• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN MEDIA BUKU SAKU PADA SUBMATERI SISTEM ENDOKRIN KELAS XI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELAYAKAN MEDIA BUKU SAKU PADA SUBMATERI SISTEM ENDOKRIN KELAS XI SMA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KELAYAKAN MEDIA BUKU SAKU PADA SUBMATERI

SISTEM ENDOKRIN KELAS XI SMA

Dahlia, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, Eko Sri Wahyuni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak

E-mail: dahlia33.untan@gmail.com

Abstract

This study aims to make a pocket book for submaterial of endocrine system based on the results of the test effect of carbonated drinks on blood glucose levels in mice and find out the feasibility of a pocket book as a learning medium on submaterial of endocrine system for the class XI SMA/MA. This study used the Research and Development (R & D) method which consists of potential and problems, data collection, product design, design validation, and design revision. The pocket book media was validated by 7 validators. This pocket book media was measured in terms of the feasibility aspects of format, content, and language which consists of 11 criterias. Based on the results of pocket book validation, the CVI score was 1 for all of the criterias so that the pocket book was declared valid and could be used as a learning medium for submaterial on endocrine system through testing the effect of carbonated drinks on the blood sugar levels of mice.

Keywords: Pocket Book, Research and Development, Sub Endocrine System Material

PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Misalnya interaksi yang terjadi antara murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran, dan berbagai sumber belajar dan fasilitas lainnya. Apabila proses belajar itu dilakukan di sekolah, hal ini bertujuan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Arsyad, 2014).

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan (Sanjaya, 2014). Menurut Sanjaya (2014), dalam suatu proses pembelajaran, terjadi komunikasi antara guru dan siswa. Dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa berperan sebagai penerima pesan. Dalam menyampaikan

(4)

Berdasarkan taksonomi Leshin (dalam Arsyad, 2014), media pembelajaran dibedakan menjadi lima macam, yaitu media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audio-visual, dan media berbasis komputer. Media berbasis manusia contohnya adalah guru, instruktur, main peran, dan kegiatan kelompok. Media berbasis cetakan contohnya adalah buku pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, pengajaran terprogram, dan komik. Media berbasis visual contohnya adalah buku, chart, grafik, peta, gambar, diagram, dan film bingkai atau slide. Media berbasis audio-visual contohnya adalah video, film, slide bersama tape, dan televisi. Media berbasis komputer contohnya adalah pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif.

Pada silabus kurikulum 2013 Biologi SMA Kelas XI, pada materi sistem koordinasi terdapat submateri tentang sistem endokrin. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru yang mengajar mata pelajaran Biologi Kelas XI di MAN 1 Pontianak pada tanggal 26 September 2017, diketahui bahwa media yang digunakan pada pembelajaran submateri sistem endokrin adalah berupa slide power point. Penggunaan media tersebut masih kurang efektif karena ketersediaan LCD proyektor yang masih terbatas dan penggunaan media tersebut juga sering terganggu karena listrik yang padam. Sehingga hal tersebut dapat menganggu proses pembelajaran.

Oleh karena itu, diperlukan media yang dapat mengatasi permasalahan di atas. Salah satunya adalah buku saku. Menurut kamus Bahasa Indonesia Praktis, buku saku adalah buku berukuran kecil yang dapat disimpan dalam saku dan mudah dibawa kemana-mana (Nugraha, 2013). Buku saku merupakan salah satu media yang dapat digunakan pada proses pembelajaran (Sulistyani, 2013). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa media buku saku dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan penelitian Tuminah (2010), kelas yang menggunakan media buku

saku hasilnya lebih baik dibandingkan dengan kelas tanpa menggunakan buku saku (Sulistyani, 2013). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Kamil (2011), menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara yang menggunakan buku saku dan tanpa menggunakan buku saku. Kamil menemukan bahwa hasil belajar siswa meningkat 25,9% setelah menggunakan buku saku (Ami, 2012).

Buku saku memiliki beberapa keunggulan, yaitu di dalam setiap halamannya memuat bacaan yang ringkas, berisi gambar-gambar, dan warna yang dapat menarik minat belajar siswa untuk membaca. Keunggulan buku saku tersebut akan memberikan semangat belajar bagi siswa. Buku saku yang disertai gambar akan memancing motivasi siswa dalam belajar. Sedangkan kontras warna pada buku saku merupakan bentuk komunikasi non-verbal yang dapat menyampaikan pesan secara cepat, lebih mudah, dan lebih bermakna (Yazid, 2016).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui kelayakan media buku saku sebagai media pembelajaran pada submateri sistem endokrin kelas XI SMA.

METODE PENELITIAN

(5)

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi sistem endokrin, umpan balik, glosarium, dan daftar pustaka. 4) validasi desain, yaitu memvalidasi buku saku yang dilakukan oleh 7 orang validator. Validasi media buku saku ini meliputi tiga aspek, yaitu kelayakan format, kelayakan isi, dan kelayakan bahasa, 5) revisi desain, yaitu melakukan perbaikan pada buku saku berdasarkan saran dan komentar dari validator.

Hasil validasi media selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR) yang mengacu pada Lawshe (1975) dengan rumus sebagai berikut:

CVR

=

... (1)

Keterangan:

CVR = Content Validity Ratio (Rasio Validitas Konten)

ne = Jumlah panelis/validator yang menyetujui kevalidan media N = Jumlah panelis/validator

seluruhnya

Setelah dihitung nilai CVR setiap kriteria, kemudian dihitung nilai CVI (Content Validity Index) atau nilai rata-rata CVR secara keseluruhan.

……… (2)

Keterangan:

CVI = Rata-rata CVR

n = Jumlah item seluruh aspek

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kelayakan media buku saku sebagai media pembelajaran pada submateri sistem endokrin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Validasi Media Buku Saku pada Submateri Sistem Endokrin

Aspek Kriteria Validator ke- CVR Ket.

1 2 3 4 5 6 7

Format

1. Kepraktisan buku saku 4 4 4 4 4 4 4 1 Valid 2. Desain sampul buku saku 4 4 4 4 4 3 4 1 Valid 3. Kesesuaian jenis dan ukuran huruf

yang digunakan 4 4 3 4 4 4 4 1 Valid

4. Media buku saku disusun secara

sistematis 4 4 4 4 3 4 4 1 Valid

5. Kejelasan tampilan gambar 3 4 4 4 3 4 4 1 Valid 6. Tata letak isi buku saku 3 3 4 4 4 3 4 1 Valid

Isi

7. Kesesuaian materi dengan KD,

Indikator, dan Tujuan Pembelajaran 3 4 4 4 3 4 4 1 Valid 8. Keterkaitan antar materi dalam buku

saku dan kesesuaiannya dengan tingkatan kemampuan akademik siswa kelas XI

3 3 4 4 3 4 4 1 Valid

9. Kelengkapan submateri sistem endokrin yang disajikan dalam buku saku dan kesesuaiannya dengan silabus

3 4 4 4 3 4 4 1 Valid

(6)

kalimat dalam buku saku dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

CVI 1 Valid

Pembahasan

Berikut adalah deskrispsi dari ketiga aspek tersebut:

a. Aspek Kelayakan Format

Pada aspek format terdiri dari 6 kriteria yaitu kepraktisan buku saku, desain sampul buku saku, kesesuaian jenis dan ukuran huruf, media buku saku disusun secara sistematis, kejelasan tampilan gambar, dan tata letak isi buku saku.

Kriteria pertama, yaitu kepraktisan buku saku mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Pada kriteria ini, semua validator memberikan nilai sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa media buku saku dengan ukuran 13 x 10 cm ini telah memenuhi kriteria pemilihan media yang baik yaitu haruslah praktis, sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Dalam hal pemilihan media, kriteria kelayakan praktis dapat dilihat berdasarkan familiaritas jenis media yang digunakan, ketersediaan media yang akan digunakan, ketersediaan waktu untuk mempersiapkan/menggunaknnya, dan ketersediaan sarana dan pendukung (Mahnun, 2012). Selain itu, Arsyad (2015) juga mengemukakan bahwa, media yang dipilih sebagai media pembelajaran sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.

Kriteria kedua, desain sampul buku saku mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Desain sampul buku saku dibuat full colour agar memberikan tampilan yang menarik. Menurut Wardhani (dalam Ami, 2012), siswa cenderung lebih menyukai bacaan dengan tampilan yang menarik, misalnya dengan sedikit uraian dan banyak gambar atau warna. Tampilan yang menarik pada sebuah bacaan akan membangkitkan motivasi siswa untuk membacanya. Hal ini juga sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Asyhari (2016), yang menyatakan bahwa kombinasi warna yang menarik dalam suatu media pembelajaran akan menarik perhatian dan minat peserta didik untuk menggunakannya. Selain itu, gambar juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena gambar dapat membuat perhatian siswa lebih terkonsentrasi untuk membaca (Yazid, 2016). Seperti yang telah diketahui bahwa motivasi merupakan usaha dari pihak luar (guru) untuk mendorong, mengaktifkan, menggerakkan siswanya untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu cara guru untuk memotivasi siswanya yaitu dengan cara membangkitkan minat belajarnya (Adam, 2015).

Kriteria ketiga, kesesuaian jenis dan ukuran huruf yang digunakan mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Nilai ini didapatkan karena penggunaan huruf yang sudah konsisten, baik dari jenis tulisan maupun ukurannya pada setiap halaman relatif sama. Menurut Arsyad (2014), dalam hal tata tulis, pilihlah jenis huruf normal, tak berhias, gunakan huruf kapital dan huruf kecil. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Smaldino (dalam Rahmawati, 2016) yang menyatakan bahwa demi tujuan pengajaran atau penyampaian informasi disarankan memakai gaya yang terus terang, gaya teks yang polos, yaitu tidak ada hiasan.

(7)

pembelajaran yang disusun dan diurutkan secara teratur.

Kriteria kelima, kejelasan tampilan gambar pada buku saku mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Kriteria ini terdiri dari 4 komponen, yaitu gambar tidak buram, tidak pecah, menunjukkan gambar yang jelas, dan mudah dipahami. Buku saku ini memuat gambar pada setiap uraian materi yang disajikan dan foto hasil penelitian. Penyajian gambar ini bertujuan untuk memperjelas materi ataupun uraian dalam buku saku. Seperti yang dikemukakan oleh Aini (2013), materi yang ditulis dan dilengkapi dengan gambar-gambar dan ilustrasi berwarna bertujuan untuk memperjelas pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Selain itu, penambahan gambar dan foto dalam buku saku juga dapat membuat buku saku lebih proporsional penempatannya, dan mudah untuk dipahami. Pada kriteria ini, masih terdapat beberapa teks uraian yang belum proporsional penempatannya dan gambar yang berbeda ukurannya sehingga tampak kurang rapi. Hal ini diperbaiki dengan mengatur ulang layout teks dan ukuran gambar dalam buku saku. Layout adalah tata letak dari suatu elemen desain yang ditempatkan dalam sebuah bidang yang tujuannya untuk mengatur desain agar menjadi indah dan menarik untuk dilihat (Anto, 2017). (2013), tujuan utama layout atau tata letak adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif sehingga dapat memudahkan pembaca memahami dan menerima informasi yang disajikan.

b. Aspek Kelayakan Isi

Pada aspek isi, terdiri dari 3 kriteria yaitu kesesuaian materi dengan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran, keterkaitan antar materi dalam buku saku,

dan kesesuaiannya dengan tingkatan kemampuan akademik siswa kelas XI.

Kriteria pertama, kesesuaian materi dengan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Menurut Asyhari (2016), dalam menggunakan sebuah media pembelajaran, media tersebut haruslah tepat dan sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan dan harus dicapai oleh peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku. Standar kompetensi merupakan deskripsi capaian yang harus dikuasai pembelajar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Standar yang dimaksud merupakan gambaran kemampuan pembelajar terhadap penguasaan pengetahuan, sikap, serta keterampilan untuk suatu bidang studi pada setiap semester sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Standar kompetensi ini dijabarkan menjadi kompetensi dasar, yaitu tingkat minimal penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai pembelajar. Capaian kompetensi dasar ditandai dengan indikator, yaitu perubahan perilaku terukur dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Wicaksono, 2016).

Prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media pembelajaran salah satunya adalah harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan adanya tujuan pembelajaran, hal ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam penggunaan media pembelajaran sehingga kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar (Arsyad, 2015). Selain itu, tujuan juga dapat dijadikan sebagai acuan ketika kita mengukur apakah tindakan kita betul atau salah, ataukah tindakan kita berhasil atau gagal (Sadiman, 2006).

(8)

kelainan pada sistem endokrin. Selain itu materi yang disajikan juga disesuaikan dengan tingkatan kemampuan akademik siswa kelas XI. Sehingga materi diambil dari buku SMA kelas XI Irnaningtyas tahun 2013. Tingkat kecepatan dalam penyajian informasi melalui media harus berdasarkan tingkat pemahaman seseorang (Arsyad, 2015). Menurut Asyhari (2016), pembuatan media pembelajaran haruslah sesuai dengan tingkat kemampuan atau daya pikir peserta didik, karena dapat mendorong aktivitas dan kreativitasnya yang akan membantu dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

Kriteria ketiga, ketepatan submateri sistem endokrin yang disajikan dalam buku saku dan kesesuaiannya dengan silabus mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Silabus yang digunakan dalam penyusunan materi dalam buku saku ini adalah Silabus Permendikbud tahun 2016. Silabus merupakan acuan dalam penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan mata pelajaran (Permendikbud, 2016). Sedangkan BSNP (2006), menyebutkan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

c. Aspek Kelayakan Bahasa

Pada aspek bahasa, terdiri dari 2 kriteria yaitu ketepatan dalam penggunaan bahasa dan kesesuaian kalimat dalam buku saku dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Kriteria pertama, ketepatan dalam penggunaan bahasa yang terdiri dari 4 komponen, yaitu bahasa yang digunakan tidak menimbulkan penafsiran ganda, lugas, komunikatif, dan dapat dipahami. Kriteria ini mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Menurut Purnanto (2016), ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar.

Sehingga melalui kata-kata tersebut, pembaca atau pendengar dapat memahami apa yang dimaksudkan dan dipikirkan oleh penulis. Menurut Arsyad (2016), media yang baik harus memperhatikan kejelasan dalam penggunaan bahasa, karena penggunaan bahasa yang baik, singkat, padat dan jelas dapat mempermudah siswa memahami maksud yang terkandung pada sebuah media. Hal ini sejalan dengan Rahmawati (2016), yang menyatakan bahwa bahasa dalam media pembelajaran harus memperhatikan aspek komunikatif yaitu penataan kalimat yang tidak bertele-tele sehingga mudah dipahami oleh siswa. Komunikatif dapat dinilai dari segi aspek pemahaman terhadap pesan atau informasi dan kesantunan bahasa. Maksudnya adalah pesan atau informasi disampaikan dengan menggunakan bahasa yang menarik dan lazim dalam komunikasi tulis bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa yang digunakan juga harus memiliki nilai kehalusan, baik, sopan, dan sesuai dengan adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan bahasa yang komunikatif maka buku dapat lebih nyaman untuk dibaca (Purnanto, 2016).

(9)

Indonesia. Pada kriteria ini, terdapat saran dan komentar dari validator untuk memahami kembali penggunaan tanda baca, karena masih terdapat penggunaan tanda baca yang kurang tepat dalam buku saku. Tanda baca yang kurang tepat telah diperbaiki melalui tahap revisi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Buku saku pada submateri sistem endokrin dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai media pembelajaran dengan nilai CVI 1.

Saran

Disarankan untuk kedepannya buku saku dapat digunakan dalam uji skala besar sebagai media pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Adam, S. & Syastra, M.T. (2015). Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi bagi Siswa Kelas X SMA Ananda Batam. CBIS Journal. 3 (2): 78-90.

Aini, S.S.Q. & Sukirno. (2013). Pocketbook as Media of Learning to Improve Students Learning Motivation. Jurnal Pendidikan Akuntansi. XI (2): 68-75. Ami, M. S., Susantini, E., & Rahardjo. (2017). Perancangan Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sebagai Media Pembelajaran Ejaan di Sekolah. Jurnal Desain. 4 (2): 92-99.

Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres.

Asyhari, A. & Helda, S. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Berupa Buletin dalam Bentuk Buku Saku untuk Pembelajaran IPA Terpadu. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi. 5 (1): 1-13.

Brillianti, P. & Widodo, Y. (2013). Kepuasan Pembaca terhadap Layout Koran Tribun

Jogja. Artikel. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (online). (http:e-journal.uajy.ac.id/4654/Jurnal_Paulina_ Brilianti. pdf,diakses tanggal 19 Agustus 2018).

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. https://bsnp-indonesia.org/wpcontent/uploads/ kompetensi/Panduan_Umum_KTSP.pdf. Diakses tanggal 25 Oktober 2018. Daryanto. (2010). Media Pembelajaran.

Yogyakarta: Gava Media.

Lawshe, C.H. (1975). A Quantitative Approach to Content Validity. Personel Psychology Journal. (28): 563-575. Mahnun, N. (2012). Media Pembelajaran

(Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran). Jurnal Pemikiran Islam. 37 (1): 27-35.

Nugraha, S.G. (2013). Kamus Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya: Sulita Jaya.

Permendikbud. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. https://bsnp-indonesia.Org/ wpcontent/ uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2 016_Nomor022_Lampiran.pdf. Diakses tanggal 25 Oktober 2018.

Purnanto, A.W. & Mustadi, A. (2016). Profesi Pendidikan Dasar. Analisis Kelayakan Bahasa dalam Buku Teks Tema 1 Kelas I Sekolah Dasar Kurikulum 2013. 3 (2): 102-111.

Rahmawati, I. S., Roekhan., & Nurchasanah. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Menulis Teks Fabel dengan Macromedia Flash bagi Siswa SMP. Jurnal Pendidikan. 1 (7): 1323-1329.

(10)

Sanjaya, W. (2014). Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta.

Sulistyani, N.H.D., Jamzuri, & Raharjo, D. T. (2013). Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Menggunakan Media Pocket Book dan Tanpa Pocket Book pada Materi Kinematika Gerak Melingkar Kelas X. Jurnal Pendidikan Fisika. 1 (1): 164-172.

Wicaksono, L. (2016). Bahasa dalam Komunikasi Pembelajaran. Jurnal Pembelajaran Prospektif. 1 (2): 9-19. Yazid, K., Susantini, E., & Fitrihidajati, H.

Gambar

Tabel 1. Hasil Validasi Media Buku Saku pada Submateri Sistem Endokrin

Referensi

Dokumen terkait

Karena daun ruku- ruku memiliki manfaat sebagai penambah nafsu makan sehingga tingkat konsumsi tikus sawah lebih banyak pada perlakuan P3 dibandingkan kontrol yang

Novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazy yang akan penulis teliti, (1) unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang,

Setelah dilakukan pengukuran penis pada sampel siswa, didapatkan angka kejadian mikropenis dan panjang penis normal sesuai dengan standar ukuran panjang penis

Pendekatan ATI dalam penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) Perlakuan ( treatment ) awal, pemberian perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan

Kegiatan Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) kopi robusta pada tahun 2014 merupakan kegiatan lanjutan dan sasaran yang akan dikerjakan adalah memelihara, panen dan menyulam

Dari kata etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral), sehingga dalam

Subtema 2 Pembelajaran 4. Modul ini disusun berdasarkan Kurikulum 2013. Modul ini dilengkapi link-link youtube agar siswa bisa langsung mengakses yang sesuai materi. Dalam

Bahkan pelaku usaha mebel terkemuka di Singapura Jerry Tan mengatakan “Indoor furniture from Jepara, it’s good than the other,” disela-sela road show dan presentasi