• Tidak ada hasil yang ditemukan

Format Penulisan Karya Tulis Indonesian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Format Penulisan Karya Tulis Indonesian"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAKAN KELOMPOK TANI TERNAK SAPI POTONG UNTUK MENINGKATKAN PASOKAN

DAGING SAPI DI PASAR

KARYA TULIS

Oleh

HENY NURJANAH NIM C3 111 360

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI JEMBER

(2)

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun karya tulis ini.

Terimakasih kepada orang tua kami yang memberikan dukungan dan binaanya. Ucapan terimakasih yang kedua ditunjukkan Kepada ketua Jurusan Peternakan yang selalu memberikan arahan dan bimbingannya. Dan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan penulisan karya tulis ini.

Dalam Penulisan karya tulis ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun teori, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan pada pembuatan karya tulis berikutnya. Terimakasih.

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...2

Daftar Isi...3

Daftar Tabel...4

BAB 1 PENDAHULUAN...6

1.1 Latar Belakang...6

1.2 Rumusan Masalah...6

1.3 Tujuan dan Manfaat...6

1.3.1 Tujuan...6

1.3.2 Manfaat...6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 Sapi Potong...6

2.2 Daging sapi...6

2.3 Kelompok Tani...6

BAB 3 METODE PENULISAN...6

BAB 4 PEMBAHASAN...6

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...6

5.1 Kesimpulan...6

5.2 Saran...6

(4)

Daftar Tabel

(5)

ABSTRACT

HENY NURJANAH, Department of Animal Husbandry State Polytechnic of Jember, 29 April 2013. Empowerment of Cattle Farmer Groups To Increase The Supply Of Meat In The Market. Supervised by Rosa Tri Hertamawati.

The population of Indonesia increased from year to year along with the advance of technology and science. Public awareness of nutrition too increase and lead to high request for nutritious food items like meat on the market. Indonesia is famous as an agricultural country and high various of organism, but not able to meet all the request and needs of national meat. Food imports are still high and does not correspond with meat import target that has been set on the self-sufficiency of beef and buffalo in 2014.

In 2013,the needs of national meat to reach 550,000 tons and 413,000 tons will be fill domestically. To fill the needs of the meat, the government declared a national cattle stock should available in the country as much as 3,3 million cattles (with 80 thousand tons of import quotas covering 60% of calves and 40% of frozen meat). As a result of the import quota and the lack of supply of meat in the market led to the high price of meat which reached Rp. 91.000,00 in various area in Indonesia.

the solution to overcome these problem is empowering cattle farmer groups. the empowerment by making it easier (access to financing and venture capital, science, and information technology, animal husbandry services, veterinary services and technical assistance, regional development efforts, partnerships and synergies between business, avoiding the imposition of high-cost economy, the creation of a business climate enabling and promoting entrepreneurship, utilization of domestic resources, promotion and marketing as well as the protection of livestock and animal product prices) to the group , so the group can produced farm products especially meat which quality and highly competitive with a relatively fast time.

(6)

of the villagers are farmers so that easy to form a group farmer. Technical information about the formation of the group must be submitted to the society, so the farmer group can be evenly in Indonesia. Parties who was instrumental in this case is the local governments, especially those working in the field such as animal health officials, inseminator, and students (PKL).

The business of fattening cattle production will increase and accelerate the achievement of production targets if used manajement which well. Lack of public knowledge about management and maintenance of fattening cattle to be one of the obstacles to achieve aims of farmer groups. To that end, in a cattle farmer group required one member who really understand and are competent in the field of animal husbandry. Competent group members may come from farms graduate students, the people who attend training, and experienced people working in the field of animal husbandry.

(7)

RINGKASAN

HENY NURJANAH, Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember, 29 April 2013. Pemberdayaan Kelompok Tani Ternak Sapi Potong Untuk Meningkatan Pasokan Daging Sapi Di Pasar. Pembimbing : Rosa Tri Hertamawati

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan. Kesadaran masyarakat akan gizi terus bertambah dan menyebabkan tingginya permintaan bahan pangan yang bergizi seperti daging di pasar. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris dan mempunyai keanekaragaman makluk hidup cukup tinggi ternyata tidak mampu memenuhi semua permintaan dan kebutuhan daging nasional. Impor bahan pangan yang bergizi tersebut masih tinggi dan tidak sesuai dengan target impor daging yang telah ditetapkan pada swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2014.

Pada tahun 2013 kebutuhan daging nasional mencapai 550.000 ton dan sebanyak 413.000 ton akan dipenuhi dalam negeri. Untuk memenuhui kebutuhan daging sapi tersebut, pemerintah menyatakan stok sapi nasional yang harus disediakan didalam negeri sebanyak 3,3 juta ekor dengan kuota impor 80 ribu ton mencakup 60% sapi bakalan dan 40% daging beku. Akibat kebijakan kuota impor tersebut dan kurangnya pasokan daging di pasar menyebabkan mahalnya harga daging sapi yaitu mencapai Rp. 91.000,00 diberbagai daerah di Indonesia.

(8)

khususnya daging sapi yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dengan waktu usaha yang relatif cepat yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan bagi anggota kelompok dan keluarganya.

Sistem pemberdayaan kelompok tani ternak sapi potong ini lebih fokus dilakukan di pedesaan dengan alasan kebutuhan ternak seperti hijauan sangat melimpah di daerah yang bersuhu dingin. Selain itu mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani sehinga sangat mudah dalam membentuk kelompok. Informasi tentang teknis pembentukan kelompok harus disampaikan kepada masyarakat agar penyebaran kelompok dapat merata di seluruh pelosok Indonesia. Pihak yang sangat berperan dalam hal ini adalah pemerintah daerah, khususnya orang-orang yang bertugas lapang sepetri mentri hewan, inseminator, dan mahasiswa (PKL).

Manajemen pemeliharaan/ penggemukan sapi potong yang benar akan mempertinggi produksi dan mempercepat tercapainya target produksi. Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang manajemen pemeliharaan dan penggemukan sapi potong menjadi salah satu kendala tercapainya tujuan sistem kelompok tani. Untuk itu, dalam satu kelompok tani ternak sapi potong diwajibkan ada satu anggota yang benar-benar mengerti dan berkompeten di bidang peternakan. Anggota kelompok yang berkompeten tersebut dapat berasal dari mahasiswa lulusan peternakan, orang-orang yang mengikuti pelatihan, dan orang-orang yang berpengalaman bekerja di bidang peternakan.

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil bumi karena terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta berada di antara dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia (Wikipedia, 2013). Letak geografis yang sangat menguntungkan ini menyebabkan Indonesia mengalami dua musim yaitu musim panas dan musim hujan, dimana dengan dua musim tersebut Indonesia memiliki keanekaragaman makluk hidup yang cukup tinggi.

Berdasarkan penelitian 10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptil, 17% burung, dan 25% ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3% dari luas bumi (Wikipedia, 2013). Keanekaragaman yang tinggi harusnya bisa memenuhi segala kebutuhan pokok penduduk Indonesia terutama kebutuhan pangan. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia untuk terus hidup dan bereproduksi selain sandang dan papan serta merupakan ukuran kesejahteraan suatu masyarakat.

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Menurut Emil Salim dalam Jingga (2013) penduduk Indonesia pada tahun 2030 diprediksikan mencapai 295 juta jiwa dan pada tahun 2032 diprediksikan populasi Indonesia mencapai 300 juta jiwa, dengan dugaan munculnya 60 juta pendatang yang merupakan kaum muda. Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti peningkatan penghasilan menjadikan masyarakat semakin menyadari arti gizi. Alasan ini membuat pergeseran pola makan masyarakat dari mengkonsumsi karbohidrat ke protein (hewani) berupa daging, telur, dan susu.

(10)

tinggi di Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan terutama daging dalam negeri. Hal ini dirasa cukup aneh, mengapa negara yang kaya akan keanekaragaman makluk hidup serta secara logika mampu memenuhi segala kebutuhan penduduknya termasuk kebutuhan daging ternyata masih menggantungkan bahan pangan pada impor.

Sapi potong merupakan salah satu penyumbang ketersediaan daging di Indonesia. Pada saat ini, populasi sapi potong mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Populasi sapi potong pada tahun 1969 mencapai 6,44 juta ekor dan meningkat menjadi 11,367 juta ekor pada tahun 1991, dan pada tahun 1997 menjadi 12,552 juta ekor (Abidin, 2010). Berdasarkan hasil PSPK 2011 populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor, dan diperkirakan pada tahun 2013 ini populasi sapi potong mencapai 16,5 juta ekor.

Harga daging sapi potong saat ini mencapai Rp. 91.000 per kilogram di berbagai daerah. Tidak terpenuhinya pasokan daging sapi di pasar dianggap menjadi pemicu mahalnya harga daging sapi. Sedangkan kurangnya pasokan daging sapi di pasar disebabkan populasi sapi potong di Indonesia yang tidak mampu memenuhi permintaan konsumen daging. Pemerintah telah menyepakati kebutuhan dan permintaan daging tahun 2013 sebanyak 550 ribu ton dengan 413 ribu ton (75,1 %) akan dipenuhi dari dalam negeri (Musta’diah, 2012).

Untuk memenuhui kebutuhan daging sapi tersebut, pemerintah menyatakan stok sapi nasional yang harus disediakan didalam negeri sebanyak 3,3 juta ekor dengan kuota impor 80 ribu ton mencakup 60% sapi bakalan dan 40% daging beku. Dilihat dari data-data tersebut sangat sulit Indonesia memenuhi kebutuhan daging yang cukup tinggi.

(11)

seperti pada tahun 1997 dulu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberdayakan kelompok tani yang khusus memelihara sapi potong. Upaya ini memang tidak akan memberikan dampak dalam waktu dekat, namun akan sangat berpengaruh besar setelah upaya ini dijalankan lebih dari lima tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan dapat diterapkan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaruh pemberadayaan kelompok tani ternak sapi potong terhadap pasokan daging sapi di pasar.

b. Bagaimana cara memberdayakan kelompok tani ternak sapi potong.

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalh sebagai berikut :

a. mengetahui pengaruh pemberadayaan kelompok tani ternak sapi potong terhadap pasokan daging sapi di pasar,

b. mengetahui cara memberdayakan kelompok tani ternak sapi potong.

1.3.2 Manfaat

(12)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Potong

Sapi potong merupakan salah satu ternak peliharaan yang paling banyak di manfaatkan sebagai penghasil daging. Klasifikasi ilmiah sapi potong adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Bovidae

Sub Famili : Bovinae

Genus : Bos

Spesies : B. taurus, B. sondaicus, B. indicus

(13)

a. Sapi Bali

Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia dan merupakan sumberdaya genetik hewan asli Indonesia yang ciri - cirinya khas dan berbeda dari bangsa sapi lainnya. Asal usul sapi bali adalah banteng (Bos sondai-cus) yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi selama bertahun-tahun. Proses domestikasi (penjinakan) yang cukup lama ini diduga sebagai penyebab sapi bali lebih kecil dibandingkan dengan banteng. Sapi bali jantan dan betina dilahirkan dengan warna bulu merah bata dengan garis hitam di sepanjang punggung yang disebut garis belut. Setelah dewasa, warna sapi jantan berubah menjadi kehitaman-hitaman, sedangkan warna sapi betina relative tetap. Sapi bali tidak berpunuk. Umumnya, keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna putih (Abidin, 2010).

Sapi bali mempunyai keunggulan dibandingkan sapi-sapi lokal lainnya, yaitu efisiensi reproduksi yang tinggi, dimana sapi bali mampu beranak setiap tahun. Selain itu presentasi dan kualitas karkas yang tinggi juga menjadi salah satu keunggulan sapi bali, dimana dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pertambahan bobot badannya dapat mencapai 0,7 kg/hari (Abidin, 2010). Daya adaptasi terhadap lingkungan juga tinggi, sapi bali mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan sumber pakan yang terbatas dan kualitas rendah. Populasi sapi bali di Indonesia hingga tahun 2009 diperkirakan mencapai sekitar 4,5 juta ekor, dengan populasi terbanyak di Sulawesi Selatan, Bali, NTT, NTB, Sumsel , Sultra, Gorontalo, Kalsel, Sulteng, Sulbar, dan Lampung (Wikipedia, 2013).

b. Sapi Brahman

(14)

sapi Brahman (Abidin, 2010). Keunggulan sapi brahman ini adalah mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan sangat tahan terhadap gigitan serangga terutama caplak. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan sapi ini juga cepat sehingga sapi ini sangat digemari oleh peternak daerah tropis seperti Indonesia.

c. Sapi Madura

Sapi Madura mempunyai ciri khas yaitu berpunuk dan berwarna kuning hingga merah bata, terdapat warna putih pada moncong, ekor, dan kaki bawah, serta berwarna hitam pada telinga dan bulu ekor bawah. Sapi Madura ini merupakan sapi hasil persilangan antara Bos sondaicus dan Bos indicus yang tumbuh dan berkembang di Madura. Di Indonesia populasinya mencapai 12%, dan penyebarannya tidak semerata sapi bali. Sapi madura dilaporkan telah mengalami penurunan genetis, sehingga penampilan produksi diukur dari pertambahan bobot badan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Perkawinan sedarah diperkirakan menjadi penyebab penurunan genetis ini dan dibandingkan dengan sapi bali, daya reproduksi dan pertambahan bobot badan sapi bali lebih rendah (Abidin, 2010).

Pulau Madura merupakan tempat populasi terbanyak sapi madura. Sistem pemeliharaannya pun sangat unik karena sapi-sapi jantan dipelihara khusus untuk dikarap dalam lomba karapan sapi. Sapi-sapi ini mengalami pertumbuhan yang tidak seimbang antara tubuh bagian depan dan bagian belakang karena harus mengikuti sistem latihan yang diberikan. Pemberian pakan pun terkesan berlebihan, terutama saat menjelang lomba. Sapi-sapi jantan ini diberikan paka berupa susu, telur, dan madu serta bahan lainnya yang bertujuan untuk memberika tenaga ekstra meskipun secara ilmiah belum dapat dibuktikan kebernarannya (Abidin, 2010).

d. Sapi Limousin

(15)

dan sangat padat (bentuknya hampir mirip dengan singa). Bobot badan sapi limousin jantan mencapai 850 kg dan betina mencapai 650 kg (Murtidjo, 2008).

e. Sapi Ongole atau Peranakan Ongole

Sapi onggole merupakan keturunan sapi liar (Bos indicus) yang telah dijinakkan di India. Di Indonesia sapi onggole disilangkan dengan sapi lokal sehingga dikenal dengan beberapa nama seperti sapi sumba ongole dan sapi peranakan ongole. Sapi peranakan ongole memepunyai ciri-ciri warna bulu sapi putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung. Cirri-ciri umum sapi peranakan onggole adalah posturnya menyerupai sapi ongole namun kemapuan produksinya sedikit lebih rendah. Sapi ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan penyebaraannya hampir merata di Pulau Jawa dan sedikit di luar jawa.

2.2 Daging sapi

Daging sapi adalah sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan kalsium yang berasal dari ternak sapi. Komponen nutrisi tertinggi dalam daging adalah protein dimana protein daging tersusun atas asam amino esensial yang lengkap dan seimbang.

Tabel 1 . Komposisi asam amino daging sapi segar (% protein kasar)

(16)

Asam Glutamat Non-esensial 14,4

Glisin Non-esensial 7,1

Prolin Non-esensial 5,4

Serin Non-esensial 3,8

Tirosin Non-esensial 3,2

Sumber : Lawrie, 1990 dengan perubahan dalam Komariah dkk, tanpa tahun

Vitamin yang terkandung dalam daging sapi adalah vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), dan asam nikotinat (niasin). Ketiganya penting bagi aktivitas dan pertumbuhan. Selain itu daging sapi juga mangandung B12, vitamin ini tidak terdapat dalam makanan yang berasal dari tumbuhan (nabati). Vitamin B12 berfingsi membentuk sel darah merah dan menormalkan sistem saraf (Komariah, tanpa tahun).

2.3 Kelompok Tani

Menurut Departemen Pertanian (2007), kelompok tani adalah kumpulan petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Sedangkan peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan. Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di perdesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”, memiliki karakteristik sebagai berikut:

1). Ciri kelompok tani

a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota, b. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani, c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi. d. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

2). Unsur Pengikat Kelompok tani

(17)

b. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya,

c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinnannya diterima oleh sesama petani lainnya, anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

b. Wahana kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,

c. Unit Produksi ; Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

BAB 3 METODE PENULISAN

(18)

dari sumber-sumber media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, internet. Solusi-solusi yang disampaikan berdasarkan ide-ide penulis dan didapatkan dari wawancara terhadap beberapa pihak-pihak terkait seperti penduduk desa, inseminator, dan mahasiswa.

Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan solusi terkait permasalahan-permasalahan ketahanan pangan khususnya daging sapi dimulai dari bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penulisan. Dilanjutkan dengan bab ke dua yang berisi tentang tinjauan pustaka yang merupakan uraian dari konsep-konsep masalah yang dikaji yaitu terkait sapi potong dan kelompok tani. Bab berikutnya adalah membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang cara memberdayakan kelompok tani dan pengaruh kelompok tani terhadap pasokan daging sapi di pasar.

Selanjutnya adalah bab terakhir merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini ditulis kesimpulan dari uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang baiknya untuk lakukan agar sistem kelompok tani dapat dilaksanakan dengan baik dan berdampak positif bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama anggota kelompok tani ternak sapi potong dan keluarganya.

BAB 4 PEMBAHASAN

(19)

berdaya saing tinggi yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan bagi anggota kelompok dan keluarganya. Kemudahan yang di maksud adalah meliputi akses sumber pembiayaan dan permodalan usaha, ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, pelayanan peternakan, pelayanan kesehatan hewan dan bantuan teknik, pengembangan kawasan usaha, kemitraan dan sinergi antar pelaku usaha, penghindaran pengenaan ekonomi biaya tinggi, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan kewirausahaan, pemanfaatan sumber daya dalam negeri, promosi dan pemasaran serta perlindungan harga ternak dan produk hewan.

Kelompok tani ternak yang ada di Indonesia dan menyebar di berbagai daerah masih cenderung untuk memelihara ternak-ternak kecil seperti ayam pedaging, ayam petelur, domba, dan kambing. Padahal pemeliharaan sapi dengan tujuan penggemukan akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan pemeliharaan ternak-ternak lainnya. Kelompok tani masih ragu dan takut mengambil resiko untuk memelihara sapi potong secara intensif. Kurangnya jaminan dan rumitnya prosedur untuk membentuk kelompok tani ternak sapi potong menjadi salah satu alasan. Solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mendapatkan kepercayaan masyarakat bahwa sistem kelompok tani sapi potong bukan sistem yang harus ditakuti dan dengan sistem ini justru akan memberikan dampak positif termasuk meningkatkan status ekonomi masyarakat.

(20)

cukup dengan segala keadaan yang telah diperoleh saat itu. Padahal dengan semakin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan, setiap individu harus mampu baik secara ekonomi maupun sosial beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada.

Kurangnya informasi tentang bagaimana cara membentuk kelompok tani yang benar serta dampak positif yang akan terjadi, menjadi kendala berkembangnya kelompok tani secara merata di Indonesia terutama di daerah pedesaan. Pihak terkait khususnya pemerintah daerah bertugas untuk memberikan informasi langsung kepada masyarakat baik melalui penyuluhan atau secara khusus oleh pihak-pihak yang terjun langsung di masyarakat sebagai pekerja lapang seperti mantri hewan, inseminator, dan mahasiswa yang sedang melakukan praktek kerja lapang (PKL). Dengan sistem penyaluran informasi seperti di atas diharapkan mampu memacu masyarakat untuk membentuk kelompok tani ternak sapi potong.

Kendala selanjutnya adalah terbatasnya pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan sapi potong di pedesaan. Manajemen pemeliharaan/ penggemukan sapi potong dengan benar akan mempertinggi produksi dan mempercepat tercapainya target produksi. Untuk itu, dalam satu kelompok tani ternak sapi potong diwajibkan ada satu anggota yang benar-benar mengerti dan berkompeten di bidang peternakan. Sehingga manajemen pemeliharaan dapat terkontrol dan sesuai dengan teori penggemukan yang baik serta menguntungkan. Selain itu, dengan adanya satu atau lebih anggota yang berkompeten dapat mempermudah laporan pertanggungjawaban, sehingga pemerintah dapat memberikan kepercayaan penuh terhadap kelompok tersebut.

(21)

orang yang telah mendapat pelatihan tentang teknolongi peternakan serta orang-orang yang telah berpengalaman (bekerja) di bidang peternakan. Dengan demikian diharapkan dapat memaksimalkan sistem kelompok tani sapi potong di daerah pedesaan.

Sistem kelompok tani ternak potong ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan daging sapi nasional, seperti halnnya sistem kelompok tani pada bahan pangan padi. Meskipun pemenuhan kebutuhan tidak maksimal dan masih mengandalkan impor namun karena sistem kelompok tani yang dilaksanakan setidaknya mampu memenuhi sebagian kebutuhan padi dalam negeri.

Agar tercapainya tujuan utama terpenuhinya pasokan daging sapi di pasar dengan sistem kelompok tani ternak sapi potong dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah dan pihak akademisi yaitu untuk membentuk dan mengembangkan orang-orang yang akan terjun di dalam sistem ini. Pihak akademisi bertugas untuk membentuk orang-orang yang berkompeten di bidang peternakan yaitu mahasiswa yang tidak hanya mampu melakukan manajemen pemeliharaan atau penggemukan dengan baik, namun juga harus mampu menjadi anggota kelompok yang baik, tidak hanya mementingkan kepentingan individu tetapi lebih mengedepankan kepentingan kelompok.

Sedangkan pihak pemerintah bertugas untuk mengembangkan dan memberdayakan kelompok tani yang dibentuk dengan cara memberika kemudahan utama yaitu modal. Sulit tercapainya keberhasilan usaha penggemukan di masyarakat atau lebih khususnya peternak saat ini adalah jumlah sapi yang dimiliki masih di bawah lima ekor perkeluarga. Ini merupakan sebuah bukti bahwa peternakan sapi masih merupakan usaha sampingan dan pemeliharaan yang ekstensif.

(22)

kebutuhan modal dan lain sebagainya. Proposal ditembuskan kepada dinas peternakan kabupaten. Selanjutnya, setelah proposal diterima dan kelompok tani ternak sapi potong mendapat modal baik berupa uang cair atau dalam bentuk sapi potong yang siap untuk digemukkan beserta peralatannya, kelompok tani dapat melakukan pemeliharaan dan memberikan laporan pertanggungjawaban setiap bulan atau setiap periode pemeliharaan tergantung dengan kesepakatan yang telah ditetapkan dengan dinas peternakan.

Sistem kelompok tani ternak sapi potong ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap lapisan masyarakat seperti mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan sumber daya manusia (SDM), mengurangi nilai impor daging sapi, menurunkan harga daging sapi, mensejahterakan seluruh anggota kelompok tani beserta keluarganya, dan tecapainya tujuan utama yaitu memenuhi pasokan daging di pasar.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

(23)

a. Cara memberdayakan kelompok tani adalah dengan memberukan kemudahan meliputi akses sumber pembiayaan dan permodalan usaha, ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, pelayanan peternakan, pelayanan kesehatan hewan dan bantuan teknik, pengembangan kawasan usaha, kemitraan dan sinergi antar pelaku usaha, penghindaran pengenaan ekonomi biaya tinggi, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan kewirausahaan, pemanfaatan sumber daya dalam negeri, promosi dan pemasaran serta perlindungan harga ternak dan produk hewan.

b. Masalah-maslah yang muncul adalah kurangnya informasi dan pengetahuan terkait pembentukan kelompok tani ternak dan manajemen pemeliharaannya.

c. Agar tercapainya tujuan utama sistem kelompok tani ternak sapi potong tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak terkait terutama pihak pemerintah dan akademisi.

d. Pengaruh utama sistem pemberadayaan kelompok tani ternak sapi potong adalah meningkatnya pasokan daging sapi di pasar setelah sistem berlangsung selama lebih dari lima tahun.

5.2 Saran

Hal yang perlu diperhatikan dalam memberdayakan kelompok tani ternak sapi potong yaitu tetap mengutamakan kepentingan masyarakat serta memberikan pelayanan yang sepenuhnya kepada kelompok tani ternak terkait tujuan dan fungsi kelompok tani yaitu sarana atau kelas belajar dan wahana kerjasama.

Daftar Pustaka

(24)

Jingga, RPA., 2013, Populasi Indonesia 300 juta tahun 2032, [online], ( http://www.antaranews.com/berita/364989/populasi-indonesia-300-juta-tahun-2032, diakses tanggal 25 April 2013 pukul 12.15 WIB).

Komariah., Surajudin., Purnomo D. Aneka Olahan Daging Sapi. _____ , [online], (http://books.google.co.id, diakses tanggal 26 April 2013 pukul 19.05 WIB).

Murtidjo, B A. 2008. Sapi Potong. Cetakan ke 16. Yogyakrta:Kasinus.

Musta’idah, A. 2012. 2013, Kebutuhan Sapi Nasional 3,3 Juta Ekor. [online], (http://www.investor.co.id/agribusiness/2013-kebutuhan-sapi-nasional-33 juta-ekor/49482, diakses tanggal 26 April 2013 pukul 21.11 WIB)

Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, Pdf.

Wikipedia. 2013. Indonesia. [online], (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia, diakes tanggal 25 April 2013 pukul 16.43 WIB).

Wikipedia., 2013. Sapi. [online], (http://id.wikipedia.org/wiki/Sapi, diakses tanggal 26 April 2013 pukul 11.04 WIB).

Gambar

Tabel 1 . Komposisi asam amino daging sapi segar (% protein kasar)

Referensi

Dokumen terkait

Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia: Telaah Kritis Terhadap Konsepsi Al- Qur‟an, (Cet.. Merujuk pada hakekat khalifah dan konsep amanah yang dibebankan kepada

Faktor eksternal meliputi cara mendidik orang tua, lingkungan rumah, keadaan ekonomi keluarga, metode mengajar, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa yang

Bagi Investor, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap Kinerja pada Bank Umum

Di sisi lain yakni sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit adalah Motivasi kerja perawat merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa

kasus-kasus tanah, masalah hukum di kalangan masyarakat. Adanya peningkatan usaha-usaha penggalangan massa oleh kekuatan sosial politik.. 2) Dari informasi yang diperoleh

Setiap perbuatan orang seperti ini yang (dilakukan demi) meraih keridhaan Tuhan akan akan menganugerahkannya keridhaan Tuhan. Setiap Ahmadi yang telah Bai'at dengan cara ini

--- = tidak termasuk di dalam penelitian.. kerja yang tinggi. Selain itu, penduduk miskin di Indonesia sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Bidang pendidikan dan

Hasil lainnya yang diperoleh dari simulasi ini adalah kenaikan nilai temperatur udara primer sebesar 463°K dengan kondisi flowrate udara dan batubara pada nilai yang