• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS

OLEH:

DOLI RAMADHAN

NIM:0705163027

DOSEN PENGAMPU: Dr. JA’FAR, M.A

FISIKA-1

Fakultas Sains dan Teknologi

(2)

PENDAHULUAN

Dalam sejarah Islam, banyak kaum sufi yang memiliki ilmu pengetahuan yang sangat tinggi karena merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya yang senantiasa berzikir dan mengingat-Nya. Bahkan ilmu yang dikuasai para sufi tidak hanya di bidang keislaman saja, namun ilmu pengetahuan sains dan filsafat dapat mereka kuasai juga. Melalui pembahasan ini kita akan mengetahui bermanfaatnya metode ‘irfani yang berpengaruh kepada metode

(3)

PEMBAHASAN

Integrasi dalam sejarah Islam

Dalam sejarah intelektual Islam klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan dikembangkan dengan canggih. Center for Islamic Philosophical Studies and Information (CIPSI) pernah menyebut 261 ilmuwan, teolog, dan saintis Muslim yang menguasai banyak bidang, baik ilmu-ilmu kewahyuan maupun ilmu-ilmu rasional dan empirik. Dalam sejarah Islam, ditemukan seorang ahli astronomi, ahli biologi, ahli matematika, dan ahli arsitektur yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keislaman seperti tauhid, fikih, tafsir, hadis, dan tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai saintis dalam bidang ilmu-ilmu kealaman, para pemikir Muslim klasik menempuh pola hidup sufistik, dan kajian-kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan religius dan spiritual.

(4)

tidak lebih dari sekedar profesi dan minat mereka untuk menguasai dan mengembangkannya atas dasar perintah agama.

Selain dari mazhab Peripatetik, sejarah Islam menyebutkan keberadaan para filsuf dari mazhab Isyraqiyah dan mazhab Hikmah al-Muta’aliyah yang sukses mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan ilmu-ilmu kewahyuan. Di antara mereka adalah Suhrawardi (w.1191) yang dikenal ahli filsafat, tasawuf, Zoroastrianisme, dan Platonisme. Nashr al-Din al-Thusi (w.1274) merupakan pakar dalam bidang astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, fisika, teologi, tasawuf, dan hukum Islam. Quthb al-Din al-Syirazi (w.1311) cukup dikenal sebagai ahli dalam bidang astronomi, matematika, kedokteran, fisika, musik, filsafat, dan tasawuf. Mulla Shadra (w.1640) adalah seorang pakar teologi, hukum Islam, tafsir dan hadis, selain menguasai filsafat dan tasawuf. Baha’ al-Din Amili (w.1621) merupakan seorang fakih, ahli hadis, filsuf, matematikawan, dan arsitek. Banyak ilmuwan Muslim terdahulu yang kehidupan mereka sangan religius dan sufistik, tetapi mereka menguasai filsafat dengan segala cabangnya seperti metafisika, matematika, fisika, astronomi, biologi, kedokteran, dan teknologi arsitektur.

Meskipun mereka seorang filsuf dan saintis, perilaku hidup mereka merupakan realisasi terhadap teori mereka mengenai filsafat dan sufisme. Dapat disimpulkan bahwa mereka sukses mengintegrasikan antara dua jenis ilmu tersebut, dan mengintegrasikan keduanya dengan keyakinan dan perilaku hidup mereka sehari-hari.

Integrasi dalam Ranah Ontologi

Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa Latin disebut ontologia, sehingga ontologi bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi dapat dimaknai sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu. Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan. Suriasumantri menyimpulkan bahwa ontologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang hakikat dari objek telaah ilmu dan hubungan objek ilmu dengan manusia sebagai pencari ilmu. Dengan demikian, ontologi adalah ilmu tentang teori keberadaan, dan istilah ontologi ditujukan kepada pembahasan tentang objek kajian ilmu.

Dilihat dari karya-karya Ibn ‘Arabi, Suhrawardi, dan Mulla Shadra. Dapat dilihat titik singgung antara tasawuf (falsafi) dengan sains, sebab tasawuf bukan hanya membahas tentang bagaimana mendekatkan diri kepada Allah Swt. atau hakikat wujud-Nya, tetapi juga memberikan perspektif tasawuf mengenai hakikat alam dan manusia, sebagaimana sains juga hendak mengkaji dan menelaah fenomena-fenomena alam, terutama berbagai persoalan tentang mineral, tumbuhan, hewan, dan manusia.

Berbeda dari saintis Barat sekuler, para filsuf Muslim dan sufi berpendapat bahwa ada hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut Ibn ‘Arabi (w.1240), alam diciptakan Allah Swt. melalui proses tajalli (penampakan diri)-Nya pada alam empiris yang majemuk. Tajalli Allah Swt. mengambil dua bentuk:

(5)

Allah Swt., penampakan dari nama dan sifat-Nya, sedangkan manusia yang telah mencapai kedudukan insan al-kamil merupakan wadah tajalli-Nya, selain berkedudukan sebagai khalifah-Nya dan wali tertinggi (quthb). Teori Ibn ‘Arabi tentang alam didasari oleh doktrinnya tentang kesatuan wujud (wahdat al-wujud) dan tajalli. Ibn Sina dari mazhab Masysya’iyah, Suhrawardi yang mendirikan mazhab Isyraqi, dan Mulla Shadra dari mazhab Hikmah al-Muta’aliyah memberikan penjelasan bahwa alam material tidak mandiri, melainkan disebabkan oleh wujud Allah Swt, dan selalu berada dalam pengawasan dan pengaturan-Nya. Ibn Sina, Suhrawardi dan Mulla Shadra menegaskan bahwa seluruh elemen dunia material (mineral, tumbuhan, hewan, dan manusia) adalah akibat dari dunia spiritual memilliki jiwa (al-nafs) masing-masing. Dari perspektif Ibn ‘Arabi, alam merupakan manifestasi sifat-sifat Allah Swt. dan cermin bagi-Nya. Saintis Muslim sebagai peneliti alam empirik (terutama dunia mineral, tumbuhan, binatang, dan manusia) harus menyadari bahwa alam merupakan ciptaan dan manifestasi Allah Swt; dan ajaran Islam mengajarkan bahwa alam merupakan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan-Nya, sehingga penelitian terhadap alam diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh keimanan terhadap-Nya, bukan menjauhkan manusia dari-Nya sebagaimana ditemukan dalam banyak teori ilmuwan-ilmuwan Barat-sekular.

Integrasi dalam ranah Epistemologi

Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang bermakna pengetahuan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplanasi, sehingga epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahui. Runes menjelaskan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang menelusuri asal (sumber), struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Suria sumantri menyimpulkan bahwa epistemologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang proses dan prosedur menggali ilmu, ,metode untuk meraih ilmu yang benar, makna dan kriteria kebenaran, serta sarana yang digunakan untuk mendapatkan ilmu. Dengan demikian, epistemologi adalah ilmu tentang tata cara mendapatkan ilmu.

Kajian-kajian ilmu-ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksperimen yang disebut dalam epistemologi Islam sebagai metode tafribi, sedngkn kajin tasawuf mengandalkan metode ‘irfani yang biasa disebut metode

tazkiyah al-nafs. Meskipun ada perbedaan metode, tetapi kedua metode bisa melengkapi dan mendukung satu sama lain. Sebagian sufi memanfaatkan metode

‘irfani untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai dunia metafisik dan dunia fisik (mineral, tumbuhan, hewan, dan manusia). Dari pengalaman spiritual Ibn ‘Arabi bisa dilihat manfaat metode ‘irfani dalam kajian ilmu-ilmu intelektual dan ilmu-ilmu empirik. Dalam kitabnya, Risalah al-Anwar fi ma Yumnah Shahib

(6)

dunia manusia, bahkan 23 jenis dunia gaib, dan ia sendiri memperoleh banyak sekali pengetahuan tentang berbagai dunia tersebut. Menurut informasi, Ibn Sina akan melakukan solat di masjid jika menemukan persoalan-persoalan rumit dalam filsafat dan sains. Dengan demikian, sufi seperti Ibn ‘Arabi dan filsuf seperti Ibn Sina memanfaatkan praktik-praktik ibadah yang kerap dilakukan oleh kaum sufi seperti zikir dan salat untuk mendapatkan ilmu mengenai banyak hal, terutama pemahaman terhadap dunia fisik dan non-fisik. Dari aspek ini, saintis Muslim, meskipun lebih banyak mengedepankan metode tajribi (observasi dan eksperimen) dalam mengembangkan ilmu-ilmu alam, tetap perlu mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu dan kebenaran, dimana kaum sufi mengutamakan metode tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) dengan melaksakan berbagai ritual ibadah (al-ibadah) termasuk zikir, serta melakukan praktik

(7)

KESIMPULAN

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ja’far. 2016.“Gerbang Tasawuf: Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan yang dapat diperoleh dari analisa peranan media interaktif ini adalah sebuah media interaktif yang sifatnya menawarkan jasa pelayanan bisnis kuliner diperlukan

Modul Sistem Ekskresi pada Manusia ini terdiri dari tiga materi pokok yaitu struktur dan fungsi organ ekskresi pada manusia, mekanisme pembentukan urin serta gangguan dan

Dengan melihat grafik laju pertumbuhan diatas dapat diketahui bahwa pada umur 2 tahun dan 3 tahun merupakan masa muda dari tanaman sengon dimana pertumbuhan optimum terjadi.. Pada

Ant-based document clustering is a cluster method of measuring text documents similarity based on the shortest path between nodes (trial phase) and determines the optimal clusters

Berbantuan Media Visual Animasi Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa. Kelas V SD Gugus II Tampaksiring Gianyar e-Journal

pemrosesan, informasi pada lembar data keamanan ini tidak diperlukan untuk material yang baru dibuat.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner dan wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan data mengenai pengaruh kualitas layanan, keragaman produk dan

Ada hubungan yang bermakna pada laki- laki penderita DM yang memiliki status merokok dan tingkat aktivitas fisik tidak sesuai anjuran WHO ( World Health Organization )