• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR RC09 1380 PERENCANAAN SISTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR RC09 1380 PERENCANAAN SISTEM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR RC09-1380

PERENCANAAN

SISTEM

DRAINASE

PADA

PROYEK

PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA-MOJOKERTO

SEKSI IA

DIPO SURYAPRAJA

NRP 3106 100 010

Dosen Pembimbing :

Ir. Fifi Sofia

Ir. Anggrahini, MSc

JURUSAN TEKNIK SIPIL

(2)
(3)

Perencanaan Sistem Drainase pada Proyek Pembangunan Jalan Tol

Surabaya-Mojokerto Seksi IA

Nama Mahasiswa : Dipo Suryapraja NRP : 3106 100 010

Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. Fifi Sofia

Ir. Anggrahini, MSc.

ABSTRAK

Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Nojokerto (SUMO) adalah perencanaan pembangunan jalan tol yang akan menghubungkan dua kota besa r di Provinsi Ja wa Timur yaitu Kota Surabaya dan Kota Mojokerto. Dalam studi ini membahas perencanaan sistem drainase jalan tol yang mampu menangani air limpasan hujan yang terjadi. Lokasi studi ini bertempat pada proyek pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto untuk Seksi IA di wilayah Waru-Sepanjang.

Banjir dan genangan air sangat tidak diharapkan terjadi, oleh karena itupada a wal perencanaan sistem drainase perlu direncanakan skema drainasenya. Pada skema drainase, direncanakan arah aliran dan tempat pembuangan akhir (outlet) yang dalam loka si studi adalah Kali Menanggal dan Kali Buntung.

Pada umunya ketinggian elevasi permukaan jalan tol berada di atas timbunan setinggi kurang lebih 8 meter. Supaya air limpasan hujan tidak menggerus permukaan timbunan, perlu dibuat saluran yang menuruni timbunan dan mengalirkan air dari permukaan jalan menuju kaki timbunan yang selanjutnya dialirkan menuju saluran-saluran drainase. Selain itu, air limpasan hujan yang terjebak di anta ra timbunan juga perlu diperhatikan supa ya tidak menggenang dan merusak timbunan jalan.

Perencanaan sistem drainase pada Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO) harus mampu melayani air limpasan hujan

yang terjadi di permukaan jalan told an ka wasan-ka wa sansekita r jalan tol yang membebani saluran-saluran drainase yang direncanakan. Selain itu, diharapkan adanya Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO) tidak menjadi perma salahn banjir di masa-masa yang akan dating.

Kata Kunci : Drainase Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA, Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO) bertujuan untuk menghubungkan 2 (dua) kota besar di Provinsi Jawa Timur yaitu Kota

Surabaya dan Kota Mojokerto.

Pembangunan jalan tol ini rencananya akan memiliki panjang jalan 36,270 Km dan terbagi menjadi 5 (lima) seksi yaitu Seksi

IA (Waru-Sepanjang), Seksi IB

(4)

Gambar 1.1. Rencana Proyek Jalan Tol Surabaya - Mojokerto (SUMO)

Pada perencanaan sistem drainase jalan akan berkaitan erat dengan site plan

jalan, aligment vertical-horizontal jalan,

superelevasi jalan, dan elevasi permukaan jalan. Tujuannya adalah untuk mengalirkan limpasan air yang terjadi di permukaan jalan secara grafitasi dan dibuang melalui saluran drainase yang telah ada (eksisting) atau yang belum ada (non-eksisting) menuju saluran pembuang akhir (outlet).

Untuk saat ini, kondisi sistem drainase pada kawasan Jalan Tol SUMO belum terhubung dengan baik. Masih adanya saluran-saluran drainase yang rusak akibat termakan usia atau ada yang rusak akibat tertutup oleh pekerjaan timbunan proyek.

Oleh karena itu, perlu direncanakan suatu system pengelolaan air limpasan yang terjadi, sehingga air limpasan tidak menggenangi daerah sekitar dan langsung masuk ke saluran-saluran drainase yang ada.

1.2.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penulisan Tugas Akhir (TA) ini adalah :

1) Berapa besar debit limpasan yang

terjadi di kawasan Proyek

Pembangunan Jalan Tol

Surabaya-Mojokerto Seksi IA dan sekitarnya yang akan membebani saluran drainase jalan ?.

2) Bagaimana dengan sistem drainasenya agar tidak terjadi genangan dan bagaimana kaitannya dengan sistem drainase kawasan ?.

3) Bagaimana rencana bentuk dan dimensi

penampang saluran serta bangunan pelengkap pada sistem drainasenya ?.

1.3.

Ruang Lingkup Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini, lokasi studi adalah di Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO) khusus untuk Seksi IA di kawasan Waru-Sepanjang. Dimana letak geografis lokasinya adalah :

Utara : Kelurahan Sepanjang Selatan : Jalan Dukuh Menanggal Timur : Kelurahan Bebekan Barat : Kelurahan Bungurasih

1.4.

Batasan-Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini, antara lain :

1) Studi ini hanya meninjau perencanaan sistem drainase di kawasan Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA di wilayah Waru-Sepanjang.

2) Debit yang ditinjau hanyalah dari air hujan saja.

3) Daerah tangkapan hujan (catchment area) ditinjau hanya pada kawasan

(5)

4) Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait.

5) Tidak memperhitungkan Rencana

Anggaran Biaya (RAB) dalam

pengerjaan saluran drainasenya.

Gambar 1.2. Proyek Jalan Tol Surabaya- Mojokerto (SUMO) Seksi IA

1.5.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini, antara lain :

1) Merencanakan debit limpasan yang

terjadi di kawasan Proyek

Pembangunan Jalan Tol Surabaya- Mojokerto Seksi IA dan sekitarnya yang akan membebani saluran drainase jalan.

2) Merencanakan sistem drainase Jalan Tol Surabaya- Mojokerto Seksi IA

3) Membuat perencanaan detail

penampang saluran serta bangunan pelengkap yang diperlukan pada Jalan Tol Surabaya- Mojokerto Seksi IA

1.6.

Manfaat Penulisan

Apabila sistem drainase yang direncanakan dibangun maka air limpasan yang terjadi dipermukaan jalan tidak akan tergenang dan dibuang langsung ke saluran-saluran drainase menuju saluran akhir (outlet).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Survey Lapangan

Data saluran eksisting (saluran yang yang telah ada) diperoleh dari hasil

survey di sekitar kawasan Jalan Tol SUMO

Seksi IA. Ada 7 (tujuh) saluran eksisting yang akan mempengaruhi hidrologi dan hidrolika saluran. Daftar saluran eksisting terlampir pada table berikut.

Tabel 2.1. Daftar Saluran Eksisting di sekitar

Kawasan Jalan Tol SUMO Seksi IA No. Nama

Saluran Asal Aliran

1 S Ex Pgs A Perumahan

Pagesangan

2 S Ex Swh IA Persawahan

Pagesangan

3 S Ex Swh I Persawahan

Pagesangan

4 S Ex Swh II3

A Persawahan Pagesangan S Ex Swh II3

B

5 S Ex 11+100 Ramp 11+100

6 S Ex Prm

Bbk A Perumahan Bebekan

7 S Ex Prm

Bbk B Perumahan Bebekan

(Catatan : untuk lebih jelasnya mengenai letak saluran eksisting tersebut, dapat dilihat pada Gambar 2.2).

Dari hasil survey diketahui bahwa

kondisi saluran eksisiting : terbuat dari material tanah,

(6)

terdapat endapan, sampah, dan tumbuhan liar di penampang basah saluran.

Oleh karena itu, untuk memudahkan perhitungan saluran eksisting diasumsikan berbentuk trapesium sama kaki dengan material tanah dan kemiringan talud 1:z = 1:0,5.

b

hsaluran

hair

0,5 1

w

Gambar 2.1. Penampang Saluran Eksisting

2.2.

Analisa Hidrologi

2.2.1. Analisa Hujan Rata-Rata

Kawasan

Ada 3 (tiga) macam cara yang digunakan dalam menghitung hujan rata-rata kawasan, yaitu metode rata-rata-rata-rata aljabar, metode poligon Thiessen, dan

metode isohyet.

Luas proyek jalan tol +1,24 km2

(termasuk dalam catchment area (DAS)

kecil) dengan kontur topografi umumnya dataran (dengan variasi elevasi +4 m sampai +6 meter) dan stasiun hujan terdekat dengan lokasi proyek terbatas ada 6 (enam) buah (Lihat pada sub-bab 3.2.), maka metode yang digunakan untuk menghitung hujan rata-rata kawasan adalah

dengan menggunakan metode Thiessen

Polygon.

Hujan rata-rata dapat dihitung sebagai berikut :

atau

... (2.1)

dimana :

A = luasan daerah aliran

Ai = luasan daerah pengaruh stasiun i

Ri = tinggi hujan pada stasiun i

2.2.2. Analisa Periode Ulang Curah Hujan

Untuk daerah pemukiman

umumnya dipilih hujan rencana dengan periode ulang 5-15 tahun. Daerah pusat pemerintahan yang penting, daerah komersil, dan daerah padat dengan nilai ekonomi tinggi dengan periode ulang 10-50 tahun. Perencanaan gorong-gorong jalan raya dan lapangan terbang antara 3-15 tahun. Perencanaan pengendalian banjir pada sungai antara 25-50 tahun.

2.2.3. Analisa Frekuensi

Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Maksudnya adalah pada suatu periode ulang dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai dan dilampaui.

Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah : 1) Distribusi Normal ;

2) Distribusi Gumbel. ; dan 3) Distribusi Log-Normal.

2.2.4. Analisa Intensitas dan Waktu Hujan

(7)

…… (2.14)

2.2.5. Analisa Waktu Konsentrasi pada Permukaan Jalan

Pada Proyek Pembangunan Jalan

Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA

penentuan waktu konsentrasi tergantung pada potongan melintang (cross section)

dan potongan memanjang (long section)

pada permukaan jalan. Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus :

tc = to + tf ... (2.15)

dimana :

to = waktu yang diperlukan untuk

mengalir mencapai inlet

tf = waktu yang diperlukan untuk

mengalir sepanjang saluran

Perumusan yang umum digunakan untuk menghitung to :

2.2.6. Analisa Waktu Konsentrasi pada Struktur Jalan

Pada Proyek Jalan Tol Surabaya-Mojokerto ini hampir keseluruhan badan jalan

berada pada struktur timbunan atau pada struktur jembatan. Untuk mengalirkan air limpasan pada kondisi jalan seperti ini dibutuhkan inlet-inlet drainase yang menuju saluran terbuka di kaki timbunan.

Jumlah inlet yang dibutuhkan tergantung dari persamaan :

...(2.23) Umumnya untuk jarak pemasangan inlet pada : Struktur timbunan : 10-20 meter

Struktur jembatan : 5-10 meter

2.2.7. Analisa Koefisien Pengaliran

Koefisien Pengaliran C pada Tabel 2.9. dapat diaplikasikan untuk hujan dengan periode ulang 5 – 10 tahun. Intensitas hujan tinggi menyebabkan koefisien C tinggi, sebab infiltrasi dan kehilangan air lainnya hanya berpengaruh kecil pada limpasan. Koefisien C untuk

suatu wilayah permukiman (blok,

kelompok) dimana jenis permukaannya leih dari satu macam, diambil harga rata-ratanya dengan rumus berikut ini :

Crata-rata = Ai

2.2.8. Analisa Debit Rencana

Dimensi saluran didesain

berdasarkan besarnya debit air hujan yang akan dialirkan. Rumus Rasional :

Q = C I A (m³/detik)……(2.26)

dimana :

Q = debit (m³/detik) C = koefisien pengaliran

(8)

A = Luasan yang akan didrain (km²)

2.3.

Analisa Hidrolika

2.3.1. Perhitungan Kecepatan Saluran

Kecepatan aliran dalam saluran hendaknya tidak menyebabkan terjadinya pengendapan dan tumbuhnya tanaman pengganggu, selain itu juga perlu diperhatikan jenis material yang akan digunakan supaya kecepatan aliran tidak menggerus dasar saluran.

Untuk saluran dari beton kecepatan maksimum adalah 4 m/s (Modul Drainase 2005, Fifi Sofia, hal. 2-31)

2.3.2. Perhitungan Kekasaran Saluran

Koefisien kekasaran saluran

ditentukan oleh bahan/material saluran, jenis sambungan, material padat yang terangkut dan yang terendap dalam saluran, akar tumbuhan, aligment lapisan penutup (pipa), umur saluran dan aliran lateral yang menggangu.

2.3.3. Perhitungan Saluran

Berpenampang Persegi

Untuk saluran yang berpenampang persegi seperti u-ditch atau box culvert, dimensinya dapat direncanakan dengan rumusan-rumusan :

A = bh …… (2.28)

O = b + 2h …… (2.29)

…… (2.30)

T = b …… (2.31)

D = h …… (2.32)

dimana :

b = lebar saluran (m)

h = tinggi saluran (m)

A = luas penampang saluran (m2)

O = keliling basah saluran (m)

R = jari-jari hidrolis (m)

T = lebar puncak (m)

D = kedalaman hidrolis

2.3.4. Perhitungan Saluran

Berpenampang Trapesium

Untuk saluran yang berpenampang trapesium, dimensinya dapat direncanakan dengan rumusan-rumusan :

A = (b + zh)h …… (2.33)

…… (2.34)

…… (2.35)

T = b + 2zh …… (2.36)

…… (2.37)

dimana :

b = lebar saluran (m)

h = tinggi saluran (m)

z = kemiringan talud

A = luas penampang saluran (m2)

O = keliling basah saluran (m)

R = jari-jari hidrolis (m)

T = lebar puncak (m)

D = kedalaman hidrolis

2.3.5. Tinggi Jagaan

Yang dimaksud tinggi jagaan adalah jarak antara elevasi muka air (elevasi muka air pada saat perencanaan) sampai puncak tanggul, , yang disediakan untuk perubahan elevasi penuh air akibat angin dan penutupan pintu air di hulu (bukan untuk tambahan debit).

BAB III

METODOLOGI

3.1.

Konsep Pemikiran

Permukaan jalan pada Jalan Tol

Surabaya-Mojokerto terletak tidak

(9)

perlakuan terhadap aliran air limpasan yang menuruni timbunan atau jembatan.

Selain itu, perlu diperhitungkan air limpasan dari kawasan sekitar proyek yang mungkin membebani saluran tepi dan outlet. Outlet dalam perencanaan ini adalah Kali Buntung (outlet 1) dan Kali Menanggal (outlet 2).

Gambar 3.1. Flow-Chart Konsep Perencanaan Drainase

Hal-hal yang menjadi perhatian dalam perencanaan sistem drainase Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA ini adalah :

1) Saluran tepi di kaki-kaki timbunan diharapkan dapat menampung debit limpasan yang terjadi baik yang berasal dari permukaan jalan maupun kawasan di sekitar proyek yang mungkin membebani saluran yang direncanakan. 2) Arah aliran saluran direncanakan dalam

bentuk skema drainase. Selain itu, juga direncanakan gorong-gorong untuk mengalirkan air limpasan hujan yang terhalang oleh medan (misalnya : timbunan dan jalan yang telah ada (eksisting)).

3.2.

Pengumpulan Data

Data-data yang diperoleh berasal dari :

a) Balai PSAWS Butung Peketingan

Ngagel, yang meliputi :

Tabel curah hujan harian selama 18 tahun dari stasiun hujan.

b) Kontraktor PT. Wijaya Karya, yang meliputi :

Lay Out/Site Plan Proyek Jalan Tol

Surabaya-Mojokerto Seksi IA

Survey Drainase berupa foto-foto dan

pengamatan langsung di lapangan.

Gambar-gambar long dan cross section

Proyek Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA

Elevasi permukaan jalan dan permukaan tanah asli (eksisiting).

Elevasi saluran akhir (outlet).

c) GoogleEarth, yang meliputi :

Peta topografi dan posisi astronomis (letak lintang dan bujur) dari stasiun hujan.

Gambaran tampak atas lokasi proyek dan daerah di sekitar proyek.

3.3.

Analisa Hidrologi

Untuk data-data curah hujan harian selama 18 tahun akan dicari tinggi hujan

rata-ratanya dengan Metode Thiessen

Polygon. Besarnya faktor pengaruh daerah

stasiun hujan dapat diketahui dengan

mem-plot-kan polygon pada peta topografi yang

menunjukkan posisi stasiun hujan.

Selama rentan waktu 18 tahun tersebut, ada beberapa rentan waktu dimana tidak terjadi hujan. Oleh karena itu, perlu diperkirakan berapa besar peluang (frekuensi) terjadinya hujan dengan metode Distribusi Normal, Distribusi Gumbel, dan

Distribusi Log Pearson, dimana

metode-metode distribusi tersebut dianalisa

kebenarannya dengan Uji Chi-Kuadrat.

Maka, akan diperoleh tinggi curah hujan harian yang terjadi.

Data-data lay out/site plan, long section (potongan memanjang) dan cross section (potongan melintang) pada jalan

digunakan untuk merencanakan skema

drainase, luas daerah limpasan, dan memperkirakan waktu masuknya air hujan menuju inlet-inlet terdekat (to).

Kemudian dengan menghitung kecepatan aliran pada saluran (v) dengan rumus (rumus 2.27) diperoleh nilai tf. Dengan diketahui nilai to dan tf, waktu

(10)

Output dari analisa hidrologi adalah

debit limpasan (debit hidrologi) yang terjadi pada kawasan proyek. Debit limpasan itu dipakai sebagai input dalam

kontrol penampang saluran drainase jalan.

3.4.

Analisa Hidrolika

Dari data-data long section

(potongan memanjang) dan cross section

(potongan melintang) diketahui elevasi permukaan jalan dan elevasi permukaan tanah eksisting. Terutama dengan data elevasi permukaan tanah eksisiting dapat menjadi patokan dalam menentukan kedalaman dasar saluran yang akan dibuat.

Beda tinggi antara dasar saluran rencana di bagian hulu dan hilir saluran (∆H) jika dibagi dengan panjang saluran rencana (L) diperoleh kemiringan dasar saluran (S) yang menjadi data input

rumusan (rumus 2.27).

Luas basah (A) dan keliling basah (O) penampang saluran dicari dengan metode trial error (coba-coba) dengan

mengganti besarnya tinggi muka air aktual (haktual) di saluran drainase.

Output dari analisa hidrolika adalah

debit hidrolika pada saluran. Debit hidrolika (Qhidrolika) kemudian akan

dikontrol dengan debit hidrologi (Qhidrologi)

dimana :

∆Q = Qhidrolika - Qhidrologi ≈ 0,000

3.5.

Kesimpulan Metodologi

Yang ingin dicapai dalam

penyusunan Tugas Akhir ini adalah perencanaan sistem drainase pada Proyek Jalan Tol Surabaya – Mojokerto Seksi IA dan mendesain saluran dan bangunan-bangunan bantu, misalnya bangunan-bangunan terjun, dan sebagainya. Luas Daerah Limpasan

(A) dan Koef. lebar saluran (b)

ditentukan, tinggi saluran (h) dicari

dengan trial error

ΔQ ≈ 0,000

Gambar 3.3. Flow-Chart Metodologi

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

4.1.

Perencanaan

Skema

Drainase

Skema jaringan saluran drainase

diperlukan untuk menunjukkan

perencanaan sistem aliran air hujan yang yang jatuh pada permukaan jalan menuju saluran tepi (tersier) dan dibuang menuju pembuangan akhir (outlet).

Konsep perencanaan skema arah aliran air hujan ini adalah :

1. Meninjau pada outlet terdekat dari sistem drainase jalan tol.

2. Mengalirkan air hujan secara grafitasi, yaitu dari permukaan berelevasi tinggi menuju permukaan berelevasi rendah.

Pada skema jaringan drainase yang tampak adalah saluran-saluran terbuka pada

sisi kaki-kaki timbunan yang akan

(11)

jalan. Jika aliran air pada saluran terbuka tersebut terhalang oleh medan (jalan eksisting ataupun timbunan), maka diatasi dengan membuat saluran terbuka gorong-gorong.

Selain itu, layout dari proyek ini

dibagi menjadi 13 (tiga belas) zona. Pembagian zona tersebut berfungsi sebagai

zooming lokasi saluran rencana sekaligus

menunjukkan kesatuan sistem drainase pada zona tersebut.

Tabel 4.1. sampai dengan Tabel 4.13. menunjukkan letak saluran rencana yang akan dibuat. Sebagai ilustrasi tentang

simbol-simbol dan index pada tabel

tersebut adalah sebagai berikut :

Saluran : S1 A = S  saluran

= 1  berada di Zona 1

= A  nomor index

saluran

Saluran : S G 3B = S  saluran

= G  gorong-gorong = 3  berada di Zona 3

= B  nomor index

saluran

Saluran : O3 = O outlet

= 3  nomor index outlet

T14 = titik kontrol dengan

nomor index 14

Sta. 11+000 = posisi stasioning pada kilometer 11.

Sta. 11+100 = posisi stasioning pada kilometer 11 lalu ditambah jarak sepanjang 100 meter, atau dengan kata lain berjarak 100 meter dari Sta. 11+000 (Sta. 11+000 sebagai titik acuan pengukuran stasioning pada jalan kilometer 11).

Sedangkan :

Ex = saluran eksisting

Swh = sawah

Pgs = daerah Pagesangan

Wsm Bng = daerah Wisma Bungurasih

Prm Bbk = daerah Perumahan

Bebekan

Mahmilti = daerah Mahkamah Militer

Sta. = posisi stasioning pada

jalan

Data sekunder berupa gambar rencana yang diperoleh dari lokasi proyek

berbentuk softcopy, sehingga dapat

dihitung panjang saluran yang

direncanakan dengan salah satu tools dari

program AutoCAD yang bernama

dimension.

Gambar 4.1. Dengan menggunakan dimension pada program AutoCAD dapat diketahui panjang saluran

rencana

Sedangkan data-data elevasi pada saluran rencana, dapat diketahui dari data-data sekunder long section (potongan

memanjang) jalan tol yang diperoleh dari lokasi proyek.

(12)

Air hujan yang jatuh pada suatu daerah, limpasannya akan ditampung oleh saluran-saluran. Oleh karena itu, luasan daerah yang “terkena” hujan perlu diketahui.

Semakin luas daerah limpasan yang ditampung saluran, maka dimensi saluran juga akan semakin besar. Karena itu, perlu perhitungan cermat luasan daerah limpasan pada alur-alur saluran yang akan dilewati.

4.2.1. Menghitung Luas Daerah Aliran yang Eksisting

Air limpasan yang terjadi di luar lokasi proyek namun kemungkinan akan membebani atau ikut melalui saluran yang

akan direncanakan juga harus

diperhitungkan.

Gambar 4.2. (a) tidak direncanakannya saluran untuk mengatasi air limpasan eksisting (b) salah satu solusi genangan air (misal : gorong-gorong)

Hal ini bertujuan agar proyek jalan tol ini tidak menghambat aliran limpasan yang telah ada. Sehingga di masa mendatang dengan adanya jalan tol ini tidak menimbulkan genangan air di sekitar wilayah jalan tol.

Pada daerah eksisting, luar daerah

aliran dapat diketahui dengan

menggunakan software online

GoogelEarth. Dengan membuat bentuk

poligon pada area yang dicari, dapat diketahui luas (area) di lokasi tersebut.

Gambar 4.3. Mengetahui Luas Aliran dengan GoogleEarth

4.2.2. Menghitung Luas Daerah aliran di Lokasi Proyek

Pada daerah proyek yang akan direncanakan salurannya, luas daerah aliran

diperoleh dari softcopy gambar

siteplan/layout lokasi proyek. Dimana pada

tiap-tiap saluran dicari luas daerah aliran yang akan memebani saluran dengan

menggambar bentuk poligon pada

AutoCAD. Dari poligon tersebut dapat

diketahui luasan daerah yang akan membebani saluran rencana.

Gambar 4.4. Dengan Poligon AutoCAD Diketahui Luasan Daerah Aliran

4.3.

Menentukan

Koefisien

Pengaliran

Dengan menentukan jenis

permukaan daerah yang akan dilalui air

(13)

hujan, dapat diambil nilai koefisien pengaliran (C) berdasarkan Tabel 2.9. (Lihat sub-bab 2.2.8.).

BAB V

ANALISA HIDROLOGI

5.1.

Menentukan Tinggi Hujan

Rencana

Ada 2 (dua) stasiun hujan yang berdekatan dengan lokasi proyek, yaitu stasiun hujan Ketegan dan stasiun hujan Bono.

.

Gambar 5.1. Lokasi Stasiun Hujan Ketegan dan stasiun Hujan Bono (Sumber : Google Earth)

Stasiun hujan Ketegan berada pada posisi 7o20,459’ LS dan 112o42,192’ BT dan stasiun hujan Bono berada pada posisi 7o22,442 LS dan 112o44,459 BT. Dengan

bantuan Google Earth dapat ditarik garis

khayal yang menghubungkan kedua stasiun dan diketahui jarak antara kedua stasiun hujan adalah +5,52 Km.

Berdasarkan metode Thiessen, jika

garis yang menghubungkan kedua stasiun tersbut dibagi dua, tampak bahwa stasiun hujan Ketegan lebih dekat dan akan lebih

besar pengaruhnya dalam menentukan tinggi hujan di lokasi proyek.

Oleh karena itu, dalam perencanaan kali ini data hujan yang akan digunakan adalah data hujan dari stasiun hujan Ketegan.

5.2.

Menentukan

Waktu

Konsentrasi

Waktu konsentrasi (tc) pada

masing-masing saluran, dilihat pada titik-titik kontrol saluran. Titik-titik kontrol merupakan pertemuan antara saluran tepi dari berbagai tempat pada suatu titik temu ataupun tergantung dari kondisi (medan) tertentu yang memerlukan pengontrolan. Dalam skema drainase Tugas Akhir ini, titik-titik kontrol disimbolkan Tindex (Lihat sub-bab 4.1

tentang cara membaca simbol dan index

pada skema drainase)

Langkah awal dalam menghitung nilai tc adalah dengan mengetahui terlebih

dahulu nilai to dan tf.

a) Nilai to

Permukaan daerah limpasan terdiri dari permukaan jalan, permukaan timbunan jalan, dan permukaan lahan. Sesuai dengan Tabel 2.8. dalam perumusan Kerby (rumus 2.16) bahwa nilai nd tergantung

dari jenis permukaan daerah limpasan.

Diasumsikan berdasarkan Tabel 2.16

bahwa :

permukaan jalan : nd = 0.04

permukaan timbunan jalan : nd = 0.02

permukaan lahan : nd = 0,4

(untuk perumahan)

: nd = 0,3

(untuk lapangan) Lokasi

+5,52 Km

(14)

Data-data potongan melintang (cross section) dan potongan memanjang (long section) memuat informasi tentang gradien

memanjang (g) dan gradien melintang (s) pada penampang jalan, timbunan, dan lahan. (Lihat pembahasan sub-bab 2.2.6.2). Contoh :

Untuk saluran rencana S1 A dipermukaan

jalan :

Untuk selanjutnya pada timbunan jalan dan lahan menggunakan prinsip perhitungan yang sama.

b) Nilai tf

Dalam perencanaan ini, kecepatan saluran diperoleh berdasarkan rumusan

(rumus 2.27) dan panjang saluran (L) terlampir pada Tabel 4.1 – Tabel 4.11. Maka, dengan rumusan tf = L/v dapat

diketahui nilai tf-nya.

Setelah nilai to dan tf diketahui,

waktu konsentrasi pada masing-masing saluran dapat dihitung dengan perumusan 2.15.

5.3.

Menentukan Debit Hidrologi

Saluran

Meninjau pada sub bab 4.2 yaitu perhitungan luasan daerah aliran, diketahui luasan area (A) yang akan membebani saluran. Selain itu, berdasarkan survey

lapangan dapat ditentukan nilai koefisien pengaliran (C) yang mengacu pada Tabel 2.9.

Dengan memasukkan tinggi hujan rencana pada sub bab 5.1. dengan rumus

intensitas hujan oleh Mononobe

(perumusan 2.14) yaitu dengan periode ulang 2, 5, dan 10 tahun, diperoleh debit hidrologi (Q) pada saluran berdasarkan rumus rasional (perumusan 2.26).

Contoh : untuk Saluran S1 A

Dengan memperoleh besar debit hidrologi (Q) yang terjadi pada masing-masing saluran, dapat direncanakan dimensi saluran hidrolikanya. Berikut hasil hitungan dengan Ms. Excel untuk

(15)

BAB VI

ANALISA HIDROLIKA

6.1.

Menentukan Letak Elevasi

Dasar Saluran

Elevasi hulu dan hilir saluran

dasar saluran diperoleh dengan

menggunakan metode trial error

(coba-coba) dengan syarat elevasi da sar saluran

tidak boleh lebih besar dari elevasi permukaan jalan atau lahan serta memperhitungkan tinggi aktual (haktual) dan

tinggi jagaan (w) pada saluran.

Beda tinggi (∆H) antara elevasi hulu dan hilir dasar saluran dibagi panjang saluran rencana (L) akan diperoleh kemiringan saluran (S).

Nilai S tersebut sebagai dara input

dalam perumusan : (rumusan

2.27).

Jari-jari hidrolis (R) pada rumusan 2.27 diperoleh dengan rumus : R = A/

O

dimana luas basah (A) dan keliling basah (O) juga diperoleh dengan metode trial error (coba-coba) dengan mencoba

mengganti nilai h (tinggi muka air atau tinggi aktual). Sedangkan, lebar saluran (b) dalam hal ini telah ditentukan.

6.2.

Menentukan Debit Hirolika

Setelah diketahui nilai v (kecepatan saluran) maka debit hidrolika dapat dicari dengan rumus : Q = vA dimana A adalah luas basah penampang saluran.

Debit hidrolika yang diperoleh di kontrol dengan debit hidrologi apakah selisih antara kedua debit tersebut terpaut jauh atau tidak. Sebisa mungkin selisih antara keduanya adalah 0,000 (∆Q ≈ 0,000)

6.3.

Menentukan Tinggi Muka

Air Aktual

Jika kontrol debit (∆Q) telah terpenuhi maka tinggi aktual (haktual lihat

Tabel 6.1b.) pada trial error sebelumnya

telah benar. Dengan menambahkan elevasi dasar saluran dan tinggi aktual akan diperoleh profil muka air aktual. Perlu diperhatikan di sini bahwa elevasi muka air aktual setelah ditambahkan tinggi jagaan tidak boleh melebihi elevasi permukaan lahan atau jalan.

BAB VII

PENUTUP

7.1.

Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan Tugas Akhir ini, dapat diambil kesimpulan bahwa :

1) Besarnya debit limpasan yang terjadi di kawasan Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA dapat diketahui dari hasil perhitungan hidrologi pada masing-masing titik kontrol saluran.

(16)

Pada Zona 2 :

2) Jaringan (Sistem) drainase pada jalan tol ini mengikuti kemiringan muka air atau mengalir secara grafitasi menuju outlet (Skema arah aliran saluran dapat dilihat pada halaman 9).

3) Besarnya dimensi penampang saluran drainase tergantung dari besarnya debit hidrologi yang akan dialirkan. Dalam perencanaan ini saluran-saluran drain didesain sebagai saluran terbuka berbentuk persegi baik itu untuk saluran-saluran tepi dan

gorong-gorong. Dimensi masing-masing

saluran dapat dilihat pada Tabel 6.1 (untuk Zona 1) dan Tabel 6.2 (untuk Zona 2).

7.2.

Saran

Air limpasan dari proyek Jalan Tol Surabaya-Mojokerto ini akan dibuang melalui saluran-saluran drain menuju

outlet. Namun ada juga saluran yang

sebelum menuju outlet harus melewati

saluran sekunder setempat dikarenakan jaraknya yang lebih dekat.

Karena itu perlu diperhatikan apakah saluran sekunder tersebut mampu mengalirkan air limpasan dari jalan tol menuju outlet dengan baik. Pengecekan

jaringan drainase secara menyeluruh mutlak diperlukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Triatmojo, 2008, Hidrologi Terapan, Penerbit : Beta Offset, Yogyakarta.

Fifi Sofia, Ir., 2005, Modul Drainase, Penerbit : -, Surabaya.

Gambar

Tabel 2.1. Daftar Saluran Eksisting di sekitar Kawasan Jalan Tol SUMO Seksi IA
Gambar 3.3. Flow-Chart Metodologi
Tabel 4.1. sampai dengan 4.13.yang akan dibuat. Sebagai ilustrasi tentang simbol-simbol  menunjukkan  letak saluran rencana Tabel dan index pada tabel tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3. Mengetahui Luas Aliran dengan GoogleEarth

Referensi

Dokumen terkait

Empowering Teaching for Participatory Citizenship: Evaluating the Impact of Alternative Civic Education Pedagogies on Civic Attitudes, Knowledge and Skills of

P ada proses penilaian AMDAL oleh Komisi Penilai AMDAL maka saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat akan menjadi dasar pertimbangan penetapan kelayakan lingkungan

Oleh sebab itu dibuat perancangan aplikasi berbasis web pengelolaan gaji dan peminjaman kas dengan harapan dapat membantu perhitungan gaji dan angsuran peminjaman kas

Berdasarkan observasi langsung bahwa adanya perbedaan pelaksanaan model praktik keperawatan profesional pemula sesudah mendapat pelatihan model praktik keperawatan

Merujuk pula kepada kurikulum Sejarah yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Malaysia yang mana pertimbangan pemilihan tajuk kandungan isi mata pelajaran adalah

33.08 μg/mL) dibanding fraksi yang lain dari daun Calotropis gigantea , serta diketahui pula bahwa dosis yang digunakan sebagai obat antikanker pada ekstrak daun masih

Simpulan: Ada hubungan antara status kesehatan dengan status gizi dan tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, status ekonomi, dan status tempat tinggal

Namun, pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan semua peubah produksi baik pada panen 5 BST (Bobot basah dan kering total) maupun 6 BST (Bobot basah dan kering total,