BAB II
LANDASAN HUKUM PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JIKA MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK
A. Kewajiban, Larangan Dan Sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil Menurut Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PP No. 53 tahun 2010)
Soegeng Prijodarminto memberikan pengertian disiplin sebagai “suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban”.4
1.) Sikap mental (mental/ attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil
atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Nilai-nilai
kepatuhan, ketaatan dan ketertiban itu tercipta dan terbentuk melalui suatu proses.
Proses di sini dapat berupa binaan melalui keluarga, pendidikan formal dan pengalaman
atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya. Dengan disiplin dapat membuat
seseorang tahu membedakan hal-hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan,
yang boleh dilakukan, yang tidak sepatutnya dilakukan. Disiplin baru akan terwujud
bilamana disiplin telah dapat ditanamkan yang dimulai dari tiap-tiap pribadi dari unit
terkecil, dari organisasi atau dari kelompok. Disiplin mempunyai tiga aspek yaitu :
2.) Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar
yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian
4
yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan; norma, kriteria dan
standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).
3.) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati
segala hal secara cermat dan tertib.5
Sedangkan unsur pokok yang membentuk disiplin berupa :
1.) Sikap yang telah ada pada diri manusia.
Sikap atau attitude ini merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang
harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau
pemikiran.
2.) Sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat.
Sedangkan sistem nilai budaya (cultural value system) merupakan bagian dari
budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman atau penuntun bagi kelakuan
manusia.6
Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan
pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku.Hal inilah
yang pada dasarnya disebut disiplin.
Keberadaan Pegawai Negeri di Indonesia baik di Pusat dan di Daerah dirasakan
semakin penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan, kelancaran
atau ketidakjalanan pemerintah dan pembangunan yang sedang dilaksanakan tidak
terlepas dari keikutsertaan Pegawai Negeri Sipil. Majunya pembangunan, indahnya
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal. 22-23. 6
peraturan, dan lancarnya roda pemerintahan tidak terlepas dari peran aktifdan sikap
disiplin Pegawai Negeri Sipil tersebut.
Berbicara mengenai disiplin Pegawai Negeri Sipil, tidak akan maju
pembangunan apabila para aparatur negaranya tidak memiliki dispilin. Pembangunan
yang dimaksudkan disini adalah pembangunan dari segala bidang.Untuk menjamin tata
tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas dibuat Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
yang memuat keharusan, larangan dan sanksi.Sikap disiplin ini sangat luas
pengertiannya dikarenakan banyak pekerjaan, tugas, serta tanggung jawab yang harus
dilakukan seorang Pegawai Negeri Sipil.Jika mereka lalai atau tidak melaksanakan
kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, maka mereka dikatakan
tidak disiplin (indisipliner).Seorang Pegawai Negeri Sipil adalah juga seorang manusia
sebagai sumber daya yang dapat berinteraksi dalam Tugas Pokok dan Fungsinya dalam
organisasi Pemerintahan sehingga dapat dikatakan sebagai homo administratikus dan
organization man.7
Dalam konteksnya sebagai homo administratikus salah satu bentuknya adalah
pegawai dalam suatu organisasi.Pegawai dalam prosesnya memiliki perilaku awal yang
dibentuk oleh lingkungan maupun pendidikannya.Perilaku dasar tersebut dapat berbeda
dengan perilaku yang diinginkan oleh organisasi.Dimana Pegawai harus tunduk pada
aturan-aturan yang berlaku didalam organisasi sehingga dapat diarahkan pada
tujuannya.
7
Adapun kewajiban pegawai negeri sipil sebagaimana diatur dalam pasal 3
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS.
2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan.
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Pemerintah.
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan PNS.
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang dan/atau
golongan.
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan.
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara.
10.Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah, teruta ma di bidang
keamanan, keuangan dan materiil.
11.Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.
12.Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan,
13.Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-baiknya.
14.Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
16.Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier.
17.Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
Disetiap ada kewajiban yang harus dijalankan, sudah pasti terhadap larangan
yang tidak boleh dilakukan, peraturan didiplin bagi pegawai negeri sipil juga memiliki
larangan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pegawai negeri sipil. Larangan bagi
pegawai negeri sipil (PNS) sebagaimana diatur dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai
berikut:
1. Menyalahgunakan wewenang.
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain
dengan menggunakan kewenangan orang lain.
3. Tanpa ijin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau
lembaga atau organisasi internasional.
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat
asing.
5. Memiliki, menjual, membeli menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik
negara secara tidak sah.
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain
didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara
langsung maupun tdk langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam
jabatan.
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya.
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.
10.Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu yang dapat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi
pihak yang dilayani.
11.Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
12.Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, DPR, DPD atau
DPRD.
13.Memberikan dukungan ke pada calon presiden/wakil.
14.Memberikan dukungan ke pada calon anggota DPRD atau calon kepala daerah
dengan cara memberikan surat dukungan disertai fotocopy KTP atau surat
keterangan Tanda Penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
15.Memberikan dukungan kepada calon kepala daerah/ wakil kepala daerah.
Ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar hal-hal
yang diwajibkan atau larangan seperti yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor
43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dan atau Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil merupakan
pelanggaran disiplin. Di dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Pasal 3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi hukuman disiplin. Apabila Pegawai Negeri Sipil
(PNS) tidak mentaati kewajiban dan larangan yang telah ditentukan dalam peraturan
pemerintah tersebut,maka akan dikenakan sanksi atau hukuman yang juga telah diatur
dalam peraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Bentuk sanksi atau hukuman yang diberikan yaitu :
a. Hukuman Disiplin Ringan :
1) Tegoran lisan;
2) Tegoran tertulis;
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. Hukuman Disiplin Sedang :
1) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
2) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun;
3) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun (sebelumnya di
PP Nomor 30 Tahun 1980 merupakan hukuman disiplin berat)
c. Hukuman Disiplin Berat
1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun (sebelumnya di
PP Nomor 30 Tahun 1980 tidak di atur)
2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
(sebelumnya di PP Nomor 30 Tahun 1980 tidak di atur);
3) Pembebasan dari jabatan;
5) Pemberhentian Tidak Dengan Hormat sebagai PNS.8
Sebagaimana telah diketahui bahwa kebijaksanaan dan langkah penertiban
aparatur pemerintah harus dilanjutkan dan makin ditingkatkan, terutama dalam
menanggulangi masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan
pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pemungutan liar serta berbagai bentuk
penyelewengan lainnya.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang mengatur tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan dalam pasal 1 angka 3 bahwa yang
termasuk pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai
Negeri Sipil yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan
disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum.Dalam rangka menegakkan disiplin
Pegawai Negeri Sipil maka ketentuan tersebut haruslah benar-benar dapat dilaksanakan
secara sungguh-sungguh oleh para atasan atau pejabat yang berwenang. Tidak
melaksanakan ketentuan itu, sama halnya tidak berbuat apa-apa terhadap pelanggaran
disiplin yang telah terjadi, dan sama pula artinya membiarkan berlangsungnya
pelanggaran disiplin. Membiarkan berlangsungnya pelanggaran disiplin adalah juga
tidak berdisiplin.Hal ini menjadi faktor penyebab menurunnya disiplin.Penegakkan
disiplin dengan demikian menjadi kewajiban para atasan atau pejabat yang
berwenang.Para atasan atau pejabat yang berwenang dalam menegakkan disiplin
8
haruslah bersikap tegas tanpa memandang siapapun orangnya, karena dengan sikap yang
demikian dapat menunjukkan dirinya sebagai pembina atau pembimbing atau pemimpin
sejati.Hukuman disiplin diberikan tidak lain untuk memperbaiki serta mendidik Pegawai
Negeri Sipil itu sendiri, serta untuk melancarkan aktifitas penyelenggaraan tugas-tugas
kedinasan secara baik. Hukuman disiplin dapat dibagi menurut tingkat dan jenis,
masing-masing sesuai dengan sifat dan berat atau ringannya pelanggaran yang diperbuat, serta
akibat yang ditimbulkannya atas pelanggaran yang dibuat oleh Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan.
Pada prinsipnya Tata Cara Pemanggilan, Pemeriksaan, Penjatuhan, dan
Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin melalui beberapa prosedur berikut ini
sebagaimana ketentuan pasal 23 s/d pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 yaitu :
1. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh
atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan.
3. Apabila pada tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak
hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan
pertama.
4. Apabila pada tanggal pemeriksaan PNS yang bersangkutan tidak hadir juga
maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin
5. Sebelum PNS dijatuhi hukuman disiplin setiap atasan langsung wajib
memeriksa terlebih dahulu PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin.
Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam bentuk
berita acara pemeriksaan.
6. Apabila menurut hasil pemeriksaan kewenangan untuk menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan dari :
a) atasan langsung yang bersangkutan maka atasan langsung tersebut wajib
menjatuhkan hukuman disiplin;
b) pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung tersebut wajib melaporkan
secara hierarki disertai berita acara pemeriksaan.
7. Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman hukumannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) PP No.53 2010, dapat dibentuk Tim
Pemeriksa. Tim Pemeriksa ini terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan,
dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. Tim Pemeriksa
dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.
8. Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa atau pejabat yang
berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang lain.
9. Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
harus ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan PNS yang diperiksa.
10.Dalam hal PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani berita acara
pemeriksaan maka berita acara pemeriksaan tersebut tetap dijadikan sebagai
dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin.
12.Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal
25 pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin.
13.Dalam keputusan hukuman disiplin harus disebutkan pelanggaran disiplin yang
dilakukan oleh PNS yang bersangkutan.
14.PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa
pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman
disiplin yang terberat setelah mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan.
15.PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan pelanggaran
disiplin yang sifatnya sama, kepadanya dijatuhi jenis hukuman disiplin yang
lebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan.
16.PNS tidak dapat dijatuhi hukuman disiplin dua kali atau lebih untuk satu
pelanggaran disiplin.
17.Dalam hal PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di lingkungannya akan
dijatuhi hukuman disiplin yang bukan menjadi kewenangannya, Pimpinan
instansi atau Kepala Perwakilan mengusulkan penjatuhan hukuman disiplin
kepada pejabat pembina kepegawaian instansi induknya disertai berita acara
pemeriksaan.
18.Penyampaian keputusan hukuman disiplin dilakukan paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan.
19.Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat
penyampaian keputusan hukuman disiplin, keputusan dikirim kepada yang
20.Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dengan keputusan pejabat yang
berwenang menghukum.
21.Keputusan disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang berwenang
menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan
serta tembusannya disampaikan kepada pejabat instansi terkait. 9
Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yang diduga melakukan
pelanggaran disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin tingkat
berat, dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung
sejak yang bersangkutan diperiksa. Pembebasan sementara dari tugas jabatannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan ditetapkannya
keputusan hukuman disiplin. PNS yang dibebaskan sementara dari tugas
jabatannya tersebut tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud
tidak ada, maka pembebasan sementara dari jabatannya dilakukan oleh pejabat
yang lebih tinggi.
B. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Menurut Peraturan Perundang-undangan Baik Diberhentikan Secara Hormat Maupun Tidak Hormat
9
Pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak mampu melaksanakan kewajiban dan
tanggung jawabnya dengan baik dapat diberhentikan dari jabatan dan posisinya sebagai
seorang pegawai negeri sipil (PNS) baik itu pemberhentian dengan hormat maupun
pemberhentian dengan tidak hormat.
Pemberhentian terdiri atas :
1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan
2. Pemberhentian dari jabatan negeri.
Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang menyebabkan
yang bersangkutan tidak lagi berkedudukan sebagai Pegawai Negeri
Sipil.Pemberhentian dari jabatan negeri adalah pemberhentian yang menyebabkan yang
bersangkutan tidak lagi bekerja pada suatu satuan organisasi Negara, tetapi masih
berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil.Jenis-Jenis Pemberhentian Sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil terdiri atas
pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Pegawai Negeri Sipil dan
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
menerima hak-hak kepegawaiannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku antara lain hak atas pensiun. Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan tidak
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, kehilangan hak-hak kepegawaiannya
Pemberhentian Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Pemberhentian dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil meliputi :
a. Meninggal Dunia
b. Atas permintaan sendiri
c. Mencapai Batas Usia Pensiun
d. Adanya Penyederhanaan Organisasi
Perubahan satuan organisasi negara adakalanya mengakibatkan kelebihan pegawai.
Apabila terjadi hal yang sedemikian maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu
disalurkan pada satuan organisasi negara lainnya. Kalau penyaluran dimaksud tidak
mungkin dilaksanakan, maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau dari jabatan negeri dengan mendapat
hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Dan Rohani Berdasarkan peraturan
undang-undangan yang berlakuyang dinyatakan dengan surat Keterangan Tim
Penguji Kesehatan dinyatakan:
1. Tidak dapat berkerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatannya.
2. Menderita penyakit atau kelainan yan berbahaya bagi diri sendiri atau
lingkungan kerjanya.
Dalam perihal pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat diberhentikan dengan
a. Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil dan sumpah/janji jabatan selain
pelanggaran sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena
tidak setia kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; atau
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
yang ancaman hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau tidak dengan hormat karena :
1. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman
hukumannya 4 tahun atau lebih; atau
2. Melakukan pelanggaran disiplin tingkat berat
Pegawai Negeri Sipil (PNS) diberhentikan tidak dengan hormat karena :
1. Melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena
tidak setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah;
2. Melakukan penyelewengan terhadap Ideologi Negara, Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan Pemerintah;
atau
3. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan.
Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam
waktu 2 bulan terus menerus dihentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.
Apabila dalam waktu kurang dari 6 bulan melaporkan diri kepada pimpinan instansinya,
maka ia dapat ditugaskan kembali jika ada alasan-alasan yang dapat diterima atau
diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila ketidakhadirannya
itu adalah karena kelalaian sendiri, dan menurut pendapat pejabat yang berwenang akan
mengganggu suasana kerja jika ia ditugaskan kembali.
Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugas secara tidak sah terus menerus
selama 6 bulan diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pemberhentian tersebut ditetapkan berlaku mulai tanggal penghentian pembayaran
gajinya dan gaji selama 2 bulan sejak ia tidak masuk bekerja diberikan kepadanya.
Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap
diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Untuk kelengkapan tata
usaha kepegawaian maka pimpinan instansi yang bersangkutan serendah-rendahnya
Kepala Sub Bagian atau pejabat lain yang setingkat dengan itu membuat surat
keterangan meninggal dunia. Pegawai Negeri Sipil yang hilang dianggap telah
meninggal dunia pada akhir bulan ke-12 sejak ia dinyatakan hilang. Berdasarkan berita
acara atau surat keterangan dari pejabat yang berwajib, maka pejabat yang berwenang
membuat surat pernyataan hilang. Surat pernyataan hilang dibuat selambat-lambatnya
Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,
Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur, Bupati/Walikota atau
pejabat lain yang ditunjuk. Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang, yang
sebelum melewati masa 12 bulan diketemukan kembali dan masih hidup dan sehat,
dipekerjakan kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil yang telah
dinyatakan hilang yang belum melewati masa 12 bulan diketemukan kembali, tetapi
cacat diperlakukan sebagai berikut:
a. Diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun
apabila ia telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun, tetapi apabila ia
belum memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun maka ia diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa hak pensiun.
b. Apabila hilangnya dan cacatnya itu disebabkan dalam dan oleh karena ia
menjalankan kewajiban jabatannya, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun tanpa memandang masa kerja.
Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang diketemukan kembali setelah
melewati masa 12 bulan diperlakukan sebagai berikut:
1. Apabila ia masih sehat, dipekerjakan kembali;
2. Apabila tidak dapat bekerja lagi, dalam semua jabatan Negeri berdasarkan surat
keterangan Tim Penguji Kesehatan, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai
Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturaan
Selain alasan yang telah dikemukakan diatas, seorang pegawai negeri sipil (PNS)
juga dapat diberhentikan oleh karena sebab-sebab lain yaitu :
a. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kepada pimpinan instansi
induknya 6 bulan setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara,
diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
b. Pegawai Negeri Sipil yang terlambat melaporkan diri kembali kepada instansi
induknya setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara diperlakukan
sebagai berikut:
1. Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan maka Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali apabila
alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu dapat diterima oleh pejabat
yang berwenang dan ada lowongan dan setelah ada persetujuan Kepala BKN.
2. Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan tetapi
alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu tidak dapat diterima oleh
pejabat yang berwenang maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
3. Apabila keterlambatan melaporkan diri itu lebih dari 6 bulan maka Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan harus diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga dapat dikenakan sanksi pemberhentian
sementara karena sesuatu hal yang dibenarkan oleh undang-undang. Untuk kepentingan
kejahatan/pelanggaran jabatan dan berhubung dengan itu oleh pihak yang berwajib
dikenakan tahanan sementara, mulai saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian
sementara. Seorang Pegawai Negeri yang oleh pihak berwajib dikenakan tahanan
sementara karena didakwa telah melakukan suatu pelanggaran hukum pidana yang tidak
menyangkut pada jabatannya dalam hal pelanggaran yang dilakukan itu berakibat
hilangnya penghargaan dan kepercayaan atas diri pegawai yang bersangkutan atau
hilangnya martabat serta wibawa pegawai itu.Tujuan pemberhentian sementara terutama
untuk mengamankan kepentingan peradilan dan juga untuk kepentingan jawatan
(instansi).
Selama pemberhentian sementara kepada Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan diberikan penghasilan sebagai berikut:
a. Jika ada petunjuk-petunjuk yang cukup meyakinkan bahwa yang bersangkutan
telah melakukan pelanggaran yang didakwakan atas dirinya, mulai bulan berikutnya
ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 50% dari gaji pokok yang
diterimanya terakhir;
b. Jika belum terdapat petunjuk-petunjuk yang jelas tentang telah dilakukannya
pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai bulan berikutnya ia diberhentikan
diberikan bagian gaji sebesar 75 % dari gaji pokok yang diterimanya terakhir.
Jika sesudah pemeriksaan oleh pihak yang berwajib pemberhentian sementara ternyata
tidak bersalah maka pegawai itu harus segera diangkat dan dipekerjakan kembali pada
sementara ia berhak mendapat gaji penuh serta penghasilan-penghasilan lain yang
berhubungan dengan t unjangan istri dan jabatannya. Jika sesudah pemeriksaan pegawai
yang nrdifipdih bersangkutan ternyata bersalah maka:
a. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara tersebut harus diambil
tindakan pemberhentian sedangkan bagian gaji berikut tunjangan-tunjangan yang
telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut kembali.
b. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara tersebut jika perlu
diambil tindakan harus diambil tindakan sesuai dengan pertimbangan/keputusan
Hakim .
Jika berdasarkan keputusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap dinyatakan tidak bersalah maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
harus direhabilitasikan terhitung mulai saat diberhentikan sementara dan gaji
dibayarkan penuh. Jika ternyata yang bersangkutan dinyatakan bersalah, diberhentikan
sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan tidak hormat. Pegawai Negeri Sipil yang
dikenakan pemberhentian sementara:
a. Pada saat ia mencapai batas usia pensiun diberhentikan pembayaran bagian gajinya;
b. Apabila kemudian ia tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku terhitung sejak akhir bulan dicapainya
c. Jika ternyata tindak pidana yang dilakukan tersebut diancam hukuman penjara
kurang dari 4 tahun dan ada hal-hal yang meringankan maka yang bersangkutan
dapat diaktifkan kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil, namun tidak tertutup
kemungkinan yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin atau tindakan
administratif lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Peraturan Perundang-Undangan Yang Mengatur Tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik
Pemerintah telah menetapkan 7 (tujuh) prioritas kebijakan manajemen
kepegawaian secara nasional, yakni :
1. Rekrutmen PNS;
2. Netralitas PNS;
3. Profesionalisme dalam pengembangan karier PNS;
4. Disiplin PNS;
5. Pengembangan Manajemen Informasi Sistem berbasis informasi teknologi;
6. Peningkatan pelayanan PNS;
7. Remunerasi dan kesejahteraan PNS
Perihal mengenai pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak netral atau menjadi
anggota suatu partai politik tertentu telah diatur ketntuannya dalam Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 dan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang secara jelas menyatakan: Dalam upaya menjaga
netralitas Aparatur Negara (ASN) dari pengaruh partai politik dan untuk menjamin
keutuhan, kekompakan, dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian,
pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan, ASN dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik.
Hal ini diperkuat Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden yang pada pasal 41 ayat 2 yang secara tegas melarang
Pegawai Negeri Sipil menjadi “Pelaksana” kampanye politik.Namun undang-undang
yang sama pada pasal 41 ayat 4 dan 5 menyebutkan bahwa pegawai negeri sipil (PNS)
boleh menjadi “Peserta” kampanye. Dengan prasyarat, tidak boleh menggunakan atribut
Partai Politik, Pasangan Calon, atau atribut pegawai negeri sipil.Serta dilarang
mengerahkan pegawai negeri sipil di lingkungan kerjanya dan dilarang menggunakan
fasilitas negara.
Pasal 44 undang-undang nomer 42 tahun 2008 ini juga memuat topik yang
membahas mengenai pegawai negeri sipil(PNS) dan kampanye, isinya secara lengkap
sebagai berikut:
(1) Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta
pegawai negeri lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap Pasangan Calon yang menjadi peserta Pemilu Presiden dan
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan,
imbauan, seruan atau pemberian barang kepada pegawai negeri dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
Pada bagian ini, perhatian perlu ditujukan pada larangan mengajak dan
mengimbau anggota keluarga dan masyarakat.Satu dekade terakhir, dengan semakin
canggihnya teknologi informasi dan semakin maraknya penggunaan jejaring sosial di
internet serupa Facebook, Twitter atau sejenisnya, orang perorang dengan mudahnya
memaparkan ide, pilihan maupun pendapatnya kepada publik.
Terkait hal tersebut di atas, PNS sebagai abdi negara yang statusnya dijamin dan
diatur undang-undang perlu memahami bahwa jejaring sosial adalah bagian dari
masyarakat.Karenanya, perlu ada kehati-hatian dalam menyuarakan pendapat
khususnya terkait politik dan keberpihakan.
Dalam paparan dua undang-undang di atas, dapat disimpulkan bahwa PNS
sebagai warga negara yang mempunyai hak pilih, diperbolehkan mengikuti kampanye
serta menyuarakan dukungan terhadap partai atau calon jabatan politik tertentu. Namun,
PNS dilarang mengajak orang lain untuk memilih partai atau calon tertentu termasuk
dilarang mengajak anggota keluarga.
Hal ini diperkuat Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan
Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik yang menyatakan sanksi bagi PNS
yang terlibat aktif dalam kegiatan politik adalah pemberhentian dengan hormat atau
dengan tidak hormat. Sementara bagi PNS yang ingin menjadi anggota atau pengurus
Larangan yang sama juga tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang melarang PNS memberikan
dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara ikut serta
sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut
partai atau atribut PNS, atau mengerahkan PNS lain sebagai peserta kampanye.
Selain Undang-undang dan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut di atas, netralitas
Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga diatur oleh Surat Edaran MENPAN Nomor 07 Tahun
2009 tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan Umum yang pada
dasarnya adalah penjabaran dari aturan-aturan di atasnya. Namun pada Surat Edaran
MENPAN ini dimuat aturan yang memperbolehkan Pegawai Negeri Sipil(PNS) menjadi
anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam kegiatan pemilu dengan
disertai adanya izin dari atasan langsung.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa PNS sebagai warga negara
yang memiliki hak pilih dalam pemilu, memiliki hak untuk mengikuti kampanye serta
dapat menyuarakan ide serta pendapatnya terkait politik, baik di masyarakat maupun di
media sosial termasuk internet.Namun PNS dilarang menjadi pelaksana kampanye
termasuk dilarang mengajak dan mengimbau siapapun untuk memilih calon
tertentu.Sanksi dari pelanggaran aturan ini berupa sanksi disiplin mulai dari tingkat
ringan, sedang hingga berat sesuai dengan penilaian dari atasan yang berhak melakukan
Pemberhentian karena Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjadi
Anggota/Pengurus Partai Politik juga diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 yang menyatakan bahwa Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik. Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil, yang
diajukan secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan tembusannya
disampaikan kepada:
1. Atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, serendah-rendahnya
pejabat struktural eselon IV;
2. Pejabat yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian instansi yang bersangkutan;
3. Pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan yang bersangkutan.
Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri tersebut diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.Pemberhentiannya terhitung mulai akhir bulan
yang bersangkutan mengajukan pengunduran diri.
Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik
tanpa mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri
yang ditangguhkan pemberhentiannya, tetapi tetap menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik diberhentikan tidak dengan hormat.Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana tersebut di atas berlaku terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan
Melalui mekanisme yang telah diterapkan melalui Peraturan Pemerintah diatas
seharusnya kinerja Pegawai Negeri Sipil dapat menunjukan perbaikan kearah yang
positif bahkan adanya grafik yang tajam.Sampai dengan saat ini perubahan-perubahan
itu tidak menampakkan grafik yang diinginkan meskipun dilihat dari penegakan
hukuman yang telah ada tidak menampikkan bahwa adanya peranan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Perundang-undangan tentang Kepegawaian menempatkan posisi pada
jenis peraturan hukum publik.Dimana hukum kebijaksanaan publik merupakan variabel
yang memiliki keterkaitan erat sehingga telaah tentang tentang kebijaksanaan
pemerintah semakin dibutuhkan untuk dapat dirasakan berseiring dengan semakin
meluasnya persolan terutamanya tentang birokrasi pegawai negeri sipil (PNS).Melalui
peraturan Perundang-undangan tentang kepegawaian pemerintah senyatanya dapat
dikatakan melaksanakan pembangunan dikarenakan dengan disiplin Pegawai Negeri
Sipil dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara baik maka roda
pembangunan yang didukung aparatur pegawai negeri sipil (PNS) dapat berjalan secara
baik, optimal dan berkesinambungan.
Dipandang dari sisi pembentukan produk hukum, isi kebijaksanaan yang
dituangkan dalam ketentuan pasal-pasalnya terutama tampak dalam tujuan yang
ditetapkan karena maksud yang ingin dinyatakan melalui pembuatan kebijaksanaan itu
dapat dimengerti oleh pembuat Undang-Undang dan memliki konsep yang jelas
Cara perumusan yang dilakukan melalui perundang-undangan adalah dengan
membuat rumusan-rumusan hipotesis, yakni hanya merumuskan kerangka umum suatu
perbuatan atau peristiwa yang terjadi dalam kenyataan hidup sehari-hari.Konsep
merupakan alat yang dipakai untuk mengindentifikasi dan mengklasifikasikan
fenomena-fenomena yang merupakan karakteristik dari kenyataan sosial. Suatu konsep
harus juga mengandung arti (meaningful) karena tujuannya adalah untuk memberikan
informasi misalnya : konsep hak, kewajiban, kesalahan dan sebagainya sehingga
menyebabkan orang sulit memahaminya.10
Konsep tujuan yang hendak dicapai dalam pembentukan Peraturan
Perundang-undangan tentang Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil seperti terdapat dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 seharusnya dapat juga dapat memenuhi
Tujuan Hukum yaitu rasa keadilan dan fungsi hukum itu sendiri, Aristoteles
membedakan keadilan menjadi dua macam yaitu :Justicia distributive (setiap orang
menghendaki apa yang menjadi haknya) dan Justicia comuntative(keadilan yang
menyamakan).11
1. Menetapkan hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat, dengan
menunjukkan jenis-jenis tingkah laku-tingkah laku apa yang diperkenankan dan apa
yang dilarang;
Dan fungsi-fungsi nya seperti yang disampaikan oleh Hoeble yaitu ada
4 (empat), yaitu:
10
Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal.57.
11
2. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci apa saja yang boleh melakukan
serta siapakah yang harus mentaatinya dan sekaligus memilihkan sanksi-sanksi
yang tepat dan efektif;
3. Menyelesaikan sengketa;
4. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi-kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan
esensial antara anggota-anggota masyarakat.
Yang menjadi persolannya adalah penerapan hukuman disiplin Pegawai Negeri
Sipil belum menunjukkan hasil yang diinginkan seperti semangatnya pada waktu
pembentukannya, hal ini jika ditelaah lebih lanjut dapat ditemukan beberapa persoalan
yang menjadi penghambatnya diantaranya adalah : Penerapan sanksi yang tidak
maksimal, penerapan hukuman disiplin yang tebang pilih dan sampai pada
pembentukan hukumnya yang tidak sesuai dengan pendekatan multi kultur sosiologis