• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KEARIFA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KEARIFA docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL

DALAM PENGEMBANGAN KERAJINAN GERABAH SITIWINANGUN,

KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT

Nurul Chamidah

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah

Cirebon, Jawa Barat nurul.chamidah@umc.ac.id

Dedet Erawati

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat

deblume@gmail.com

Endah Nurhawaeny

Mahasiswa S3, penyuluhan pembangunan/Pemberdayaan

Masyarakat Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo Jawa Tengah

Endah_nk@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menggambarkan kearifan lokal dalam seni kerajinan gerabah Sitiwinangun Cirebon dalam upayanya untuk meningkatkan pemberdayaan terhadap masyarakat. Gagasan pemberdayaan itu berawal dari keinginan masyakarat dan dukungan yang diperoleh dari luar. Proses inilah yang coba peneliti kembangkan untuk mengetahui bagaimana hubungan antar peran berbagai pihak dalam proses pemberdayaan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan langkah pengumpulan data berupa observasi dan wawancara mendalam kepada para pengrajin gerabah, pemerintah desa setempat, pemerintah daerah dan para stakeholder terkait dari forum bisnis Cirebon. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesadaran masyarakat bahwa kearifan lokal bisa menjadi salah satu entry point dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam bidang usaha kecil dan menengah. Analisis dilakukan meliputi elemen bahan baku, sumber daya manusia, modal, pemasaran dan inovasi. Pembentukan desa wisata menjadi salah satu upaya dari pemerintah desa dalam mendorong pemberdayaan masyarakat, selain itu juga mengupayakan berbagai langkah strategis diantaranya memberikan pelatihan, pemasaran dan menjaring stakeholder. Sementara peran stakeholder seperti forum bisnis Cirebon memberikan penguatan dari sisi historis dan psikologis dalam pengembangan budaya dan pariwisata. Namun ditemukan pula problem dalam proses pemberdayaan masyarakat, salah satunya peran pemerintah daerah belum mencanangkan Desa Wisata dalam Rencana Induk Pariwisata Daerah sehingga belum program kerja pada dinas terkait yang menitikberatkan pada pengembangan kerajinan gerabah ini.

(2)

Pendahuluan

Saat ini, industri pariwisata Indonesia menjadi primadona bagi pembangunan Indonesia. Tingkat pertumbuhan yang terus naik setiap tahun menjadikan sektor ini sebagai salah satu penyumbang terbesar pendapatan negara. Perspektif dunia yang mulai berubah dari yang sebelumnya berkiblat ke barat kini mulai mengarahkan kiblatnya ke arah timur. Hampir semua sektor kini menjadikan dunia timur sebagai rujukan, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, dan sebagainya. Kini masyarakat dunia secara umum lebih tertarik kepada berbagai hal yang bersifat lokal dan kultural.

Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif berusaha meningkatkan perkembangan dunia pariwisata, terutama difokuskan kepada sektor kerajinan industri kecil menengah dan pengembangan budaya. Kita ketahui bahwa Indonesia memiliki kekayaan adat, budaya, seni yang tiadataranya, hal itulah yang menjadi modal bagi pengembangan masyarakat untuk hidup lebih baik. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi wisata budaya adalah Cirebon.

(3)

Gambar 1. Peta Cirebon di Pulau Jawa (sumber Internet)

Pemanfaatan warisan budaya dapat dikemas dalam bentuk pemberdayaan masyarakat pada desa wisata. Hal ini tentu membutuhkan penanganan yang komprehensif, terpadu dan sungguh-sungguh. Karenanya dibutuhkan sinergisitas antara pihak pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan dunia usaha. Sehingga tercipta iklim yang kondusif dalam pengembangannya.

Kondisi yang demikian inilah yang harusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk bisa menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan pemberdayaan masyarakat. Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat adalah dalam pengembangan desa wisata budaya. Wilayah Cirebon memiliki satu desa yang bisa menjadi rujukan dalam kaitannya dengan upaya pengembangan potensi masyarakat, desa itu bernama Desa Sitiwinangun yang memiliki kearifan lokal berupa kerajinan gerabah Sitiwinangun dan pengembangannya dalam bentuk desa wisata.

(4)

Tinjauan Pustaka

Definisi Kearifan Lokal

Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowladge) atau kecerdasan setempat (local genius). Kearifan lokal adalah sikap, pandangan dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya yang memberikan kepada komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah jawaban kreatif terhadap situasi geografis-politis, historis, dan situasional yang bersifat lokal (Permana, 2010. 1)

Secara jelas kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. (Sartini: 2004 hal 111) bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat antara lain berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan khusus.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pariwisata

Keselarasan hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam secara lebih arif yang dalam hal ini adalah budaya tidak hanya menyangkut kearifan lokal ekologis, tetapi juga menyangkut kearifan sosial, politik, budaya dan ekonomi.

Keterlibatan masyarakat dapat melahirkan hubungan yang sinergis antara masyarakat di satu sisi dan dunia pariwisata di sisi yang lain. Pola hubungan simbiosis ini akan mampu membawa kejayaan dunia pariwisata dan masyarakat sekaligus. Keduanya merupakan tujuan strategis yang harus mendapatkan perhatian yang serius. Konsep untuk membangun keseimbangan relasi tersebut secara sederhana bisa disebut sebagai pariwisata berbasis masyarakat, yaitu pariwisata yang menuntut keterlibatan masyarakat secara langsung dan sengaja didesain untuk memberikan dampak pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraannya.

(5)

kekayaan sumber daya lokal, bakat, minat dan keahlian beserta penaksiran keuntungan-keuntungan alam dari lokalitas tertentu dan kemudian memutuskan apa jenis industri baru yang mungkin berhasil. (Ife dan Tasoeriero, 2014: 425-428).

Bentuk pengembangan ekonomi masyarakat ini telah berhasil, terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan. Inisiatif-inisiatif tersebut masih menyandarkan pada sistem ekonomi mainstream, yang merupakan bagian dari problem, bukan bagian dari solusi. Pengembangan ekonomi berbasis masyarakat dan kearifan lokal sebagai modal utama yang mereka miliki harus kuat agar tidak diambil alih oleh kompetitor lain atau dikuasi oleh pemain yang lebih kuat.

Keberhasilan pengembangan usaha industri pariwisata masyarakat harus memiliki identitas lokal yang jelas, sebagai contoh keuntungan industri dan fitur-fitur lokal yang unik. Proyek-proyek tersebut mungkin masih berbasis masyarakat yang lebih murni daripada pendirian usaha yang mungkin ada dilain tempat. Hal itu seperti yang terjadi di desa wisata kerajinan gerabah Sitiwinangun.

Tradisi dari budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa bermasyarakat dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka. Oleh karenanya pengembangan masyarakat akan berupaya mengidentifikasi elemen-elemen penting dari budaya lokal dan melestarikannya. Tradisi ini meliputi sejarah lokal dan peninggalan berharga (heritage), kerajinan yang berbasis lokal, makanan lokal, atau produk-produk lainnya seperti festival atau panen raya. Inisiatif harus muncul dari masyarakat itu sendiri, dan cara yang digunakan sangat bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya, menurut kondisi lokal, budaya, ekonomi dan sebagianya. Masyarakat perlu mengidentifikasi komponen apa saja yang unik dan signifikan dari warisan budaya lokalnya serta untuk menentukan komponen mana yang ingin dipertahankan. Rencana yang paling efektif adalah dengan melibatkan banyak anggota masyarakat, perpaduan tradisi budaya dalam kehidupan masyarakat yang mainstream bukan memisahkan tradisi yang ada.

(6)

yang harus dijaga tetapi juga harus melibatkan sosial dan ekonomi dan mempertahankan serta mengembangkan budaya dan kearifan lokal setempat (Misnawati, 2013: 247).

Metodologi

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data berupa observasi dan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan kepada empat elemen besar yaitu pengrajian yang diwakili oleh bapak Kadmiya, Perangkat desa Sitiwinangun diwakili oleh Kuwu Bapak Ratidja, Pemerintah Daerah (Bappeda) dan pihak Stakeholder dari Forum Bisnis Cirebon yaitu PRA Arief Natadiningrat.

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam peneitian ini, sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Sutopo (2002) adalah upaya berlanjut, berulang dan terus menerus. Penulis menggunakan model analisis data interaktif, yaitu data yang terkumpul dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan kemudian menarik kesimpulan. Selain itu dilakukan pula suatu proses siklus antara tahap-tahap tersebut. Sehingga data terkumpul berhubungan dengan lainnya secara sistematika.

Pembahasan

Kearifan Lokal Dalam Pengembangan Kerajinan Gerabah Sitiwinangun Cirebon

Desa Sitiwinangun secara administratif terletelak di Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Berjarak kurang lebih 13 kilometer dari ibukota kabupaten dan 20 kilometer dari Kota Madya Cirebon dan Keraton Kasepuhan Cirebon. Desa ini memiliki letak yang sangat strategis karena berada daerah transit nasional antara Jawa Barat dan Jawa dibagian tengah dan timur. Berada di sisi jalan nasional yang menghubungkan Daerah Jakarta dan Bandung menuju kota besar Semarang, Yogyakarta dan Surabaya.

(7)

Pada tahun 1222 di daerah Kebagusan (Sitiwinangun) sudah ada pedukuhan Kebagusan dengan masyarakat yang sudah bisa membuat gerabah. Gerabah mereka hampir mirip dengan gerabah yang berada dikerajaan Majapahit. Ketika datang para pendakwah dari Arab yang mengajarkan agama Islam yaitu Syekh Abdurahman dari Bagdhad yang kemudian lebih dikenal dengan nama Pangeran Panjunan karena ahli dibidang gerabah (anjun). Beliau berdakwah di daerah Kebagusan sambil memberikan pelatihan agar membuat gerabah yang lebih baik.

Salah satu keturunan Pangeran Panjunan adalah Pangeran Jagabaya yang terus berdakwah dan mengajarkan kealian gerabah itu. Hingga saat ini, para pengrajian yang ingin membuat gerabah haruslah berpuasa lalu mengelilingi makam Ki Jagabayan sambil mengangkat batu dan membaca sholawat. Jika pengrajin ingin membuat gerabah kecil maka membawa batu kecil dan jika ingin membuat gerabah ukuran besar maka membawa batu besar. Namun saat ini, tradisi meminta izin dan mengelilingi makam mulai pudar, masih ada yang melakukan namun banyak yang meninggalkan.

Usaha kerajinan gerabah merupakan usaha yang sudah sejak lama ditekuni masyarakat Desa Sitiwinangun. Secara kultural Cirebon diapit oleh dua arus budaya besar yaitu Jawa dan Sunda. Dua budaya ini begitu dominan membentuk tradisi masyarakat Cirebon. Disamping itu Cirebon juga mendapat sentuhan budaya religi Islam, Cina, India dan Arab. Usaha kecil seperti kerajinan gerabah memiliki peranan penting bagi ekonomi masyarakat Desa Sitiwinangun. Usaha ini mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1960 ditandai dengan gerabah dijadikan maskawin untuk pernikahan, sehingga pemesanan gerabah meningkat. (Susmawati, 2016:42)

Gerabah Sitiwinagun selain bernilai sejarah, beraneka motif budaya dan corak ke-Cirebon-an juga memiliki kualitas terbaik, kuat, tahan cuaca panas dan hujan. Namun pada masa tahun 1980 ketika datangnya alat rumah tangga dari porselain dan plastik, menggeser peran gerabah sebagai penyedia alat kebutuhan rumah tangga, mereka mengalami kemunduran. Disamping itu, tidak adanya kemauan untuk berinovasi dan keterlalu fokus pada pakem membuat alat rumah tangga sehingga keberadaan gerabah Sitiwinangun mulai tenggelam bahkan mati suri.

(8)

dan forum bisnis Cirebon berupaya menghidupkan kembali kerajinan gerabah ini. Terlebih ikatan antara Keraton Kasepuhan Cirebon dan Desa Sitiwinangun sudah terjadi dari awal-awal kerajaan ini berdiri. Gerabah Sitiwinangun mensuplai semua kebutuhan peralatan rumah tangga keraton.

Gambar 2. Beberapa produk hasil kerajinan gerabah (dokumentasi pribadi)

Dalam perkembangannya produk gerabah Sitiwinangun kini lebih mengalami pergeseran fungsi dari gerabah yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga menjadi gerabah sebagai barang yang memiliki nilai seni dan hiasan rumah. Semakin tinggi nilai seni yang terkandung dalam barang tersebut maka semakin mahal harga yang ditawarkan. Pergeseran fungsi ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan keutuhan manusia yang semain kompleks dan keinginan manusia untuk hidup yang lebih praktis. Sehingga dengan demikian, pengerajian gerabah terutama di desa Sitiwinangun dituntut untuk memiliki inovasi dalam produk gerabah mereka.

Kini produk gerabah Sitiwinangun lebih variatif dengan membuat gerabah untuk keindahan interior untuk rumah, perlengkapan masjid seperti memolo masjid, wedasan (tempat air wudhu), tempayan dan ampar dengan sentuhan motif khas dari gerabah Sitiwiangun itu sendiri. Motif khas mereka adalah mega mendung, daun kangkung dan burung poenix. Motif itu sendiri dipengaruhi oleh tiga budaya Islam, Cina dan Hindu.

(9)

konsep desa wisata ini belum resmi sesuai dengan ketentuan dan kriteria desa wisata yang sebenarnya. Pihak pemerintah daerah belum secara resmi dan mencanangkan pembentukan desa wisata tersebut. Bahkan dalam program kerja lima tahun bupati menjabat saat ini tidak ada upaya pencanangan desa wisata. Namun Pemerintah baru meresmikan Desa Budaya yaitu desa Gegesik dan Desa Trusmi (Chamidah, 2016: 619-632)

Suharto (2006: 59) pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, terutama individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memahami kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, maupun mempunyai aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

Upaya masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesejahteraannya merupakan manifestasi dan implementasi dari pengetahuan lokal yang selalu berkembang melalui proses bekerja sambil belajar. Oleh karena itu, pengetahuan dan kearifan lokal bukan faktor statis dan stagnan, melainkan selalu berkembang baik secara kumulatif maupun verifikatif. Kumulatif artinya pengetahuan masarakat semakin luas dan semakin banyak sejalan dengan pengalaman yang bertambah, sedangkan verifikatif, melalui pengalamn dan pengetahuan masyarakat dapat belajar dari kekurangan dan kelemahannya. Hal ini kemudian menjadi umpan balik untuk melakukan perbaikan (Soetomo, 2012:123).

(10)

Analisis Elemen dan Peran Para Stakeholder

Elemen Pengrajin Pemerintah Desa PemerintahDaerah

Stakeholder (forum bisnis

Cirebon) Analisis

Bahan Baku - Menggunakan tanah liat yang berasal dari campuran, sehingga lahan pertanian tetap terpeliharan dan dalam perolehan modalnya tersebut melalui rentenir sehingga bisa merugikan pengrajin karena utang atau pijeman akan dikembalikan lebih besar bungannya dari pinjaman lainnya. pelatihan dan pendampingan dalam hal pencarian modal yang aman dan pemakaian modal dalam menjalankan usaha gerabahnya. Apalgi dengan adanya bantuan CSR itu akan lebih dapat dipertanggungjawabkan

(11)

dihari biasa merek teumurun dalam menjalankan profesi ini.Sehingga perlu dibantu

Hal ini bisa dilakukan oleh pihak stakeholder lain.

Inovasi

Produk - Memfokuskan padabarang bernilai seni seperti memolo Perubahan dibutuhkan namun tetap mempertahankan kekhasan dari kerajinan gerabah ini. perlu adanya penambahan kualitas dan kecermatan atau kehalusan sebuah gerabah dengan penambahan motif yang detil.

Dalam Pengembangan Kerajinan Gerabah Desa Sitiwinangun

(12)

Namun pada kenyataannya dalam pengembangan desa wisata kerajianan gerabah Sitiwinangun, peran yang paling sentral adalah masyarakat. Selama ini pemerintah daerah belum secara serius memiliki konsep yang jelas dalam mengembangkan desa wisata kerajinan gerabah Sitiwinangun. Sehingga masyarakat desa mengalami kesulitan dalam melakukan pengembangan produk dan upaya pemberdayaan masyarakat lainnya. Pada ujungnya masyarakat dapat mengalami kebingungan dan berhenti dalam berkembang jika tidak ada peranan dari luar. Padalah dalam konsep pemberdayaan masyarakat yang penting adalah bagaimana mendudukkan masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang aktif, bukan penerima pasif, konsep gerakan pemberdayaaan masyarakat dalam pembangunan, mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat dengan strategi pokok pemberian kekuatan kepada masyarakat. Beberapa dinas terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (disperindag) dan Dinas Pariwisata sudah melakukan bantuan hanya saja hal ini dilakukan masing-masing tanpa ada kordinasi dalam bentuk grand desain pembangunan pariwisata. Ego sektoral serta ketiadaan perencanaan di Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Cirebon yang belum memasukan pariwisata Sitiwinangun dalam agenda mereka.

(13)

Pemerintah daerah harusnya dapat memainkan peran penting, terutama melakukan koordinasi terhadap semua potensi wilayahnya dan sumber-sumber daya yang mendukung pengembangan potensi pariwisata dan industri kreatif. Harapannya adalah agar sektor pariwisata menjadi katalisator bagi pembangunan daerah dapat terwujud secara nyata serta dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah tersebut.

Untuk berkembang dan berinovasi lebih jauh maka masyarakat membutuhkan dukungan baik itu peningkatan kualitas sumber daya manusia, modal, infrastruktur dan juga perluasan jaringan. Tentu saja hal itu hanya dapat dilakukan oleh pemerintah daerah selaku kuasa pengguna anggaran dan juga kepanjangan tangan dari pemerintah pusat dalam rangka pengembangan potensi daerah terutama dari sektor pariwisata dan industri kreatif.

Kesimpulan

Seni kerajinan gerabah Sitiwinangun menjadi salah satu upaya pemberdayaan masyarakat dalam bentuk desa wisata. Ide dan gagasan yang berasal dari dalam masyarakat perlu dikuatkan denga dukungan dari luar seperti stakeholder dan pemerintah daerah. Perlu adanya fasilitator dalam merencanakan desa wisata ini. setiap masyarakat diharapkan bisa berpartisipasi aktif.

Permasalahan yang terjadi pada semua aspek, bisa menjadi sebuah pembelajaran kearah yang lebih baik. Permasalahan yang meliputi ketersedian bahan baku, modal, sumber daya manusia,pemasaran dan inovasi perlu dibahas bersama dengan seluruh elemen. Karena itulah diperlukan kerjasama yang erat antara masyarakat, pemerintah dan juga pihak-pihak lain dalam pengembangan potensi kerajinan gerabah di Desa Sitiwinangun agar mampu memberikan peningkatan terhadap pemberdayaan masyarakat setempat.

Pemerintah daerah melalui SKPD terkait dapat menyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA) yang dengan itu diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengembangan dan perencanaan pemasaran strategis bagi daerah tersebut untuk menjadi daerah tujuan wisata andalan.

Saran

(14)

pariwisata dapat ditanggapi oleh pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Cirebon.

2. Dalam rangka menunjang pemberdayaan masyarakat pengrajin gerabah di Desa Sitiwinangun, hendaknya pemerintah daerah menyusun kebijakan khusus sektor industri kreatif dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Cirebon. 3. Memperluas akses pasar untuk lebih mengenalkan produk dari industri kreatif gerabah

sehingga kendala yang dihadapi oleh pengerajin ataupun pemerintah mampu teratasi dengan baik.

4. Memperbanyak program sosialisasi dan pameran-pameran yang berskala nasional maupun internasional. Agar produk gerabah Sitiwinangun dapat menembus pasar nasional dan juga internasional.

Daftar Pustaka

Chamidah, Nurul (2014) Strategi Komunikasi Pariwisata dalam City Branding Cirebon ; The Gate Of Secret. Prosiding dan dipaparkan dalam konferensi Internasional ICBESS, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Bali

Chamidah, Nurul dan Ahmad Sujai, Luthfan (2016) Communication Strategy to develop Tourism Potential In Cirebon City Heritage. Prosiding dan artikel dipresentasikan pada international conference on media, communications, and Sociology Atmajaya University of Yogyakarta. Yogyakarta

Chamidah, Nurul dan Resti Titis dkk (2016) Komunikasi Pariwsata dalam Menggagas Tiga Desa Wisata UMKM di Cirebon dalam Prosiding Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Strategi Pemberayaan Masyarakat di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.

Ife, Jim dan Frank Tesorieo (2012) Community Development. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Misnawati,Desi (2013) Menggagas Pariwisata Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal di Ogan Komering Ulu. Prosiding Marketing Communication Pariwisata dan Korporasi di Indonesia. Puskombis. Bali.

Permana, Cecep Eko(2010) Kearifan lokal Masyarakat Badui dalam Mitigasi Bencana, Wedatama Widiya Sastra, Yogyakarta.

(15)

Sartini (2004) Menggali Kearifan Lokal Dalam Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Susmawati,Endang (2016) Peran Pemerintah Desa Terhadap Pemberdayaan Usaha Kerajinan Gerabah. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam

Soetomo (2012) Keswadayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar.Yogyakarta

Sutopo (2002)Metodologi Penelitian Kualitatif, UNS press, Surakarta

Suharto, Edi. (2006) Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama.

Gambar

Gambar 1. Peta Cirebon di Pulau Jawa (sumber Internet)
Gambar 2. Beberapa produk hasil kerajinan gerabah (dokumentasi pribadi)

Referensi

Dokumen terkait

sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Hasil penelitian tentang upaya pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal di sekolah dalam adalah sebagai berikut:1. Upaya

Kabupaten Klaten yang memiliki banyak potensi lokal, seyogyanya dalam upaya pengembangannya dilakukan secara berkelanjutan melalui strategi pemberdayaan masyarakat sebagai

Gambar di atas menjadi penjelasan atau gambaran bahwa desa wisata pertanian yang merupakan salah satu bentuk pemberdayaan msyarakat berbasis potensi lokal,

Luaran dari program ini adalah terciptanya Masyarakat Desa Wecudai Sebagai Desa Rintisan Wisata Budaya Melalui Pembinaan Sastra Berbasis Kearifan Lokal dengan empat

Penelitian ini berjudul “Revitalisasi Pasar Papringan Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pasar Papringan, Desa

Sedangkan statis dimaksudkan selalu dapat dijadikan sebagai pedoman tingkah laku sehingga menjadi tradisi.oleh karena itu kearifan lokal yang menjadi inti dari tradisi suatu

ikatan sosial sesuai kearifan lokal; Adanya potensi partisipasi dan keswadayaan masyarakat Memiliki potensi ekonomi yang mungkin untuk dikembangkan oleh masyarakat miskin..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat memiliki tingkat kearifan lokal yang tinggi, Masyarakat Desa Sehe Lusur memiliki tingkat kearifan lokal yang berbeda-beda