2 k0p4 k1p1

k2p4 k2p2 k0p4 K1p1

k2p3 k0p3 k0p2 k1p3

k2p3 k0p3 k0p2 k1p3

k2p1 k0p1 k1p4 k1p2 k2p1 k2p2 k1p3 k0p4

k2p1 k2p2 k1p3 k0p4

k2p3 k1p4 k1p2 k0p1

k2p3 k1p4 k1p2 k0p1

k2p4 k1p1 k0p3 k0p2

(34)
[image:34.595.112.515.86.192.2]

Gambar 7. Aplikasi pupuk NPK pada saat umur tanaman kakao 1 dan 3 BST. A. Pembuatan lingkaran di media tanam, B. Penaburan pupuk NPK di sekitar lingkaran tersebut, C. Pupuk yang sudah ditabur diratakan di media tanam, D. Pupuk tersebut ditutup kembali dengan media tanam.

3.3.7 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan satu kali dalam sehari. Sedangkan penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma yang tumbuh dengan tangan.

3.4 Pengamatan

1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diperoleh dengan melakukan pengukuran menggunakan mistar yaitu diukur dari pangkal batang sampai daun terpanjang (cm). Pengamatan tanaman dilakukan 1 BST sampai penelitian berakhir selama 4 BST setiap satu bulan.

2. Jumlah Daun

Pengukuran jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang sudah membuka sempurna setiap tanaman secara manual (helai). Pengukuran ini dilakukan 1 BST sampai penelitian berakhir selama 4 BST setiap satu bulan.

(35)

3. Diameter Batang

Diameter batang diukur pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong (mm). Pengamatan ini dilakukan 1 BST sampai penelitian berakhir selama 4 BST setiap satu bulan.

4. Kandungan Zat Hijau Daun

Kandungan zat hijau daun diukur dengan memilih warna daun hijau sedang pada tanaman dan pengukuran menggunakan klorofilmeter (%).

5. Bobot Basah Tajuk

Pengukuran dilakukan di akhir penelitian dengan cara memisahkan bagian tajuk tanaman dan langsung ditimbang dengan timbangan digital (gram).

6. Bobot Basah Akar

Dilakukan di akhir pengamatan penelitian, dengan memisahkan bagian akar tanaman dan langsung ditimbang dengan timbangan digital (gram).

7. Bobot Basah Tanaman

Pengukuran dilakukan di akhir penelitian dengan menjumlahkan bobot basah tajuk dan bobot basah akar.

8. Bobot Kering Tajuk

(36)

9. Bobot Kering Akar

Setelah akar tanaman ditimbang kemudian dimasukkan oven dengan suhu 70฀C hingga bobotnya konstan dan ditimbang (gram).

10. Bobot Kering Tanaman

Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

11. Analisis pH, Kandungan N dan Serapan N Tanaman

Metode pengukuran yang digunakan adalah metode potensiometri (pH) dan

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan tanpa kompos kulit buah kakao dalam media tanam menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik namun tidak berbeda nyata dengan campuran kompos kulit buah kakao sebanyak 12,5% (v/v).

2. Pemupukan NPK pada media tanam sebanyak 1,5 g/tanaman menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik.

3. Respon bibit tanaman kakao terhadap pemberian pupuk NPK ditentukan oleh dosis kompos kulit buah kakao.

4. Pemberian dosis pupuk NPK sebanyak 1,5 g/tanaman, 3,0 g/tanaman, dan 6,0 g/tanaman yang dikombinasikan dengan kompos 0% (v/v) menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik.

5.2 Saran

(38)

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI CAMPURAN MEDIA PEMBIBITAN DAN PUPUK

NPK (15:15:15) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

( Skripsi )

Oleh MINARSIH

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(39)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian pengaruh kompos kulit buah kakao

sebagai campuran media pembibitan dan pupuk NPK (15:15:15)

terhadap pertumbuhan bibit kakao. ... 13 2. Benih kakao varietas hibrida TSH 858 PTPN VII Kab. Pesawaran.

A. Label benih pada kemasan benih kakao, B. Bentuk benih kakao,

C. Pohon dan buah kakao. ... 28 3. Penyemaian benih kakao yang digunakan dalam penelitian. ... 29 4. Kompos kulit buah kakao yang sudah matang. ... 29 5. Proses penanaman bibit tanaman kakao ke polibag. A. Pembuatan

lubang tanam di polibag, B. Bibit kakao diletakkan di lubang tanam

tersebut, C. Penanaman bibit kakao. ... 30 6. Tata letak percobaan pengaruh kompos kulit buah kakao

sebagai campuran media pembibitan dan pupuk NPK (15:15:15)

terhadap pertumbuhan bibit kakao di rumah kaca. ... 31 7. Aplikasi pupuk NPK saat umur tanaman kakao 1 dan 3 BST.

A. Pembuatan lingkaran di media tanam, B. Penaburan pupuk NPK di sekitar lingkaran tersebut, C. Pupuk yang sudah ditabur diratakan di media tanam, D. Pupuk tersebut ditutup kembali dengan media

tanam. ... ... 32 8. Korelasi antara bobot basah akar dan bobot basah tajuk tanaman

kakao. ... ... 50 9. Korelasi antara bobot kering akar dan bobot kering tajuk tanaman

kakao. ... ... 51 10.Korelasi antara bobot kering akar dan tinggi tanaman kakao. ... 51 11.Korelasi antara bobot kering akar dan jumlah daun tanaman

(40)

xvi 13.Korelasi antara bobot kering akar dan kandungan zat hijau daun

tanaman kakao. ... 53 14. Korelasi antara kandungan zat hijau daun dan tinggi tanaman

kakao. ... ... 53 15. Korelasi antara kandungan zat hijau daun dan jumlah daun

tanaman kakao. ... 54 16. Korelasi antara kandungan zat hijau daun dan diameter batang

tanaman kakao. ... 54 17. Korelasi antara kandungan zat hijau daun dan bobot kering tajuk

tanaman kakao. ... 55 18. Korelasi antara kandungan zat hijau daun dan bobot kering

akar tanaman kakao. ... 55 19.Pertumbuhan bibit tanaman kakao pada umur 1 bulan setelah

transplanting (1 BST). A: Pertumbuhan bibit pada kompos 0% v/v;

B: Pertumbuhan bibit pada kompos 12,5% v/v; C: Pertumbuhan bibit

pada kompos 25% v/v. ... 101 20.Pertumbuhan bibit tanaman kakao pada umur 2 bulan setelah

transplanting (2 BST). A: Pertumbuhan bibit pada kompos 0% v/v;

B: Pertumbuhan bibit pada kompos 12,5% v/v; C: Pertumbuhan bibit

pada kompos 25% v/v. ... 102 21.Pertumbuhan bibit tanaman kakao pada umur 3 bulan setelah

transplanting (3 BST). A: Pertumbuhan bibit pada kompos 0% v/v;

B: Pertumbuhan bibit pada kompos 12,5% v/v; C: Pertumbuhan bibit

pada kompos 25% v/v. ... 103 22.Pertumbuhan bibit tanaman kakao pada umur 4 bulan setelah

transplanting (4 BST). A: Pertumbuhan bibit pada kompos 0% v/v;

B: Pertumbuhan bibit pada kompos 12,5% v/v; C: Pertumbuhan bibit

(41)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 8

1.5 Hipotesis ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kakao ... 15

2.2 Syarat Tumbuh Kakao ... 16

2.2.1 Curah Hujan ... 16

2.2.2 Suhu ... 16

2.2.3 Tanah ... 17

2.3 Kriteria Standar Bibit Kakao ... 17

2.4 Penanaman Bibit Kakao ... 18

2.5 Pemeliharaan Tanaman Kakao ... 18

2.6 Peranan Pupuk Organik pada Tanaman ... 19

2.7 Kompos ... 20

2.8 Komposisi Kulit Buah Kakao ... 21

2.9 Senyawa Tanin dalam Kulit Buah Kakao ... 22

(42)

vi

3.1 Tempat dan Waktu ... 25

3.2 Alat dan Bahan ... 25

3.3 Metode Penelitian ... 26

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 26

3.4.1 Pembuatan Kompos Limbah Kulit Buah Kakao ... 26

3.4.2 Persiapan Benih ... 28

3.4.3 Penyemaian Benih ... 28

3.4.4 Penyiapan Media Tanam ... 29

3.4.5 Penanaman ... 29

3.4.6 Aplikasi pupuk NPK ... 30

3.4.7 Pemeliharaan Tanaman ... 32

3.5 Pengamatan ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 35

4.1.2 Jumlah Daun ... 37

4.1.3 Diameter Batang ... 39

4.1.4 Kandungan Zat Hijau Daun ... 40

4.1.5 Bobot Tanaman ... 42

4.1.5.1 Bobot Basah Tanaman ... 42

4.1.5.2 Bobot Kering Tanaman ... 43

4.1.6 Bobot Tajuk ... 44

4.1.6.1 Bobot Basah Tajuk ... 44

4.1.6.2 Bobot Kering Tajuk ... 46

4.1.7 Bobot Akar ... 47

4.1.7.1 Bobot Basah Akar ... 47

4.1.7.2 Bobot Kering Akar ... 48

4.1.8 Korelasi antar Variabel ... 50

4.1.8.1 Bobot Basah Akar dan Tajuk ... 50

4.1.8.2 Bobot Kering Akar dan Tajuk ... 51

4.1.8.3 Bobot Kering Akar dan Tinggi Tanaman ... 51

4.1.8.4 Bobot Kering Akar dan Jumlah Daun ... 52

4.1.8.5 Bobot Kering Akar dan Diameter Batang ... 52

4.1.8.6 Bobot Kering Akar dan Kandungan Zat Hijau Daun ... 53

4.1.8.7 Kandungan Zat Hijau Daun dan Tinggi Tinggi Tanaman ... 53

(43)

vii

Kering Tajuk ... 55

4.1.8.11 Kandungan Zat Hijau Daun dan Bobot Kering Akar ... 55

4.1.9 Kandungan dan Serapan N Tanaman ... 56

4.1.9.1 Kandungan N Tanaman (%) ... 56

4.1.9.2 Serapan N Tanaman (g/tanaman) ... 56

4.2 Pembahasan ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 65

PUSTAKA ACUAN ... 66

[image:43.595.107.509.80.421.2]
(44)

PUSTAKA ACUAN

Abdoelrachman. 1979. Budidaya Coklat. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta. 122 hlm.

Biountirta. 2007. Enzim pada tumbuhan. dalam http://biountirta07.blogspot.com /2009/07/enzim-pada-tumbuhan.html. Diakses pada tanggal 16 Desember 2012.

Darminto, F. 2010. Komoditi perkebunan unggulan (komoditi kakao). Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. dalam http: www. disbun. lampungprov. go. id/kakao. doc. Diakses pada tanggal 14 Maret 2011. 13 hlm.

Departemen Pertanian. 2011. Produksi kakao Indonesia dalam http :www.deptan.co.id. Diakses tanggal 12 Maret 2011.

Dermiyati, E. Firdaus, M. Utomo, M.A. Syamsul Arif, and S.G. Nugroho. 2010 Soil microbial biomass carbon under rhizosphere and non-rhizosphere of

maize after a long-term nitrogen fertilization and tillage systems. J.

Trop. Soils 15 (3): 63-68.

Didiek, H.G. dan Y. Away. 2004. Orgadek: Aktivator Pengomposan.

Pengembangan Hasil Penelitian Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Bogor. 87 hlm.

Dinas Perkebunan Kuantan Singingi. 2012. Budidaya tanaman kakao. dalam http: www.disbun.kuansing.go.id/uploads//2010/06/doc1.pdf. Diakses pada tanggal 17 Februari 2013.

Djuarnani,N., Kristian, dan B.S. Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta. 74 hlm.

Fajri, F. 2008. Kajian fermentabilitas dan kecernaan in vitro kulit buah kakao

(Theobroma cacao L.) yang difermentasikan dengan Aspergillus Niger.

Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanina Bogor. Bogor. 40 hlm.

Goenadi. 1997. Kompos bioaktif dari kulit buah kakao. Kumpulan

(45)

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 352 hlm. Harjadi, 1979. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. 184 hlm.

Haruna, 2009. Limbah pertanian untuk produksi baby corn. Hipotesis jurnal Ilmu Pengetahuan Umum. dalam http: www.blogsot/… limbah-pertanian untuk produksi baby.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2011. Hermawan, S., Y. R. A. Nasution dan R. Hasibuan. 2012. Penentuan efisiensi

inhibisi korosi baja menggunakan ekstrak kulit buah kakao (Theobroma

kakao). J. Teknik Kimia 2 (1): 1-3.

Isroi. 2007. Pengomposan Limbah Kakao. Materi Pelatihan TOT Budidaya Kopi dan Kakao Staf BPTP di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.

Jember. 17 hlm.

Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, S. J. Munarso, I. K. Ardana dan Rubiyo. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan. 91 hlm.

Keeney, P. and Kim, H. 1983. Polyphenols-tannins in cocoa beans. Production Conference. Penn State University. dalam www.pmc.com/first page framest.asp?article=1983-25. Diakses pada tanggal 12 Desember 2012. Kristijono, A. 2010. Pemanfaatan gambut sebagai media tumbuh bituman (biji tumbuh mandiri) dalam rangka mendukung kegiatan rehabilitasi lahan

kritis. Laporan Akhir. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Jakarta. 87 hlm.

Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Lubis, A.F.A. 2004. Pengaruh pemberian gibberellin (GA3) dan pupuk majemuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi terung (Solanum

melongena L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara. Medan. 77 hlm.

Marsono. 2008. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. 97 hlm.

Mayasari, F. 2012. Pengaruh kombinasi bokashi pupuk kandang ayam, sapi dan pupuk NPK (15:15:15) pada pertumbuhan dan produksi tanaman

tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Skripsi. Fakultas Pertanian

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 83 hlm.

Mensah, C.A., N.A. Adamafio, K. Amaning-Kwarteng, and F.K. Rodrigues. 2012. Reduced tannin content of laccase-treated cacao (Theobroma cacao

(46)

Murbandono. 2008. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hlm. Musnamar, E. I. 2008. Pupuk Organik: Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.

Penebar Swadaya. Jakarta. 70 hlm.

Nasih. 2007. Pupuk majemuk. dalam http://nasih.staff.ugm.ac.

id/p/006%20p%20m.htm. Diakses pada tanggal 12 Maret 2011. Nurbaiti dan A.T. Maryani. 2007. Efek pemberian bahan organik leguminosa

dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit kakao. J. Sagu 6 (1):

34-35.

Nurhayati dan Salim. 2002. Peningkatan produksi jagung manis pada

pemberian bokashi limbah kulit buah kakao di lahan kering. J.

Agroland 9 (2):163-166.

Primiadi, D dan Suyitno. 2010. Uji daya alelopati ekstrak daun kleresede (Gliricidia sp.) melalui bioassay perkecambahan dengan biji sawi

(Brassica sp.) dan biji bayam (Amaranthus sp). Makalah. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 16 hlm.

PT Perkebunan XXVI. 1991. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao dan Kopi pada

Pertanaman Kakao dan Kopi di PT. Perkebunan XXVI. Disampaikan

dalam Seminar Bioteknologi. Jember. 18 hlm.

Rahardjo, P. 2011. Menghasilkan Benih dan Bibit Kakao Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 126 hlm.

Rianto. 2009. Keuntungan menggunakan pupuk organik. dalam http://eriantosimalango. wordpress.com/2009/05/14/keuntungan menggunakan-pupuk-organik. Diakses pada tanggal 12 Maret 2011. Salisbury, B. F. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB.

Bandung. 225 hlm.

Saribun. 2008. Pengaruh pupuk majemuk NPK pada berbagai dosis terhadap pH, P-potensial, dan P-tersedia, serta hasil caysin (Brassica juncea)

pada fluventic etrudepst Jatinangor. Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung. 34 hlm. Sartini, M.N. Djide, dan G. Alam. 2006. Ekstraksi komponen bioaktif dari

limbah kulit buah kakao dan pengaruhnya terhadap aktivitas

antioksidan dan antimikroba. Laporan Penelitian. Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin. Makasar. 7 hlm.

Siregar, H.S. Tumpal, S. Riyadi, dan L. Nuraeni. 2000. Budidaya, Pengolahan,

(47)

Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao, Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 380 hlm.

Srilillah, A. 2008. Pengaruh cara panen dan pemberian giberelin terhadap mutu

buah dan pertumbuhan trubus baru manggis (Garcinia mangostana L.).

Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hlm.

Sudirja, R., M. A. Solihin, dan S. Rosniawaty. 2005. Pengaruh kompos kulit buah kakao dan kascing terhadap perbaikan beberapa sifat kimia

fluventik eutrudepts. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Fakultas

Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung. hlm1-10.

Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 242 hlm.

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 125 hlm. Tim Bina Karya Tani. 2010. Pedoman Bertanam Cokelat. CV Yrama Widya.

Bandung. 124 hlm.

Yulia, R. 2006. Kandungan tanin dan potensi anti Streptococcus mutans daun

teh var. Assamica pada berbagai tahap pengolahan. Skripsi. Program

Studi Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 hlm.

Yuniasari, D. 2009. Pengaruh pemberian bakteri Nitrifikasi dan denitrifikasi serta molase dengan C/N rasio berbeda terhadap profil kualitas air, kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vename (Litopenaeus

vannamei). Skripsi. Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan

(48)

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI CAMPURAN MEDIA PEMBIBITAN DAN PUPUK

NPK (15:15:15) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Oleh Minarsih

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(49)

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI CAMPURAN MEDIA PEMBIBITAN DAN PUPUK NPK (15:15:15)

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

(Theobroma cacao L.)

Nama Mahasiswa : Minarsih Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013041

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D. Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc. NIP. 196104191985031004 NIP. 196603041990122001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

(50)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D.

Sekretaris : Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001

(51)

Karya tulis ini aku persembahkan sebagai bakti dan cinta kasih untuk kedua orang tua (Bapak Hendri Fernando dan Ibu Watini) yang

telah rela berkorban dengan segenap jiwa dan raga demi kesuksesanku

(52)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 Juni 1990 sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak Hendri Fernando (Alm.) dan Ibu Watini.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Pelita Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMPN 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMAN 9 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008. Penulis meneruskan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri

Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat.

(53)

iv SANWACANA

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., selaku Pembimbing I dan Pembimbing II atas bimbingan, motivasi, saran, nasihat dan perhatian kepada penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S., selaku penguji bukan pembimbing atas segala saran, masukan, dan kritikan yang membangun dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Tumiar Katarina B. Manik, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran selama penulis menjadi mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku ketua Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

(54)

iv 7. Arif Aditya, S.P., dan keluarga atas doa, motivasi, kasih sayang dan bantuan

selama penulis melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.

8. Cici Vivi, Cici Ai Ching dan David Gunawan atas kebersamaan, motivasi dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Ananda Yashinta Rahmayanti, S.P., sebagai teman seperjuangan yang selalu membantu dan saling berbagi selama penulis melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.

10.Myco Family (Mbak Anggun, Mbak Tri dan Kak Gary) atas bantuan, saran dan

motivasi selama penulis melaksanakan penelitian.

11.Rara Ayu Sekarsari, S,P., Sri Hartati, S.P., Rizki Amelia dan Dewi Puspita Sari atas kebersamaan, motivasi, bantuan dan saran selama penulis melaksanakan penelitian dan penyelesain skripsi ini.

12.Keluarga besar Agroteknologi 2008 dan Forum Mahasiswa Kantin atas kebersamaan, keceriaan dan motivasi kepada penulis.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Bandar Lampung, 15 Februari 2013 Penulis

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran penelitian pengaruh pemberian kompos kulit buah  kakao sebagai campuran media pembibitan dan pupuk NPK (15:15:15) terhadap pertumbuhan bibit kakao
Tabel 1.  Kriteria bibit kakao siap tanam asal benih.
Tabel 2.  Komposisi kulit buah kakao di PT Perkebunan XXIII dan XXVI.
Gambar 2.  Benih dan pohon tanaman kakao klon hibrida TSH 858 PTPN VII  Kab.  Pesawaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada panjang gelombang 1310 nm memiliki attenuasi lebih besar dibanding pada panjang gelombang 1550 mengakibatkan total loss semakin besar maka terdapat jumlah penguatan yang

Pada saat ini perkembangan teknologi di bidang manufaktur sangat la cepat, dengan demikian permintaan pasar pun semangkin beragam akan kebutuhan produk-produk dan

Musyawarah jika ditilik dari berbagai hukum baik dalam hukum Islam maupun hukum positif tidak ada yang menjelaskan sistemnya secara mendetail sehingga para yang berperkara

Apabila para pihak telah memilih upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya

Pandangan Kuntowijoyo di atas, selaras dengan yang disampaikan Syahrin Harahap bahwa salah satu ciri dari masyarakat industrial adalah terciptanya budaya dunia yang

Akan tetapi indikator tersebut relevan dijadikan sebagai ukuran dasar pengelolaan hutan lestari untuk aspek produksi karena indikator tersebut merupakan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara external locus of control

“berbagai kendala yang kita hadapi dalam menjalankan fungsi pengawasan selain dari faktor internal juga berasal dari faktor eksternal yaitu latar belakang keilmuan tiap