J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
JEJAK
TERSERAK
KRAKATAU
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
15 KRAKATAU PENGOBAT RINDU
GALERI
25 BINGKAI KRAKATAU
PENGANAN
43 SUP GANGAN
AKSESORIS
46 PERALATAN MANDI ALA TRAVELER
TIPS
47 MENGHEMAT BIAYA PERJALANAN
RESENSI
33 JOURNALIST MOUNTAIN BIKE
PROFIL
JEJAK TERSERAK KRAKATAU
Dunia tahu, apa itu Krakatau. Pada 1883, ledakannya membuat separuh dunia bergetar. Konon, 1/8 penduduk bumi bisa mendengar ledakan Krakatau.
11
PANDUMENUJU KRAKATAU
Pelabuhan utama yang sering digunakan orang untuk ke Krakatau adalah Pelabuhan Canti di Kalianda, Lampung.
Salam Ransel,
Mengapung di Selat Sunda, tersebutlah se-buah gunung yang letusannya mendunia. Dan kini, keindahannya pun mendunia. Kami hadirkan langsung ke depan mata sobat BM, Gunung Krakatau beserta beberapa pulau di sekitarnya.
Selamat membaca, dan kapan jejakkan kaki ke Krakatau?
REDAKSI
Redaksi menerima saran, kritik, dan artikel dari BM
Readers yang bisa dikirim melalui alamat email kami.
PIMPINAN UMUM/REDAKSI
Annisa M.F. Harahap
ARTISTIK & DESAIN
Galih Permadi
Kibar Desain Salman
WEBMASTER
Kurniawan Aji Saputra
DARI
REDAKSI
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
J E J A K T E R S E R A K
KRAKATA U
ORDINAT
Dunia tahu, apa itu Krakatau. Pada 1883, ledakannya membuat separuh dunia
bergetar. Selama 2,5 hari, dunia tertutup abu vukanik Krakatau.
Pengusaha-pengusaha Belanda yang sudah lama di Jawa menuliskan kejadian ledakan
Gu-nung Krakatau dalam catatan hariannya, bahwa itu adalah masa-masa suram.
Konon, 1/8 penduduk bumi bisa mendengar ledakan Krakatau.
OLEH: MUHAMMAD IQBAL| FOTO: FIRMANSYAH, IKA WUWIWA, INSAN FAUZIE
4
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
5 6
KRAKATAU KEMUDIAN BUKANLAH
Gunung Krakatau yang dulu meledak tahun 1883, tetapi adalah Anak Krakatau yang muncul 40 tahun setelah ledakan besar itu. Untuk mempermudah, yang dimaksud Anak Krakatau ini disebut Krakatau. Setiap tahun, Krakatau bertambah tingginya sepanjang 20 kaki. Banyak yang menilai, Krakatau ini akan meledak lagi di kemudian waktu.
Meski begitu, Krakatau tetap men-jadi tempat wisata yang dikejar-kejar orang,
karena keunikan sejarahnya dan keindahan bawah lautnya.
Sekarang, orang banyak mengenal Krakatau sebagai tempat wisata yang pu-nya kesan “adventure”. Dari cara menuju ke sananya saja sudah panjang. Berbeda dengan Bali yang mayoritas tempat wisa-tanya bisa diakses satu jam dari bandara. Krakatau? Jangan harap.
Dari Bandara Radin Inten (Bandar Lampung), perlu tambahan perjalanan darat
selama dua jam, dan menyeberang lewat laut sekitar empat jam lagi. Itupun kalau laut tenang. Perjalanan bisa molor kalau laut sedang tidak bersahabat.
Secara geografis, Krakatau terletak di Selat Sunda dan masuk dalam wilayah Provinsi Lampung. Di Krakatau sendiri, tidak ada orang yang tinggal. Kemungkinan karena tidak ada akses air bersih. Biasanya, para pengunjung Krakatau menginap di Pulau Sebesi, sekitar 1,5 jam dari Krakatau.
SETIAP TAHUN, KRAKATAU
BERTAMBAH TINGGI
SEPANJANG 20 KAKI
CATPER
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N 8
Motif orang ke Krakatau pada umum-nya adalah wisata laut, bawah laut, dan sekaligus gunung. Beberapa spot diving/ snorkeling cukup menarik untuk dikunjungi, meskipun memang tidak semenarik Bu-naken atau Raja Ampat. Mungkin karena ada gunungnya dan karena dekat dengan Jakarta, jadi pengunjung Krakatau semakin banyak.
PULAU SEBESI
Merupakan “pulau hidup” terdekat dengan Krakatau. Mayoritas penduduknya adalah nelayan dan petani.
Bentuk Pulau Sebesi seperti gunung. Semakin tinggi, semakin lebat hutan dan banyak babi yang berkeliaran di hutan itu. Sebagian masyarakat Sebesi bertani cokelat. Untuk memanen cokelatnya di atas gunung sana, biasanya mereka membawa anjing yang akan menggonggong memberi infor-masi bahwa ada bahaya babi yang akan
ORDINAT
datang menyeruduk. Itulah banyak sekali ditemukan anjing di lingkungan pemukiman masyarakat.
Seperti masyarakat kepulauan pada umumnya, masyarakat Sebesi ramah dengan pendatang dan tidak segan untuk membantu. Sebesi mempunyai sebuah genera-tor yang hidup dan melistriki Sebesi hanya 6 jam, yaitu dari pukul 6 sore sampai 12 malam. Selebihnya? Beberapa warga mem-punyai lampu templok. Sebagian lagi meng-gunakan genset.
Satu Pulau Sebuku memiliki tga mobil dan tiga orang sarjana. Anak-anak kecil se-habis Maghrib belajar mengaji. Pagi harinya, mereka berangkat ke sekolah. Pulau Sebesi mempunyai sarana pendidikan sampai SMA.
Meskipun tertatih-tatih dalam pen-danaan, toh sekolah yang berada di Sebesi itu masih berjalan. Guru yang digaji hanya Rp800 ribu untuk mengajar di dua sekolah
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N 10
9
BANYAK YANG BERMALAM
DI ANAK KRAKATAU MESKI
TIDAK ADA SUMBER AIR
pun tidak mengeluh dengan kondisinya. Menurut cerita lokal, dulu anak-anak kecil Sebesi suka menyembelih penyu-penyu sisik yang mampir ke pantai. Edukasi membuat mereka kini tidak lagi melakukan hal tersebut.
PULAU SEBUKU
Letaknya tepat bersebelahan dengan Pulau Sebesi. Bentuk pulaunya yang
sama-sama hampir bundar membuat keduanya seperti pulau kembar. Namun, penduduk Pulau Sebuku tidak sebanyak Pulau Sebesi.
Pada umumnya mereka bertani cokelat, pisang, atau jengkol. “Mau dibawa ke Jakarta,” kata salah satu petani Jengkol Pulau Sebuku. Banyak pengunjung yang tidak melewatkan snorkeling di sekeliling Pulau Sebuku.
ANAK KRAKATAU
Disebut anak, karena memang baru muncul setelah erupsi Gunung Krakatau. Sementara Gunung Krakatau yang asli sudah tidak ada lagi.
Sampai sekarang, Anak Krakatau masih aktif dan masih rajin meletup. Meski begitu, gunung ini masih terbilang aman untuk dikunjungi. Banyak yang bahkan bermalam di Anak Krakatau, meskipun tidak ada sumber air bersih. Mungkin karena lautan biru tenang di sekeliling Anak Krakatau yang cukup menarik minat pengunjungnya berlama-lama.
Di beberapa waktu tertentu, Anak Krakatau menjadi berbahaya karena lava pijar yang dimuntahkannya. Sebagai anak dari gunung yang pernah membuat separuh dunia gelap, wajar saja kalau sesekali tabiat keganasan bapaknya muncul.
ORDINAT
PULAU RAKATA I FOTO : INSAN FAUZIE
PULAU RAKATA
Ini adalah pulau yang tersisa dari hasil ledakan Krakatau purba yang meletus 150.000 tahun lalu. Setelah ledakan dahsyat itu, baru terjadi ledakan dahsyat berikutnya, yaitu yang banyak didokumentasikan pada tahun 1883.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
11
PANDU
DARI JAKARTA
Jakarta – Merak:
Bus (banyak dari Rambutan) atau kereta dari Tanah Abang
Merak – Bakauheni:
Ferry (Rp11.500; 3 jam; ferry ada setiap saat)
Bakauheni – Kalianda:
Mini bus (Rp15.000; 30 menit)
Kalianda – Canti:
Angkot (Rp5.000; 30 menit)
DARI BANDAR LAMPUNG
Terminal Rajabasa – Kalianda:
Mini bus (Rp15.000; 30 menit)
Kalianda – Canti:
Angkot (Rp5.000; 30 menit)
MENUJU CANTI
DARI CANTI
Sewa kapal, biasanya menginap dulu di Sebesi. Atau bisa ke Sebesi dulu dengan kapal rutin dari Canti (pkl13; Rp15.000; 2 jam). Dari Sebesi tetap harus menyewa kapal ke Krakatau, sekitar 1,5 jam perjalanan.
Biaya sewa kapal per 2 hari untuk rute Canti – Sebesi – spot-spot snorkeling – Krakatau – Sebesi – Canti Rp3 juta.
DARI CARITA
Naik kapal kayu sekitar 3 jam, naik speed boat 1-1,5 jam perjalanan. Biaya sewa kapal Rp3 juta per hari dengan kapasitas 25 orang.
MENUJU KRAKATAU
12
AKSES KE KRAKATAU cukup melelahkan. Pelabuhan utama yang
sering digunakan orang untuk ke Krakatau adalah Pelabuhan
Canti di Kalianda, Lampung. Di sana terdapat beberapa kapal
angkutan orang dan barang yang rutin menuju Pulau Sebesi dan
Sebuku, yaitu sekitar separuh perjalanan menuju Krakatau.
Sayangnya, tidak ada kapal yang menuju Krakatau,
se-hingga kapal harus disewa. Ini yang membuat jalan-jalan ke
Krakatau akan mahal sekali kalau sendiri.
Banyak yang langsung menuju Krakatau, lalu camping
di sana (kapal sewaannya bermalam di Krakatau).
Kelemahan-nya, sulit mencari makanan dan air bersih. Sebagian lagi memilih
menginap di Pulau Sebesi yang penduduknya sudah ramai dan
mudah akses makanan dan air bersihnya.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
13
PANDU
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3
1. Penginapan Sebesi. Rumah hanya berisi 10 kasur. Rp200 ribu. Terdapat 6 rumah.
2. Vila Munca Indah (dekat Pelabuhan Canti). Rumah di pinggir pantai Canti, muat sekitar 30 orang.
3. Rumah-rumah warga.
PENGINAPAN
Musim kemarau, ketika laut tidak banyak bergejolak dan tidak keruh.
WAKTU TERBAIK
J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N 14
1. Camping di Anak Krakatau.
2. Snorkeling di banyak spot seputaran Sebesi-Sebuku-Krakatau.
3. Ngobrol dengan masyarakat Sebesi tentang aktivitas masyarakatnya, betapa ketergantun-gan terhadap alam begitu besar.
4. Bakar ikan! Kira-kira harga ikan di Sebesi Rp40 ribu per kg.
AKTIVITAS PILIHAN
1. Gali informasi sebanyak-banyaknya tentang Krakatau ke Pak Chandra. Dia pemilik Kapal Batang Hari yang rutenya: Canti-Sebuku-Sebe-si. Semua bisa diurusnya, termasuk penyewaan snorkeler lengkap (Rp60 ribu/2 hari), pengina-pan, dan makan.
2. Persiapkan akomodasi jauh-jauh hari. Pengi-napan sering penuh, perlu dicari rumah warga untuk disewa. Kira-kira Rp200 ribu/rumah, bisa muat 10 orang.
3. Persiapkan air tawar jika ingin camping di Krakatau. Untuk 30 orang kira-kira butuh 20 galon. Isi ulang galon di Sebesi Rp5.000/galon. Galon boleh dipinjam.
TIPS
1. CHANDRA
Nahkoda kapal Batang Hari 081369686243
2. HAYUN
Penginapan Sebesi
081369923312/081996829672
3. ZAKIYAH
Vila Munca Indah, Canti 08287035719
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
P e n g o b a t R i n d u
K R A K A T A U
Saya rindu laut! Saya rindu laut! Setelah menjamah gegunungan dan dataran tinggi, saya merasa betul-betul rindu laut. Apalagi, sudah enam bulan mendekam di kamar dan kantor.
OLEH: NIA JANIAR| FOTO: FIRMANSYAH
CATPER
15 16
FO
T
O
:
FIRMANS
Y
AH
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
AWALNYA, SAYA PILIH yang dekat-dekat saja dari Jakarta, yaitu Kepulauan Seribu. Tapi karena belum ada yang mengajak ke sana, lalu kemudian ada ada yang mengajak trekking dan snorkeling di Selat Sunda, maka saya memu-tuskan untuk pergi ke Krakatau.
Seperti biasa, saya pergi dengan Eka. Hanya ada beberapa tambahan yaitu teman-teman yang pernah satu perjalanan bersama, yaitu Sis dan Andrie. Saya dan Eka memutuskan untuk memakai event organiz-er (EO) saja, karena sedang malas mengatur uang, bikin itinerary, dan mengatur tujuan mana yang akan didahulukan. Mungkin itu
18
lain kali saja, kalau destinasinya jauh dan dalam jangka waktu yang lama pula. Total yang saya habiskan dari EO yang saya pakai jasanya adalah Rp550.000, sudah dengan peralatan snorkeling.
Kami berangkat di Jumat malam. Begitu jam pulang, saya langsung ketemu Eka di PGC dan kami makan malam. Te-man saya memilih tempat makan yang terkenal dengan kelamaannya dalam mem-proses makanan dan saya memilih fast food karena diburu waktu. Setelah selesai, tanpa berlama-lama, kami langsung pergi ke Kampung Rambutan.
Ini adalah kali pertama saya pergi ke Kampung Rambutan. Terminalnya luas, ban-yak orang, namun tidak terlalu menyeramkan. Kalau ada banyak orang yang bertanya kami mau ke mana, ya wajar. Namun kalau sudah melebihi batas, seperti kasus ada satu orang bapak-bapak yang sudah memperhatikan dari kejauhan, menyempatkan mendatangi diri pada kami, sambil cengar-cengir lalu ngobrol berlama-lama, ya harus tegas.
Kami pergi naik bus Arimbi menuju Pelabuhan Merak. Bus ini memperbolehkan naik turunnya pedagang dan penumpang sepanjang perjalanan yang menghabiskan
17
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
19 20
waktu tiga jam. Tempat duduknya tidak enak, karena jarak kaki cukup sempit dan punggung bangkunya tidak bisa dimundurkan, sehingga kepala saya berkali-kali jatuh.
Sesampainya di terminal Pelabuhan Merak, kami dan teman-teman lain naik ojek. Sebetulnya kalau jalan tidak terlalu jauh. Na-mun karena keberatan membawa peralatan snorkeling, maka kami ikut saja ketika disuruh naik ojek bertiga-tiga. Begitu sampai di Pelabu-han Merak.
Entah di bus atau di kapal ya sama saja. Sama-sama ada anak kecoaknya. Saya yang protes mengenai keterjatuhan kepala, memilih tempat duduk paling pojok agar kepala ini jelas mau disimpan di mana. Tapi tetap saja tidak bisa bersandar karena kecoak yang merayap di dinding kapal. Jadi, pembaca, lain kali bawa baygon yaaa. Un-tungnya ada bantal. Maka, tanpa
mempedu-likan kebersihan, saya tidur saja. Perjalanan pun berkisar 2,5 hingga 3 jam.
Melewati jalur lintas Sumatera tentu adalah hal yang baru. Kiri dan kanan jalan kadang masih rimbun dengan rerumputan dan perkebunan. Kalau kata supir, jalur barat ini lebih mending dari jalur timur karena hutan-nya sudah jarang dan lebih bahutan-nyak orang yang melalui jalur ini.
Sekitar pukul 6 pagi, kami sampai di Dermaga Canti di Lampung. Dermaga Canti ini menghubungkan kami ke Pulau Sebesi tempat kami menginap dan pulau-pulau lain yang akan kami kunjungi. Setelah menggosok gigi (tidak mandi karena sebentar lagi akan snorkeling) dan sarapan, kami naik kapal yang kira-kira cukup untuk 30 orang.
Target pertama adalah Pulau Sebuku Kecil. Sepanjang perjalanan, matahari lamat-lamat muncul dari arah Timur. Laut semakin
membiru karena kedalamannya yang menin-gkat. Sayangnya laut di sini agak kotor dengan sampah-sampah. Jangan-jangan itu penyebab sensasi ditusuk-tusuk dan gatal saat saya snorkeling di Pulau Sebuku Besar. Saya pikir saya kena bulu babi atau dihinggapi binatang laut. Tapi pas saya lihat tidak ada apa-apa. Dan beberapa teman mengeluhkan hal yang sama.
Sebetulnya saya pernah melihat karang yang lebih indah dari karang yang ada di sekitar Pulau Sebuku Kecil dan Lagoon Cabe (dekat Rakata). Tapi, setiap pulau pasti memiliki karak-teristik dan keunikan masing-masing. Memang tidak seberwarna dan sebervariasi seperti yang ada di Karimunjawa, tapi ada beberapa karang yang belum pernah kami lihat di sana misalnya seperti karang berbentuk bunga kol.
Inilah yang saya rindukan dari penan-tian berbulan-bulan yaitu melihat kehidupan lain di bawah sana. Ikan-ikan yang berseli-weran membuat saya berkhayal bahwa mer-eka memiliki struktur masyarakat perikanan. Mereka terkagum-kagum atau takut melihat makhluk besar yang mengambang di atas mer-eka. Karena saya merasa beberapa kali kontak mata dengan para ikan. Hehe.
Saya dan Eka lebih agresif minta foto underwater karena selama snorkeling kami belum pernah punya foto underwater. Mau
BEBERAPA KARANG BELUM
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
21 22
CATPER
beli kameranya juga mahal. Mau pinjem tapi tidak punya temen yang punya. Huu, miskin kalian. Apalagi Eka sudah konsisten meny-elamnya. Saya masih kadang-kadang bisa dan kadang-kadang tidak.
Kami menginap di rumah warga Pulau Sebesi. Rumah yang perempuan tinggali tidak terlalu bersih, terutama bagian kamar. Dind-ingnya banyak jejak air sehingga udara terasa lembab dan baunya tidak enak.
Untungnya tidak ada binatang selain nyamuk dan semut besar. Berbeda saat saya dan Eka menginap di Ujung Genteng. Ada kaki seribu di kasur dan kamar mandi.
Sekitar pukul 4 pagi, kami berangkat ke Anak Krakatau. Semua orang masuk ke lam-bung kapal. Saat itu ombak terasa besar dan membuat kapal bergoyang, sementara angin di luar cukup besar.
Agak seru. Tapi keseruan berakhir setelah hujan datang. Para ABK menutup
OMBAK TERASA BESAR
MEMBUAT KAPAL BERGOYANG
ANGIN DI LUAR CUKUP BESAR
semua jendela. Jadinya kami berada di satu ruangan yang penuh orang sambil terguncang. Memang bikin mual.
Untungnya saya menemukan spot ti-duran (duluan). Karena begitu saya terbangun, di sebelah kanan saya sudah ada orang yang lagi tidur dan di sebelah kiri saya sudah ada kaki. Sementara sepatu trekking saya kehu-janan di luar.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
CATPER
23
bencana alam modern yang pernah menggem-parkan dunia, yang sering namanya dicatut dalam film-film luar negeri.
Perjalanan menuju patok 9 (patok tera-man dari Anak Krakatau) tidak terlalu jauh, tapi kemiringannya membuat bibir pucat. Dari pa-tok 9 juga bisa terlihat Pulau Panjang dan Pulau Rakata. Gunung dan laut membuat perjalanan ini lengkap.
Alam sedang bekerjasama dengan baik. Ia memberikan matahari yang terbit dan terbenam untuk menambahkan keindahannya, juga memberikan langit yang biru. Oranye, biru, hijau, putih.
Saya sadari, melalui alam, Tuhan men-gajari warna-warna. Juga melalui alam, Tuhan mendekatkan para manusia.
MERDEKA ITU...
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N 26
GALERI
BINGKAI
KRAKATA U
PULAU RAKATA (FIRMANSYAH)
SPOT SNORKELING (INSAN FAUZIE)
SUNRISE KRAKATAU (INSAN FAUZIE)
PULAU SEBUKU (FIRMANSYAH)
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N BULOK
27 28
27 28
OLEH: MUHAMMAD IQBAL| FOTO ILUSTRASI: ISTIMEWA
S E B A G A I P O N D A S I R U M A H
Jangan heran nanti, kalau berjalan-jalan masuk ke pemukiman masyarakat di Pulau Sebesi (bagian Barat Provinsi Lampung), akan terlihat tumpukan batu karang di pinggir jalan. Dalam waktu dekat, batu-batu karang tersebut akan digunakan untuk pondasi rumah
F
O
T
O IL
US
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
29
BULOK
TIDAK BERLEBIHAN KALAU perilaku semacam ini sudah membudaya di Sebesi. Mungkin bisa dipahami dengan mudah kalau kita memperhatikan aktivi-tas sehari-hari masyarakat Sebesi. Mata pencaharian utama mereka -dan pada umumnya masyarakat kepulauan- adalah sebagai nelayan. Mereka mencari ikan di laut.
Ada nelayan siang, ada nelayan malam. Nelayan siang adalah nelayan yang mencari ikan ketika matahari berkilau. Sedangkan nelayan malam
adalah nelayan yang mencari ikan di malam hari, biasanya mereka menguasai ilmu perbintangan, alias bisa membaca arah mata angin hanya dengan cara me-lihat posisi bintang di langit.
Begitu pahamnya mereka dengan kondisi laut, sampai-sampai bisa mem-prediksi kapan ikan akan banyak berkum-pul dan di mana posisinya. Hampir setiap sore, ada saja pemuda yang bermain tombak ikan di pantai sekeliling Pulau Sebesi. Mereka menombak ikan dengan sebatang tongkat yang ujungnya
ditem-pelkan dengan sebilah besi tajam dengan pengait yang membuat ikan tidak bisa lepas kembali setelah tertombak.
Bisa-bisa, dalam sesore, satu pemuda bisa membawa setengah lusin ikan hasil tombakannya. Malam harinya, ikan-ikan itu menjadi menu hi-dangan meja makan bersama keluarga mereka.
Begitu dekatnya masyarakat Sebe-si dengan laut membuat mereka paham betul apa yang ada di dalam laut dan apa saja yang bisa dimanfaatkan. Termasuk ketika mereka membutuhkan sesuatu untuk dijadikan bahan pondasi rumah. Sebagian dari mereka hanya mengetahui fakta-fakta ini: bahwa membeli mate-rial untuk pondasi rumah adalah sesuatu yang mahal dan mengambil karang di laut adalah murah. Begitulah mengapa mudah ditemukan tumpukan karang di pinggir-pinggir jalan pemukiman Pulau Sebesi.
Tetapi jangan bayangkan itu hanya terjadi di Pulau Sebesi. Seorang aktivis bayaran dari LSM lingkungan ditugaskan untuk mendata jumlah pulau di Kepulau-an BKepulau-anyak (Aceh). “Kita kalau ke pulau itu lebih baik tutup mata tutup telinga saja lah,” kata dia. Di satu sisi, dia sadar posisinya sebagai aktivis lingkungan, tetapi di lapangan dia menemukan ham-pir semua rumah di pulau-pulau yang didatanya menggunakan karang sebagai pondasi rumahnya.
Lebih ekstrem lagi yang terjadi di Pulau Balai, sebuah pulau yang ma-suk dalam gugusan kepulauan Banyak. Seorang nelayan datang dari melaut menuju ke pinggir Pulau Balai. Terlihat di dalam perahunya yang berukuran sedang (kira-kira muat lima orang) penuh den-gan batu-batu karang. Sebagian terlihat seperti karang mati dengan warnanya yang sudah memutih, tetapi sebagian lagi terlihat berwarna.
“Kita tidak diurusi negara, buat
MEMBELI MATERIAL ADALAH
SESUATU YANG MAHAL
BATU KARANG MURAH
30
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 A G U S T U S - S E P T E M B E R 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 3 II B A C K P A C K I N B A C K P A C K I N 32
apa kita urusi negara,” kata dia kesal. Komentar tersebut adalah bentuk keke-salan masyarakat karena sudah lama sekali pembangunan tidak terjadi di Pu-lau Balai. Di saat bulan purnama, air Pu-laut pasang dan menggenangi rumah-rumah mereka. Sama sekali tidak ada langkah konkret dari negara. Mereka memb-etulkan jalan dengan dana dan tenaga swadaya mereka sendiri. Jadi buat apa mereka dengar negara teriak-teriak untuk menjaga lingkungan?
Budaya lokal semacam ini -mem-buat pondasi rumah dari batu karang- memang dinilai banyak pihak sebagai perbuatan yang merusak keseimban-gan lingkunkeseimban-gan. Tetapi perhatikan juga bagaimana mereka terpaksa melakukan-nya. Biaya transportasi bahan material
bisa melangit kalau tujuannya begitu jauh dan terpencil seperti di pulau yang mereka tempati. Apalagi pemesanannya jarang-jarang dan dalam kuantitas yang kecil, membuat harga semakin melangit. Pilihannya, ya gunakan apa yang ada: batu karang.
Mungkin negara perlu mencip-takan alat transportasi murah agar inter-aksi pulau-pulau kecil semakin intensif sehingga perbedaan harga terjadi tidak terlalu jauh. Atau mungkin sebagai obat instan, negara bisa memberikan subsidi untuk produk-produk material tersebut agar masyarakat kepulauan bisa mem-bangun rumah mereka tanpa menggu-nakan batu karang, karena mereka sudah mampu membeli bahan material.
BULOK
31 31
hidup serasa
sempurna
ketika
kesalahan telah
dimaafkan...
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N PENGANAN
34
OLEH: AMBAR ARUM| FOTO: ISTIMEWA
KE MANA PUN kaki kita ber-wisata, tentu wajib mencicipi kuliner lokalnya. Saat berkun-jung ke Lampung misalnya, coba pesan menu yang satu ini, Ikan Baung. Ikan Baung adalah ikan yang hidup di air tawar, sering ditemukan di daerah muara hingga hulu sungai. Tekstur dag-ingnya lembut dan tebal, serta berwarna putih.
Masih satu kerabat den-gan ikan lele, bentuk fisik ikan baung pun menyerupai lele dengan ciri bagian wajah agak pipih, ditambah kumis panjang di sudut kiri kanan wajahnya. Namun berbeda dengan lele, penyajian ikan baung lebih ban-yak variasi. Mulai dari bumbu, hingga potongan ikan yang ter-lebih dulu dibagi tiga atau em-pat bagian, tidak melulu utuh.
Ikan Baung biasa dimasak dengan dibuat gulai atau pin-dang atau bumbu asam pedas.
Semuanya sama-sama sedap, dan dapat dengan mudah kita temukan di Lampung. Tidak hanya lezat, ikan baung juga kaya akan gizi karena mengand-ung banyak protein dan rendah lemak. Cocok untuk asupan gizi tubuh selama traveling.
Sebetulnya Ikan Baung bukanlah jenis ikan yang en-demik hanya hidup di Lampung, tetapi cenderung lebih mudah menemukan masakan ikan baung di Lampung ketimbang daerah lain.
Selain di Sumatra, ikan ini juga cukup populer di Kali-mantan dan di sebagian daerah di pulau Jawa. Kadang disajikan sebagai ikan bakar. Ditambah cabai merah atau cabai hijau, slurp!
34
J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
IKAN BAUNG:
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N 36 PROFIL
35
NGGA
BOLEH FOTO,
CARI TEMPAT
LAIN!!
PROFIL
Mas Arbain sudah memotret banyak jenis baik itu foto model, landscape, human inter-est, sport, dan masih banyak lagi. Di antara semua itu, mana yang lebih mas Arbain sukai?
Kalo ngomong seneng, saya suka motret wanita cantik. Foto pemandangan ba-gus, pasti saya suka, karena saya suka travel-ing. Seiring berjalannya waktu, foto yang paling laku dijual itu adalah foto landscape. Bisa jadi kalender, agenda, atau apa aja. Foto wanita cantik juga. Hampir setiap produk pasti ada wanitanya. Jadi kalau saya foto-grafer bebas, saya akan banyak memotret pemandangan dan wanita cantik. Intinya sih saya suka keindahan.
Backpackin berkesempatan tatap muka lang-sung dangan seorang suhu di dunia persilatan fotografi, Arbain Rambey. Ribuan foto momen dan lansekap telah ia abadikan. Yuk simak perbincangan seru Backpackin dengan master fotografi yang baik hati dan tidak sombong ini.
OLEH: AMBAR ARUM| FOTO: AMBAR AMRUM, ARBAIN RAMBEY.doc
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N 38
37
FOTOGRAFI BANYAK SISI
SUKA HASILNYA ATAU
SUKA TANTANGANNYA
PROFIL
Fotografi itu ada banyak sisi. Kamu menyukai hasilnya, atau kamu menyukai tantangannya. Foto-foto jurnalistik itu banyak tantangannya. Kalau dilihat hasilnya kayaknya biasa aja, gak menarik. Jadi fotografi itu bisa dilihat dari banyak hal. Bisa juga dari duit yang dihasilkan. Ada satu foto landscape yang biasa aja, tapi dibeli mahal. Bagi saya mengesankan karena duitnya gede. Tapi ada yang gak dibeli orang, tapi saya suka sekali. Ada foto yang bikinnya susah, saya menikmati result-nya, dan tidak menghasilkan apa-apa bagi saya. Namun bagi saya itu adalah suatu achievement.
Selama ini kalau mas amati, foto apa sih yang bisa membuat orang mau beli mahal untuk foto itu? Apakah ada ukurannya?
Sangat tidak ada ukurannya. Foto saya yang terjual itu adalah foto yang bagi saya gak
hebat-hebat amat. Sementara foto yang saya bayangkan bakal dibeli orang, sampai sekarang gak ada yang mau beli. Karena foto itu adalah masalah bagus dan jelek. Bagus itu gak ada tolak ukurnya. dan harga foto itu gak pernah bisa jadi tolak ukur. Barang seni harganya itu gak pernah standar. Misal ada foto dijual 1 M, itu saya gak percaya. Kadang digelembungkan. Kalau harga mobil, gak pernah bohong kan, semua orang tau standarnya.
Banyak tempat wisata yang mematok harga untuk memotret. Gimana menurut mas Ar-bain?
Kalau gak mau bayar, ya pergi aja. Mereka berhak pasang harga. Negara kita ini bangkrut, semua orang ingin dapat duit. Kalau di Louvre, begitu kamu masuk, terserah kamu mau pakai baju pengantin atau baju apa, silah-kan memotret. Kamu di Orchard Road Singa-pura juga gak masalah, paling disorakin orang. Gak ada yang minta duit. Karena itu tempat umum.
Negara ini mayoritas orang miskin, semua ingin dapat duit. Karena setiap orang merasa kekurangan, entah mental pengemis,
atau mungkin memang kekurangan beneran. Akhirnya kembali ke mentalitas, bukan ma-salah peraturan. Secara hak, mereka berhak minta duit. Larangannya apa? Kecuali ada peraturan yang bilang tidak boleh memungut apapun selain yang sudah ditentukan, nah baru bisa dituntut. Kalau kamu kepala stasiun, kamu juga berhak minta duit.
Problemnya adalah, di negara ini terlalu banyak orang yang merasa berhak minta duit. Mobil mau puter balik aja dimintain duit. Sebenernya gak beda sama premanisme. Dan kita butuh bertahun-tahun untuk membenahi itu semua. Jadi ya kalau kamu berani ya lawan, kalau gak berani ya pergi aja. Gak ada rumus-nya. Tergantung premannya seseram apa, dan karatemu sudah sejauh mana. Hahaha… Kalau saya simpel aja, di sana gak boleh moto, ya sudah saya bisa cari tempat lain. Gak masalah.
Melihat perkembangan fotografi dewasa ini, ada gak sih yang dirasa kurang, misalnya eti-kanya kurang, atau kurang mau belajar…
Sebenarnya dari dulu ya gitu-gitu lagi, tapi sekarang tambahannya ini lebih banyak lagi, tambahan yang lembek-lembek ini, yang kalau dikasih tau gak ngerti-ngerti. Ada beber-apa hal yang rumusnya simpel, tapi prakteknya susah.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
39 B A C K P A C K I N I M A R E T - A P R I L 2 0 1 1 F E B R U A R I - M A R E T 2 0 1 2 I B A C K P A C K I N 40
FACEBOOK.TWITTER.ISSUU
Live
Love
Adventure
J O I N U S .L E T ’ S C L I C K T H E
B U T TO N
MENIKAH- Webmaster Backpackin Magazine, Kurniawan Aji Saputra menikah dengan
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
41 42
BEKERJA DAN
BERMAIN
BERSAMA
DARI NAMANYA SUDAH
bisa ditebak, bahwa Journalist Mountain Bike (JMTB) adalah kumpulan jurnalis yang hobinya bersepeda gunung.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
Kebanyakan dari mereka yang menjadi anggotanya adalah pewarta foto di bermacam media, hanya sebagian kecil saja yang meru-pakan wartawan tulis atau wartawan TV. Jadi, sehari-hari mereka bertemu di dalam peliputan berita, setelah itu mereka bermain bersama dengan sepada gunung.
Dari 8 orang anggotanya di awal, kini jumlahnya sudah 40 orang. “Keanggotaan JMTB hingga saat ini masih sangat sedikit. Ini menjadi tantangan kami untuk menambah anggota bagi para jurnalis,” kata Ketua JMTB Indonesia Achmad Fauzie yang merupakan pewarta foto di Harian Kontan.
43 43
KOMUNITAS
KEBANYAKAN DARI MEREKA
ADALAH PEWARTA FOTO
DARI BERBAGAI MEDIA
Komunitas yang terbentuk pada 19 Desember 2009 ini tertutup bagi wartawan saja. Tapi bukan berarti tidak bisa ada anggota atau masyrakat umum yang bergabung dalam kegiatan JMTB. “Kami sering mengajak masyra-kat, teman di luar jurnalis untuk bergabung dalam kegiatan kami. Bukan menutup diri, namun kami belum bisa
men-gendalikan anggota kalau terlalau banyak. Fokus kami adalah
men-gajak, memasyarakatkan olahraga bersepeda bagi para jurnalis,”
kata Fauzie.
Sudah belasan perjalanan yang dilakukan dalam 3,5 tahun sejak terbentuknya JMTB. Yang paling seru adalah perjalanan terakhirnya di kawasan Gu-nung Bromo. Trek Bromo sangat panjang, yaitu
sekitar 60 km dengan keadaan jalan yang san-gat variatif. Sepanjang perjalanan itu, peserta nyambi foto-foto. Yang bukan fotografer saja senang foto-foto, apalagi memang yang profesinya fotografer. Sepertinya pemandan-gan indah Bromo tidak mau dilewatkan satu jepretan pun. Sampai-sampai, perjalanan baru bisa diselesaikan puku tujuh malam, padahal mulainya sudah sejak pukul tujuh pagi.
Yang membuat perjalanan Bromo se-makin berbekas, meskipun agak pahit, adalah bahwa satu anggota sempat tersesat dan hilang di hutan karena ketinggalan rombongan. Satu peserta lainnya masuk jurang karena trek yang cukup berbahaya. Namun begitu, semua peserta selamat.
Itu yang paling berkesan. Kalau perjala-nan yang paling jauh adalah ketika JMTB diajak Garuda Indonesia untuk ke Beijing dan ber-sepeda ke Tembok China. Motif Garuda adalah memperkenalkan fasilitas membawa sepeda dalam penerbangan dengan tiada pembe-banan bagasi. Jurnalis dianggap wadah yang tepat untuk memperkenalkan fasilitas gratis itu. Cocoklah sudah.
Itulah juga yang menjadi alasan men-gapa begitu banyak sponsor yang mewadahi kegiatan-kegiatan JMTB. Karena profesi jurna-lis memberikan kesempatan untuk membuat banyak jaringan dengan banyak perusahaan top, maka JMTB bisa lebih mudah menggan-deng mereka sebagai sponsor, meskipun tetap dengan prosedur standard seperti pembuatan proposal.
Mau bergabung? Coba dibuka-buka grup Journalist Mtb di Facebook.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
SAAT TRAVELING, JANGAN takut untuk
berkotor-kotor ria. Biar jalur berlumpur, basah kehujanan, maupun pakaian kotor karena jatuh ke comberan, hati harus tetap ceria. Jangan kuatir, sebab pasti ada saat untuk mandi dan membersihkan semua kotoran setelah blusukan ke mana-mana. Alat mandi apa saja yang wajib dibawa saat traveling? Ini dia!
SIKAT GIGI DAN PASTA GIGI
Pilih sikat gigi lipat yang banyak dijual di supermarket. Sikat gigi ini praktis dan hemat tempat sehingga sangat cocok untuk dibawa bepergian. Juga ada pasta gigi ukuran mini, nyaris setengah dari ukuran standar.
Atau kalau sering ke hotel, bawa pulang saja paketan sikat gigi dan pasta gigi mini. Lalu nanti digunakan saat traveling.
SABUN
Lebih praktis membawa sabun cair. Akan lebih mudah jika sabun cair dibawa dalam wadah dengan tutup yang diputar, bukan dipletek ke
AKSESORIS
46 45 B A C K P A C K I N I A P R I L - M E I 2 0 1 3
P E R A L A T A N
M A N D I
A L A
T R A V E L E R
atas. Penutup botol tipe kedua rentan untuk bo-cor apabila botol tertekan. Sementara saat meny-impan alat mandi, botol wadah sabun berpotensi tertekan dengan bawaan lain seperti baju.
SHAMPOO
Sebaiknya membawa shampoo dalam bentuk sachet. Pastinya lebih hemat tempat. Bisa juga menggunakan shampoo dengan botol kecil seperti yang biasa dipakai di kamar-kamar hotel.
HANDUK KECIL
Bawalah handuk berukuran kecil, um-umnya 20x20 cm. Lebih bagus lagi jenis handuk microfiber, karena memiliki daya serap lebih dibanding handuk biasa.
Berkolaborasilah dengan teman jalan kamu agar kamu
tidak membawa semua barang di atas sendirian. Sabun,
shampoo, dan pasta gigi bisa dibawa hanya oleh satu
orang kalau pergi rombongan. Praktis dan irit!
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
47
TIPS & TRIK
48
BUS.
Menjadi sarana transportasi darat pal-ing murah saat ini, setelah kereta eko-nomi dihapus dari peredaran. Gunakan sebanyak-banyaknya, selama punggung kuat menahan pegal.
SEWA MOTOR.
Di beberapa ‘pusat turis’ seperti Malio-boro (Jogja), Jalan Jaksa (Jakarta), dan Jalan A. Yani (Bukittinggi), lazim dijumpai penyewaan sepeda motor
dengan jaminan KTP. Tarif sewa Rp75 ribu seharian lebih irit ketimbang turun-naik kendaraan umum untuk sambangi beberapa lokasi.
WEBSITE.
Jika menggunakan pesawat, sering-sering tongk-rongin website maskapai penerbangan. Tiket promo
bisa muncul tiba-tiba. Bisa malam, bisa siang, tidak terduga. Kalau beruntung, kita bisa dapat tiket Jakar-ta-Medan Rp100 ribu pulang pergi. Kelemahan: sering
kali tiket yang didapat untuk pener-bangan beberapa bulan ke depan.
HITCHHIKE
Alias minta tebangan. In i cara paling murah sekaligus p
aling seru. Pasang wajah rama
h, lalu ulurkan jempol di pinggir jalan.
Siapkan waktu dua kali li
pat dari waktu tempuh menggun
akan kendaraan umum.
JALAN BARENG.
Ujung Kulon, akan mahal sekali mengak-sesnya kalau tidak menyewa kendaraan semacam Elf. Berkeliling Kepulauan Seribu juga sulit kalau tidak menyewa kapal. Nah, jumlah peserta dalam perjalanan bisa
men-gurangi beban biaya sewa sekaligus menambah teman.
Hemat Biaya
Transportasi
Satu dari tiga komponen biaya utama selama perjalanan, yakni biaya transportasi, selain
pen-ginapan dan makan. Kadang porsi paling besar ada di si transportasi ini. Berikut beberapa cara
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
RESENSI
49 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N 50
M E N C A R I
bahagia, dengan tidak mengetahui indikatornya. Eric Tentu saja sulit menemukan negara paling memulainya dengan menemui seorang profesor penelitian kebahagiaan di Belanda: Ruut Veenhoven. Eric menemukan banyak hasil penelitian, seperti meraka yang menikah, lebih bahagia daripada yang bujangan, meskipun mereka yang mempunyai anak tidak lebih bahagia daripada yang tidak mempunyai anak. Orang yang bergelar sangat tinggi, tidak lebih bahagia daripada yang hanya lulusan sarjana.Hasil-hasil penelitian itu membuatnya semakin bingung. Jadi apa yang harus dilakukan? Menikah tapi jangan mempunyai anak? Drop out dari program doktoral? Tidak, tidak, Eric ingin mendefinisikan kebahagiaan dengan mendengar langsung penduduk di negara-negara yang di-kunjunginya. Maka kemudian dia menyimpulkan bahwa di Thailand, kebahagiaan adalah tidak ber-pikir. Di Qatar, kebahagiaan adalah menang lotre. Di Swiss, kebahagiaan adalah kebosanan. Di Islandia, kebahagiaan adalah kegagalan. Tiap negara mem-punyai definisinya masing-masing.
Layaknya seorang pejalan, Eric menemu-kan banyak keunimenemu-kan di negara-negara yang dikun-junginya. Misalnya ketika di Bhutan. Banyak laki-laki Bhutan menarik diri dari keramaian untuk berme-ditasi di pondok kayu sederhana di pinggir-pinggir jurang. Meditas dilakukan tiga tahun, tanpa potong rambut, tanpa berbicara. Hebatnya, pemerintah mau mengalirkan listrik ke pegunungan tempat para lelaki itu bermeditasi. Apa ada negara yang mau menghabiskan US$100 ribu untuk membuat in-stalasi listrik? Mungkin pemerintah lain akan bilang: Tidak, Anda yang turun ke sini kalau mau listrik.
Perjalanan Eric begitu bermakna, sampai-sampai ketika buku ini terbit, banyak peneliti yang semakin intensif dalam melakukan penelitian mengenai kebahagiaan. Gaya penulisannya santai, layaknya jurnalis senior, begitu mengalir.
OLEH : MUHAMMAD IQBAL
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3
arti
K E B A H AG I A A N
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
51 52
JEDA
BELAKANGAN, BANYAK YANG mengeluh tentang kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Bensin yang tadinya Rp4.500, naik jadi Rp 6.500. Solar menjadi Rp5.500.
Orang-orang kota ribut mengeluh tentang kenaikan itu. Wajar saja, karena kalau BBM naik, otomatis harga-harga barang yang lain ikut terkerek naik. Ibu-ibu menjerit. “Aaaargh,” katanya.
Tapi berita kenaikan BBM itu bukan sesuatu yang wah untuk masyarakat di daerah-daerah terpencil. Coba saja lihat saudara-saudara kita di Mentawai. Harga bensin paling murah Rp8.000 di Muara Siberut (pusat ekonomi Mentawai). Dan harga itu bisa mero-ket lebih dari Rp10.000 kalau sudah sampai ke pedalamannya.
Sebut saja Saibi, yang berjarak 2 jam naik pompong (semacam perahu) dari Muara Siberut. Harganya Rp10.000 untuk solar mau-pun bensin. Solar biasa mereka gunakan untuk bahan bakar lampu templok atau untuk mesin pompong mereka.
“Yang repot itu kalau tidak ada sama sekali,” kata seorang warga Saibi. Itu bisa terjadi ketika ombak terlalu besar, sehingga masyarakat enggan untuk membelinya ke Muara Siberut -yang mendapat pasokan BBM dari Padang.
Hal serupa terjadi di Sebesi, seki-tar 2 jam dari Pelabuhan Canti (Kalianda, Lampung). Bensin di sana sekitar Rp8.000. “Sssst! Tapi diam-diam ya, karena membawa BBM dari Canti ke Sebesi itu ilegal,” kata aparat setempat.
Atau jangan jauh-jauh ke Mentawai dan Sebesi, coba jalan-jalan pakai mobil melintasi Lampung dan Sumatera Selatan.
Jangan harap bisa menemukan SPBU buka dengan mudah. Biasanya, setelah tanki SPBU diisi,
langsung diserbu jirigen-jirigen besar dan dalam waktu singkat habis. Lantas mereka menjualnya di pinggir-pinggir jalan dengan harga sekitar Rp6.000 per liter.
Jadi buat masyara-kat di beberapa daerah, kenaikan bensin menjadi Rp6.000 adalah hal yang biasa saja. Justru yang jadi perhatian mereka adalah, jangan-jangan nanti BBM tidak ada sama sekali karena distribusinya yang berantakan. Mudah-mudahan tidak.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
kunjungi website ka mi :
w w w. b a c k pa c k i n m a g a z i n e . c om
INTERAKSI
Belakangan ini, cuaca tidak mudah diprediksi. Kadang hujan, kadang panas terik, kadang bisa tiba-tiba datang badai. Sobat BM pernah apes pas traveling cuaca yang tiba-tiba buruk?
Awas
April 2012 saya dan teman mendaki Kerinci. Waktu mau muncak subuh-subuh, badai kencang sekali se-hingga kami batal muncak. Besoknya kami ke Medan, rencana mau lanjut ke Aceh. Pas lagi santai di kedai kopi di Medan, tiba-tiba terjadi gempa besar di Aceh, getarannya terasa sampai Medan. Gagal deh ke Aceh.
SHAH
RENDY
Apes banget pas badai di Gunung Guntur.
Saking kencangnya badai tersebut, frame
tenda saya retak, frame tenda teman saya
patah, dan tenda teman saya yang satunya
lagi robek. Ckckck…
BAYU
ISMAYA
53 B A C K P A C K I N IA P R I L - M E I 2 0 1 3
Cuaca
Buruk
!!
Waktu ke Pulau Tidung tahun 2008 lalu, salah posisi pas mendirikan tenda. Tiba-tiba hujan deras plus angin kencang, tenda nyaris terbang. Beruntung menemukan batang pohon di dekat tenda, langsung saja saya bawa masuk ke tenda supaya tidak tertiup angin. Fiuh.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
put your ads here...
W I S ATA I N D O N E S I A
S E K A L I K L I K !
FIRMANSYAH
Mau jadi kontributor? Kirim tulisan kamu sesuai dengan rubrik ke redaksiezinebi@yahoo.com
Masih belum kapok nyumbang foto
buat Backpackin Magazine. Hidup
Firmansyah!
IKA WUWIWA
Gadis jomblo yang baik hati
dan rajin ngetrip. Punya
kekuat-an super sehingga bisa aktif di
banyak komunitas, organisasi,
plus pekerjaan.
THANKS TO OUR CONTRIBUTORS
NIA JANIAR
Senang melakukan kegiatan eksplorasi
kota atau daerah kemudian berbagi lewat
tulisan, foto, dan video. Kesehariannya
bekerja sebagai jurnalis di Media
Indo-nesia Publishing.
B A C K P A C K I N I J U N I - J U L I 2 0 1 3 J U N I - J U L I 2 0 1 3 I B A C K P A C K I N
57 58
DAERAH KHUSUS IBUKOTA Jakarta merupakan ibu
kota negara Indonesia. Menjadi satu-satunya kota di In-donesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.
Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (se-belum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding
New York City (Big Apple) di Indonesia.