AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA
FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BATANG BANGKAL
(Nauclea subdita) SECARA IN VITRO
Artikel Ilmiah
untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan program sarjana Strata-1 Farmasi
Oleh:
Zakiah NIM J1E111017
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA
FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BATANG BANGKAL (Nauclea subdita) SECARA IN VITRO
Zakiah1, Dina Rahmawanty2, Fadlilaturrahmah3
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
e-mail: zhack.zakiah23@gmail.com
Abstract
Bangkal (Nauclea subdita) has been used as traditional cosmetics by people in South Kalimantan. Ethanolic extract from stem bark of bangkal has been reported as an antioxidant and sunscreen. The aim of this study was to evaluated antioxidant activity and potential sunscreen from ethyl acetate fraction of stem bark of bangkal. Determination of antioxidant activity had been evaluated using DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl) method with UV-Vis spectrophotometer at wavelength 522 nm and compared with ascorbic acid as positive control. Determination of potential sunscreen was done by defining values of SPF (Sun Protection Factor) using a method developed by Mansur using UV-Vis spectrophotometer at wavelength range 290-320 nm. The result showed that ethyl acetate fraction of stem bark of bangkal had antioxidant activity with IC50 value of 236,9137 ppm that was included in the
moderate level. Ethyl acetate fraction of stem bark of bangkal as potential sunscreen
at consentration 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, 300 ppm, and 350
ppm had SPF value 4 and 5 (moderate protection); 10 and 11 (maximal protection); 18, 21 dan 24 (ultra protection). These results indicate that ethyl acetate fraction of stem bark of bangkal has potential as a natural antioxidant and sunscreen.
Abstrak
Bangkal (Nauclea subdita) secara empiris digunakan sebagai kosmetika tradisional oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Ekstrak etanol kulit batang bangkal telah diuji aktivitasnya sebagai antioksidan dan tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan tabir surya dari fraksi etil asetat kulit batang bangkal. Penentuan aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 522 nm dan dibandingkan dengan asam askorbat sebagai kontrol positif. Penentuan potensi tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor) menggunakan metode yang dikembangkan oleh Mansur dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-320 nm. Hasil penelitian menunjukkan fraksi etil asetat kulit batang bangkal memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 236,9137 ppm yang termasuk dalam tingkat kemampuan aktivitas antioksidan sedang. Fraksi etil asetat kulit batang bangkal berpotensi sebagai tabir surya dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, 300 ppm dan 350 ppm dengan nilai SPF berturut-turut sebesar 4 dan 5 (proteksi sedang); 10 dan 11 (proteksi maksimal); 18, 21 dan 24 (proteksi ultra). Dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat kulit batang bangkal berpotensi sebagai antioksidan dan tabir surya alami.
Kata kunci : Nauclea subdita, tabir surya, antioksidan, etil asetat
PENDAHULUAN
Penggunaan tabir surya merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi kulit dari efek merugikan yang disebabkan oleh radiasi UV. Kemampuan suatu tabir surya dapat melindungi kulit dengan menunda eritema dinyatakan dengan Sun Protection Factor (SPF) (Hassan et al., 2013). Nilai SPF menunjukkan berapa kali perlindungan kulit dilipatgandakan sehingga aman di bawah sinar matahari tanpa mengalami eritema (Rai & Srinivas, 2007). Paparan radiasi UV yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat adanya radikal bebas yang terbentuk sehingga diperlukan suatu antioksidan untuk menghambat radikal bebas tersebut. Salah satu golongan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan dari sumber alami yaitu flavonoid. Senyawa ini dapat menghambat radikal bebas dengan mendonasikan satu elektronnya (Ardhie, 2011).
melindungi kulit wajah dari radiasi ultraviolet yang merupakan salah satu komponen utama yang dipancarkan oleh sinar matahari (Hassan et al., 2013). Selain itu, dapat berkhasiat untuk menghaluskan permukaan kulit, memberi kesan putih (atau kekuningan), menghilangkan flek-flek hitam, mencegah jerawat dan membersihkan sel-sel mati pada kulit wajah (Soendjoto & Riefani, 2013).
Penelitian Maulina (2014) menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit batang bangkal yang diuji secara in vitro menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) memiliki nilai IC50 sebesar 84,850 ppm yang termasuk aktivitas antioksidan aktif. Penentuan nilai SPF ekstrak etanol menggunakan metode yang dikembangkan oleh Mansur (1986) pada konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm menghasilkan nilai SPF berturut-turut sebesar 10 (proteksi maksimal), 15 (proteksi maksimal) dan 29 (proteksi ultra). Dari hasil tersebut, diduga kuat senyawa berperan sebagai antioksidan dan tabir surya kulit batang bangkal adalah flavonoid.
Uji aktivitas antioksidan dan tabir surya kulit batang bangkal masih terbatas pada ekstrak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai aktivitas antioksidan dan tabir surya kulit batang bangkal dari hasil fraksinasi khususnya fraksi etil asetat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai IC50 dan nilai SPF secara in vitro dari fraksi etil asetat kulit batang bangkal dari tanaman bangkal yang tumbuh di daerah Kalimantan Selatan.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari-April 2015 bertempat di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Farmasi dan Laboratorium Kimia Farmasi FMIPA Unlam Banjarbaru.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik (Ohauss PA214),
timbangan analitik (Gold Series), blender (Panasonic), oven (Memmert), bejana
maserasi, alat-alat gelas (Iwaki Pyrex), mikropipet (Labmate), tip pipet, propipet
(Bandelin Sonorex Digitec), corong pisah (Duran), statif, waterbath (SMIC), rotary
vacuum evaporator (RV 06-ML IKA WERKE model VR-2B), vial, cawan porselin,
rak tabung reaksi, penjepit, magnetic stirrer, hot plate (Stuart CB 302) dan
spektrofotometer UV-Vis (Spectronic Genesys 10uv).
Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit batang bangkal, akuades, pelarut
etanol 70% teknis, etanol p.a, AlCl3 p.a (Merck), kuersetin (Merck), pereaksi DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), n-heksan (Brataco), kloroform, etil asetat p.a (Merck),
n-butanol (Merck), asam klorida (HCl) pekat, asam asetat glasial (Merck), NaOH,
asam askorbat p.a, HCl 1%, reagen Dragendroff, reagen Meyer, FeCl3 3%, gelatin
linier (Brataco), benzena, amonia, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat, NaCl, Pb
Asetat, aluminium foil dan kertas saring.
Determinasi Tumbuhan Bangkal
Determinasi dilakukan di Laboratorium Dasar FMIPA UNLAM Banjarbaru. Pengumpulan dan Pengolahan Sampel
Kulit batang bangkal diperoleh dari desa Sinar Bulan Kecamatan Satui
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Kulit batang bangkal
dikumpulkan dengan cara dikelupas kulit batang utama denan ketebalan 2-6 mm, disortasi basah, dicuci bersih, dipotong-potong dengan panjang 10 cm dan lebar 2-3 cm, dikeringkan dengan oven pada suhu 50 oC selama 12 jam, disortasi kering, diserut, dihaluskan dengan blender, lalu diayak dengan ayakan mesh 25.
Ekstraksi dan Fraksinasi
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi ultrasonikasi. Sebanyak 1 kg
serbuk simplisia diekstraksi dengan etanol 70% (1:5). Sampel diaduk dengan
magnetic stirrer pada kecepatan 50 rpm selama 15 menit. Sonikasi dilakukan selama
30 menit pada suhu 50oC. Kemudian dilakukan perendaman pada suhu kamar selama
1x24 jam. Hasil maserasi disaring dengan corong Buchner. Remaserasi dilakukan
3x24 jam. Filtrat dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator pada suhu 55oC
sampai menjadi kental (Handa et al., 2008). Kemudian diuapkan dalam cawan
Lima gram ekstrak etanol difraksinasi dengan corong pisah menggunakan
pelarut yang memiliki kepolaran berbeda yaitu n-heksana dan etil asetat. Ekstrak
kental disuspensikan menggunakan akuades terlebih dahulu dengan perbandingan
1:20, kemudian dilakukan fraksinasi dengan pelarut n-heksana (1:20) dan etil asetat
(1:20). Dilakukan tiga kali replikasi. Lapisan yang larut etil asetat dipisahkan,
dikumpulkan, dan diuapkan di atas waterbath hingga bobot tetap, kemudian dihitung
rendemennya terhadap ekstrak etanol.
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Bangkal
Skrining fitokimia ekstrak etanol dan fraksi etil asetat berupa uji kandungan tanin, saponin, steroid, flavonoid, alkaloid dan antrakuinon.
Penentuan Kadar Total Flavonid dari Ekstrak Etanol dan Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Bangkal
Sebanyak 25 mg fraksi etil asetat dilarutkan ke dalam etanol 70% p.a dalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan etanol 70% p.a hingga tanda batas. Sebanyak 1 mL sampel direaksikan dengan 1 mL AlCl3 2%. Lalu ditambahkan ke dalam larutan 8 mL asam asetat 5% dan didiamkan selama 14 menit. Absorbansi larutan uji diukur pada panjang gelombang maksimal menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dilakukan tiga kali replikasi. Pengukuran juga dilakukan terhadap blanko berupa serupa dengan perlakuan namun tanpa sampel. Absorbansi dicatat dan dilakukan perhitungan kadar dengan memasukan hasil absorbansi ke dalam persamaan kurva baku y = bx + a. Digunakan kuersetin sebagai standar (Depkes RI, 2000).
Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Pembuatan Larutan Uji
Fraksi etil asetat kulit batang bangkal sebanyak 25 mg dilarutkan dalam etanol
70% p.a 5 mL sehingga diperoleh konsentrasi 5000 ppm. Larutan induk diencerkan
menjadi berbagai konsentrasi 50, 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH dan Operating Time
Sebanyak 1 mL larutan DPPH 0,4 mM dan ditambahkan dengan 4 mL etanol
blanko. Serapan larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 450-550 nm (Molyneux, 2004). Penentuan operating time dilakukan
dengan cara 1 mL larutan DPPH 0,4 mM ditambah dengan salah satu larutan
pembanding 6 ppm sebanyak 4 mL. Larutan tersebut diukur absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum dengan interval pada waktu 5 menit sampai diperoleh
absorbansi yang stabil (Maulina, 2014).
Penentuan Aktivitas Antioksidan
Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan cara 1 mL larutan DPPH
0,4 mM ditambah dengan masing-masing 4 mL larutan uji. Campuran didiamkan
selama waktu operating time, diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum. Asam askorbat p.a digunakan sebagai kontrol positif dengan konsentrasi
1, 2, 3, 4, 5 dan 6 ppm. Dilakukan juga pengukuran absorbansi blanko. Hasil
penetapan antioksidan dibandingkan dengan asam askorbat p.a sebagai kontrol positif
(Maulina, 2014).
Penentuan Nilai SPF
Sebanyak 25 mg fraksi etil asetat dilarutkan dalam 5 mL etanol 70% p.a,
diperoleh larutan baku induk 5000 ppm. Kemudian dilakukan pengenceran berbagai
konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm dan 300 ppm. Larutan
seri kadar dibaca serapannya pada panjang gelombang antara 290-320 nm setiap
interval 5 nm, blanko yang digunakan adalah etanol 70% p.a. Nilai SPF dihitung
dengan persamaan yang dikembangkan oleh Mansur et al. (1986).
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisis nilai IC50 menggunakan persamaan garis regresi linier yang diperoleh
dari grafik hubungan antara konsentrasi dengan persen inhibisi. Besarnya persen
inhibsi dihitung dengan rumus:
Persen inhibisi = Absorbansi Kontrol-Absorbansi Sampel Absorbansi Kontrol x 100%
Menurut Jun et al. (2003) tingkat kemampuan aktivitas antioksidan dengan
50-100 ppm termasuk aktivitas aktif, 101-250 ppm termasuk aktivitas sedang, 250-500
ppm termasuk aktivitas lemah dan >500 ppm termasuk aktivitas tidak aktif.
Nilai SPF dihitung dengan menggunakan persamaan matematis Mansur et al.
(1986), persamaan dapat dilihat sebagai berikut:
SPF = CF x EE (λ) x I (λ) x absorbansi (λ) 320
290
Keterangan: EE = Spektrum efek eritema I = Intensitas spektrum sinar
Abs = Serapan tabir surya CF = Faktor koreksi
Tingkat kemampuan tabir surya dikelompokkan berdasarkan SPF menurut
ketentuan FDA adalah sebagai berikut: SPF 2-4 termasuk proteksi minimal, SPF 4-6
termasuk proteksi sedang, SPF 6-8 termasuk proteksi ultra, 8-15 termasuk proteksi
maksimal dan >15 termasuk proteksi ultra (Wilkinson et al., 1982).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Determinasi Tumbuhan Bangkal
Hasil determinasi menyatakan sampel bangkal yang dideterminasi adalah jenis
Nauclea subdita.
Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi
Berat total ekstrak etanol yang diperoleh sebesar 101,46 gram dari 1000 gram
serbuk simplisia dengan rendemen sebesar 10,146% (%b/b). Berat dari fraksi etil
asetat kering yang diperoleh sebesar 0,29 gram dari 5 gram ekstrak dengan rendemen
sebesar 5,8% (%b/b).
Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol dan Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Bangkal
Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, triterpen dan fitosterol, sedangkan fraksi etil asetat mengandung flavonoid, fitosterol dan triterpen.
Hasil Kadar Total Flavonoid Ekstrak Etanol dan Fraksi Etil Asetat
jika kadar total flavonoid fraksi ditinjau dari per gram ekstrak, kadar total flavonoid dari fraksi etil asetat hanya sebesar 1,7231 mg ekuivalen kuersetin/g ekstrak. Hasil konversi kadar total flavonoid fraksi etil asetat dalam mg ekuivalen kuersetin/g ekstrak diperoleh dengan mengalikan rendemen fraksi (Perwiratami et al., 2014).
Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Gambar 1. Operating Time Gambar 2. Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat
Hasil Panjang Gelombang Maksimum DPPH dan Operating Time
Panjang gelombang maksimum DPPH yang yang diperoleh sebesar 522 nm.
Berdasarkan Gambar 1, serapan larutan mulai stabil terjadi pada menit ke-15 dan
berhenti stabil pada menit ke-55. Hal ini memberikan informasi bahwa operating time
yang digunakan pada menit ke-15 hingga menit ke-50. Oleh karena itu, operating
time larutan uji dilakukan setelah 15 menit direaksikan dengan DPPH.
Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat
Penentuan aktivitas antioksidan sampel terukur ketika senyawa yang
terkandung dalam larutan uji mendonasikan satu atom hidrogen atau elektronnya
pada radikal bebas DPPH sehingga DPPH menjadi senyawa yang bukan radikal.
Berdasarkan Gambar 2, hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka
semakin tinggi persen inhibisi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
konsentrasi larutan uji dengan peningkatan persen inhibisi.
Persen inhibisi hanya menunjukkan respon masing-masing konsentrasi larutan
uji sehingga tidak mencerminkan aktivitas antioksidan yang paling baik diantara
seluruh sampel yang diujikan. Oleh karena itu, digunakan analisis nilai IC50 sebagai
parameter utama aktivitas antioksidan (Molyneux, 2004). Hasil penelitian
menunjukkan fraksi etil asetat kulit batang bangkal memiliki aktivitas antioksidan
dengan nilai IC50 sebesar 236,9137 ppm. Fraksi etil asetat kulit batang bangkal
mampu menghambat aktivitas radikal bebas sebesar 50% dengan konsentrasi
236,9137 ppm. Menurut Jun et al. (2003), dapat diketahui bahwa fraksi etil asetat
kulit batang bangkal memiliki tingkat kemampuan aktivitas antioksidan sedang.
Kontrol positif yang digunakan adalah asam askorbat. Jika nilai IC50 sampel
sama atau mendekati nilai IC50 kontrol positif maka dapat dikatakan bahwa sampel
berpotensi sebagai salah satu alternatif antioksidan yang sangat aktif. Hasil menunjukkan asam askorbat memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 3,9543 ppm. Asam askorbat dapat menghambat aktivitas radikal bebas sebesar 50% dengan konsentrasi 3,9543 ppm. Menurut Jun et al. (2003), dapat diketahui bahwa asam askorbat memiliki tingkat kemampuan aktivitas antioksidan sangat aktif. Dari data tersebut, aktivitas antioksidan fraksi etil asetat kulit batang bangkal memiliki aktivitas lebih lemah dibandingkan asam askorbat.
Hasil Penentuan Nilai SPF
Berdasarkan grafik, dapat dikelompokkan tingkat kemampuan tabir surya berdasarkan nilai SPF menurut ketentuan FDA (Wilkinson et al., 1982). Fraksi etil asetat kulit batang bangkal dengan konsentrasi 50 ppm dan 100 ppm diperoleh nilai SPF berturut-turut 4 dan 5 yang berada dalam rentang 4-6, termasuk memiliki tingkat kemampuan proteksi sedang. Fraksi etil asetat kulit batang bangkal dengan konsentrasi 150 ppm dan 200 ppm diperoleh nilai SPF berturut-turut 10 dan 11 yang berada dalam rentang 8-15, termasuk memiliki tingkat kemampuan proteksi
maksimal. Fraksi etil asetat kulit batang bangkal dengan konsentrasi 250 ppm, 300 ppm, dan 350 ppm diperoleh nilai SPF berturut-turut 18, 21, dan 24 berada dalam kategori lebih dari 15, termasuk memiliki tingkat kemampuan proteksi ultra. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fraksi etil asetat kulit batang bangkal berpotensi sebagai tabir surya yang dinyatakan dengan nilai SPF.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Fraksi etil asetat kulit batang bangkal memiliki kemampuan aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 236,9137 ppm yang termasuk dalam tingkat kemampuan aktivitas antioksidan sedang.
2. Fraksi etil asetat kulit batang bangkal menunjukkan potensi sebagai tabir surya dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, 300 ppm dan 350 ppm dengan nilai SPF berturut-turut sebesar 4 dan 5 (proteksi sedang); 10 dan 11 (proteksi maksimal); 18, 21 dan 24 (proteksi ultra).
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan kepada kedua orang tua, Ibu Dina Rahmawanty, M.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing utama, Ibu Fadlilaturrahmah, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing pendamping. Bapak M. Ikhwan Rizki, M.Sc., Apt. dan Ibu Mia Fitriana, M.Si., Apt., selaku tim penguji dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang ikut membantu jalannya penyusunan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhie, A. M. 2011. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Medicinus. 24: 4-9.
Daud, M. F., E. R. Sadiyah & E. Rismawati. 2011. Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Berdaging Buah Putih. Prosiding Seminar Nasional
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Handa, S. S., S. P. S. Khanuja, G. Longo, & D. D. Rakesh. 2008. Extraction
Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. International Centre for
Science and High Technology, Trieste.
Hassan, I., K. Dorjay, A. Sami, & P. Anwar. 2013. Suncreens and Antioxidant as Photo-Protective Measures: An Update. Our Dermatol Online. 4: 369-374.
Jun, M. H. Y., J. Yu, X. Fong, C. Wan, S., & C. T. Yang. 2003. Comparison of Antioxidant Activities of Isoflavones from Kudzu Root (Pueraria labata Ohwl.). Journal of Food Sciences. 68 : 2117-2122.
Mansur, J. S., M. N. R. Breder, M. C. A.Mansur, & R. D. Azulay. 1986. Determination of Sun Protection Factor by Ultraviolet Spectrophotometry.
Anais Brasileiros de Dermatologia. 61 : 121-124.
Marinova, G. & V. Batchvarov. 2011. Evaluation of the Methods for Determination of the Free Radical Scavenging Activity by DPPH. Bulgarian Journal of
Agricultural Science. 17: 11-24.
Maulina, R. 2014. Penentuan Nilai Sun Protection Factor (SPF) dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Bangkal (Nauclea subdita) secara in vitro. Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pnegetahuan Alam, Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Molyneux, P. 2004. The Use of Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal of Science and
Technology. 26: 211-219.
Perwiratami, C., M. Suzery & B. Cahyono. 2014. Korelasi Fenolat Total dan Flavonoid Total dengan Antioksidan dari Beberapa Sediaan Ekstrak Buah Tanjung (Mimusops elengi). Progress in Chemistry.7: 34-39.
Rai, R. & C. R. Srinivas. 2007. Photoprotection. Indian Journal Dermatology,
Venereology, and Leprology. 73: 73-79.
Soendjoto, M. A. & M. K. Riefani. 2013. Bangkal (Nauclea sp.) Tumbuhan Lahan Basah Bedak Dingin. Warta Konservasi Lahan Basah. 21: 13 dan 18.