Pembebasan Perempuan di Dalam Kajian Islam
Begitu banyak kasus kekerasan apalagi melibatkan kekerasan terhadap perempuan, kelompok minoritas dan etnis. Kelompok atau individu yang mengalami kekerasan biasanya hidup dalam ketakutan yang sewaktu-waktu menyadari bahwa kehidupan mereka bisa dirusak, dipermalukan bahkan dihancurkan. Kekerasan berawal dari ketidakadilan yang terjadi secara sistemik dalam kultur masyarakat. Beberapa kelompok mendominasi serta melakukan interpretasi terhadap keputusan-keputusan dalam masyarakat sehingga meredupkan kebebasan berpendapat bagi masing-masing individu. Dalam tatanan sosial-patriarkal, perempuan tidak mempunyai kekuasaan dan kemampuan dalam membuat keputusan. Kehidupan perempuan semasa kecil akan sangat bergantung pada Ayahnya sementara ketika dewasa akan bergantung pada suaminya. Dominasi patriarki dalam masyarakat memaksa para perempuan hidup dalam ketidakadilan gender dan Islam seringkali dituduh melakukan diskriminasi terhadap hak-hak perempuan. Sebuah tuduhan terhadap Islam yang terkesan berlebihan tanpa mempertimbangkan relevansi ajaran Islam dalam konteks dimana dan kapan ajaran tersebut diterapkan.
bagi perempuan Arab, namun juga bagi perempuan-perempuan di seluruh
“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur dan pukul lah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Perlu diperhatikan bahwa ajaran-ajaran di dalam Al-Qur’an memiliki relevansi dengan zaman sekarang karena Al-Qur’an bersifat normatif sekaligus pragmatis. Sehingga ajaran-ajaran tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks zaman ketika diturunkannya ayat-ayat Al-Qur’an. Pada saat ayat ini turun, kebebasan perempuan sangat dibatasi, sehingga laki-laki lah yang menghidupi mereka. Namun seiring dengan perkembangan zaman, dengan perubahan struktur sosial dimana perempuan menghidupi keluarganya dan menjadi teman kerja laki-laki maka perempuan mendapat banyak hak yang sebelumnya tidak pernah mereka bayangkan. Selain itu, Nabi menetapkan bahwa perempuan adalah seorang entitas hukum menurut haknya. Ia dapat menikah atau bercerai dengan bebas; ia dapat mewarisi dan berhak memiliki barang; ia dapat menjaga dan memelihara anak-anaknya. Sehingga sangatlah jelas jika Islam memberikan hak yang sama bagi perempuan seperti pada dua ayat berikut ini :