• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL PADA OPERASI MATRIKS BERBANTUAN MATRIX CALCULATOR DI KELAS XI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL PADA OPERASI MATRIKS BERBANTUAN MATRIX CALCULATOR DI KELAS XI SMA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL

PADA OPERASI MATRIKS BERBANTUAN MATRIX CALCULATOR

DI KELAS XI SMA

Hermayuda, Yulis Jamiah, Dede Suratman

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak Email: senyum_mentari@ymail.com

Abstract

This research aims to determine whether remedial learning which use matrix calculator can improve students’ conceptual understanding ability in matrix operation in grade XI SMAN 4 Pontianak. The research method is quantitative with pre-experimental form of research. The subject of research is grade XI SMAN 4 Pontianak. The object of the research is conceptual understanding ability of students in the operation matrix. Data obtained from the results of pretest and posttest to see students' conceptual understanding abilities. The data analysis showed that the conceptual understanding ability increased 34%. The increase is happened in each indicators conceptual understanding ability as follows: 1) the ability to mention examples and and non-examples of concepts increased 11%; 2) the ability to use, utilize and choose certain procedures or operations increased 43%; and 3) the ability to develop the terms or rules of a concept increased 39%.

Keywords: Conceptual Understanding, Operation Matrix, Matrix Calculator

PENDAHULUAN

Pemahaman matematika merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika (NCTM, 2000). Salah satu pemahaman itu adalah pemahaman konseptual. Konseptual itu sendiri dapat diartikan sebagai hubungan dengan konsep (Sugiatno, 2010: 1). Pemahaman konsep memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar dan merupakan dasar dalam mencapai hasil belajar (Widiawati, 2015). Raharjo (2014: 204) menyatakan penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep.

Namun kemampuan pemahaman konseptual ini merupakan suatu masalah yang masih sering ditemukan, karena dalam memahami konsep matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi (Rohana, 2011: 111). Ruseffendi (2006: 156) juga menyatakan

setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Akar penyebab masalah kurangnya pemahaman konsep matematika siswa antara lain: 1) siswa kurang memikirkan konsep yang telah dipelajari sehingga konsep yang dipelajari tidak bertahan lama, 2) siswa enggan untuk memahami soal-soal latihan terlebih dahulu dalam mengerjakan soal dan beranggapan bahwa soal tersebut sulit untuk dikerjakan, 3) siswa sulit untuk mengaplikasikan materi dalam kehidupan sehari-hari (Isrotun, 2014).

(2)

ditemukan letak kesalahan yang dilakukan siswa ketika mengoperasikan matriks, yaitu (1) salah ketika mengalikan suatu bilangan real dengan sebuah matriks, (2) keliru mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan matriks ketika bertemu dengan bilangan positif dan bilangan negatif, (3) salah konsep saat mengalikan matriks sehingga menggunakan konsep penjumlahan, (4) mengalikan dua buah matriks dengan cara langsung mengalikan entri-entri yang bersesuaian, serta (5) salah dalam menghitung.

Untuk dapat mengatasi kelemahan dan mencoba memperbaiki kemampuan pemahaman konseptual siswa yang masih kurang terkait materi matriks tersebut, khususnya pada submateri operasi hitung pada matriks, perlu diadakan pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial (remedial teaching) menurut Abror (1993: 185) adalah “bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk membantu kesulitan belajarnya.” Artinya, dalam proses belajar mengajar, program/kegiatan perbaikan itu dirancang untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang dengan bantuan tersebut mereka dapat mencapai tingkat penguasaan materi pelajaran yang ditetapkan. Dengan demikian, tujuan utama diadakannya pembelajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang mengalami hambatan belajar terkait materi yang sedang dipelajari, agar mencapai tujuan pengajaran semaksimal mungkin, dengan efektif dan efisien. Di samping itu, dengan adanya pembelajaran remedial ini guru dapat melakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan mengajarnya atau menyampaikan bahan pelajaran yang dirasa masih kurang dan/atau terlambat (Buna’i, 2007: 270).

Suyono (2012) menyatakan kalkulator bisa berarti lebih dari sekedar alat untuk menghitung. Kalkulator juga dapat digunakan secara efektif untuk mengembangkan konsep. National Research Council dalam bukunya telah memuat beberapa penelitian jangka panjang yang menunjukkan bahwa siswa kelas 4 – 6 yang menggunakan kalkulator

meningkat pemahaman konsepnya (NRC, 2001). Kegiatan untuk mengembangkan konsep dengan kalkulator disarankan terutama dalam lingkup bilangan dan perhitungan. Ini baru kalkulator umum, bagaiamana jika kalkulator tersebut lebih spesifik dan lebih khusus untuk melakukan suatu perhitungan? Tidak menutup kemungkinan, bahwa media itu akan sangat berguna dan bermanfaat dalam dunia pendidikan.

Munculnya suatu aplikasi/software yang dapat menunjang proses belajar mengajar sangatlah penting bagi para siswa dan guru. Salah satunya adalah aplikasi Matrix Calculator, yang dapat digunakan untuk perhitungan matriks, seperti penjumlahan dan pengurangan dua matriks, perkalian skalar matriks, perkalian dua matriks, mencari determinan serta invers suatu matriks.

(3)

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Karena pada dasarnya, metode kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel tertentu, sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif (Hasibuan, 2011 : 29).

Selanjutnya Sugiyono (2013 : 11) menyatakan hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Bentuk peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimen. Sugiyono (2013 : 74) menyatakan bahwa dikatakan pre-experimental, karena desain ini belum merupakan ekperimen sungguh-sungguh. Karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Sedangkan menurut Hasibuan (2011 : 74), bentuk penelitian pra eksperimen hampir sama dengan eksperimen, tetapi bukan eksperimen, karena tidak ada penyamaan karakteristik/random dan tidak ada variabel kontrol. Penelitian ini digunakan untuk penelitian latihan, bukan penelitian akademik, penelitian kebijakan, pengembangan ilmu atau sejenisnya.

Sugiyono (2013 : 74 - 75) menyatakan bahwa bentuk penelitian pra eksperimen ada beberapa macam, salah satunya adalah one group pretest posttest design. Bentuk one group pretest posttest design menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) untuk analisis data. Dengan demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Menurut Arikunto (2010 : 188) Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Menurut Nawawi (1983: 150) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Sedangkan Menurut Arikunto (2010: 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 4 Pontianak kelas XI yang terdiri atas XI MIPA-1, XI MIPA-2, XI MIPA-3, XI MIPA-4, XI MIPA-5, XI IPS-1, XI IPS-2, XI IPS-3 dan XI IPS-4. Kelas XI MIPA-4 telah peneliti gunakan sebagai kelas uji coba soal pretest dan posttest, sehingga tersisa delapan kelas yang akan dipilih sebagai kelas percobaan.

Sampel secara sedarhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian (Nawawi, 1983 : 152 – 153). Sedangkan menurut Arikunto (2010 : 174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dari delapan kelas XI yang tersisa, secara teknik simple random sampling terpilih kelas XI MIPA-1 sebagai sampel dalam penelitian ini.

Objek penelitian memuat tentang variabel-variabel penelitian beserta karakteristik-karakteristik/unsur-unsur yang akan diteliti, populasi penelitian, sampel penelitian, unit sampel penelitian, dan tempat penelitian (Suryana, 2010). Menurut Arikunto (2009: 20), objek adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Adapun Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan Pemahaman konseptual siswa pada operasi matriks.

(4)

berperan sebagai kelas eksperimen. Ada tiga tahapan dalam penelitian ini, yaitu: 1) tahap persiapan penelitian; 2) tahap pelaksanaan penelitian; dan 3) tahap akhir.

Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) merevisi desain penelitian; (2) melakukan validasi instrumen penelitian; (3) merevisi instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi; (4) mengadakan uji coba tes; (5) menganalisis data hasil uji coba tes; (6) merevisi instrumen penelitian berdasarkan hasil uji coba tes; dan (7) menentukan waktu penelitian.

Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) memberikan pretest; (2) menganalisis jawaban siswa; (3) melakukan pembelajaran dengan menggunakan aplikasi matrix calculator yang berlangsung selama 1 kali pertemuan; dan (4) memberikan posttest. Tahap Akhir

Langkah-langkah yang dilakukan pada

tahap akhir antara lain: (1) menganalisis jawaban siswa; (2) mengumpulkan data hasil tes; (3) melakukan analisis data hasil tes; (4) mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyimpulkan sebagai jawaban dari masalah dalam penelitian; dan (5) menyusun laporan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini hanya menggunakan 1 kelas sebagai sampel yaitu kelas XI MIPA-1 SMA Negeri 4 Pontianak. Pada kelas ini, pembelajaran remedial dilakukan dengan berbantuan matrix calculator untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual siswa terkait operasi matriks. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pengukuran berupa tes tertulis (pretest dan posttest) berbentuk essai dengan jumlah masing-masing jenis tes adalah 6 soal. Hasil pretest dan posttest siswa kelas sampel dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest Pretest

1 2 3 4 5 6 Skor Nilai

Rata-rata 8,42 7,90 2,55 3,68 2,42 0,81 25,77 37,35

Persentase 84% 79% 17% 41% 40% 4%

Posttest

Rata-rata 9,39 9,13 11,48 6,74 4,45 7,71 48,90 70,87

Persentase 94% 91% 77% 75% 74% 41%

Dari tabel 1 tersebut, tampak bahwa rata-rata skor pretest adalah 25,77 atau sekitar 37,4%. Sedangkan rata-rata skor posttest adalah 48,90 atau sekitar 70,9%. Apabila dilihat pada masing-masing soal yang diberikan, tampak peningkatan terbesar

(5)

Grafik 1. Persentase Perbandingan Pretest dan Posttest

Dari grafik 1 tersebut, tampak jelas terjadi peningkatan pada setiap soal yang diteskan. Soal nomor 1, terkait dengan penjumlahan dua matriks meningkat sebesar 10%. Soal nomor 2, berhubungan dengan pengurangan dua matriks meningkat 12%. Untuk soal nomor 3,berkaitan dengan perkalian skalar matriks mengalami peningkatan paling tinggi yaitu 60%. Pada soal nomor 4 tentang perkalian dua matriks meningkat sebesar 34%. Sedangkan untuk soal nomor 5, mencari determinan sebuah matriks meningkat 34%. Terakhir, untuk soal nomor 6, mencari invers suatu matriks meningkat sebesar 37%.

Analisis Hasil Tes

Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan menjabarkan data dalam bentuk narasi yang menggambarkan bagaimana kemampuan pemahaman konseptual siswa dalam menyelesaikan soal pada operasi matriks. Analisis data dilakukan dengan menjelaskan setiap indikator dalam kemampuan pemahman konseptual pada masing-masing jenis tes dan penyelesaian yang dilakukan siswa. Adapun perbandingan hasil pretest dan posttest apabila dilihat dari indikator kemampuan pemahaman konseptual yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Rekap Hasil Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konseptual

Indikator Jenis Tes

Pretest Posttest Peningkatan

1 82% 93% 11%

2 18% 61% 43%

3 30% 69% 39%

Apabila dipresentasikan dalam diagram, tampak seperti grafik 2 berikut:

84% 79%

17%

41% 40%

4%

94% 91%

77% 75%

74%

41%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

1 2 3 4 5 6

Per

sen

tase

R

ata

-R

ata

S

ko

r

Nomor Soal

Pre-test

(6)

Grafik 2. Rekap Hasil Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konseptual

Berdasarkan tabel 2 dan grafik 2 diatas, tampak bahwa hasil posttest lebih baik apabila dibandingkan dengan hasil pretest. Pada indikator 1, yaitu kemampuan menyebutkan contoh dan bukan contoh dari konsep meningkat sekitar 11%. Pada indikator 2, yaitu kemampuan menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu meningkat sebesar 43%. Terakhir, pada indikator 3, yaitu kemampuan mengembangkan syarat dan atau aturan suatu konsep meningkat 39%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konseptual siswa setelah diberikan pembelajaran remedial berbantuan matrix calculator. Hasil pretest siswa menunjukkan rata-rata skor sebesar 25,77 termasuk kategori kurang dan hasil posttest siswa menunjukkan rata-rata sebesar 48,90 termasuk kategori cukup. Apabila dipresentasekan, rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konseptual siswa sebesar 34%.

Pembahasan

Setelah dilakukan pretest, peneliti menganalisis jawaban dan memberikan skor berdasarkan rubrik penilaian yang telah ditetapkan. Adapun paparan mengenai kemampuan pemahaman konseptual siswa sebelum pembelajaran remedial berbantuan aplikasi matrix calculator, peneliti

menyimpulkan bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang dialami para peserta didik.

Pada indikator 1, hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa sebesar 16,32 atau sekitar 82%. Meskipun dalam kategori sangat baik, masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan siswa pada indikator ini kebanyakan pada memberikan alasan dan perhitungan. Siswa dominan kurang tepat, bahkan keliru dalam memberikan alasan. Seperti keliru dalam pembacaan ordo, menganggap matriks 2x2 yang entrinya lengkap berbeda ordo dengan matriks 2x2 yang entrinya tidak lengkap, dan bahkan ada yang tidak memberikan alasan. Kekeliruan perhitungan juga banyak ditemukan, terutama saat bertemu bilangan negatif dan menganggap ada bilangan nol pada entri matriks yang tidak lengkap. Sehingga mereka mengoperasikan matriks dengan entri lengkap dan matriks dengan entri tidak lengkap.

Pada indikator 2. Hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa sebesar 7,61 atau sekitar 18% termasuk kategori sangat kurang. Adapun penyebab kurangnya pada indikator ini adalah kebanyakan siswa keliru pada membuat sebuah matriks dengan syarat yang telah ditentukan, juga pada perhitungan dengan skalar bilangan pecahan dan negatif. Terlepas dari kesalahan itu, jika dilihat soal yang diberikan, sepertinya siswa kurang paham

82%

18%

30% 93%

61%

69%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3

Pretest

(7)

dalam membaca perintah yang diberikan pada soal. Siswa kurang mengerti dalam pembacaan ordo dan siswa jarang dipinta untuk membuat matriks. Kebiasaan yang dillakukan adalah menyelesaikan matriks yang sudah ada. kekurangan yang lain adalah pada memilih pasangan matriks dan perhitungan pada perkalian dua matriks. Mereka mengoperasikan perkalian dua matriks layaknya operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks. Dari kekeliruan tersebut, dapat diketahui bahwa pemahaman konseptual siswa pada indikator menentukan contoh dan melakukan operasi masih tergolong lemah. Karena biasanya, siswa hanya dipinta untuk menyelesaikan dua atau lebih matriks yang sudah ada. Kekurangan siswa pada indikator ini juga kebanyakan pada tidak ada jawaban sama sekali untuk perhitungan nomor 6. Keliru dalam pencarian adjoin, mereka hanya mampu pada pencarian determinan. Ada juga yang langsung mencari adjoin meski kurang tepat.

Terakhir, pada indikator 3. Hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa sebesar 1,77 atau sekitar 30% termasuk kategori kurang. Kekurangan siswa pada indikator ini kebanyakan pada tidak ada jawaban sama sekali. Mereka kurang memahami apa saja syarat dari suatu perkalian matriks, syarat dari sebuah matriks yang memiliki determinan, juga syarat dari sebuah matriks yang memiliki invers. Sehingga dominan mereka keliru dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

Dari hasil pretest tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pemahaman konseptual siswa pada materi matriks masih tergolong rendah. Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: (1) rentang antara waktu materi matriks itu dibelikan dan pengadaan pretest yang cukup lama; (2) ketidakseriusan siswa dalam mengerjakan soal, dan (3) pembelajaran konversional yang dilakukan guru kurang menarik (berdasarkan wawancara kepada beberapa siswa).

Setelah didapat hasil tersebut, pada pertemuan berikutnya, peneliti melakukan pembelajaran remedial berbantuan matrix calculator. Dari pembelajaran tersebut,

tampak kemampuan pemahaman konseptual siswa setelah pembelajaran remedial berbantuan matrix calculator meningkat pada tiap indikator yang termuat pada soal.

Pada indikator 1, hasil posttest menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa sebesar 18,52 atau sekitar 93% termasuk kategori sangat baik. Terjadi peningkatan sekitar 11% jika dibandingkan dengan soal pretest. Pada indikator 2, hasil posttest menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa sebesar 26,23 atau sekitar 61% termasuk kategori baik. Terjadi peningkatan sekitar 43% jika dibandingkan dengan soal pretest. Sedangkan pada indikator 3, hasil posttest menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa sebesar 4,16 atau sekitar 69% termasuk kategori baik. Terjadi peningkatan sekitar 39% jika dibandingkan dengan soal pretest.

Secara keseluruhan memang terjadi peningkatan pada tiap indikator kemampuan pemahaman konseptual. Namun, apabila dilihat per indikator, tampak bahwa pada indikator 1 tidak terjadi peningkatan sama sekali, indikator 1 hanya 11%, indikator 2 sebesar 43%, dan indikator 3 meningkat 39%. Apabila dilihat secara keseluruhan, maka hanya terjadi peningkatan sebesar 34%. Rendahnya persentase peningkatan tersebut dapat dikarenakan beberapa faktor, antara lain: (1) kurangnya keseriusan siswa dalam menyelesaikan soal, karena mereka beranggapan tidak akan mempengaruhi nilai; (2) instrumen yang digunakan, berupa soal pretest dan posttest kurang siswa pahami, (3) pembelajaran remedial yang dilakukan kurang maksimal, dikarenakan keterbatasan waktu; (4) alat bantu yang digunakan yaitu matrix calculator belum sepenuhnya siswa pahami apa saja kegunaan dan fungsi instrumen didalamnya, juga bagaimana cara pemakaiannya; dan (5) soal seharusnya lebih rinci, misalnya satu soal untuk satu indikator pemahaman. Agar penilaian jadi lebih terarah.

(8)

sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 60 dalam peningkatan hasil belajar. Dari hasil pretest, hanya 3 siswa berhasil mencapai nilai 60 ke atas. Sedangkan pada posttest terdapat 25 siswa. Dari 25 siswa tersebut, didapatlah persentase sebesar 80,6%.

Efektivitas pembelajaran remedial berbantuan aplikasi matrix calculator juga dilihat dari hasil analisis terhadap skor gain ternormalisasi. Kemudian dibandingkan dengan kategori yang dikemukakan oleh Hake (Meltzer, 2002) “Skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan skor gain aktual dengan skor gain maksismum.” Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa, sedangkan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang harus dicapai siswa.

Skor gain ternormalisasi dapat dinyatakan oleh rumus berikut: < g > =

𝑇2− 𝑇1

𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑇1. Dengan < g > yaitu skor gain

ternormalisasi, T2 untuk skor postest, T1

untuk skor pretest, dan Tmaks untuk skor ideal.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada perhitunga N – Gain dan diberikan kriteria sesuai kategori Hake (Meltzer, 2002), diperoleh hasil perhitungan gain ternormalisasi, terdapat 10 siswa termasuk dalam kategori tinggi, 17 siswa dalam kategori sedang, dan 4 siswa dengan kategori rendah. Rata-rata perhitungan skor gain ternormalisasi mencapai kategori sedang, dengan persentase 56%.

Sebagai data pendukung, jika ditinjau dari ketercapaian KKM yang ditentukan sekolah, dengan perhitungan 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑥100 dan KKM 79. Didapat hasil tidak ada satupun siswa yang berhasil mencapai KKM pada soal pretest. Sedangkan untuk soal posttest, terdapat 11 siswa yang berhasil mencapai KKM, atau sebesar 36%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konseptual siswa pada operasi matriks. Meski masih dalam kategori kurang.

Dari paparan hasil pretest dan posttest tersebut, dari pencapaian ketuntasan menurut Muhli dan gain ternormalisasi menurut Jusmawati, Hamzah, dan Darwis, terlihat

bahwa terdapat peningkatan pada tiap soal yang diberikan. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa pembelajaran remedial berbantuan aplikasi matrix calculator pada materi matriks memberikan pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konseptual siswa.

Dengan kata lain, berdasarkan indikator ketuntasan belajar dan peningkatan yang signifikan pada tiap siswa, pembelajaran remedial berbantuan aplikasi matrix calculator dapat meningkatkan pemahaman konseptual siswa pada operasi matriks dapat dikatakan efektif.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka secara keseluruhan kemampuan pemahaman konseptual pada operasi matriks melalui pembelajaran remedial berbantuan matrix calculator di kelas XI SMAN 4 Pontianak mengalami peningkatan sebesar 34%, termasuk kategori kurang. Berdasarkan indikator efektivitas yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka pembelajaran remedial berbantuan aplikasi matrix calculator dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual siswa terkait materi matriks, khususnya operasi hitung pada matriks.

Saran

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Abror, A. R. (1993). Psikologi Pendidikan. Tiara Wacana.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

__________. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Cetakan ke – 14). Jakarta : PT Rineka Cipta. Buna’i. (2007). Program Remedial. Tadris. 2

(2): 264 – 278.

Hasibuan, Zainal A. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hilda Lesmana. (2015). Pendeskripsian Pemahaman Konseptual Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Operasi Matriks Kelas X SMKN 3 Pontianak. Pontianak : Skripsi Universitas Tanjungpura.

Isrotun, U. (2014). Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Penerapan Pembelajaran Realistik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Metlzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: Posible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Score. American Journal of Physics. 70 (7). Muhli, A. (2012). Efektivitas Metode

Pembelajaran. Jakarta: Wordpress. National Research Council. (2001). Adding It

Up: Helping Children to Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.

Nawawi, H. (1983). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

NCTM. (2000). Principles and Standards for

School Mathematics. USA : The National Council of Teacher Mathematics, Inc.

Raharjo, Hendrik. (2014, 15 Januari). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Membangun Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika; Bandung.

Rohana. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman Konsep Mahasiswa FKIP universitas PGRI. Palembang: Prosiding PGRI.

Ruseffendi, E. T.(2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sugiatno. (2010). Bagaimana Menulis Definisi Operasinal. Pontianak: FKIP Universitan Tanjungpura.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&B. Bandung : Alfabeta.

Suryana. (2010). Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyono. (2012, 29 Desember). Peranan TIK dalam Proses Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah untuk Seminar Nasional Pendidikan Matematika UAD; Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest
Grafik 1. Persentase Perbandingan Pretest dan Posttest
Grafik 2. Rekap Hasil Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Finansial Insentif yang diberikan kepada karyawan pada Perusahaan Otomotif PT. Cahaya Surya Bali Indah Divisi Hino di Denpasar.. Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas dapat di identifikasi masalah yang telah dijelaskan yaitu pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan dan

Teknik pengolahan citra digunakan untuk ekstraksi ciri pada citra darah yang telah diambil dengan menggunakan mikroskop yang kemudian disesuaikan dengan ciri morfologis

kadar organik pada pengolahan lumpur aktif memiliki efisiensi rata-rata pada BOD 26,13%, COD 29%, phospat 13%, amonia 26% dan TSS 64% yang masih dibawah standar

PREVALENSI INFEKSI SALURAN REPRODUKSI PADA WANITA PENJAJA SEKS DI TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU INDONESIA, 2005.i. LAPORAN HASIL PENELITIAN PREVALENSI INFEKSI SALURAN

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan ibu primigravida yang mengalami preeklampsia ringan sebanyak 39,4% dan yang mengalami preeklampsia berat

Hipertensi yang disertai dengan kegemukan, merokok, kadar kolesterol yang tinggi atau penyakit kencing manis akan meningkatkan risiko serangan jantung beberapa

Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat relasi pada model data logika yang akan mewakili entitas, relationship¸ dan atribut yang telah diidentifikasi (Connolly