• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Latar Belakang Perusahaan pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Latar Belakang Perusahaan pada"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Latar Belakang Perusahaan pada Tingkat Maturity Portofolio IT

Sebuah Perbandingan Antara Perusahaan Berbasis Keuntungan dan Organisasi Non Profit

Echo Wahana Marciano Simanjuntak 1222402404

solar_medan@yahoo.com

(2)

Abstrak

Kesiapan infrastruktur TI untuk mendukung perkembangan bisnis ataupun operasional perusahaan/organisasi saat ini merupakan hal yang tidak terhindarkan lagi untuk segera dibenahi sebaik mungkin. Hampir setiap bentuk transaksi ataupun kegiatan operasional menggunakan infrastruktur IT sebagai alat bantunya.

Berdasarkan hal diatas, setiap proyek TI yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan akan infrastruktur TI yang baik tentunya membutuhkan dana yang diinvestasikan ke proyek tersebut, nilai investasi ini nantinya diharapkan membawa nilai yang setimpal yang akan dihasilkan kepada perusahaan dalam berbagai macam bentuk.

Namun pada kenyataannya banyak perusahaan yang sudah menginvestasikan keuangannya untuk membangun infrastruktur, namun setelah diukur tingkat kesiapan/maturity nya ternyata hasilnya masih berada pada level rendah. Sebagai perusahaan, keuntungan finansial merupakan hal yang dicari dalam melakukan kegiatan bisnisnya, hal ini kemungkinan berdampak pula terhadap pola pikir dan cara kerja orang-orang yang berada pada perusahaan tersebut. Sedangkan untuk organisasi non-profit, keuntungan secara finansial bukanlah tujuan mereka, tujuan yang dicari adalah berdasarkan nilai-nilai yang mereka yakini akan membawa kebaikan buat lingkungan di sekitar mereka. Hal ini tentunya menarik untuk dipelajari, apakah ada penyebab latar belakang perusahaan dengan tingkat maturity perusahaan tersebut, apakah motivasi orang-orang yang bekerja dalam perusahaan juga berpengaruh terhadap maturity portofolio TI pada perusahaan tersebut.

(3)

BAB I Pendahuluan I a. Latar Belakang Permasalahan

Investasi TI yang dikucurkan oleh perusahaan untuk mendukung operasional dan

transaksi pada perusahaan ternyata tidak menjamin kinerja perusahaan dapat lebih baik dari

sebelumnya. Banyak perusahaan besar yang sudah mengucurkan banyak investasi ternyata

setelah diukur tingkat maturity nya, ternyata hasilnya masih berada pada level yang rendah.

Berdasarkan hal tersebut, ternyata ada hal lain yang juga menjadi penyebab mengapa

tingkat maturity pada portofolio TI di perusahaan/organisasi masih berada pada level yang

rendah. Salah satu faktor yang patut diduga sebagai penyebab rendahnya tingkat maturity

tersebut adalah motivasi para pekerja dalam menjalankan roda usaha perusahaan. Ketika pekerja

termotivasi untuk membangun perusahaan, maka untuk mencapai tingkat maturity level yang

tinggi pada sebuah perusahaan/organisasi bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan.

Pada perusahaan bersifat profit/keuntungan dengan skala perusahaan yang besar ternyata

tidak menjamin bahwa tingkat maturity yang didapat berada pada level yang tinggi, sedangkan

sebaliknya perusahaan yang bersifat non-profit bisa mencapai tingkat maturity yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan bersifat profit. Hal inilah yang akan dicoba untuk dikaji

mengenai latar belakang perusahaan bersifat profit dan non-profit serta pengaruhnya terhadap

tingkat maturity portofolio IT.

(4)

perusahaan itu dalam meningkatkan maturity portofolio TI mereka sehingga didapatkan hasil

yang maksimal dari investasi TI yang dikucurkan oleh perusahaan.

I c. Study Sebelumnya I c.1 Pengenalan P3M3

Portfolio, Programme and Project Management Maturity Model (P3M3) merupakan model standar dalam pengukuran maturity performa suatu perusahaan/organisasi terkait tiga hal

diatas, yaitu portfolio, programme dan project. Dengan P3M3, perusahaan dapat mengukur

performa mereka dan mempersiapkan rencana untuk meningkatkan performa tersebut. P3M3

sendiri terdiri dari tiga individual model yang dapat digunakan bersamaan maupun secara

terpisah, ketiga model tersebut adalah Portfolio Management Maturity Model (PfM3),

(5)

Walaupun berhubungan, tidak terdapat ketergantungan antara model-model ini, yang

memungkinkan penilaian secara independen dari masing-masing bidang yang spesifik.

Sedangkan tingkat maturity yang digunakan pada P3M3 adalah sebagai berikut :

Level 1 - awareness of processLevel 2 - repeatable processLevel 3 - defined processLevel 4 - managed processLevel 5 - optimized process

Level-level ini terdiri dari komponen struktural P3M3 dan memiliki karakteristik seperti

(6)

Alasan mengapa organisasi atau perusahaan harus memilih menggunakan maturity model untuk

mengukur performa mereka saat ini adalah sebagai berikut :

Investasi pada portfolio, programme, atau project dapat di tingkatkan dengan benar. • Dapat mengenali kualitas pelayanan dalam rangka mendukung proposal investasi TI. • Meningkatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kekuatan dan kelemahan dalam

(7)

P3M3 dapat digunakan dengan bermacam cara, contohnya adalah sebagai berikut :

Untuk memahami kunci penerapan untuk efektivitas portfolio, programe dan project manajemen proses.

• Untuk mengidentifikasi kunci penerapan yang perlu diterapkan dalam sebuah organisasi untuk mencapai tingkat maturity berikutnya.

Untuk memahami dan meningkatkan kapabilitas organisasi untuk mengelola portfolio, programe dan project lebih efektif lagi.

• Untuk menilai resiko yang mungkin muncul dari isu kapabilitas proses pada penyedia layanan dalam mengelola program dan project tersebut.

Untuk pengukuran pada perusahaan yang diteliti maka dipakai model dari P3M3 ini.

I d. Alasan Pemilihan Judul

Judul "Pengaruh latar belakang perusahaan pada tingkat maturity portofolio IT : sebuah

perbandingan antara perusahaan berbasis keuntungan dan organisasi non profit" dipilih

dikarenakan setelah melakukan penilaian terhadap dua perusahaan/organisasi yang berbeda

terutama pada orientasi perusahaan atau organisasi tersebut, dimana satu perusahaan memiliki

orientasi keuntungan, sedangkan organisasi yang satu lagi tidak berorientasi keuntungan.

Setelah dilakukan pengukuran, ternyata perusahaan yang berorientasi kepada keuntungan

tidak memiliki maturity level yang lebih baik daripada organisasi yang tidak berorientasi kepada

keuntungan, hal ini menarik untuk dikaji sehingga penulis memilih judul tersebut dikarenakan

kemungkinan hasil penelitian perbedaan maturity level disebabkan oleh adanya perbedaan

(8)

BAB II Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang berasal dari data hasil

olahan kelompok mata kuliah IT Portfolio Management dimana penulis merupakan salah satu

anggotanya dan mengambil data sekunder dari kelompok lain untuk dibandingkan dengan data

dari kelompok penulis sendiri. Sedangkan untuk tempat pengambilan data sendiri berasal dari

dua tempat yang berbeda, yang pertama data diambil dari PT. NIPSEA PAINT AND

CHEMICALS dan yang kedua sebagai perbandingan diambil dari Lembaga Alkitab Indonesia

(LAI).

Untuk alat analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah didapat tadi

menggunakan alat pengolah statistik SPSS untuk mendapatkan mean data tersebut, sedangkan

untuk mengukur maturity modelnya sendiri menggunakan P3M3 (Portfolio, Programme and

(9)
(10)

BAB III

Hasil dan Pembahasan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa pengukuran maturity level pada data

masing-masing perusahaan tersebut menggunakan framework P3M3 dimana yang diukur adalah

maturity level pada portfolio management dan project management. Berikut akan dipaparkan

hasil perhitungan pada masing-masing data.

III a. Latar Belakang Perusahaan / Organisasi

Sebelum kepada pembahasan hasil pengukuran maturity level, ada baiknya kita melihat

latar belakang organisasi serta visi dan misi mereka untuk dapat menarik kesimpulan akan

motivasi orang-orang yang berada pada perusahaan tersebut. Berikut akan dipaparkan satu

persatu.

• PT. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS

P.T. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS didirikan tahun 1969 di Jakarta, Indonesia.

Seiring permintaan pasar yang semakin tinggi, di tahun 1970 pabrik kedua didirikan di Medan,

Sumatera Utara, yang disusul dengan didirikannya pabrik di Surabaya, Jawa Timur. Pabrik

keempat yang baru-baru ini didirikan di Purwakarta, Jawa Barat merupakan pelengkap perluasan

pabrik Jakarta.

Total jumlah pegawai dari keempat pabrik P.T. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS

mencapai 2.500 orang. Secara keseluruhan, keempat pabrik tersebut memproduksi cat dekoratif,

cat industri, cat untuk kapal, pelapis heavy-duty dan cat sesuai keinginan khusus pelanggan

guna memenuhi spesifikasi kualitas yang paling ketat dan teknologi cat yang terus berkembang.

Untuk menjamin ketersediaan produk di seluruh Indonesia dan agar dapat melayani

pelanggan dengan lebih baik, kami membuat jaringan pemasaran yang ekstensif. Didukung

lebih dari 20 depo di kota-kota besar, yang membentang dari Aceh di ujung pulau Sumatera

hingga ke ujung timur wilayah Papua.

P.T. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS memiliki departemen Penelitian dan

(11)

cat, memformulasikan produk baru dan melakukan peningkatan teknologi cat secara umum.

Untuk menjaga kepemimpinan perusahaan di industri cat, P.T. NIPSEA PAINT AND

CHEMICALS akan selalu meningkatkan teknologi cat, menciptakan varian produk yang

semakin beragam dan memperluas jaringan distribusi demi kepuasan konsumen.

Visi

• Kami berupaya membangun perusahaan berdasarkan pondasi yang telah ada untuk

memenuhi kebutuhan milenium baru di seluruh dunia.

• Kami berupaya untuk hidup berdampingan dengan alam dan masyarakat, melaksanakan

peran sebagai warga negara yang bertanggungjawab dengan mengembangkan dan

mempercantik lingkungan sekitar, melindungi alam dan mendorong pertumbuhan personal

personal karyawan kami.

• Kami berupaya untuk selalu melakukan eksplorasi teknologi dan memperluas wilayah

pemasaran, serta menciptakan inovasi cat untuk merespon kebutuhan pelanggan.

• Kami berupaya untuk mengembangkan produk-produk cat yang inovatif dan berteknologi

maju yang memperindah dan melindungi lingkungan sekitar.

• Kami akan menciptakan lingkungan kerja yang memaksimalkan potensi personal setiap

karyawan, menumbuhkan interdependensi mutual dan rasa percaya, yang pada akhirnya akan

menimbulkan kebanggaan dan identitas kolektif.

• Kami akan melingkupi seluruh dunia.

• Lembaga Alkitab Indonesia

Jauh sebelum berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), pada tanggal 4 Juni 1814

(12)

Indisch Bijbelgenootschap) atau dikenal dengan sebutan Lembaga Alkitab Batavia (Bataviaas Bijbelgenootschap). Tidak banyak yang diketahui tentang kegiatan Lembaga Alkitab ini.

Jauh sebelum berdirinya LAI, penyebaran Alkitab dan Bagian-bagiannya di Indonesia

dilakukan oleh Lembaga Alkitab Inggris dan Lembaga Alkitab Belanda. Sampai dengan tahun

1937, Lembaga Alkitab Belanda menyebarkan Alkitab melalui perwakilannya (agen) di

Bandung, sedang Lembaga Alkitab Inggris menyebarkan Alkitab melalui perwakilannya di

Manila dengan sub-agen wilayan Jawa-Bali yang juga berada di Bandung. Pada tanggal 1 Januari

1938, kedua agen itu dipersatukan dan berkedudukan di Burgemeester Kuhrweg 7 (sekarang

Jalan Purnawarman), Bandung.

Dengan berkecamuknya Perang Dunia II, maka pada tanggal 11 November 1940,

keagenan Lembaga Alkitab tersebut dialihkan ke tangan orang Indonesia. Yang ditunjuk

memimpin agen tersebut adalah Mr. Giok Pwee Khouw yang berkedudukan di Nijlandweg 56

(sekarang Jalan Cipaganti), Bandung. Sementara itu penyebaran Alkitab dan Bagian-bagiannya

pada masa perang dilakukan masih terus berjalan terus melalui depot-depot Alkitab dan melalui

perorangan yang tersebar luas di Indonesia.

Pada tahun 1945, agen Alkitab itu diserahkan kepada Lembaga Alkitab Belanda, dan Mr.

Giok Pwee Khouw dipindahkan ke Makassar. Baru setelah Pengakuan Kedaulatan Indonesia

oleh masyarakat internasional pada tahun 1950, agen Alkitab dipindahkan ke Jakarta yang

berkedudukan di Jalan Teuku Umar No. 34.

Berdirinya Lembaga Alkitab Indonesia

Pada tahun 1950 bersamaan dengan diterimanya Republik Indonesia menjadi anggota

Perserikatan Bangsa Bangsa, beberapa tokoh kristiani mulai memprakarsai berdirinya LAI.

Sejalan dengan aspirasi kemerdekaan bangsa dan negara, timbullah keinginan untuk berdikari,

bertanggungjawab penuh terhadap pengadaan serta penyebaran Alkitab.

Walaupun berdirinya Lembaga Alkitab Nasional yang mandiri telah diusahakan sejak

(13)

dihadapan Notaris Elisa Pondaag. Akta Notaris yang bernomor 101 tersebut mencatat susunan

pengurus LAI yang pertama. Susunan Badan Pengurus Yayasan LAI yang pertama adalah:

Ketua: Dr. Todung Sutan Gunung Mulia; Wakil Ketua: Elvianus Katoppo; Panitera/Bendahara:

Mr. Giok Pwee Khouw; Anggota: Ny. Tjitjih Leimena, Ds. Peter Dominggus Latuihamallo, Ds.

Mas Komarlin Tjakraatmadja, Ds. Pouw Ie Gan, dan Ds. Raden Saptojo Judokusumo.

Sementara itu pada tahun 1952, LAI diterima sebagai anggota madia (associate member)

dari Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia pada persidangannya di Ootacamund, India;

dan diterima menjadi anggota penuh (full member) pada persidangan Persekutuan

Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia di Eastbourne, Inggris pada bulan April 1954. Sejak berdirinya LAI

sampai sekarang, ada beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum (General

Secretary) LAI adalah: Mr. Giok Pwee Khouw; Ph.J. Sigar, S.H; Pdt. W.J. Rumambi; Pdt. Chr. A. Kiting dan Drs. Supardan, M.A.

LAI hadir untuk menerjemahkan, menerbitkan dan menyebarkan Alkitab dan

bagian-bagiannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah. Dalam upayanya tersebut LAI

selalu berusaha menerbitkannya dalam bahasa yang mudah dimengerti, dalam bentuk yang

menarik dan disukai, serta disebarkan dengan harga yang mudah dijangkau oleh masyarakat

umum.

Untuk melaksanakan tugas-tugasnya tersebut, LAI membagi tugas kerja ke dalam 7

departemen: Departemen Penerjemahan, Departemen Produksi dan Percetakan, Departemen

Penyebaran, Departemen Gereja & Masyarakat, Departemen Keuangan, Departemen

Administrasi Umum & SDM dan Departemen Penelitian & Pengembangan serta ditambah Pusat

Pelayanan Komputer (Puspelkom) dan Biro Informasi. Semua Departemen, Puspelkom dan Biro

(14)

Visi

Firman Allah hadir bagi semua orang dalam bahasa yang mudah dipahami agar mereka

dapat bertemu dan berinteraksi dengan Allah dan mengalami hidup baru.

Misi

1. Menerjemahkan, memproduksi, menerbitkan, menyebarkan Alkitab dan bagian-bagiannya

dalam sebanyak mungkin bahasa, dalam beragam bentuk dan media, serta dengan harga yang

terjangkau.

2. Bekerja sama dengan gereja dan Lembaga Kristen lainnya dalam mengupayakan agar umat

Allah yang membaca atau mendengar Firman Allah mengenal dan hidup dalam Yesus

Kristus yang menjadi pokok pemberitaan Kabar Baik.

3. Menggalang dukungan masyarakat, Gereja dan lembaga Gerejawi,

Lembaga-lembaga lainnya dan pemerintah.

Berdasarkan pemaparan visi dan misi masing-masing perusahaan dan organisasi diatas,

kita dapat mengetahui tujuan masing-masing perusahaan dan organisasi tersebut didirikan,

dimana PT. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS bertujuan untuk mendapat keuntungan dari

ekspansi pasar sedangkan Lembaga Alkitab Indonesia bukan bertujuan untuk mendapat

keuntungan dari pasar melainkan untuk memberikan pengaruh positif bagi masyarakat sesuai

dengan nilai-nilai yang mereka yakini. Latar belakang kedua perusahaan/organisasi yang berbeda

ini pastinya berpengaruh dengan motivasi para pekerja ataupun orang-orang yang terlibat dalam

perusahaan/organisasi itu. Sebelum beranjak kepada kesimpulan maka kita akan melihat terlebih

dahulu hasil perhitungan maturity level pada dua organisasi yang berbeda ini.

III. b Analisis data PT. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS

Data diambil dengan menyebar kuesioner kepada beberapa responden pada PT. NIPSEA

PAINT AND CHEMICALS. Berikut daftar responden pada PT. NIPSEA PAINT AND

(15)

Sedangkan untuk hasil pengolahan data yang didapat dari penyebaran kuesioner pada responden

(16)
(17)

III. c Analisis data Lembaga Alkitab Indonesia

Untuk data yang didapat pada Lembaga Alkitab Indonesia menggunakan metode

kuesioner seperti pada PT. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS diatas, yang menjadi responden

adalah pekerja yang berada pada bagian-bagian berikut ini :

Head of Printing Plan

Head of Internal Auditor

Head of GA and HRD

General Secretary of Executive Board

Head of IT

Staf Admin IT

Programmer Junior

Network Administrator

Treasure

Building Manager

Secretary of Building Management

Staf HRD

Marketing Staf

Head of Research and development

(18)
(19)

Summary data

III d. Penjelasan hasil analisa PT. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS

Pada hasil perhitungan data diatas, didapat bahwa pada bagian Portfolio Management,

PT. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS berada pada level 2 yaitu proses repeatable yang

artinya bahwa perusahaan harus diyakinkan pada tiap pelaksanaan proyek dan program dalam

portfolio dilakukan dengan proses dan prosedur yang sesuai standar.

Sedangkan untuk bagian project management, PT. NIPSEA PAINT AND CHEMICALS

(20)

III e. Penjelasan hasil analisa Lembaga Alkitab Indonesia

Pada hasil perhitungan data diatas, didapat bahwa pada bagian Portfolio Management,

Lembaga Alkitab Indonesia berada pada level 3 yaitu defined process, dimana perusahaan perlu

memastikan bahwa mereka mengontrol program dan proyek secara terpusat dan apakah

organisasi memiliki proses manajemen portfolionya sendiri.

Sedangkan untuk bagian project management, Lembaga Alkitab Indonesia juga berada

pada level 3 yaitu defined process, yaitu apakah organisasi memiliki proses sendiri yang

dikendalikan secara terpusat dan dapat melenturkan program individu dalam proses ini sesuai

(21)

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan perhitungan dan penjelasan visi dan misi diatas, kita dapat melihat bahwa

walaupun memiliki jumlah pegawai yang lebih besar serta kekuatan finansial yang lebih baik,

namun tidak menjadi jaminan akan tercapainya angka maturity level yang lebih baik

dibandingkan sebuah organisasi yang pekerjanya lebih sedikit dan tidak berorientasi kepada

keuntungan.

Adanya bukti bahwa terdapat organisasi non-profit yang dapat mencapai maturity level

lebih tinggi daripada organisasi/perusahaan yang berorientasi kepada keuntungan merupakan hal

yang menarik untuk diteliti apa penyebabnya. Setelah kita melihat latar belakang masing-masing

perusahaan/organisasi tadi, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa latar belakang perusahaan

dapat berimbas kepada motivasi orang-orang yang menggerakkan perusahaan tersebut dimana

motivasi ini tentunya akan berakibat juga kepada maturity level perusahaan/organisasi dalam

menjalankan manajemen portfolio IT dengan baik.

Untuk perusahaan yang berbasis profit, kemungkinan besar motivasi orang-orang yang

bekerja disana adalah untuk mendapat kemapanan secara finansial, menerima gaji yang baik

ataupun dikarenakan prestise yang melekat pada perusahaan tersebut, sedangkan untuk

organisasi berbasis non-profit kebanyakan orang-orang yang terlibat didalamnya memang

merupakan orang-orang yang lebih memilih untuk melayani lingkungan disekitarnya sehingga

nilai-nilai tersebut yang melekat dalam pekerjaan mereka dan terbukti bahwa motivasi tersebut

bisa berimbas kepada tingkat maturity level dalam management portfolio mereka.

Untuk saran yang dapat diberikan adalah agar perusahaan-perusahaan yang berbasis

(22)

sekitar, kalaupun ada biasanya hanya terbatas pada "pencitraan" perusahaan tersebut dan agar

menuruti peraturan yang dibuat oleh pemerintah.

Dengan orientasi melayani yang dimiliki oleh organisasi-organisasi non-profit, jika

diterapkan pada perusahaan berorientasi keuntungan, maka bisa saja akan menghasilkan kinerja

yang lebih baik serta pandangan masyarakat juga akan membaik terhadap perusahaan berbasis

(23)

Daftar Pustaka

Programme and Project Management Maturity Model (P3M3® Introduction and Guide to P3M3)

: Portfolio. 2010. The Office of Government Commerce (OGC).

Soesilo, Daud H. 1999. Mengenal Visi & Misi Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta: Lembaga

Alkitab Indonesia.

Maizlish, Bryan and Robert Handler. 2005. Step by Step Unlocking the Business Value of

Referensi

Dokumen terkait

Scram data form is a page that is used to enter data components - components on the data scram in RSG-GAS based on the energy (MWD) used every terrace to determine the cause of

Kegiatan Kewirausahaan ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya limbah kertas yang setiap hari bermunculan.Limbah kertas meskipun dapat terurai dengan mudah, tetapi

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dan menyusun

kaltininkas su- vokia, kad įdarbina nelegaliai esančius trečiųjų šalių piliečius (versliškai arba ypatingai išnaudojamo darbo sąlygomis arba 5 ir daugiau asmenų arba

Dia orang Cina yang hidup pada sekitar abad ke-16 M sebagai tukang kayu profesional yang mengajarkan keahliannya pada masyarakat Jepara, hingga nama kota ukir ini menjadi

Talcott Parsons menyebutkan bahwa analisa fungsional struktural mempunyai empat persyaratan salah satunya, yaitu Latency (pemeliharaan pola-pola yang sudah

Berdasarkan pembahasan di atas, lembaga, yang berhak mengatur jalannya pemerintahan sekarang ini pada era kabinet reformasi bukannya menjaga hak azasi individu

Tekanlah tombol Browse pada jendela baru yang muncul kemudian untuk memilih gambar yang akan Anda tampilkan dalam account Anda.. Mulailah proses upload dengan mengklik