• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN HUKUM PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JIKA MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK A. Kewajiban, Larangan Dan Sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil Menurut Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PP No. 53 tahun 2010) - Prosedur Pemberhentian Pegawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN HUKUM PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JIKA MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK A. Kewajiban, Larangan Dan Sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil Menurut Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PP No. 53 tahun 2010) - Prosedur Pemberhentian Pegawa"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN HUKUM PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JIKA MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK

A. Kewajiban, Larangan Dan Sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil Menurut Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PP No. 53 tahun 2010)

Soegeng Prijodarminto memberikan pengertian disiplin sebagai “suatu kondisi

yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang menunjukkan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban”.4

1.) Sikap mental (mental/ attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil

atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Nilai-nilai

kepatuhan, ketaatan dan ketertiban itu tercipta dan terbentuk melalui suatu proses.

Proses di sini dapat berupa binaan melalui keluarga, pendidikan formal dan pengalaman

atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya. Dengan disiplin dapat membuat

seseorang tahu membedakan hal-hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan,

yang boleh dilakukan, yang tidak sepatutnya dilakukan. Disiplin baru akan terwujud

bilamana disiplin telah dapat ditanamkan yang dimulai dari tiap-tiap pribadi dari unit

terkecil, dari organisasi atau dari kelompok. Disiplin mempunyai tiga aspek yaitu :

2.) Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar

yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian

4

(2)

yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan; norma, kriteria dan

standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).

3.) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati

segala hal secara cermat dan tertib.5

Sedangkan unsur pokok yang membentuk disiplin berupa :

1.) Sikap yang telah ada pada diri manusia.

Sikap atau attitude ini merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang

harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau

pemikiran.

2.) Sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat.

Sedangkan sistem nilai budaya (cultural value system) merupakan bagian dari

budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman atau penuntun bagi kelakuan

manusia.6

Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan

pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku.Hal inilah

yang pada dasarnya disebut disiplin.

Keberadaan Pegawai Negeri di Indonesia baik di Pusat dan di Daerah dirasakan

semakin penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan, kelancaran

atau ketidakjalanan pemerintah dan pembangunan yang sedang dilaksanakan tidak

terlepas dari keikutsertaan Pegawai Negeri Sipil. Majunya pembangunan, indahnya

5

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal. 22-23. 6

(3)

peraturan, dan lancarnya roda pemerintahan tidak terlepas dari peran aktifdan sikap

disiplin Pegawai Negeri Sipil tersebut.

Berbicara mengenai disiplin Pegawai Negeri Sipil, tidak akan maju

pembangunan apabila para aparatur negaranya tidak memiliki dispilin. Pembangunan

yang dimaksudkan disini adalah pembangunan dari segala bidang.Untuk menjamin tata

tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas dibuat Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

yang memuat keharusan, larangan dan sanksi.Sikap disiplin ini sangat luas

pengertiannya dikarenakan banyak pekerjaan, tugas, serta tanggung jawab yang harus

dilakukan seorang Pegawai Negeri Sipil.Jika mereka lalai atau tidak melaksanakan

kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, maka mereka dikatakan

tidak disiplin (indisipliner).Seorang Pegawai Negeri Sipil adalah juga seorang manusia

sebagai sumber daya yang dapat berinteraksi dalam Tugas Pokok dan Fungsinya dalam

organisasi Pemerintahan sehingga dapat dikatakan sebagai homo administratikus dan

organization man.7

Dalam konteksnya sebagai homo administratikus salah satu bentuknya adalah

pegawai dalam suatu organisasi.Pegawai dalam prosesnya memiliki perilaku awal yang

dibentuk oleh lingkungan maupun pendidikannya.Perilaku dasar tersebut dapat berbeda

dengan perilaku yang diinginkan oleh organisasi.Dimana Pegawai harus tunduk pada

aturan-aturan yang berlaku didalam organisasi sehingga dapat diarahkan pada

tujuannya.

7

(4)

Adapun kewajiban pegawai negeri sipil sebagaimana diatur dalam pasal 3

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS.

2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan.

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan Pemerintah.

4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh

pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.

6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan PNS.

7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang dan/atau

golongan.

8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus

dirahasiakan.

9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara.

10.Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah, teruta ma di bidang

keamanan, keuangan dan materiil.

11.Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.

12.Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan,

13.Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-baiknya.

14.Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

(5)

16.Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier.

17.Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Disetiap ada kewajiban yang harus dijalankan, sudah pasti terhadap larangan

yang tidak boleh dilakukan, peraturan didiplin bagi pegawai negeri sipil juga memiliki

larangan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pegawai negeri sipil. Larangan bagi

pegawai negeri sipil (PNS) sebagaimana diatur dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai

berikut:

1. Menyalahgunakan wewenang.

2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain

dengan menggunakan kewenangan orang lain.

3. Tanpa ijin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau

lembaga atau organisasi internasional.

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat

asing.

5. Memiliki, menjual, membeli menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan

barang barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik

negara secara tidak sah.

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain

didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan

pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung

(6)

7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara

langsung maupun tdk langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam

jabatan.

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang

berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya.

9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.

10.Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu yang dapat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi

pihak yang dilayani.

11.Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.

12.Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, DPR, DPD atau

DPRD.

13.Memberikan dukungan ke pada calon presiden/wakil.

14.Memberikan dukungan ke pada calon anggota DPRD atau calon kepala daerah

dengan cara memberikan surat dukungan disertai fotocopy KTP atau surat

keterangan Tanda Penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

15.Memberikan dukungan kepada calon kepala daerah/ wakil kepala daerah.

Ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar hal-hal

yang diwajibkan atau larangan seperti yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor

43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dan atau Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil merupakan

pelanggaran disiplin. Di dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

(7)

Pasal 3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi hukuman disiplin. Apabila Pegawai Negeri Sipil

(PNS) tidak mentaati kewajiban dan larangan yang telah ditentukan dalam peraturan

pemerintah tersebut,maka akan dikenakan sanksi atau hukuman yang juga telah diatur

dalam peraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil. Bentuk sanksi atau hukuman yang diberikan yaitu :

a. Hukuman Disiplin Ringan :

1) Tegoran lisan;

2) Tegoran tertulis;

3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.

b. Hukuman Disiplin Sedang :

1) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;

2) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun;

3) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun (sebelumnya di

PP Nomor 30 Tahun 1980 merupakan hukuman disiplin berat)

c. Hukuman Disiplin Berat

1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun (sebelumnya di

PP Nomor 30 Tahun 1980 tidak di atur)

2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah

(sebelumnya di PP Nomor 30 Tahun 1980 tidak di atur);

3) Pembebasan dari jabatan;

(8)

5) Pemberhentian Tidak Dengan Hormat sebagai PNS.8

Sebagaimana telah diketahui bahwa kebijaksanaan dan langkah penertiban

aparatur pemerintah harus dilanjutkan dan makin ditingkatkan, terutama dalam

menanggulangi masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan

pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pemungutan liar serta berbagai bentuk

penyelewengan lainnya.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang mengatur tentang

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan dalam pasal 1 angka 3 bahwa yang

termasuk pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai

Negeri Sipil yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan

disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman

disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum.Dalam rangka menegakkan disiplin

Pegawai Negeri Sipil maka ketentuan tersebut haruslah benar-benar dapat dilaksanakan

secara sungguh-sungguh oleh para atasan atau pejabat yang berwenang. Tidak

melaksanakan ketentuan itu, sama halnya tidak berbuat apa-apa terhadap pelanggaran

disiplin yang telah terjadi, dan sama pula artinya membiarkan berlangsungnya

pelanggaran disiplin. Membiarkan berlangsungnya pelanggaran disiplin adalah juga

tidak berdisiplin.Hal ini menjadi faktor penyebab menurunnya disiplin.Penegakkan

disiplin dengan demikian menjadi kewajiban para atasan atau pejabat yang

berwenang.Para atasan atau pejabat yang berwenang dalam menegakkan disiplin

8

(9)

haruslah bersikap tegas tanpa memandang siapapun orangnya, karena dengan sikap yang

demikian dapat menunjukkan dirinya sebagai pembina atau pembimbing atau pemimpin

sejati.Hukuman disiplin diberikan tidak lain untuk memperbaiki serta mendidik Pegawai

Negeri Sipil itu sendiri, serta untuk melancarkan aktifitas penyelenggaraan tugas-tugas

kedinasan secara baik. Hukuman disiplin dapat dibagi menurut tingkat dan jenis,

masing-masing sesuai dengan sifat dan berat atau ringannya pelanggaran yang diperbuat, serta

akibat yang ditimbulkannya atas pelanggaran yang dibuat oleh Pegawai Negeri Sipil

yang bersangkutan.

Pada prinsipnya Tata Cara Pemanggilan, Pemeriksaan, Penjatuhan, dan

Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin melalui beberapa prosedur berikut ini

sebagaimana ketentuan pasal 23 s/d pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 yaitu :

1. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh

atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan.

2. Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin

dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan.

3. Apabila pada tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak

hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan

pertama.

4. Apabila pada tanggal pemeriksaan PNS yang bersangkutan tidak hadir juga

maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin

(10)

5. Sebelum PNS dijatuhi hukuman disiplin setiap atasan langsung wajib

memeriksa terlebih dahulu PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.

Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam bentuk

berita acara pemeriksaan.

6. Apabila menurut hasil pemeriksaan kewenangan untuk menjatuhkan hukuman

disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan dari :

a) atasan langsung yang bersangkutan maka atasan langsung tersebut wajib

menjatuhkan hukuman disiplin;

b) pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung tersebut wajib melaporkan

secara hierarki disertai berita acara pemeriksaan.

7. Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman hukumannya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) PP No.53 2010, dapat dibentuk Tim

Pemeriksa. Tim Pemeriksa ini terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan,

dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. Tim Pemeriksa

dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.

8. Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa atau pejabat yang

berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang lain.

9. Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)

harus ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan PNS yang diperiksa.

10.Dalam hal PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani berita acara

pemeriksaan maka berita acara pemeriksaan tersebut tetap dijadikan sebagai

dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin.

(11)

12.Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal

25 pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin.

13.Dalam keputusan hukuman disiplin harus disebutkan pelanggaran disiplin yang

dilakukan oleh PNS yang bersangkutan.

14.PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa

pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman

disiplin yang terberat setelah mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan.

15.PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan pelanggaran

disiplin yang sifatnya sama, kepadanya dijatuhi jenis hukuman disiplin yang

lebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan.

16.PNS tidak dapat dijatuhi hukuman disiplin dua kali atau lebih untuk satu

pelanggaran disiplin.

17.Dalam hal PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di lingkungannya akan

dijatuhi hukuman disiplin yang bukan menjadi kewenangannya, Pimpinan

instansi atau Kepala Perwakilan mengusulkan penjatuhan hukuman disiplin

kepada pejabat pembina kepegawaian instansi induknya disertai berita acara

pemeriksaan.

18.Penyampaian keputusan hukuman disiplin dilakukan paling lambat 14 (empat

belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan.

19.Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat

penyampaian keputusan hukuman disiplin, keputusan dikirim kepada yang

(12)

20.Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dengan keputusan pejabat yang

berwenang menghukum.

21.Keputusan disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang berwenang

menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan

serta tembusannya disampaikan kepada pejabat instansi terkait. 9

Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yang diduga melakukan

pelanggaran disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin tingkat

berat, dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung

sejak yang bersangkutan diperiksa. Pembebasan sementara dari tugas jabatannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan ditetapkannya

keputusan hukuman disiplin. PNS yang dibebaskan sementara dari tugas

jabatannya tersebut tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud

tidak ada, maka pembebasan sementara dari jabatannya dilakukan oleh pejabat

yang lebih tinggi.

B. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Menurut Peraturan Perundang-undangan Baik Diberhentikan Secara Hormat Maupun Tidak Hormat

9

(13)

Pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak mampu melaksanakan kewajiban dan

tanggung jawabnya dengan baik dapat diberhentikan dari jabatan dan posisinya sebagai

seorang pegawai negeri sipil (PNS) baik itu pemberhentian dengan hormat maupun

pemberhentian dengan tidak hormat.

Pemberhentian terdiri atas :

1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan

2. Pemberhentian dari jabatan negeri.

Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang menyebabkan

yang bersangkutan tidak lagi berkedudukan sebagai Pegawai Negeri

Sipil.Pemberhentian dari jabatan negeri adalah pemberhentian yang menyebabkan yang

bersangkutan tidak lagi bekerja pada suatu satuan organisasi Negara, tetapi masih

berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil.Jenis-Jenis Pemberhentian Sebagai

Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil terdiri atas

pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Pegawai Negeri Sipil dan

pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil

menerima hak-hak kepegawaiannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku antara lain hak atas pensiun. Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan tidak

dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, kehilangan hak-hak kepegawaiannya

(14)

Pemberhentian Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Pemberhentian dengan

hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil meliputi :

a. Meninggal Dunia

b. Atas permintaan sendiri

c. Mencapai Batas Usia Pensiun

d. Adanya Penyederhanaan Organisasi

Perubahan satuan organisasi negara adakalanya mengakibatkan kelebihan pegawai.

Apabila terjadi hal yang sedemikian maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu

disalurkan pada satuan organisasi negara lainnya. Kalau penyaluran dimaksud tidak

mungkin dilaksanakan, maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu diberhentikan

dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau dari jabatan negeri dengan mendapat

hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Dan Rohani Berdasarkan peraturan

undang-undangan yang berlakuyang dinyatakan dengan surat Keterangan Tim

Penguji Kesehatan dinyatakan:

1. Tidak dapat berkerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatannya.

2. Menderita penyakit atau kelainan yan berbahaya bagi diri sendiri atau

lingkungan kerjanya.

Dalam perihal pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat diberhentikan dengan

(15)

a. Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil dan sumpah/janji jabatan selain

pelanggaran sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena

tidak setia kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; atau

b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan

yang ancaman hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan

sendiri atau tidak dengan hormat karena :

1. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman

hukumannya 4 tahun atau lebih; atau

2. Melakukan pelanggaran disiplin tingkat berat

Pegawai Negeri Sipil (PNS) diberhentikan tidak dengan hormat karena :

1. Melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena

tidak setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah;

2. Melakukan penyelewengan terhadap Ideologi Negara, Pancasila, Undang-Undang

Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan Pemerintah;

atau

3. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah

(16)

jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan.

Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam

waktu 2 bulan terus menerus dihentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.

Apabila dalam waktu kurang dari 6 bulan melaporkan diri kepada pimpinan instansinya,

maka ia dapat ditugaskan kembali jika ada alasan-alasan yang dapat diterima atau

diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila ketidakhadirannya

itu adalah karena kelalaian sendiri, dan menurut pendapat pejabat yang berwenang akan

mengganggu suasana kerja jika ia ditugaskan kembali.

Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugas secara tidak sah terus menerus

selama 6 bulan diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pemberhentian tersebut ditetapkan berlaku mulai tanggal penghentian pembayaran

gajinya dan gaji selama 2 bulan sejak ia tidak masuk bekerja diberikan kepadanya.

Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap

diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Untuk kelengkapan tata

usaha kepegawaian maka pimpinan instansi yang bersangkutan serendah-rendahnya

Kepala Sub Bagian atau pejabat lain yang setingkat dengan itu membuat surat

keterangan meninggal dunia. Pegawai Negeri Sipil yang hilang dianggap telah

meninggal dunia pada akhir bulan ke-12 sejak ia dinyatakan hilang. Berdasarkan berita

acara atau surat keterangan dari pejabat yang berwajib, maka pejabat yang berwenang

membuat surat pernyataan hilang. Surat pernyataan hilang dibuat selambat-lambatnya

(17)

Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,

Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur, Bupati/Walikota atau

pejabat lain yang ditunjuk. Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang, yang

sebelum melewati masa 12 bulan diketemukan kembali dan masih hidup dan sehat,

dipekerjakan kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil yang telah

dinyatakan hilang yang belum melewati masa 12 bulan diketemukan kembali, tetapi

cacat diperlakukan sebagai berikut:

a. Diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun

apabila ia telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun, tetapi apabila ia

belum memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun maka ia diberhentikan

dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa hak pensiun.

b. Apabila hilangnya dan cacatnya itu disebabkan dalam dan oleh karena ia

menjalankan kewajiban jabatannya, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai

Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun tanpa memandang masa kerja.

Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang diketemukan kembali setelah

melewati masa 12 bulan diperlakukan sebagai berikut:

1. Apabila ia masih sehat, dipekerjakan kembali;

2. Apabila tidak dapat bekerja lagi, dalam semua jabatan Negeri berdasarkan surat

keterangan Tim Penguji Kesehatan, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai

Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturaan

(18)

Selain alasan yang telah dikemukakan diatas, seorang pegawai negeri sipil (PNS)

juga dapat diberhentikan oleh karena sebab-sebab lain yaitu :

a. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kepada pimpinan instansi

induknya 6 bulan setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara,

diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

b. Pegawai Negeri Sipil yang terlambat melaporkan diri kembali kepada instansi

induknya setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara diperlakukan

sebagai berikut:

1. Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan maka Pegawai

Negeri Sipil yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali apabila

alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu dapat diterima oleh pejabat

yang berwenang dan ada lowongan dan setelah ada persetujuan Kepala BKN.

2. Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan tetapi

alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu tidak dapat diterima oleh

pejabat yang berwenang maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

3. Apabila keterlambatan melaporkan diri itu lebih dari 6 bulan maka Pegawai

Negeri Sipil yang bersangkutan harus diberhentikan dengan hormat sebagai

Pegawai Negeri Sipil.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga dapat dikenakan sanksi pemberhentian

sementara karena sesuatu hal yang dibenarkan oleh undang-undang. Untuk kepentingan

(19)

kejahatan/pelanggaran jabatan dan berhubung dengan itu oleh pihak yang berwajib

dikenakan tahanan sementara, mulai saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian

sementara. Seorang Pegawai Negeri yang oleh pihak berwajib dikenakan tahanan

sementara karena didakwa telah melakukan suatu pelanggaran hukum pidana yang tidak

menyangkut pada jabatannya dalam hal pelanggaran yang dilakukan itu berakibat

hilangnya penghargaan dan kepercayaan atas diri pegawai yang bersangkutan atau

hilangnya martabat serta wibawa pegawai itu.Tujuan pemberhentian sementara terutama

untuk mengamankan kepentingan peradilan dan juga untuk kepentingan jawatan

(instansi).

Selama pemberhentian sementara kepada Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan diberikan penghasilan sebagai berikut:

a. Jika ada petunjuk-petunjuk yang cukup meyakinkan bahwa yang bersangkutan

telah melakukan pelanggaran yang didakwakan atas dirinya, mulai bulan berikutnya

ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 50% dari gaji pokok yang

diterimanya terakhir;

b. Jika belum terdapat petunjuk-petunjuk yang jelas tentang telah dilakukannya

pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai bulan berikutnya ia diberhentikan

diberikan bagian gaji sebesar 75 % dari gaji pokok yang diterimanya terakhir.

Jika sesudah pemeriksaan oleh pihak yang berwajib pemberhentian sementara ternyata

tidak bersalah maka pegawai itu harus segera diangkat dan dipekerjakan kembali pada

(20)

sementara ia berhak mendapat gaji penuh serta penghasilan-penghasilan lain yang

berhubungan dengan t unjangan istri dan jabatannya. Jika sesudah pemeriksaan pegawai

yang nrdifipdih bersangkutan ternyata bersalah maka:

a. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara tersebut harus diambil

tindakan pemberhentian sedangkan bagian gaji berikut tunjangan-tunjangan yang

telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut kembali.

b. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara tersebut jika perlu

diambil tindakan harus diambil tindakan sesuai dengan pertimbangan/keputusan

Hakim .

Jika berdasarkan keputusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap dinyatakan tidak bersalah maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

harus direhabilitasikan terhitung mulai saat diberhentikan sementara dan gaji

dibayarkan penuh. Jika ternyata yang bersangkutan dinyatakan bersalah, diberhentikan

sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan tidak hormat. Pegawai Negeri Sipil yang

dikenakan pemberhentian sementara:

a. Pada saat ia mencapai batas usia pensiun diberhentikan pembayaran bagian gajinya;

b. Apabila kemudian ia tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang sudah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan hormat sebagai

Pegawai Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku terhitung sejak akhir bulan dicapainya

(21)

c. Jika ternyata tindak pidana yang dilakukan tersebut diancam hukuman penjara

kurang dari 4 tahun dan ada hal-hal yang meringankan maka yang bersangkutan

dapat diaktifkan kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil, namun tidak tertutup

kemungkinan yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin atau tindakan

administratif lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Peraturan Perundang-Undangan Yang Mengatur Tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik

Pemerintah telah menetapkan 7 (tujuh) prioritas kebijakan manajemen

kepegawaian secara nasional, yakni :

1. Rekrutmen PNS;

2. Netralitas PNS;

3. Profesionalisme dalam pengembangan karier PNS;

4. Disiplin PNS;

5. Pengembangan Manajemen Informasi Sistem berbasis informasi teknologi;

6. Peningkatan pelayanan PNS;

7. Remunerasi dan kesejahteraan PNS

Perihal mengenai pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak netral atau menjadi

anggota suatu partai politik tertentu telah diatur ketntuannya dalam Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1974 dan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

(22)

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang secara jelas menyatakan: Dalam upaya menjaga

netralitas Aparatur Negara (ASN) dari pengaruh partai politik dan untuk menjamin

keutuhan, kekompakan, dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian,

pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan, ASN dilarang menjadi anggota

dan/atau pengurus partai politik.

Hal ini diperkuat Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden yang pada pasal 41 ayat 2 yang secara tegas melarang

Pegawai Negeri Sipil menjadi “Pelaksana” kampanye politik.Namun undang-undang

yang sama pada pasal 41 ayat 4 dan 5 menyebutkan bahwa pegawai negeri sipil (PNS)

boleh menjadi “Peserta” kampanye. Dengan prasyarat, tidak boleh menggunakan atribut

Partai Politik, Pasangan Calon, atau atribut pegawai negeri sipil.Serta dilarang

mengerahkan pegawai negeri sipil di lingkungan kerjanya dan dilarang menggunakan

fasilitas negara.

Pasal 44 undang-undang nomer 42 tahun 2008 ini juga memuat topik yang

membahas mengenai pegawai negeri sipil(PNS) dan kampanye, isinya secara lengkap

sebagai berikut:

(1) Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta

pegawai negeri lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan terhadap Pasangan Calon yang menjadi peserta Pemilu Presiden dan

(23)

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan,

imbauan, seruan atau pemberian barang kepada pegawai negeri dalam lingkungan unit

kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Pada bagian ini, perhatian perlu ditujukan pada larangan mengajak dan

mengimbau anggota keluarga dan masyarakat.Satu dekade terakhir, dengan semakin

canggihnya teknologi informasi dan semakin maraknya penggunaan jejaring sosial di

internet serupa Facebook, Twitter atau sejenisnya, orang perorang dengan mudahnya

memaparkan ide, pilihan maupun pendapatnya kepada publik.

Terkait hal tersebut di atas, PNS sebagai abdi negara yang statusnya dijamin dan

diatur undang-undang perlu memahami bahwa jejaring sosial adalah bagian dari

masyarakat.Karenanya, perlu ada kehati-hatian dalam menyuarakan pendapat

khususnya terkait politik dan keberpihakan.

Dalam paparan dua undang-undang di atas, dapat disimpulkan bahwa PNS

sebagai warga negara yang mempunyai hak pilih, diperbolehkan mengikuti kampanye

serta menyuarakan dukungan terhadap partai atau calon jabatan politik tertentu. Namun,

PNS dilarang mengajak orang lain untuk memilih partai atau calon tertentu termasuk

dilarang mengajak anggota keluarga.

Hal ini diperkuat Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan

Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik yang menyatakan sanksi bagi PNS

yang terlibat aktif dalam kegiatan politik adalah pemberhentian dengan hormat atau

dengan tidak hormat. Sementara bagi PNS yang ingin menjadi anggota atau pengurus

(24)

Larangan yang sama juga tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang melarang PNS memberikan

dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara ikut serta

sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut

partai atau atribut PNS, atau mengerahkan PNS lain sebagai peserta kampanye.

Selain Undang-undang dan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut di atas, netralitas

Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga diatur oleh Surat Edaran MENPAN Nomor 07 Tahun

2009 tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan Umum yang pada

dasarnya adalah penjabaran dari aturan-aturan di atasnya. Namun pada Surat Edaran

MENPAN ini dimuat aturan yang memperbolehkan Pegawai Negeri Sipil(PNS) menjadi

anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam kegiatan pemilu dengan

disertai adanya izin dari atasan langsung.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa PNS sebagai warga negara

yang memiliki hak pilih dalam pemilu, memiliki hak untuk mengikuti kampanye serta

dapat menyuarakan ide serta pendapatnya terkait politik, baik di masyarakat maupun di

media sosial termasuk internet.Namun PNS dilarang menjadi pelaksana kampanye

termasuk dilarang mengajak dan mengimbau siapapun untuk memilih calon

tertentu.Sanksi dari pelanggaran aturan ini berupa sanksi disiplin mulai dari tingkat

ringan, sedang hingga berat sesuai dengan penilaian dari atasan yang berhak melakukan

(25)

Pemberhentian karena Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjadi

Anggota/Pengurus Partai Politik juga diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun

1999 yang menyatakan bahwa Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau

pengurus partai politik. Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota dan/atau

pengurus partai politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil, yang

diajukan secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan tembusannya

disampaikan kepada:

1. Atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, serendah-rendahnya

pejabat struktural eselon IV;

2. Pejabat yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian instansi yang bersangkutan;

3. Pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan yang bersangkutan.

Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri tersebut diberhentikan dengan

hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.Pemberhentiannya terhitung mulai akhir bulan

yang bersangkutan mengajukan pengunduran diri.

Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik

tanpa mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan

hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri

yang ditangguhkan pemberhentiannya, tetapi tetap menjadi anggota dan/atau pengurus

partai politik diberhentikan tidak dengan hormat.Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

sebagaimana tersebut di atas berlaku terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan

(26)

Melalui mekanisme yang telah diterapkan melalui Peraturan Pemerintah diatas

seharusnya kinerja Pegawai Negeri Sipil dapat menunjukan perbaikan kearah yang

positif bahkan adanya grafik yang tajam.Sampai dengan saat ini perubahan-perubahan

itu tidak menampakkan grafik yang diinginkan meskipun dilihat dari penegakan

hukuman yang telah ada tidak menampikkan bahwa adanya peranan dari Peraturan

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Perundang-undangan tentang Kepegawaian menempatkan posisi pada

jenis peraturan hukum publik.Dimana hukum kebijaksanaan publik merupakan variabel

yang memiliki keterkaitan erat sehingga telaah tentang tentang kebijaksanaan

pemerintah semakin dibutuhkan untuk dapat dirasakan berseiring dengan semakin

meluasnya persolan terutamanya tentang birokrasi pegawai negeri sipil (PNS).Melalui

peraturan Perundang-undangan tentang kepegawaian pemerintah senyatanya dapat

dikatakan melaksanakan pembangunan dikarenakan dengan disiplin Pegawai Negeri

Sipil dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara baik maka roda

pembangunan yang didukung aparatur pegawai negeri sipil (PNS) dapat berjalan secara

baik, optimal dan berkesinambungan.

Dipandang dari sisi pembentukan produk hukum, isi kebijaksanaan yang

dituangkan dalam ketentuan pasal-pasalnya terutama tampak dalam tujuan yang

ditetapkan karena maksud yang ingin dinyatakan melalui pembuatan kebijaksanaan itu

dapat dimengerti oleh pembuat Undang-Undang dan memliki konsep yang jelas

(27)

Cara perumusan yang dilakukan melalui perundang-undangan adalah dengan

membuat rumusan-rumusan hipotesis, yakni hanya merumuskan kerangka umum suatu

perbuatan atau peristiwa yang terjadi dalam kenyataan hidup sehari-hari.Konsep

merupakan alat yang dipakai untuk mengindentifikasi dan mengklasifikasikan

fenomena-fenomena yang merupakan karakteristik dari kenyataan sosial. Suatu konsep

harus juga mengandung arti (meaningful) karena tujuannya adalah untuk memberikan

informasi misalnya : konsep hak, kewajiban, kesalahan dan sebagainya sehingga

menyebabkan orang sulit memahaminya.10

Konsep tujuan yang hendak dicapai dalam pembentukan Peraturan

Perundang-undangan tentang Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil seperti terdapat dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 seharusnya dapat juga dapat memenuhi

Tujuan Hukum yaitu rasa keadilan dan fungsi hukum itu sendiri, Aristoteles

membedakan keadilan menjadi dua macam yaitu :Justicia distributive (setiap orang

menghendaki apa yang menjadi haknya) dan Justicia comuntative(keadilan yang

menyamakan).11

1. Menetapkan hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat, dengan

menunjukkan jenis-jenis tingkah laku-tingkah laku apa yang diperkenankan dan apa

yang dilarang;

Dan fungsi-fungsi nya seperti yang disampaikan oleh Hoeble yaitu ada

4 (empat), yaitu:

10

Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal.57.

11

(28)

2. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci apa saja yang boleh melakukan

serta siapakah yang harus mentaatinya dan sekaligus memilihkan sanksi-sanksi

yang tepat dan efektif;

3. Menyelesaikan sengketa;

4. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan

kondisi-kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan

esensial antara anggota-anggota masyarakat.

Yang menjadi persolannya adalah penerapan hukuman disiplin Pegawai Negeri

Sipil belum menunjukkan hasil yang diinginkan seperti semangatnya pada waktu

pembentukannya, hal ini jika ditelaah lebih lanjut dapat ditemukan beberapa persoalan

yang menjadi penghambatnya diantaranya adalah : Penerapan sanksi yang tidak

maksimal, penerapan hukuman disiplin yang tebang pilih dan sampai pada

pembentukan hukumnya yang tidak sesuai dengan pendekatan multi kultur sosiologis

Referensi

Dokumen terkait

Gaya visual ilustrasi dalam buku adalah semi-realis dengan line-art. Seperti yang dibahas pada bab sebelumnya, gaya gambar mempengaruhi penyerapan informasi dari apa

tinggi dan lebih agung. Di dalamnya termuat nilai-nilai hedo- nik, nilai artistik, nilai kultural, nilai etis-moral- religius, dan nilai praktis. Nilai hedonik,

Alhamdulillahirobbil’alamin , atas berkat rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “ Hubungan Strategi Coping dengan Tingkat

Kendati tidak beriman, terdapat pengaruh wibawa kebenaran beliau saw, yang menggetarkan hati para penentang. Dan mereka senantiasa dalam keresahan bahwa seandainya

EFEK JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) TERHADAP SEL BETA PANKREAS TIKUS WISTAR JANTAN MODEL DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK DAN

Selain sebagai pengambil keputusan menang atau kalah, gyōji memiliki tugas lain dalam dunia sumo antara lain mengatur pertunjukan dohyo-iri, memperkenalkan pesumo dan

pohon di kawasan Universitas Airlangga dapat mendukung upaya pengawasan, perawatan dan evaluasi kondisi pohon sekaligus implementasi dari Peraturan Daerah Kota

Voluntary Auditor Switching di Perusahaan Manufaktur Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2012..