Tugas 3
Istilah-Istilah Perjanjian Internasional
Tahap-Tahap Perjanjian Internasional
Disusun Oleh :
5. Istilah-Istilah Perjanjian Internasional
Isitilah-istilah dalam perjanjian internasional:
N
o Istilah Pengertian Contoh
1. Traktat
(treaty) internasional yang sering digunakanSuatu bentuk perjanjian untuk menyelesaikan persoalan yang menyangkut bidang politik dan keamanan.
Traktat dalam arti sempit menitikberatkan pada masalah politik dan ekonomi, sedangkan dalam arti luas adalah perjanjian antar negara yang
(Pact) internasional yang dilakukan oleh Suatu bentuk perjanjian
beberapa Negara
dan sifatnya terbatas atau hanya berlaku
bagi negara-negara yang terlibat di dalamnya. Jadi pakta untuk menunjuk suatu persetujuan yang bersifat khusus.
NATO, Pact of Mutual and Unifeld Comand (Pakta Warsawa), The Pact of the League of Arab States untuk melakukan perjanjian dengan beberapa Negara, yang bersifat
4. Charter Suatu bentuk perjanjian internasional yang mengikat kepada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, digunakan untuk pendirian badan yang melakukan fungsi administratif.
atau negara-negara yang terlibat dalam pernyataan internasional.
7. Convenant Suatu bentuk perjanjian
internasional yang dipakai untuk piagam Liga Bangsa-Bangsa.
The Convenant of the
League of Nation.
8. Piagam
(statute) internasional yang mengatur anggaranSuatu bentuk perjanjian
dasar suatu organisasi internasional .
9. Perjanjian
(Agreement )
Suatu bentuk perjanjian internasional yang diguna-kan oleh beberapa negara dan sifatnya terbatas atau hanya berlaku
bagi negara-negara yang terlibat di dalamnya.
Manila Agreement.
Hasil diskusi dari Presentasi Istilah-istilah Perjanjian Internasional:
1. Apa contoh dari Modus Vivendi? (Dyah Safra Mulyoning ttaii)
Ketika Kuwait merdeka, Irak mengklaim Kuwait bahwa daerah kekuasaan Kuwait masih termasuk daerah Irak. Tetapi pada akhirnya Irak mengakui kemerdekaan Kuwait kemudian Irak mundur tanpa adanya pengesahan secara resmi dari kepala negara/kepala pemerintahan.
2. Apa yang diiaksud dengan Arbitrasi? (Meilantika Ratna Widyaring Tyas)
Praktik untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan harga yang terjadi di antara dua pasar keuangan. Arbitrase ini merupakan suatu kombinasi penyesuaian transaksi atas dua pasar keuangan di mana keuntungan yang diperoleh adalah berasal dari selisih antara harga pasar yang satu dengan yang lainnya.
3. Konvensi Paris diadakan antara Negara Paris dengan negara iana? (Tri Mulyaningsih)
Konvensi paris diikuti oleh 173 negara. Diantaranya Amerika Serikat dan Aljazair.
4. Apa yang diiaksud dengan Ratifkasi? (Ibrahii Sinay)
Pengesahan oleh Kepala Negara/Kepala Pemerintahan
5. Apa yang diiaksud dengan perjanjian yang bersifat Multilateral? (Muhaiiad Ichsanudin)
Perjanjian yang melibatkan lebih dari 2 negara.
6. Apa yang diiaksud dengan Aliansi? (Azizah Mursyidah)
Aliansi (persekutuan) dapat diartikan sebagai kumpulan perseorangan, kelompok atau organisasi yang memiliki sumber daya yang bersedia dan kemudian terlibat aktif.
7. Apa saja contoh dari Aliansi? (Ardian Wahyu Setiawan)
Aliansi militer di Amerka Serikat.
8. Apa perbedaan antara Pakta dengan Perjanjian? (Atika Rizki Pinasti)
Pakta itu lebih konsen ke suatu negara saja seperti The Pact of the League of Arab States itu perjanjian yang hanya negara Arab saja yang terlibat. Sedangkan perjanjian itu lebih ke ruang lingkup yang dibahas.
Traktat yang bersifat menyeluruh artinya semua rakyat terlibat/berpengaruh terhadap isi traktak tersebut. Contohnya adalah traktat tentang batas wilayah antara Indonesia dengan Papua Nugini. Perjanjian tersebut otomatis akan berdampak pada rakyat Indonesia dan Papua Nugini tentang mana saja daerah yang termasuk dalam wilayah mereka. Tentu jika batas wilayah sudah jelas maka rakyat tak akan bingung lagi.
6. Tahap-Tahap Perjanjian Internasional
Dalam membuat perjanjian internasional biasanya telah diatur oleh konstitusi atau hukum yang ada di tiap-tiap negara, tidak hanya berpedoman pada kepentingan internasional, tetapi yang lebih utama pada kepentingan nasional atau kepentingan dalam negeri setiap negara. Berdasarkan pasal 11 ayat (3) UUD 1945 maka dibuat UU
No 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional se bagai landasan hukum bagi pemerintah dalam pembuatan
Perjanjian Internasional, dengan ketentuan -ketentuan sebagai berikut :
a. Perjanjian kesepakatan, maka para pihak berkewajiban untuk melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik.
b. Berpedoman dasar pada kepentingan nasional dan berdsarkan prinsip -prinsip persamaan kedudukan, saling menguntungkan dan memperhatikan hukum nasional ataupun hukum internasional berlaku.
c. Apabila lembaga terkait mempunyai sebuah rencana untuk membuat Perj anjian Internasional, maka lembaga tersebut harus terlebih dahulu melakukan konsultasi mengenai rencana tersebut dengan menteri luar negeri.
d. Dalam rangka mempersiapkan perjanjian internasional, maka terlebih dahulu harus ditetapkan posisi pemerintah RI yang dituangkan dalam suatu pedoman delegasi RI dengan persetujuan meneteri luar negeri.
e. Perundingan rancangan suatu perjanjian internasional dilakukan oleh delegasi RI yang dipimpin oleh menteri atau pejabat lain dan sesuai dengan materi perjanjian ser ta lingkup kewenangan masing-masing.
f. Pembuatan suatu perjanjian internasional melalui beberapa tahap, yaitu : 1) Penjajakan
2) Perundingan 3) Perumusan naskah 4) Penerimaan
5) Penandatangan
g. Seseorang yang mewakili pemerintah RI dalam perundingan memb awa surat kuasa (full power atau credential) dan surat kepercayaan. Sementara itu, pejabat yang tidak memerlukan full power adalah presiden dan menteri. h. Penandatangan suatu perjanjian internasional yang menyangkut kerjasama
teknis tidak memerlukan surat kuasa.
Tahapan pembuatan Perjanjian Internasional berdasarkan konvensi wina 1969:
- perundingan ( negosiation )
encakup beberapa masalah, diantaranya Politik, ekonomi, social, budaya, pertahanan, keamanan, perdagangan
- penandatanganan ( signation )
b. Penandatanganan Tindakan formal yang sangat penting Pihak-pihak mengikatkan diri dalam suatu perjanjian internasional
- pengesahan ( ratifcation )
a. Persetujuan secara formal terhadap isi perjanjian yang melahirkan kewajiban internasional setelah ditandatangani
b. Persetujuan terhadap Rencana Perjanjian agar menjadi Perjanjian yang berlaku
Ratifkasi
Ratifkasi atau pengesahan merupakan tahap akhir dalam prosedur pembuatan perjanjian internasional. Setelah diketahui bahwa naskah perjanjian dapat menguntungkan kepentingan nasional atau kepentingan internasional, DPR akan memberikan persetujuannya. Selanjutnya, naskah perjanjian itu diajukan Kepada Negara atau Kepala Pemerintahan untuk dirati fkasi. Naskah perjanjian internasional yang telah diratifkasi oleh Kepala Negara atau Kepala
Tujuan Ratifkasi
Untuk memberi kesempatan pada Negara-negara peserta untuk engadakan pengamatan Secara seksama terhadap isi Perjanjian apakah negaranya Dapat mengikatkan diri pada Perjanjian itu atau tidak
Tahap-tahap Ratifkasi
a. Penandatanganan naskah perjanjian oleh badan eksekutif b. eminta persetujuan badan legislatif
c. Badan eksekutif membuat piagam ratifkasi
• Bagi Perjanjian Bilateral Dilakukan pertukaran piagam ratifkasi
• Bagi Perjanjian ultilateral Dilakukan oleh pihak (negara) penyimpan yang ditentukan dalam perjanjian itu.
acam-macam Ratifkasi
a. Sistem ratifkasi lembaga legislatif
artinya perjanjian baru mengikat setelah disyahkan oleh lembaha legislatif. Contoh : Honduras, Turki, El -Salvador.
b. Sistem ratifkasi badan eksekutif
artinya perjanjian disyahkan secara sepihak oleh pemerintah (kepala negara atau kepala pemerintahan). Sistem ini dilaksanakan oleh pemerintahan otoriter.
c. Sistem gabungan
yaitu disyahkan oleh oleh badan legislatif dan eksekutif. Contoh Amerika Serikat menggunakan sistem campuran, tetapi lebih menonjolkan badan eksekutifnya. Perancis menggunakan sistem campuran yang menonjolkan badan eksekutif.
Hasil diskusi dari Presentasi Tahap-tahap Perjanjian Internasional:
Sistem ratifkasi gabungan, karena sistem tersebut disyahkan oleh badan legislatif dan eksekutif. Contohnya pada Negara Amerika Serikat, menggunakan sistem ratifkasi gabungan, tetapi lebih menonjol ke eksekutif. Perancis, sistem ratifkasi gabungan yang lebih menonjol ke badan eksekutif.
2. Kelebihan dan Kekurangan iasing-iasing sistei ratifkasi? (Bellafna Gabriela Huliselan)
- Sistem ratifkasi lembaga legislatif kekurangannya disahkan sepihak, sehingga kurang adanya keterbukaan. Kelebihan: keputusan cepat diambil karena tidak membutuhkan banyak pertimbangan.
- Sistem ratifkasi lembaga eksekutif kekurangan: keputusan langsung diambil oleh raja. Kelebihan: keputusan langsung ditetapkan tanpa ada campur tangan banyak pihak, sehingga lebih terpusat.
- Sistem ratifkasi lembaga campuran kekurangan: banyak pertimbangan, sehingga keputusan relative lama diambil. Kelebihan: keterbukaan, adanya kerjasama antara pemimpin dengan pembuat
3. Sistei ratifkasi yang dianut oleh suatu negara ditetapkan berdasarkan? (Mutia Vegadianti)
Biasanya berdasarkan konstitusi yang dianut oleh negara tersebut, sistem ratifkasi hanya ikut berdasarkan konstitusi yang dianut suatu negara, contoh: negara yang menganut sistem konstitusi demokrasi, yang dipimpin oleh seorang presiden, maka sistem ratifkasinya cenderung menganut sistem ratifkasi legislatif atau campuran. Begitu pula negara yang menganut sistem konstitusi monarki, maka sistem ratifkasinya cenderung menganut sistem ratifkasi eksekutif. Dasar hukum yang menjadi landasan yuridis juga akan menyesuaikan dengan konstitusi yang dianut.
4. Dasar penetapan sistei ratifkasi di Indonesia