• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR DAN PRAKTIKUM KRISMIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR DAN PRAKTIKUM KRISMIN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

Disusun Oleh :

HERMANTO SIDABARIBA

DBD 111 098

LABORATORIUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI MINERALOGI

DISUSUN OLEH:

HERMANTO SIDABARIBA DBD 111 098

PALANGKA RAYA, Juni 2014

MENYETUJUI,

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM

ROMIE HENDRAWAN NIP. 1975 1209 200604 1 002

ASISTEM PRAKTIKUM

ITANDA CERIA SARAGIH DBD 112 084

(3)

Dengan penuh ungkapan syukur saya persembahkan terutama kepada “Tuhan Yesus Kristus”,atas penyertaan-Nya dalam menyelesaikan laporan akhir

ini.Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak untuk itu penulis mengungkapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala dukungan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat saya persembahkan “Laporan Akhir Praktikum Kristalografi Mineralogi”

kepada semua pihak yang memberi dukungan, dan yang membantu dan menuntun hingga laporan ini dapat terselesaikan yakni kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus”,atas penyertaan-Nya dalam menyelesaikan laporan akhir telah memberikan kesehatan, kelancaran, dan kesempatan yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga laporan akhir

ini dapat terselesaikan.

2. Kedua orang tua dan saudara yang telah memeberikan dukungan

penuh kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

3. Dosen pembimbing dan asisten pembimbing fakultas Teknik

Pertambangan yang telah memberikan materi dan menuntun penulis dalam praktikum hingga terselasainya laporan akhir ini.

(4)

semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu baik dalam praktikum hingga terselesaikannya laporan akhir ini.

Palangkaraya, Juni 2014

Penulis

(5)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nyalah sehingga laporan akhir praktikum Kristalografi dan Mineralogi

dapat terselesaikan. Pada laporan ini, sebelum penulis memaparkan hasil praktikum, terlebih dahulu penulis menjelaskan meteri-materi yang berhubungan

dengan praktikum yang telah dilaksanakan. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis. Dengan penjelasan yang dipaparkan oleh penulis, diharapkan pembaca dapat mengerti materi-materi yang

akan dipraktikumkan. Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam praktikum yakni dosen pembimbing, asisten

pembimbing, dan semua pihak yang membantu dalam menulis laporan akhir praktikum ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

penulis harapkan dari pihak yang membaca laporan ini.

Palangkaraya, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

(6)

HALAMAN PENGESAHAN...ii

II.2. Perawakan kristal (crystal habit)...13

II.3. Kilap (luster)...22

II.4. Kekerasan (hardness)...24

II.5. Gores (streak)...26

II.6. Belahan (cleavage)...26

II.7. Pecahan (fracture)...27

II.9. Berat jenis (Specific gravity)...28

(7)
(8)
(9)

BAB I

KRISTALOGRAFI

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang

mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh

komposisikimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu.

Ada beberapa ketentuan agar dapat disebut sebagai Kristal, diantaranya adalah padat, tidak dapat teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan proses fisika, memiliki stuktur bentuk, bidang serta sudut inklimasi pada

setiap kristal tertentu. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada

sifat-sifat material tersebut. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu.

Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan dialam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan

strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika

(10)

ditemukan seperti yang dijelaskan dalamkristal fotonik. Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang:

- Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk

luar yang membatasinya.

- Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping

mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti

kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

- Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga

menghitung parameter dan parameter rasio.

- Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh

bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.

 Kimia Kristal

Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar,

beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya tergantung pada komposisi tetapi juga kepada

(11)

penyelidikan kristalografisinar X telah mengembangkan pengertian tentang hubungan antarkimia dan struktur. Tujuannya adalah :

1. Mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari suatu jenis krisal.

2. Dalam bidang geokimia, mempelajari kimia kristal adalah untuk memprediksi struktur kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan tekanan.

 Daya Ikat dalam Kristal

Daya yang mengikat atom (atau ion atau grup ion) dari zat

padakristalin adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan,belahan daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi

termal berhubungan secara lansung terhadap daya ikat.

Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik

leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu : ionik, kovalen, logam dan van der waals.

1) GEOMETRI KRISTALOGRAFI

Sumbu dan Sudut Kristalografi

Sumbu kristalografi ialah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai 3 bentuk dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dimensi sehingga proyeksi

(12)

Sumbu horizontal pada bidang kertas adalah sumbu b. Sumbu yang vertikal pada bidang kertas adalah sumbu c.

Gambar 1.1. Sudut dan Sumbu Kristalografi

Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

 sudut α ialah sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.

 sudut

β

ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.

(13)

2) KLAS SIMETRI

Pengelompokan dalam klas simetri berdasarkan pada :

1. Sumbu Simetri 2. Bidang Simetri

3. Titik Simetri atau pusat simetri 1. Sumbu Simetri

Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat

kristal, dimana apabila kristal tersebut sebagai poros putarannya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukan

kenampakan-kenampakan seperti semula. Ada 4 jenis sumbu simetri yaitu : sumbu simetri gyre, sumbu simetri gyre polair, sumbu cermin putar dan sumbu invers putar.

 Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakkan (kondigurasi)

(14)

Gambar 1.3. Digyre (L2 = l2g2 = g2)

Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan muncul dua kali kenampakan yang sama.

(15)

Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya. Akan muncul 3 kali kenampakan yang sama.

Gambar 1.5. Tetragyre (L4 = L4 = g4 = g4)

Apabila kristaldiputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros

(16)

Gambar 1.6. Hexagyre (L6 = L6 = g6 = g6)

Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya. Akan muncul 6 kali kenampakan yang sama

 Sumbu simetri gyre polair berlaku bila kenampakkan

(konfigurasi) satu sama lain pada kedua belah pihak berbeda/ tidak sama. Jika pada salah satu sisinya berupa sudut maka pada sisi lainnya berupa bidang. Dinotasikan dengan huruf L (linear)

(17)

(i) (ii) (iii) (iv) Gambar 1.7. Sumbu Simetri Gyre Polair

Keterangan : (i) Digyre polair (L2 = g2)

(ii) Trigyre polair (L3 = g3) (iii) Tetrahyre polair (L4 = g4)

(iv) Hexagyre polair (L6 = g6)

 Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran

dimana sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan

 ke arah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan

sumbu tersebut. Dinotasikan dengan huruf “S” (spilegel

Axepy).

a. Digyroide (S2) b. Trigyriode (S3)

(18)

Gambar 1.8. Digyroide (S2)

Sumbu cermi putar bernilai 2, besar perputarannya 180o. 1 putaran sebesar 180o menuju 1’, dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus

bidang cermin putaran menempati 2. 2 diputar 180o menuju 2’, kemudian dicerminkan menempati 1 kembali.

Dari 1 – 1’ menempati 2 2 – 2’ menempati 1

(19)

Gambar 1.9. Trigyroide (S3)

Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 120o. Dalam penentuan dan cara mendapatkan sumbu bernilai tiga caranya sama dengan

digyroide. Cermin putaran menempati. Dari 1 lewat 1’ menempati 2

Dari 2 lewat 2’ menempati 3 Dari 3 lewat 3’ menempati 4 Dari 4 lewat 4’ menempati 5

Dari 5 lewat 5’ menempati 6 Dari 6 lewat 6’ menempati 1

(20)

Gambar 1.10. Tetragyroide (S4) sumbu cermin putar bernilai 4, besar perputaran 90o. Dari 1 lewat 1’ menempati 2

Dari 2 lewat 2’ menempati 3 Dari 3 lewat 3’ menempati 4

Dari 4 lewat 4’ menempati 1

Pada kenampakan pertama, tetragyroide merupakan dyrogire, asal susunan keseluruhan diputar sebesar 180o.

(21)

Gambar 1.11. Hexagyroide (S6)

Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 60o, kenampakan pertama hexagyroide juga trigyroide, dengan perputaran sebesar 120o.

Dari 1 lewat 1’ menempati 2 Dari 2 lewat 2’ menempati 3

Dari 3 lewat 3’ menempati 4 Dari 4 lewat 4’ menempati 5 Dari 5 lewat 5’ menempati 6

(22)

 Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu

tersebut sebagai poros putarannya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik pusat simetri pada sumbu

tersebut. Misal L4i, L6i dan sebagainya.

(i) (ii) (iii) (iv)

Gambar 1.12. Sumbu Invers Putar

Keterangan: (i) Sumbu invers putar bernilai 2 (i) Sumbu invers putar bernilai 3

(ii) Sumbu invers putar bernilai 4

(iii) Sumbu invers putar bernilai 6 2. Bidang Simetri Kristal

Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut

(23)

simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal,

yang berada tegak lurus terhadap sumbu c. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang

simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.

Gambar 1.13. sumbu utama horizontal dan vertikal Bidang simetri utama ada 2 yaitu:

- Bidang utama horizontal dinotasikan - Bidang utama vertikal dinotasikan

(24)

3. Pusat Simetri Kristal

Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita

dapat membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada

permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut

mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang

yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.

Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, yakni:

1. Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem

kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.

2. Sistem Tetragonal

Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal

yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.

(25)

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut

120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek

(umumnya lebih panjang). 4. Sistem Trigonal

Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain

yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.

Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

5. Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri

kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.

6. Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus

terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.

(26)

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Berikut dijelaskan mengenai 4 sistem kristal yakni Isometrik (reguler), Tetragonal, Triklin dan Monoklin.

1.1. Sistem Reguler

Sistem ini juga disebut sistem kristal Sistem Isometrik, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3

dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal reguler memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α

= β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

(27)

Gambar 1.16. Cara Menggambar Sistem Regulaer

Gambar 1.17. Bidang pada Sistem Reguler

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem

Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya

perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

 Tetaoidal

 Gyroida

 Diploida

(28)

 Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold,

pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

Penentuan Klas Simetri Sistem Reguler Menurut Herman Mauguin Bagian pertama : Menerangkan nilai sb a (SB a, b, c), mingkin

bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : m4 , 4 , 4 , ´ 2

m , 2

Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf ‘,’ menunjukan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.

Bagian kedua : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri yang bernilai itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.

Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 3´

Bagian ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermedite / diagonal bernilai 2 dan tidaknya bidang simetri diagonal

yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.

Bagaian ketiga dinotasikan dengan m2 , 2, m atau tidak ada.

Contoh :

Klas Hexotahedral ... m4 3 ´ 2

m −− m4 3 ´ m2

KlasPentagonal Icositetrahedral ... 4 3 2 −− 4 3 2

(29)

Klas Dyakisdodecahedral ... m2 3 ´ −− m2 3 - ´

Klas Tetratohedris ... 2 3 −− 2 3 -Penentuan Klas Simetri Sistem Reguler Menurut Schoenflish

Bagian pertama: Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitusumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.

· kalau sumbu c bernilai 4 dinotasukan dengan huruf O(Octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4 adalah Octahedron.

· kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T(Tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang

paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk Tetrahedron.

(30)

· Bidang simetri diagonal (d) | dinotasikan d Contoh :

1. Klas Hexoctahedral...Oh 2. Klas Pentagonal icositetrahedral...O 3. Klas Hextetrahedral...Td 4. Klas Dykisdodecahedral...Th 5. Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedral T

Tabel 1.1. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Reguler

(31)

1.2. Sistem Tetragonal

Sama dengan sistem Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai

satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.

Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut

(32)

Gambar 1.9. Cara Menggambar Sistem Tetragonal

Gambar 1.20. Bidang Sistem Tertragonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem

kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan

patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu

bˉ.

(33)

 Piramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,

autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

Penentuan Klas Simetri Sistem Tetragonal Menurut Herman Mauguin Bagian Pertama :Menerangkan nilai sumbu c, munkin bernilai 4 atau tidak

bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.

Bagian ini dinotasikan dengan : m4 , 4 , 4´

Bagian kedua :

Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : m2 , 2 , m atau tidak ada

Bagian Ketiga :

Menerangkan ada tidaknya sumbu simtri imtermediet dan ada tidaknyabidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.

(34)

Contoh :

Penentuan Klas Simetri Tetragonal Menurut Schoenflish

Bagian pertama:Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu

sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:

Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.

Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c

dari kata Cyklich.

Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di

sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c. Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Bidang simetri horisontal (h)

· Bidang simetri vertical (v) | dinotasikan h

(35)

Kalau mempunyai:

1. Klas Ditetragonal pyramidal...C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal...D4h 3. Klas Tetragonal scalenohedral...D2d 4. Klas Tetragonal trapezohedral...D

5. Klas Tetragonal bipyramidal...C4h 6. Klas Tetragonal pyramidal...C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal...S4 8. Klas Dihexagonal pyramidal...C6 9. Klas Dihexagonal bipyramidal...D6h

(36)

11. Klas Hexagonal bipyramidal...C6h 12. Klas Hexagonal pyramidal...C6

13. Klas Trigonal bipyramidal...C3h 14. Klas Trigonal trapezohedral...D3

15. Klas Trigonal rhombohedral...C3i 16. Klas Trigonal pyramidal...C3 17. Klas Ditrigonal scalenohedral...D3d

18. Klas Ditrigonal bipyramidal...D3h 19. Klas Ditrigonal pyramidal...C3v

20. Klas Orthorombic pyramidal...C2v 21. Klas Orthorombic bisphenoidal...D2 22. Klas Orthorombic bipyramidal...D2h

23. Klas Prismatik...C2h 24. Klas Spenoidal...C2

25. Klas Domatic...C1h 26. Klas Pinacoidal...Ci 27. Klas Asymetric...C1

Tabel 1.2. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Tetragonal

(37)

al

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak

sama.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,

sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Sb a disebut Brachy, sb disebut sb Macro, dan sb c disebut Basal/vertikal.

(38)

Gambar 1.23. Bidang pada Sistem Triklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada

sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ

dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

 Pedial

 Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)

(39)

Sistem ini hanya mempunyai dua klas simetri, yaitu :

1. Memunyai titik simetri... Klas pinacoidal

´

1

2. Tidak Meempunyai unsur simetri.... Klas asymmetric 1

Penentuan Klas Simetri Triklin Menurut Schoenflish

Bagian pertama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu inter\

mediet, ada 2 kemungkinan:

· Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan

D dari kata Diedrish.

· Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata Cyklich.

Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.

(40)

· Bidang simetri vertical (v)

1. Klas Ditetragonal pyramidal...C4v 2. Klas Ditetragonal bipyramidal...D4h 3. Klas Tetragonal scalenohedral...D2d

4. Klas Tetragonal trapezohedral...D 5. Klas Tetragonal bipyramidal...C4h

6. Klas Tetragonal pyramidal...C4 7. Klas Tetragonal bispenoidal...S4 8. Klas Dihexagonal pyramidal...C6

9. Klas Dihexagonal bipyramidal...D6h 10. Klas Hexagonal trapezohedral...D6

11. Klas Hexagonal bipyramidal...C6h 12. Klas Hexagonal pyramidal...C6 13. Klas Trigonal bipyramidal...C3h

(41)

15. Klas Trigonal rhombohedral...C3i 16. Klas Trigonal pyramidal...C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral...D3d 18. Klas Ditrigonal bipyramidal...D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal...C3v 20. Klas Orthorombic pyramidal...C2v 21. Klas Orthorombic bisphenoidal...D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal...D2h 23. Klas Prismatik...C2h

24. Klas Spenoidal...C2 25. Klas Domatic...C1h 26. Klas Pinacoidal...Ci

27. Klas Asymetric...C1

Tabel 1.3. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Triklin

(42)

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak

lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya

sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.

Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya

tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini,

sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Sb a disebut sb Clino, sb b Ortho dan sb c disebut sb Basal/vertikal.

(43)

Gambar 1.25. Cara Penggambaran Sistem Monoklin

Gambar 1.26. Bidang Sistem Monoklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,

sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ =

30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

(44)

 Sfenoid

 Doma

 Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,

malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

Penentuan Klas Simetri Sistem Monoklin Menurut Herman Mauguin Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut. Contoh :

1.Klas prismatic... m2

2. Klas Sphenoidal ... 2 3. Klas domatik ... m

Penentuan Klas Simetri Monoklin Menurut Schoenflish

Bagian pertama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu inter\mediet, ada 2 kemungkinan:

Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.

(45)

Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.

Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya. · Bidang simetri horisontal (h)

1. Klas Ditetragonal pyramidal...C4v 2. Klas Ditetragonal bipyramidal...D4h 3. Klas Tetragonal scalenohedral...D2d

(46)

5. Klas Tetragonal bipyramidal...C4h 6. Klas Tetragonal pyramidal...C4

7. Klas Tetragonal bispenoidal...S4 8. Klas Dihexagonal pyramidal...C6

9. Klas Dihexagonal bipyramidal...D6h 10. Klas Hexagonal trapezohedral...D6 11. Klas Hexagonal bipyramidal...C6h

12. Klas Hexagonal pyramidal...C6 13. Klas Trigonal bipyramidal...C3h

14. Klas Trigonal trapezohedral...D3 15. Klas Trigonal rhombohedral...C3i 16. Klas Trigonal pyramidal...C3

17. Klas Ditrigonal scalenohedral...D3d 18. Klas Ditrigonal bipyramidal...D3h

19. Klas Ditrigonal pyramidal...C3v 20. Klas Orthorombic pyramidal...C2v 21. Klas Orthorombic bisphenoidal...D2

22. Klas Orthorombic bipyramidal...D2h 23. Klas Prismatik...C2h

24. Klas Spenoidal...C2 25. Klas Domatic...C1h 26. Klas Pinacoidal...Ci

(47)

Tabel 1.4. Contoh Bentuk-Bnetuk Kristal Sistem Monoklin

mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara

(48)

Mineralogi terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing

diartikan sebagai bahan bukan ormanik (anorganik).

Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu

diketahui walaupun dan kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.

Definisi mineral menurut beberapa ahli :

 L. G. Berry dan B. Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk

secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

 D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang

anorganik.

 A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi

kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.

Batasan-batasan definisi mineral 1. Suatu bahan alam

Harus terjadi secara alamiah. Maka bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga

(49)

kadang-kadang pembuatan suatu zat atau bahan di laboratorium akan mempunyai suatu bentuk kristal yang sangat sesuai bahkan sangat sulit

dibedakan dengan kristal di alam, tetapi pembuatan zat tersebut tidak dapat disebut sebagai mineral. NaCI dibuat dialam disebut mineral Halite Dibuat di

laboratorium disebut Natrium Chlorida.

2. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap :

- Mineral mempunyai sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap, perawakan

kristal, gores, belahan dll.

- Mineral mempunyai sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi terhadap api oksidasi, api reduksi, pelentingan, pengarangan, dll.

3. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap :

- Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C)

Native Silver (Ag), dll.

- Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Zircon (ZrSiO4), Cassiterite (SnO2).

- Mineral dapat berupa senyawa kimia yang komplek.

4. Pada umumnya anorganik : batasan ini mengandung pengertian arti mineral

yang lebih luas :

Mineral umum bukan sebagai suatu kehidupan tetapi ada beberapa mineral yang merupakan hasil kehidupan atau disebut juga mineral organik.

(50)

5. Homogen : mengandung batasan bahwa suatu mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang Jebih sederhana oleh proses fisika.

6. Dapat berupa padat, cair dan gas.

- Berupa zat padat : Quartz (SiO2), Barite (BaSO4)

- Berupa zat cair : Air raksa (HgS), Air (H2O) Sifat-sifat fisik dari mineral :

Warna (Colour)

Perawakan kristal (Crystal habit)

Kilap (Luster)

Kekerasan (Hardness)

Gores (Streak)

Belahan (Cleavage)

Pecahan (Fracture)

Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)

Berat jenis (Specific gravity)

Rasa dan bau (Tasteand odour)

Kemagnetan

Derajat ketransparanan

Nama mineral dan rumus kimia

(51)

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu

mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat

berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:

 Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O),

Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)

Gambar 2.1. Kaolin  Kuning : Belerang (S)

Gambar 2.2. Belerang

(52)

Gambar 2.3. Pirit

 Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)

Gambar 2.4. Klorit

 Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))

(53)

Gambar 2.6. Jasper  Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)

Gambar 2.7. Limonite

 Abu-abu : Galena (PbS)

Gambar 2.8. Galena

(54)

Gambar 2.9. Biotit

Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi).

Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral

tersebut.

Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama idochromatic.

Misal : Sulfur warna kuning. Magnetite Hitam

Pyrite warna kuning loyang

Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari

(55)

Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah

Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu

pada mineral disebut dengan nama chromophroses.

Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophroses

dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru. Faktor yang dapat mempengaruhi warna :

a. Komposisi kimia

Chlorite - Hijau...Cholor (greak) Albite - Putih...Albus (latin)

Melanite - Hitam...Melas (greek) Erythrite - Merah ...Erythrite

(greek) (sel darah merah)

(56)

b. Struktur kristal dan ikatan atom Intan – tak berwarna – hexagonal

Graphite – hitam – hexagonal c. Pengotoran dari mineral

Mineral : Silica tak berwarna Jasper – merah

Chalsedon – coklat hitam

Agate – asap/putih

II.2. Perawakan kristal (crystal habit)

Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang

dijumpai sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral kedalam sistem kristalografi.

Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif

bidang-bidang tersebut. Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral.

Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun

(57)

Perawakan kristal; dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975) yaitu :

A. Elongated habits (meniang/berserabut)

 Meniang (Columnar)

Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang. Contoh : - Tourmaline

- Pyrolusite

- Wollastonite

Gambar 2.10. Tourmaline

 Menyerat (fibrous)

Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil. Contoh : - Asbestos

- Gypsum

- Silimanite

- Tremolite

(58)

Gambar 2.11. Asbestos

 Menjarum (acicular) :

Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Contoh : - Natrolite

- Glaucophane

Gambar 2.12. Natrolite

 Menjaring (Reticulate) :

Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring

Contoh : - Rutile

(59)

Gambar 2.13. Rutile

 Membenang (filliform) :

Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang. Contoh : - Silver

Gambar 2.14. Silver

 Merabut (capillary)

Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut. Contoh : - Cuprite

(60)

Gambar 2.15. Cuprite

 Mondok (stout, stubby, equant) :

Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada

kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dad sumbu yang lainnya.

(61)

Gambar 2.16. Zircon

 Membintang (stellated):

Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang Contoh: - Pirofilit

Gambar 2.17. Pirofilit

 Menjari (radiated) :

Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari. Contoh : - Markasit

(62)

Gambar 2.18. Markasi

B. Flattened habits (lembaran tipis)

 Membilah (bladed) :

Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh

Contah : - Kyanite - Glaucophane

- Kalaverit

Gambar 2.19. Kyanite

 Memapan (tabular)

Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.

(63)

- Hematite

- Hypersthene

Gambar 2.20. Barite

 Membata (blocky) :

Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sarna.

Contoh: - Microline

Gambar 2.21. Microline

 Mendaun (foliated) :

Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang

mudah dikupas / dipisahkan. Contoh : - Mica

- Talc

(64)

Gambar 2.22. Mica

 Memencar (divergent)

Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka. Contoh : - Gypsum

- Millerite

Gambar 2.23. Gypsum

 Membulu (plumose) :

(65)

Gambar 2.24. Mica

C. Rounded habits (membutir)

 Mendada (mamilary)

Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like)

Contoh : - Malachite - Opal

- Hemimorphite

Gambar 2.25. Malachite

 Membulat (colloform):

Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.

Contoh: - Glauconite - Cobaltite

- Bismuth

- Geothite

(66)

- Smallite

Gambar 2.25. Geothite

 Membulat jari (colloform radial)

Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk jari.

Contoh : - Pyrolorphyte

Gambar 2.27. Pyrolorphyte

 Membutir (granular)

Contoh : - Olivine - Niveolite - Anhydrite - Cryollite

(67)

- Sodalite - Cinabar

- Alunite - Rhodochrosite

Gambar 2.28. Sodalite

 Memisolit (pisolitic)

Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah. Contoh: - Opal (variasi Hyalite)

- Gibbsite

- Pisolitic Limestone

Gambar 2.29. Pisolitic

 Stalaktif (stalactitic)

(68)

Gambar 2.30. Geothite

 Mengginjal (reniform) :

Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal. Contoh : - Hematite

Gambar 2.31. Hematite

II.3. Kilap (luster)

Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan

(69)

dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar pula

jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga dapat ditentukan dari kilapnya contohnya batubara.

Macam-macam kilap :

a. Kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.

Gambar 2.32. Galena

b. Kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai

indeks bias antara 2, 6 sampai 3. contoh : cuprite (n = 2.85)

Gambar 2.33. Cuprite

c. Kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari

(70)

1. Kilap Kaca (Vitreous luster)

Kilap yang ditimbulkan oteh permukaan kaca atau gelas.

Contoh : - Quartz - Carbonates - Sulphates - Spinel - Silicates - Fluorite

- Garnet - Leucite - Corondum

- Halite yang segar

Gambar 2.34. Spinel

2. Kilap intan (adamantile luster)

Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.

(71)

Gambar 2.35. Diamond 3. a. Kilap Lemak (greasy luster)

Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi. - Halite yang sudah terkena udara.

Gambar 2.36. Halit

b. Kilap Lilin (waxy luster)

Merupakan kilap seperti lilin yang khas

Contoh : - Serpentine

- Cerargyrenite

(72)

Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi.

4. Kilap Sutera (silky luster)

Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang parallel

atau berserabut (parallel fibrous structure) Contoh: - Asbestos

- Selenite (Variasi gypsum)

- Serpentine

- Hematite

Gambar 2.38. Asbestos

5. Kilap Mutiara (pearly luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transporant yang berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara.

Contoh : - Talc

- Mica

- Gypsum

(73)

Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang

Tidak sulit untuk rnembedakan antara kilap logam dengan kilap bukan

logam, ` perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakdn jenis-jenis kilap bukan logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam diskripsi mineral, karena dapat untuk

menentukan jenis suatu mineral tertentu.

II.4. Kekerasan (hardness)

Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai

(74)

kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs

dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk

mineral terkeras .

Tabel 2.1. Skala Kekerasan Mineral

Kekerasan Mohs

Mineral Formula kimia

Kekerasan absolut

Gambar

1 Talek Mg3Si4O10(OH)2 1

2 Gipsum CaSO4·2H2O 3

3 Kalsit CaCO3 9

(75)

Kekerasan Mohs

Mineral Formula kimia Kekerasan absolut

Gambar

5 Apatit

Ca5(PO4)3(OH–,Cl

,F–) 48

6 Feldspar

Ortoklas

KAlSi3O8 72

7 Kuarsa SiO2 100

8 Topaz Al2SiO4(OH–,F)2 200

9 Korundum Al2O3 400

(76)

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan

kekerasan dari alat penguji standar :

Tabel 2.2. Alat Uji Kekerasan

Alat Penguji Derajat Kekerasan ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan stabil dan penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi

goresnya berbeda.

Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan

keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung.

 Mineral yang warnanya terang biasanya mempunyai gores berwarna

putih.

(77)

 Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores

yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Contoh : Luecite - warna abu-abu dan gores putih

 Mineral yang mempunyai kilap metalik kadang-kadang mempunyai

warna gores yang lebih gelap daripada warna mineralnya sendiri. Contoh : Pyrite - warna kuning dan gores hitam

 Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna

yang sama.

Contoh : Cinnabar - warna dan gores merah

Gambar 2.41. Gores pada Mineral

II.6. Belahan (cleavage)

Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada

satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita

(78)

istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke

segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang,

maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).

Belahan tersebut akan menghasikan kristal menjadi bagian-bagian kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan

dari kualitas permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :

Sempurna (perfect) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain bidang belahannya.

Contoh : calcite

(79)

Tidak jelas (indistinct) ialah apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.

Contoh : beryl

Tidak sempurna (imperfect) ialah apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

Contoh : apatite

Ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi :

1. Belahan Satu Arah

Gambar 2.42. Belahan Satu Arah

(80)

3.Belahan dua arah tidak saling tegak lurus

Gambar 2.43. Belahan Dua Arah

(81)

Gambar 2.44. Belahan Tiga Arah

4. Belahan empat arah

Gambar 2.45. Belahan Empat Arah

II.7. Pecahan (fracture)

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam

(82)

memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

Choncoidal ialah pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol

atau kulit bawang. Contoh : quartz

Hacly ialah pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi.

Contoh : copper

Even ialah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang dasar.

Contoh : muscovite

Uneven ialah pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang pecahannya kasar dan tidak teratur.

Contoh : calcite

Splintery ialah pecahan mineral yang hancur seperti tanah.

Contoh : kaoline

II.8. Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)

Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkakan, penghancuran dan pemotongan.

Macam-macam tenacity :

(83)

Contoh : calcite

Gambar 2.46. Calcite

Sectile ialah apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak

berkurang menjadi tepung.

Contoh : gypsum

Gambar 2.47. Gypsum

Malleable ialah apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi

pipih.

(84)

Gambar 2.48. Gold

Ductile ialah apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan

apabila dilepaskan maka mineral akan kembali seperti semula. Contoh : silver

Gambar 2.49. Silver

Flexible ialah apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana

(85)

Gambar 2.50. Olivine

II.9. Berat jenis (Specific gravity)

Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral.

Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y

gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir

mineral tersebut.

Tabel 2.3. Berat Jenis Mineral

No

.

Nama Mineral Rumus Kimia Berat Jenis (gram/cm3)

1. Emas Au 19,3

12. Sulfida Ag2S 7,04

13. Kalkosit Cu2S 5,77

14. Bornit Cu5FeS4 5,0

15. Galena PbS 7,58

16. Spalerit ZnS 3,9-4,1

17. Kalkopirit CuFeS2 4,28

18. Millerit NiS 5,5

19. Kovelit Cus 4,6

(86)

21. Pirit FeS2 5,01

22. Molibdenit MoS2 4,7

23. Kalaverit AuTe2 9,24

24. Stibnit Sb2S3 4,63

25. Realgar AsS 3,48

26. Pirargirit AgSbS3 5,85

34. Ilmenit FeTiO2 4,72

35. Spinel MgAl2O4 3,5-4,1

50. Wolframit (Fe, Mn) WO4 7,0-7,5

51. Borak Na2B4O5(OH)4 .

55. Sillimanit AlAlO(SiO4) 3,23

56. Kianit AlAlO(SiO4) 3,56-3,66

57. Topas Al2(SiO4)(F2OH)2 3,4-3,6

58. Sphen CaTiO(SiO4) 3,4-3,55

59. Spodumen LiAl(Si2O6) 3,15-3,20

(87)

II.10. Kemagnetan

Kemagnetan ini merupakan salah satu sifat yang dapat kita temui

dalam beberapa,jenis mineral. Sifat kemagnetan ini terdiri dari tiga jenis, yaitu :

1. Paragmagnetik

Apabila didalam tubuh mineral terkandung sebagian sifat kemagnetan (tidak menyeluruh).

Contoh : Limonit (FeO2).

Gambar 2.51. Limonit (FeO2)

2. Diagmagnetik

Apabila didalam tubuh suatu mineral sama sekali tidak terkandung sifat kemagnetan.

(88)

Gambar 2.52. Batubara (C)

3. Magnetik

Apabila seluruh bagian dari tubuh mineral mengandung sifat kemagnetan.

Contoh : Hematite (Fe2O3).

Gambar 2.54. Hematite (Fe2O3).

Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak, cara mudah yakni dengan menggantung magnet pada seutas tali atau

benang, dengan sedikit demi sedikit mineral didekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya daya tarik, dapat dilihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat

oleh benang yang digantungkan magnet tersebut dengan garis vertical.

(89)

Merupakan salah satu parameter atau acuan untuk menentukan apakah mineral-mineral yang diamati memiliki unsur kristal didalamnya.

Derajat ketransparanan terdiri dari beberapa macam,diantaranya :

Opaque

Suatu mineral dikatakan opaque apabila mineral tersebut tidak memiliki system kristal,sehingga nampak gelap (tidak tembus pandang),

 Gelas

Suatu mineral dikatakan gelas apabila mineral tersebut mempunyai

system kristal, Sehingga bagian belakang dari mineral nampak jelas terlihat apabila dipandang dari bagian depan mineral (trasparan). Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut

mempunyai bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang

dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain. Srtruktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:

(a) Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik.

(90)

(c) Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran. Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan

foliasi.

(d) Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti

asikular, liformis, membilah,dll.

Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan,

(91)

BAB III PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk

menentukan susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya

anisotropy. Tersusun oleh komposisi kimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu.

Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang:

 Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu

kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.

 Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping

(92)

permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi,

ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

 Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal

juga menghitung parameter dan parameter rasio.

 Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan

atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting

bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.

Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, akan tetapi akan diterangkan lebih lanjut tentang 4 sistem kristal yaitu sistem reguler, sistem tetragonal, sistem triklin, dan monoklin.

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk

kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.

Definisi mineral menurut beberapa ahli :

 L. G. Berry dan B. Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

(93)

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang

anorganik.

 A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.

Sifat-sifat fisik dari mineral :

 Warna (Colour)

 Perawakan kristal (Crystal habit)

 Kilap (Luster)

 Kekerasan (Hardness)

 Gores (Streak)

 Belahan (Cleavage)

 Pecahan (Fracture)

 Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)

 Berat jenis (Specific gravity)

 Rasa dan bau (Tasteand odour)

 Kemagnetan

(94)

III.2. Saran

- Diharapkan pada saat praktikum penggambaran sistem kristal, asisten memperlihatkan satu sempel mineral kepada praktikan agar praktikan mengetahui contoh mineralnya secara kasat mata.

- Pada saat praktikum diskripsi mineral, diharapkan para asisten terlebih dahaulu menjelaskan salah satu mineral kepada praktikan agar praktikan

(95)

DAFTAR PUSTAKA

Skala Mohs

http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Mohs. Diakses pada tanggal 29 Mei

2012.

Kristalografi.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalografi. Diakses pada tanggal 29 Mei

2012.

Graha, Setia Doddy Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Nova, Bandung.

Murdani, Surya. Kristalografi Mineralogi. http://www.scribd.com/ doc/58740945/Kristalografi-Dan-Mineralogi. Diakses pada tanggal 29 Mei 2012.

Pambudi, Aan. 2011. Mineralogi.

http://aanpambudi.wordpress.com/mineralogi/. Diakses pada tanggal 29

Mei 2012.

Gambar

Gambar 1.1. Sudut dan Sumbu Kristalografi
Gambar 1.3. Digyre (L2 = l2g2 = g2)
Gambar 1.5. Tetragyre (L4 = L4 = g4 = g4)
Gambar 1.6. Hexagyre  (L6 = L6 = g6 = g6)
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1 1. Apendisitis akut menjadi salah satu pertimbangan pada pasien yang mengeluh nyeri perut atau menjadi salah

Metodologi yang digunakan dalam penulisan thesis ini adalah metode analisis yang terdiri dari survey atas proses yang berjalan, analisis terhadap temuan survey,

Dengan adanya kasus Hok Colera yang menyerang ternak babi pada beberapa daerah terutama Timor dan Sumba, menyebabkan permintaan akan babi relatif cukup

agian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya Kalimantan, Laut Jawa bagian

Beberapa hal yang menjadi perhatian penting dalam konfigurasi Apache versi 2.0 di sistem Debian adalah secara otomatis apabila administrator mengetikkan alamat domain

(3) Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Energi, dan Sumber Daya Mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IX.A yang

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA LUAR SEKOLAH TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA Munirah Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo Abstrak Metode pendidikan agama

Pemahaman siswa tentang materi benda dan perubahan wujud benda dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran praktek membuat contoh bentuk benda dari media