• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Faktor-faktor yang yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Analisis Faktor-faktor yang yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan memiliki tujuan untuk dapat bertahan, tumbuh berkembang,

menghasilkan laba yang tinggi, serta berusaha untuk memberikan kesejahteraan

kepeda pemilik perusahaan.Untuk mencapai tujuannya ini, maka perusahaan harus

dapat mengoptimalkan seluruh aktivitas serta kegiatan operasionalnya sehingga

diharapkan nantinya akan menghasilkan laba bagi perusahaan. Maka dari itu

untuk dapat menghasilkan laba, perusahaan harus melakukan kegiatan atau

aktivitas operasi yang tentunya aktivitas ini membutuhkan pendanaan yang sesuai

dengan kebutuhan perusahaan.

Menurut Samsul ( 2006: 44), pasar modal merupakan suatu sarana untuk

mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana

dengan biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal.

Biaya modal yang akan dikeluarkan perusahaan untuk pinjaman dalam bentuk

obligasi maupun penerbitan saham jauh lebih murah dibandingkan jika

perusahaan mengambil kredit jangka panjang perbankan. Sehingga pasar modal

menjadi sarana yang baik digunakan perusahaan untuk memperbaiki struktur

permodalannya.

Pasar modal (Capital Market) menyediakan berbagai instumen keuangan jangka panjang baik yang berbentuk ekuitas maupun hutang yang memiliki waktu

(2)

memperoleh pendanaan dengan menerbitkan surat berharganya dan para investor

dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya melalui pembelian surat-surat

berharga atau saham. Investor yang telah membeli surat berharga atau saham

yang telah diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan dana akan menjadi

pemegang saham dan memperoleh kepemilikan di dalam perusahaan tersebut.

Investor yang menginvestasikan modalnya dengan membeli surat berharga

atau saham di pasar modal memiliki tujuan untuk memaksimumkan kekayaan

yang diperoeh dari pembagian dividend dan capital gain. Capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham dari selisih antara harga jual

dan harga beli saham yang dimilikinya. Dividen merupakan keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham dari dari hasil investasi pada suatu saham

perusahaan. Pembagian dividen yang akan dibagikan kepada investor secara

umum dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh serta kebijakan pembagian

dividen yang ditetapkan oleh perusahaan (Dividen Policy).

Laba yang dimiliki perusahaan nantinya akan terbagi menjadi laba yang

ditahan dan laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Pada tahap selanjutnya

laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk

pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar pembiayaan perusahaan yang

berasal dari laba yang ditahan ditambah penyusutan aktiva tetap maka makin kuat

posisi finansial perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan,

sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen (Sjahrial, 2007:

(3)

Gill et al (2010) menjelaskan bahwa terdapat banyak alasan mengapa perusahaan harus membayar atau tidak membayar dividen. Pembayaran dividen

sangat penting bagi investor karena: (1) dividen memberikan kepastian tentang

kesejahteraan keuangan perusahaan, (2) dividen berguna bagi investor untuk

mengamankan keuntungan yang di perolehnya saat ini, (3) dividen membantu

menjaga harga pasar saham. Kepercayaan para pemegang saham terhadap

perusahaan akan menurun ketika suatu perusahaan yang telah lama membagikan

dividennya secara stabil mengambil keputusan untuk menurunkan ataupun tidak

membagikan dividen . Kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan akan

meningkat apabila perusahaan meningkatkan pembagian dividen.

Penentuan kebijakan yang diambil perusahaan untuk menahan laba ataupun

membagikan laba dalam bentuk dividen tunai kepada para pemegang saham

memiliki pengaruh yang saling bertentangan. Apabila perusahaan mengambil

kebijakan untuk menahan laba yang diperoleh dalam jumlah yang relatif besar

maka akan berdampak pada berkurangnya jumlah dividen yang dibagikan kepada

pemegang saham sehingga kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan

akan menurun dan diikuti dengan menurunnya nilai perusahaan dimata

masyarakat.

Namun jika perusahaan mengambil kebijakan untuk membagikan dividen

kepada para pemegang saham dalam jumlah yang relatif besar, maka akan

berdampak pada berkurangnya laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan

sehingga akan melemahkan posisi finansial perusahaan dan mengurangi

(4)

di masa mendatang. Maka dari itu sangat penting bagi perusahaan untuk

menetapkan suatu kebijakan dividen yang optimal bagi perusahaan. Brigham dan

Houston (2001: 66) menyatakan bahwa kebijakan dividen yang optimal bagi

perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen

saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang memaksimumkan harga

saham.

Menurut Marlina dan Danica (2009) kebijakan dividen perusahaan

tergambar pada dividend payout rationya yaitu persentase laba yang dibagikan

dalam bentuk deviden tunai yang artinya besar kecilnya dividend payout ratio

akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan di sisi lain

berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.

Peneliti memilih perusahaan sektor perbankan karena perkembangan sektor

perbankan di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Sektor ini merupakan

salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah kondisi perekonomian di

Indonesia yang terkena krisis pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan sektor

perbankan sering diperhatikan oleh pemerintah melalui program restrukturasi

perbankan dalam rangka memperbaiki perekonomian nasional akibat dampak

krisis ekonomi. Sehingga faktor inilah yang menarik perhatian para pelaku pasar

modal untuk mengamati gejala-gejala yang terjadi di dunia perbankan.

Pada tahun 2007/2008 dunia mengalami suatu krisis keuangan secara global

yang berdampak kepada hampir seluruh Negara di dunia, tidak terkecuali

Indonesia. Krisis keuangan global pada tahun 2007/2008 ini tidak hanya

(5)

angka kerugian di sektor finansial dilaporkan lebih besar daripada kerugiaan di

sektor manufaktur. Keadaan sektor finansial menjadi semakin buruk ketika

banyak perbankan yang melakukan perketatan likuidasi. Stabilitas di sektor

finansial maupun sektor riil sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas kondisi

perekonomian nasional. Di Indonesia sendiri, industri perbankan, dengan pangsa

sebesar 78,5% masih memegang peranan terbesar dalam sistem keuangan (Bank

Indonesia : Kajian Stabilitas Keuangan, 2014: 29). Pihak perbankan sebagai

pemain utama dalam sektor finansial perlu mengambil kebijakan yang efisien dan

efektif , tidak hanya untuk menggerakkan roda perusahaannya sendiri, tetapi juga

untuk menggerakkan roda perekonomian nasional.

Guna menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi, tuntutan

konsumen yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka

pengelolaan bank secara efisien merupakan syarat mutlak untuk dapat terus

bertahan dan meningkatkan kinerjanya. Kinerja bank yang baik tentu akan

memberikan reputasi yang baik dan keyakinan bagi investor untuk bisa

memperoleh keuntungan dalam bentuk pembagian dividen yang memuaskan.

Pembagian dividen yang diperoleh pemegang saham mencerminkan lembaga

keuangan bank memiliki kinerja yang baik. Hal ini akan berdampak positif pada

penilaian lembaga keuangan tersebut. Disamping kinerjanya yang baik tersebut,

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan lembaga keuangan

untuk membagikan laba yang mereka miliki kepada para pemegang saham.

Leverage digunakan untuk menunjukkan solvabilitas suatu perusahaan.

(6)

merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang,

dimana semakin tinggi rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi

perusahaan (Sartono, 2001:66). Dengan semakin tingginya rasio ini perusahaan

akan menggunakan laba yang akan diperolehnya untuk membayar kewajibannya

di masa yang lalu sehinggga akan berdampak pada semakin kecilnya jumlah

dividen yang akan dibagikan perusahaan. Hasil dari penelitian Suharli dan

Oktorina (2005) menunjukkan hasil bahwa leverage memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (Dividen Payout Ratio yang artinya semakin besar DER maka DPR semakin kecil. Hasil penelitinian ini

mendukung hasil penelitian Rozeff (1982). Namun hasil penelitian yang berbeda

didapatkan oleh Marlina dan Danica (2009) yang menunjukkan bahwa Debt

Equity Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio. Bahkan hasil penelitian dari Marietta dan Sampurno (2013) menunjukkan

bahwa DER memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap DPR.

Perusahaan yang memiliki free cash flow (aliran kas bebas) berlebih dapat menggunakan kas yang berlebih tersebut untuk membayar hutang, pembelian

kembali saham, pembayaran dividen atau disimpan untuk kesempatan investasi

perusahaan masa mendatang. Menurut Keown et al (2008 : 214), perusahaan yang memiliki free cash flow dalam jumlah yang tinggi akan lebih baik dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, agar free cash flow yang ada tidak digunakan untuk sesuatu atau proyek-proyek yang tidak menguntungkan.

Perusahaan yang memiliki aliran kas bebas tinggi memiliki kemungkinan yang

(7)

saham. Berdasarkan hasil penelitiannya Rosdini (2009) menjelaskan bahwa free csh flow memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Semakin tinggi free cash flow maka semakin tinggi dividend payout ratio atau semakin rendah free cash flow maka semakin rendah dividend payout ratio. Akan tetapi hasil yang berbeda didapatkan dari penelitian Hadianto dan Herlina

(2010) serta Lopolusi (2013) yang menunjukkan bahwa free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio

Firm Size (ukuran perusahaan) merupakan aspek dasar yang perlu dicermati dalam keputusan melakukan investasi oleh para investor. Semakin besar suatu

perusahaan, maka akan semakin mudah akses informasinya, dengan kata lain

kemungkinan perusahaaan untuk memperoleh dana lebih besar ketimbang

perusahaan yang hanya memiliki informasi yang tergolong lebih sedikit (Marietta

dan Sampurno: 2013). Menurut Sartono (2010: 249), perusahaan besar yang

sudah wellestablished akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki dana yang cukup

besar diperkirakan akan dapat menghasilkan pendapatan (earning) yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil dan memiliki dana

yang sedikit. Semakin besar ukuran perusahaan menjadi sinyal bagi investor yang

menunjukkan semakin tingginya tingkat pembayaran dividen. Penelitian yang

dilakukan oleh Hardinugroho dan Chabachib (2012) menunjukkan hasil bahwa

(8)

berbeda didapatkan oleh Lopolusi (2013) dimana Firm Size memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Indikator yang dapat digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah suatu

perusahaan telah dikelola dengan baik atau tidak adalah dengan melihat tingkat

profitabilitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaaan yang memiliki

tingkat profitabilitas yang tinggi dapat melakukan investasi memanfaatkan

peluang perusahaan untuk mengembangkan perusahaan dan memiliki

kemungkinan yang besar untuk membagikan dividen. Menurut Husnan (2001 :

316), perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan

mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan

besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar

karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Marietta dan

Sampurno (2013) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa profitabilitas

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil

yang sama juga didapatkan oleh Hadianto dan Herlina (2010). Akan tetapi, hasil

penelitian yang kontradiktif didapatkan oleh Dewi (2008) yang menemukan

pengaruh profitabilitas yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan tersebut akan membutuhkan dana yang besar

pada masa yang akan datang. Riyanto (2001:267) mengatakan bahwa tingkat

pertumbuhan perusahaan yang semakin cepat mengakibatkan makin besar

kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Hal

(9)

mereka miliki dalam jumlah yang besar sehingga berdampak pada semakin

sedikitnya dividen yang dibayarkan. Penelitian Deshmukh (2005) menemukan

hasil bahwa growth memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap DPR. Hasil penelitian yang berbeda diperoleh Saxena (1999) serta Chang dan Rhee

(1990) yang menemukan bahwa growth memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil tersebut didukung oleh Marietta dan

Sampurno (2013) dan Lapolusi (2013), dimana dalam penelitiannya mereka juga

mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa growth tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, terdapat beberapa variabel yang

dapat mempengaruhi kebijakan dividen yaitu leverage, free cash flow, firm size, , profitability,dan growth.

Data empiris mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut.

Tabel 1.1

Rata-rata dari Dividen Payout Ratio, Leverage, Free Cash Flow, Firm Size, Profitability,dan Growth pada Perusahaan Perbankan yang

Listing di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2012 VARIABEL TAHUN

(10)

Berdasarkan data-data dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat rata-rata

DPR perusahaan perbankan mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2008 tingkat

DPR sebesar 38,49%, kemudian pada tahun 2009 naik menjadi 41,20%, lalu turun

menjadi sebesar 31,50% pada tahun 2010, dan kemudian pada tahun 2011

kembali menurun menjadi sebesar 27%, hingga pada akhirnya kembali meningkat

pada tahun 2012 menjadi sebesar 28,20%. Peningkatan DPR menunjukkan

semakin besar tingkat DPR maka semakin besar jumlah dividen yang dibagikan

perusahaan dan jumlah laba yang ditahan akan menjadi semakin kecil.

Variabel leverage yang diproksikan oleh DER pada Tabel 1.1 menunjukkan pergerakan yang fluktuatif dimana pada tahun 2008 DER sebesar

3,58%, lalu naik pada tahun 2009 menjadi 7,88%, kemudian kembali meningkat

pada tahun 2010 menjadi sebesar 9,01%, hingga kemudian mengalami penurunan

pada tahun 2011 menjadi 8,73%, dan pada akhirnya kembali meningkat menjadi

sebesar 10,19% di tahun 2012. Menurut Sartono (2001:66) debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh

hutang, dimana semakin tinggi rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik

bagi perusahaan, semakin tinggi rasio ini akan berdampak pada semakin kecilnya

jumlah dividen yang akan dibagikan perusahaan. Namun terdapat fenomena yang

terjadi pada tahun 2009, 2011, dan 2012. Dimana pada tahun 2009 dan 2012 DER

mengalami peningkatan sebesar 4,3% dan 1,46%, tetapi DPR juga mengalami

peningkatan pada tahun 2009 dan 2012 sebesar 2,71% dan 1,2%. Pada tahun 2011

(11)

Pada variabel free cash flow dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa FCF mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pada tahun 2008 FCF sebesar -6,53%,

kemudian meningkat pada tahun 2009 menjadi sebesar 5,72% , lalu pada tahun

2010 dan 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 3,95% dan -0,24%, hingga

pada akhirnya meningkat menjadi sebesar 2,05% pada tahun 2012. Menurut

Keown et al (2008 : 214), perusahaan yang memiliki free cash flow dalam jumlah yang tinggi akan lebih baik dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk

dividen, agar free cash flow yang ada tidak digunakan untuk sesuatu atau proyek-proyek yang tidak menguntungkan. Perusahaan yang memiliki aliran kas bebas

tinggi memiliki kemungkinan yang besar untuk membayakan dividen dalam

jumlah yang besar kepada pemegang saham. Akan tetapi terdapat fenomena

dimana pada tahun 2008 dan 2011 nilai free cash flow berada pada posisi negatif namun tingkat DPR berada pada posisi yang cukup tinggi.

Firm size yang diukur dengan mengukur total asset yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan Tabel 1.1 firm size mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012. Menurut Sartono (2010: 249), perusahaan besar yang sudah

wellestablished akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki dana yang cukup besar

diperkirakan akan dapat menghasilkan pendapatan (earning) yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil dan memiliki dana yang

sedikit. Semakin besar ukuran perusahaan menjadi sinyal bagi investor yang

menunjukkan semakin tingginya tingkat pembayaran dividen. Dari Tabel 1.1

(12)

mengalami peningkatan sebesar Rp. 13,716,970 dan Rp. 16,204,902. Namun pada

variabel DPR terjadi penurunan sebesar 7,03 % dan 4,55%.

Variabel return on asset pada Tabel 1.1 mengalami peningkatan yang signifikan. ROA dari tahun 2008-2012 mengaalami peningkatan setiap tahunnya.

Dimulai dari tahun 2008 sebesar -3,19%, naik tahun 2009 menjadi 1,27%,

kemudian meningkat tahun 2010 menjadi 1,48%, lalu naik menjadi 1,70% pada

tahun 2011, dan terakhir meningkat menjadi sebesar 1,78% pada tahun 2012.

Menurut Husnan (2001 : 316), perusahaan hanya dapat membagikan dividen

semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar,

jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan

dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan

modal sendiri. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan maka akan

semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membagikan keuntungan

kepada para pemegang saham dalam bentuk pembagian dividen. Akan tetapi dari

data pada Tabel 1.1 terjadi fenomena dimana pada tahun 2010 dan 2011 ROA

mengalami peningkatan sebesar 0.21% dan 0,22%. Peningkatan ROA berlawanan

dengan pergerakan variabel DPR dimana pada tahun 2010 dan 2011 DPR

menurun sebesar 7,03 % dan 4,55%.

Growth atau pertumbuhan perusahaan pada Tabel 1.1 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008-2010 mengalami peningkatan, dimulai dari 9.06% pada tahun

2008 , naik menjadi 20.03% pada tahun 2009, naik di tahun 2010 menjadi

24.48%, lalu naik kembali menjadi 31.54 % pada tahun 2011, dan kemudian pada

(13)

tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin cepat mengakibatkan makin besar

kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Hal

ini akan menyebabkan perusahaan akan berusaha untuk menahan laba yang

mereka miliki dalam jumlah yang besar sehingga berdampak pada semakin

sedikitnya dividen yang dibayarkan. Namun pada tahun 2009 terjadi fenomena

dimana pada saat growth meningkat sebesar 10,97% menjadi sebesar 20,03%, variabel DPR juga mengalami peningkatan sebesar 2,71% menjadi 41,20 %.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti melihat bahwa

terdapat fenomena yang terjadi, sehingga penting untuk diteliti kembali pengaruh

dari leverage, free cash flow, firm size, profitability,dan growth, terhadap dividend payout ratio. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah: “Apakah Leverage, Free Cash Flow, Firm Size, Profitability, dan Growth berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

(14)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan hasil dari

penelitian ini dapat memberikan manfaat. Manfaat atau kegunaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Hasil penelititian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

bagi penulis khususnya pada bidang manajemen keuangan dan memberikan

kajian empiris mengenai pengaruh leverage, free cash flow, firm size, profitability,dan growth, terhadap dividend payout ratio.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan

bagi manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan pembayaran

dividen.

3. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para investor sebagai

sumber informasi dan bahan pertimbangan untuk memilih dan mengambil

keputusan investasi terkait dengan tingkat pembagian dividen perusahaan.

4. Bagi akademisi dan Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan rujukan yang

dapat digunakan untuk menambah pengetahuan peneliti yang ingin melakukan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tingkat penghasilan warga di Perumahan BMP adalah tinggi sebanyak 52% dengan memilih air minum galon bermerek sebanyak 24% dikarenakan faktor kualitas air minum yang

Website ini dibuat dengan menggunakan Content Management System (CMS) Joomla, dalam penggunaannya Joomla digunakan karena open source dan secara pemogramannya sudah tersedia

[r]

Le réseau est plus grand que la plupart de ceux que vous rencontrerez dans ce cours (même si vous verrez souvent cette topologie dans les cours du programme Networking Academy).

Samsu Somadayo (2011: 10) mengemukakan bahwa tujuan membaca pemahaman adalah pemerolehan pemahaman. Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami

Berikut adalah gambar dan beberapa metode dalam pengumpulan data, baik untuk data sosial ataupun data ekologi yang dilakukan dalam penelitian Studi Konektivitas Sistem

Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dilakukan untuk mendapatkan informasi dari responden. Responden yang mengisi kuisioner diharapkan merupakan representasi