Pergeseran paradigma proses pendidikan dari pengajaran ke pembelajaran telah memberi tantangan baru bagi guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas. Peserta didik yang akan difasilitasi untuk dapat mencapai hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan tidak semuanya memiliki karakteristik dan kemampuan yang sama. Demikian pula dengan unsur penunjang belajar selain guru yang tidak seragam dimiliki oleh setiap sekolah. Kedua hal yang telah disebutkan ini akan dapat menjadi hambatan belajar bagi siswa jika tidak diatasi secara tepat. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah menggunakan berbagai pendekatan, metode, media dan sarana pendukung lainnya yang disesuaikan dengan jenis dan sifat hambatan belajar yang dihadapi oleh peserta didik.
Aktifitas belajar mengajar yang berlangsung dalam kelas dikendalikan dan dikontrol langsung oleh guru. Oleh sebab itu maka guru dituntut untuk lebih kreatif mengamati berbagai persoalan yang terjadi saat proses berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diharapkan guru akan mampu melakukan berbagai inovasi pembelajaran, baik berupa pendekatan maupun metode, media atau hal lain yang dapat diterapkan saat mengajar sesuai dengan karakteristik bahan ajar serta kondisi siswa yang diajar.
Salah satu konsep kimia yang aplikasinya sangat umum ditemui pada proses yang terjadi disekitar kita adalah konsep asam basa. Dalam industri besar ataupun industri rumah tangga, banyak proses-proses yang produksinya atau kualitas produksinya sangat bergantung pada tingkat keasaman atau kebasaan mediumnya. Misalnya pada pembuatan tahu, kualitas pembentukan tahu (proses pengendapan) ditentukan keasaman larutan mediumnya. Demikian pula dalam tubuh kita terdapat sistem yang sangat rumit yang secara ketat dikendalikan oleh keasaman darah dimana jika terjadi deviasi sedikit saja terhadap tingkat kesaman darah dapat berakibat fatal bahkan kematian. Kenyataan ini kiranya dapat menjadi alasan akan pentinganya konsep larutan penyangga perlu untuk diajarkan dengan berbasis pada masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar karena aplikasinya yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah akan berimbas pada ketertarikan siswa untuk mempelajari kimia dan pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajarnya.
3. Perumusan dan Pemecahan Masalah
a. Rumusan Masalah
Apakah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah akan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI.IPA.1 SMA Negeri 4 Palopo ?
b. Bentuk tindakan
Menerapkan model pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan sintaksnya. Masalah yang dipilih adalah masalah yang ada di sekitar siswa yang relevan dengan konsep larutan penyangga.
c. Indikator keberhasilan
4. Tujuan
Berdasrkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai dalam penbelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI.IPA.1 SMA Negeri 4 Palopo./
5. Manfaat
Hasil penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Siswa untuk meningkatkan motivasi belajar yang akan berdampak pada
peningkatan hasil belajarnya.
b. Sebagai salah satu referensi bagi guru untuk senantiasa melakukan inovasi dalam
membelajarkan siswa.
c. Memberikan sumbangan informasi yang berharga yang dapat dijadikan sebagai sebuah pilihan jenis model pembelajaran bagi mata pelajaran lain
6. Kajian Pustaka
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009), belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Menurut Hilgard (dalam Sanjaya, W., 2008), belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan melainkan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Tingkah laku yang dimaksud terdiri atas unsur obyektif yaitu unsur yang dapat diamati dan unsur subyektif yaitu unsur yang tidak tampak tetapi dapat diketahui berdasarkan tingkah laku yang tampak. Seseorang yang sedang berpikir tampak dari raut wajahnya sedangkan proses berpikirnya itu sendiri tidak tampak.
Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut yaitu: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etika, sikap, dan lain-lain. Jika seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Trianto (2009:17) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakekatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Secara implisit, jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu; (1) motivasi, (2) pemahaman, (3) pemerolehan, (4) penyimpanan, (5) ingatan kembali, (6) generalisasi, (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, memberikan definisi tentang pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Ciri utamanya adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.
b. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah atau dikenal pula dengan istilah Problem Based
Learning (PBL) merupakan sebuah inovasi pendidikan. Berdasarkan definisi dari Wikipedia,
”problem based learning is student-centered instructional strategy in which students
colaboratively solve problems and reflect on their experiences”. PBL adalah sebuah strategi
Rumusan lain dari Dutch (dalam Taufiq, 2009) mengatakan bahwa PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan ketiga pengertian di atas, tersirat bahwa materi pelajaran terutama bercirikan masalah. Dalam PBL, sebelum pembelajaran dimulai, siswa akan diberikan masalah-masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan siswa. Tugas guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencari dan menemukan solusi yang diperlukan, dan juga sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran.
Wina Sanjaya (2006) menjelaskan bahwa hakikat masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut dapat dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c. Kerangka Pikir
PenerapanModel Pembelajaran PBM
Partisipasi/AktifitasBelajar Meningkat
7. Metode Penelitian
a. Subyek , Tempat dan Waktu
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI.IPA.1 SMA Negeri 4 Palopo yang berjumlah 31 orang pada tahun pelajaran 2011/2012.
b. Skenario
Penelitian ini menggunakan empat tahap/fase yakni : fase perencanaan, fase pelaksanaan , fase observasi , dan fase refleksi. Deskripsi kegiatan untuk setiap fase adalah sebagai berikut:
- Siklus 1
1) Persiapan
1) Membuat desain pembelajaran sesuai dengan konsep yang diajarkan.
2) Menyiapkan fasilitas pendukung dalam pembelajaran berbasis masalah
2) Pelaksanaan
Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
3) Observasi dan Evaluasi
1) Ovservasi
Pada akhir penyajian materi, dilakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan.
2) Evaluasi
Selesai satu pokok bahasan , diberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa terhadap proses pembelajaran yang diilaksanakan pada siklus 1.
4) Refleksi
- Siklus 2
1. Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala jenis keperluan dalam melaksanakan siklus 2. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah desain pembelajaran, fasilitas pendukung , dan tes evaluasi hasil belajar kimia.
2. Pelaksanaan
Melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan desain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis siswa.
3. Observasi dan Evaluasi
a. Observasi
Setiap akhir mata pelajaran diberikan sesi tanya jawab tentang respon siswa terhadap teknik atau metode pembelajaran yang diterapkan
b. Evaluasi
Selesai pokok bahasan, diberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa dengan model pembelajaran yang digunakan.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil belajar kimia berdasarkan tes yang dilakukan dan observasi kegiatan siswa untuk menentukan dan melihat perbandingan tes awal dengan tes akhir.
c. Kriteria Keberhasilan
Indikator untuk mengukur keberhasilan tindakan yang dilakkan dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya adalah:
1. Partisipasi dan aktifitas siswa pada setiap langkah pembelajaran memenuhi criteria minimal
2. Hasil belajar yang dicapai setelah dilakukan tindakan minimal mencapai ketuntasan belajar
secara klasikal sebesar 80% dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran. 8. Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung mulai pekan keempat bulan Juli 2011 sampai dengan pekan ketiga bulan Agustus 2011. Jumlah pekan seluruhnya adalah empat pekan dimana setiap pekan sesuai dengan jadawal mengajar dilakukan 2 kali pertemuan seperti dalam tabel 1 berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Amir, T. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Arikunto, Suharsimi dkk, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta.
BSNP. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif . Jakarta: AV Publisher.
Pamungkas, Dudy. 2009. Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. Online. (http://www.docstoc.com/21640769/Teori-Belajar-yang-Melandasi-Proses-Pembelajaran/). Diakses 5 Oktober 2010.
Sofya, Emmawaty. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia Berbasis Elektronik dan Tidak Berbasis Elektronik Dalam Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA. Laporan Penelitian. Lampung: Jurusan
Pendidikan Kimia FKIP Unila.
Suparman, Atwi. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Wina Sandjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.