• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor Telp.Fax : (0251) 8327768

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor Telp.Fax : (0251) 8327768"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Publikasi KhususVol. - No. -

-,-Penyusun :

Eliya Suita

Penyusun :

Eliya Suita

ISBN 000-000-000-0-0

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor

Telp./Fax : (0251) 8327768

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor

Telp./Fax : (0251) 83227768

KESAMBI

(

Schleicera oleosa

MERR.)

(

Schleicera oleosa

KESAMBI

MERR.)

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan

(2)

Publikasi Khusus

ISBN : 978-979-3539-25-6

SERI

Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

KESAMBI

(

Schleichera oleosa

MERR.

)

Penyusun :

Eliya Suita

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN

TANAMAN HUTAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN

2012

(3)

KESAMBI

(

Schleichera oleosa

MERR.

)

Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan :

Kesambi (Scheichera oleosa MERR.)

Penyusun :

Eliya Suita

Penanggung Jawab:

Ir. Suhariyanto, M.M.

Koordinator :

Andreas Terapi, S.Hut.

Desain dan Tata Letak :

Ida Saidah, S.Kom.

ISBN : 978-979-3539-25-6

Dipublikasikan :

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001

(4)

i

KATA PENGANTAR

Tanaman Kesambi (Schleicera Oleosa MERR.) termasuk salah satu tumbuhan hutan yang mudah beradaptasi, mempunyai manfaat yang serbaguna (multi purpose) serta bernilai ekonomis dan sangat potensial untuk dikembangkan. Buah pohon kesambi digemari dan

dapat dimakan oleh manusia, binatang dan burung. Beberapa hasil penelitian menunjukkan

bahwa bungkil/kulit biji kesambi sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman

jagung. Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon kesambi tersebut, maka

pohon kesambi mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya.

Upaya penanaman jenis ini perlu didukung dengan ketersediaan benih yang

berkualitas dan dalam jumlah yang cukup serta penguasaan teknologi perbenihan yang tepat.

Sehubungan dengan hal tersebut Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

merasa perlu untuk menerbitkan informasi teknik perbenihan tanaman kesambi dalam bentuk

Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.

Buku ini disusun secara ringkas namun cukup mengandung informasi yang

dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan penanaman kesambi mulai dari informasi

penyebaran dan tempat tumbuh, serta penanganan benih.

Semoga bermanfaat.

Kepala Balai,

Ir.Suhariyanto, M.M

(5)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

II. II. PENGENALAN JENIS... 2

III. TEKNOLOGI PERBENIHAN... 5

(6)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pohon Kesambi………... 2

Gambar 2. Ekstraksi benih Kesambi…... 6

Gambar 3. Oven...…………... 7

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6a.

Gambar 6b.

Gambar 7a

Gambar 7b

Meja kemurnian..………...

Timbangan Analitik...

Benih mulai berkecambah...

Benih mulai berkecambah...

Bibit siap sapih...

Penyapihan... 8

9

11

11

12

(7)

1

Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Kesambi (Schleicera oleosa MERR.)

Penyusun : Eliya Suita

I. PENDAHULUAN

Kesambi termasuk salah satu tumbuhan hutan yang mudah beradaptasi,

mempunyai manfaat yang serbaguna (multi purpose) serta bernilai ekonomis dan sangat potensial untuk dikembangkan. Buah pohon kesambi digemari dan dapat dimakan oleh

manusia, binatang dan burung. Oleh karena itu pohon kesambi dapat menjadi alternatif

tanaman unggulan di dalam dan di luar kawasan hutan (Bachli, 2007).

Kesambi termasuk tanaman yang mempunyai sifat toleran terhadap tumbuhan /

tanaman lainnya. Dalam pengembangan tanaman jati, kesambi merupakan pasangan

yang paling ideal. Bahkan dalam berbagai literatur dikemukakan bahwa pada umumnya

dimana ada pertumbuhan jati secara alami / liar disitu terdapat kesambi yang dapat

tumbuh dengan baik. Selain toleran terhadap sesama pepohonan, kesambi juga

dapat/mampu berasosiasi dengan tanaman hortikultura, seperti jagung dan

kacang-kacangan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil/kulit biji kesambi

sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman jagung. Dengan demikian

pemanfaatan ruang tumbuh sekitar tanaman kesambi dapat digunakan untuk tanaman

pangan dan obat-obatan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Bachli, 2007).

Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon kesambi tersebut, maka

pohon kesambi mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya.

Kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan

dapat ditanami kesambi. Kesambi termasuk jenis mudah tumbuh, tahan kekeringan dan

bahkan tahan terhadap panas api, tajuknya rindang dan mampu bertunas sepanjang

tahun. Manfaat dan kegunaan pohon ini dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat

dan sumber pandapatan bagi suatu daerah. Selain itu usaha tani lainnya dapat

dikembangkan bersama kesambi dan manfaat utama dari kesambi yang tidak dapat kita

peroleh dari tanaman lainnya adalah sebagai tempat memelihara dan

mengembangkan/menularkan (inang) kutu lak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di

(8)

2 Kutu lak adalah kutu penghasil lak. Lak berguna antara lain sebagai bahan isolasi listrik,

piringan hitam, tinta cetak, ampelas, semir, kapsul obat, pelitur dan cat serta berbagai

manfaat lainnya (Bachli, 2007).

II. PENGENALAN JENIS

1. TempatTumbuh

Pohon kesambi tumbuh alami di lembah Himalaya, Sri Langka, dan Indonesia.

Di Indonesia kesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku,

Pulau Seram dan Pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan,

Probolinggo, Pasuruan dan Besuki. Jenis ini sering digunakan sebagai tanarnan pengisi

pada tanaman jati, karena jenis ini memiliki perakaran yang dalam dan selalu tumbuh

hijau sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok sekaligus berfungsi

sebagai sekat bakar. (Heyne, 1987).

Gambar 1. Pohon kesambi

Kesambi ditemukan tumbuh di daratan rendah yang beriklim kering sampai

ketinggian 600 m dpl, biasanya ditanam pada daerah pantai sampai ketinggian 250 m

dpl. Di Jawa sendiri kesambi ditemukan pada ketinggian rendah, namun dapat juga

ditemukan pada ketinggian hingga (900–1200) m. Kesambi membutuhkan curah hujan

tahunan 750 – 2500 mm. Tumbuhan ini mampu hidup pada suhu maksimum 35–

47.5oC dan suhu minimum 2.5oC. Kesambi tumbuh pada tanah kering, hingga terkadang pada tanah yang berawa. Kondisi tanah kadang berbatu, kerikil, dan liat,

(9)

3 hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat

ditanami kesambi (Iwasa, 1997 dalam Agussalim, 2012).

2. Nama Daerah

Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) adalah nama sejenis pohon daerah

kering, berkerabat dengan jenis rambutan yang berasal dari suku Sapindaceae. Beberapa

nama daerah lainnya adalah : kasambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi (Jw., Bal.);

Kulitnya halus, berwarna abu-abu. Batangnya silindris, berkerut, dan tipis, berbulu

pendek berwarna kuning kemerahan ketika muda dengan kelenjar tertentu, hitam,

kemudian coklat kekuningan seperti abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir

seringkali seperti ujung anak daun. Bentuk daunnya lanset, berseling, panjang 11-25

cm, lebar 2-6 cm, tepi rata, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai bulat, panjang +

1 cm dan berwarna hijau. Bunga terletak pada bagian cabang yang tidak berdaun,

kadang-kadang terletak diketiak daun, warna kuning pucat hingga hijau pucat. Bunga

kesambi adalah bunga majemuk, berbentuk tandan, di ketiak daun atau ujung batangan,

kelopak 4-6 lembar, bersatu di pangkal, berduri, hijau dan warna mahkotanya putih.

Buah dan biji berbentuk bulat dengan diameter biji 6-10 cm, buah terdiri atas 1 - 2 biji,

biji dikelilingi oleh kulit berwarna cokelat kehitaman. Termasuk akar tunggang dan

berwarna cokelat muda. (Heyne, 1987)

4. Manfaat

Kayu kesambi mempunyai struktur padat, rapat, kusut sangat keras dan lebih

berat dari kayu besi. Karena itu apabila dapat mencapai umur yang lebih matang,

(10)

4 berurat. Oleh karena itu dahulu lebih banyak digunakan sebagai bahan pembuatan

jangkar untuk perahu kecil. Bahkan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, kayu

kesambi merupakan bahan dasar untuk membuat perahu. Kesambi sebagai sumber kayu

bakar potensial (Bachli, 2007).

Selain itu, kayu kesambi sangat kuat dan keras. Namun demikian salah satu

kelemahan dari kayu kesambi adalah tergolong kurang awet , tetapi sangat unggul

sebagai kayu bakar dan pembuatan arang. Arang dari kayu kesambi sangat cocok untuk

pembakaran dan bahkan lebih baik dari pada arang kayu jati dan kayu asam. Oleh

karena itu, penanaman kesambi untuk produksi kayu bakar perlu dikembangkan

terutama pada daerah pengembangan industri pembakaran dan wilayah yang sulit bahan

bakar untuk rumah tangga (Bachli, 2007).

Kulit kayu kesambi dapat digunakan sebagai bahan penyamak kulit, karena

menurut hasil penelitian, dalam kulit kesambi ditemukan 6,1-14,3 % zat penyamak.

Bahkan dahulu orang Bali dan Madura menggunakan kulit kesambi sebagai obat kulit

yang sangat manjur, terutama terhadap penyakit kudis dan penyakit kulit lainnya

(Bachli, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memasukkan kulit kesambi pada

saat penyadapan nira, terbukti bahwa nira dapat dipertahankan kesegarannya dengan

memberikan pengawet (kulit kesambi) sebanyak 5gram dan 7,5gram. Peningkatan kadar

sukrosa bahan semakin nyata pada kosentrasi pengawet 5 gram dan 7,5 gram, yaitu

masing-masing 15,72 % dan 18,58 %. Pada konsentrasi pengawet ini pula menunjukkan

belum terdeteksinya asam asetat setelah penyimpanan 10 jam. Dengan demikian

pemberian pengawet pada saat penyadapan nira dapat dipertahankan kesegarannya

antara 22 jam hingga 28 jam tanpa dilakukan pemanasan sebelumnya (Manjilala, Y.

2007).

Biji kesambi dilapisi dan diselimuti oleh kulit yang berwarna coklat. bentuknya

bulat panjang dengan ukuran antara 6-14 mm. Mudah pecah dan daging bijinya

mengandung 70 persen minyak sangat berguna sebagai bahan pembuatan minyak

gosok. Minyak yang berasal dari biji kesambi sangat baik untuk mengobati penyakit

dalam, kudis dan luka-luka. Dalam upaya pengembangan biodisel, biji kesambi dapat

(11)

5 sabun. Menurut beberapa hasil penelitian, kulit biji kesambi dapat dijadikan kompos

dan sangat cocok untuk pertumbuhan jagung lokal (Bachli, 2007).

Daun kesambi berkhasiat sebagai obat eksem, obat kudis, obat koreng dan obat

radang telinga. Untuk obat eksem dipakai ± 15 gram daun segar kemudian dicuci dan

direbus dengan 3 gelas air selama 25 menit selanjutnya disaring. Hasil saringan

didinginkan sampai airnya hangat untuk mencuci eksim sampai bersih. Daun kesambi

yang masih muda dapat dimakan sebagai sayur asam. Bahkan dapat dimakan mentah

sebagai lalapan, walaupun rasanya agak sepat. Di Sulawesi Selatan, daun kering dari

pohon kesambi dapat dibakar dan asapnya digunakan untuk pengobatan (pengasapan)

penyakit kudis dan gatal-gatal (Bachli, 2007).

Buah yang masih hijau dapat dimakan dan diolah sebagai asinan. Buah yang

sudah masak berwarna kuning atau kemerah-merahan, dapat dijadikan buah meja

dengan ciri rasa asam agak manis. Buah kesambi yang sudah masak sangat digemari

oleh monyet dan burung, termasuk anak-anak. Dibeberapa daerah buah kesambi yang

sudah masak dapat dibuat manisan (Bachli, 2007).

III. TEKNOLOGI PERBENIHAN

1. Sebaran tanaman kesambi

Sumber benih jenis ini terdapat di Bojonegoro (Perum Perhutani Unit II Jawa

Timur), Kebunharjo, Soroweyo, dan Telawa (Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah)

(Danu. 2004; Sudrajat, dkk. 2007). Sumber benih kesambi terletak pada ketinggian 180

meter dpl, dengan curah hujan rata-rata per tahun sebesar 2297mm, dan jenis tanah

grumusol. Taksiran produksi benih mencapai 200kg/tahun. ( Nurhasybi, dkk. 2000)

Di Indonesia kesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi,

Maluku, Pulau Seram dan Pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan,

Probolinggo, Pasuruan dan Besuki. (Heyne, 1987).

Kesambi digunakan sebagai tanaman penghijauan pada beberapa daerah di Jawa,

seperti di Tuban, Desa Karanganyar, Purwodadi, Grobogan. Pohon kesambi dapat pula

ditemukan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Taman Nasional Baluran, Cagar Alam

(12)

6 Di Jawa kebanyakan hutan kesambi merupakan hasil reboisasi yang dilakukan

oleh Perum Perhutani. Pengembangan jenis kesambi oleh Perhutani pada tahun 2004

dilakukan di wilayah BKPH Sadang, RPH Cibungur, KPH Purwakarta sebagai tanaman

pengisi. Di tahun 2004 KPH Probolonggo memiliki kelas perusahaan kesambi seluas

3.375,1 ha. Pada 2007 Perhutani KPH Banten melakukan redesain kelas perusahaan,

areal seluas 4.267 ha diubah untuk pohon kesambi. Pohon kesambi juga banyak terdapat

di Kabupaten Alor dan Rote-ndao. Di Tahun 2002 diketahui pada daerah Rote-ndao

terdapat kesambi pada luasan 11.000 ha, dan pada tahun 2009 ada sekitar 1,8 juta pohon

kesambi. Kesambi terdapat pula di pulau Timor, Desa Langgero (Sumba Barat) dan

Kabupaten Flores Timur. Di daerah tersebut kesambi dimanfaatkan untuk

pengembangan kutu lak. Di Pulau Timor, kesambi dijumpai tumbuh merata, namun

kurang produktif dalam menghasilkan kutu lak dalam jumlah yang banyak. (Agussalim,

2012)

2. Pembungaan dan Pembuahaan

Di Indonesia kesambi berbunga dan berbuah hampir sepanjang tahun, dengan

musim buah masak umumnya pada bulan Januari – Februari. Pengumpulan buah

dilakukan dengan mengunduh benih yang masak fisiologi yaitu ditandai dengan kulit

buah berwarna hijau kekuningan sampai coklat dan daging buah sudah mulai lunak

(Suita, 2008b).

3. Ekstraksi Buah

Buah yang telah diunduh kemudian diekstraksi dengan cara ekstraksi basah,

buah dimasukkan ke dalam karung kemudian dipukul-pukul atau diinjak-injak,

kemudian benih dipisahkan dari kulit buahnya secara manual. Untuk membersihkan dari

sisa-sisa daging buah, digunakan pasir halus yang digosok-gosokan baru dibilas dengan

air sampai bersih. Setelah diekstraksi tidak dijemur tetapi diangin-anginkan saja dalam

ruang kamar (Suita, 2008b).

(13)

7

4. Pengujian Mutu Benih

a). Pengujian kadar air benih

Kadar air merupakan hal penting dalam hubungannya dengan penyimpanan dan

daya hidup benih. Pengujian kadar air di laboratorium menggunakan metode oven

(ISTA, 1999).

Gambar 3. Oven1 Oven2

Penentuan kadar air menggunakan metode temperatur rendah 103±2°C selama

24 jam. Kandungan air yang hilang ini mencerminkan kadar air benih (Sudrajat, 2007).

Tahapan yang dilakukan dalam pengukuran kadar air adalah:

- Wadah tahan panas termasuk tutupnya ditimbang (M1)

- Benih ditempatkan pada wadah dan ditimbang bersama wadahnya (M2)

- Benih ditempatkan pada oven pada suhu temperatur rendah 103±2°C selama 24

jam.

- Setelah selesai pengeringan benih diletakkan dalam desikator untuk

pendinginan, kemudian ditimbang (M3).

Kadar air dinyatakan dalam persen berat dan dihitung dalam 1 desimal terdekat (ISTA,

2006) dengan rumus sebagai berikut :

Kadar air = (M2 - M3) x 100%

(M2-M1)

dimana M1:berat wadah dan penutup dalam gram; M2:berat wadah, penutup, dan benih

sebelum pengeringan; M3: berat wadah, penutup, dan benih sesudah pengeringan.

Pengujian kadar air menggunakan 3 ulangan @ 5 gram benih.

(14)

8

b). Kemurnian benih

Gambar 4. Meja Kemurnian

Kemurnian mencerminkan seberapa bersih kondisi lot benih. Kemurnian lot

benih menunjukkan proporsi benih murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih

lain yang terkandung di dalamnya. ISTA (1999), menggambarkan proporsi benih murni

mengandung :

- Benih lengkap dari jenis tersebut termasuk yang mati, mengkerut, berpenyakit,

tidak masak dan benih pra- kecambah.

- Proporsi serpihan/pecahan benih, yang jumlahnya lebih dari setengah jumlah

total.

Ambil benih setara dengan 2500 butir benih, pisahkan antara benih murni, benih

lain dan kotoran, kemudian timbang dan hitung persen masing-masing komponen

dengan rumus sebagai berikut ;

Benih Murni = K1 X 100% K1+ K2+ K3

Benih lain = K2 X 100% K1+ K2+ K3

Kotoran = K3 X 100% K1+ K2+ K3

Dimana: K1 = benih murni K2 = benih lain K3 = kotoran

Selisih antara berat contoh kerja dengan berat benih keseluruhan setelah dipisahkan

tidak boleh lebih dari 5%. Setiap proporsi benih murni dipisahkan dari sampel kerja.

Kemurnian ditunjukkan sebagai persen berat dari benih murni terhadap berat total

(15)

9

c). Berat 1000 butir

Gambar 5. Timbangan analitik

Berat 1000 butir benih lebih banyak dipakai untuk menggambarkan berat benih.

Ukuran tersebut dapat dengan mudah diubah menjadi berat benih per kilogram.

Penentuan berat 1000 butir dilakukan dengan 8 ulangan x 100 butir. Kisaran berat 1000

butir benih kesambi adalah 480-598 gram dan jumlah benih per kilogram adalah

1.672-2.083 butir.

Penentuan berat benih dilakukan dari beberapa kelompok benih sebanyak 8 ulangan,

dimana masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir.

Timbang tiap ulangan (dalam gram). Hitung keragaman, simpangan baku dan koefisien

keragaman (ISTA. 1999) yaitu sebagai berikut:

n(∑x2) - (∑x)2 Keragaman =

n (n-1) dimana :

x = berat setiap ulangan dalam gram n = jumlah ulangan

∑= jumlah

Simpangan baku (s) = √ keragaman s

Koefisien keragaman = x 100 x

Dimana x = rata-rata berat 100 butir

Koefisien keragaman tidak boleh lebih dari 6,0 untuk benih rumput atau 4,0 untuk benih

lainnya. Apabila koefisien keragaman lebih dari nilai tersebut, hitung berat 100 butir

(16)

10 Hapuskan ulangan yang menyimpang dari rata-rata sebanyak 2 kali simpangan baku

kemudian hitung lagi rata-ratanya. Berat 1000 butir benih diperoleh dengan mengalikan

berat rata-rata 100 benih (x) dengan nilai 10.

Berat 1000 butir benih dapat diubah ke dalam jumlah benih per kg dengan rumus (DPTH. 2002) :

1000

Jumlah benih per kg = x 1000 Berat 1000 benih

Berat 1000 butir benih dan jumlah benih per kilogram sangat penting diketahui sebagai

informasi yang mendasar untuk pengadaan benih dalam penanaman.

5. Penyimpanan Benih

Untuk menjamin persedian benih yang bermutu untuk suatu program penanaman

maka diperlukan penyimpanan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah

pengumpulan dan pemrosesan benih, maka benih dapat langsung digunakan di

persemaian dan penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi kasus semacam ini jarang

sekali terjadi. Dalam iklim musiman dengan musim tanam yang relatif pendek, waktu

penyemaian biasanya ditentukan oleh ukuran bibit yang memadai untuk ditanam pada

saat awal musim tanam. Dengan demikian benih harus disimpan selama periode

pemanenan sampai penyemaian, atau penyimpanan jangka pendek kurang dari satu

tahun.

Perlakuan penyimpanan terbaik untuk mempertahankan viabilitas benih kesambi

adalah menyimpan benih kesambi di ruang kamar (suhu 27 – 30 C dan kelembaban

relatif 60 – 70 %) dengan menggunakan wadah simpan kantong blacu selama 3 bulan

dengan daya berkecambah dan kecepatan berkecambah rata-rata sebesar (75% dan

4,14%KN/etmal), dengan kadar air 7,79 % . (Suita, 2011)

6. Perkecambahan Benih

Benih kesambi sebelum ditabur, sebaiknya diturunkan dulu kadar airnya dengan

diangin-anginkan di ruang kamar serta disimpan dulu beberapa saat untuk

(17)

11 berkecambah hanya sekitar 16% tetapi setelah disimpan selama 3 minggu dapat

mencapai 55% (Suita et al. 2008a).

Penentuan metode perkecambahan benih adalah perkecambahan pada media

pasir dengan perlakuan pendahuluan perendaman air dingin selama 24 jam. Hitungan

awal dan akhir perkecambahan dilakukan pada hari ke-12 dan hari ke 28 (Sudrajat,

2007).

Gambar 6a. Benih mulai berkecambah Gambar 6b. Sudah mulai tumbuh daun

7. Penyapihan

Setelah benih berkecambah dan sudah keluar 2-3 helai daun baru, kemudian

disapih. Dalam penyapihan ini sekaligus dilaksanakan seleksi semai (Suita, 2008)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

- Pergunakan semai yang tegak lurus, segar dan sehat.

- Pencabutan kecambah harus dilakukan hati-hati agar bagian akar tidak rusak

- Penyapihan dilakukan di tempat teduh atau pada waktu pagi dan sore hari

- Media sapih cukup sarang dan subur, dapat digunakan media tanah + arang sekam

padi + kompos sabut kelapa (1:2:2) (Kurniaty, dkk. 2007)

- Sebelum dilakukan penyapihan, media sapih dalam kantong plastik/poly bag

disiram terlebih dahulu.

(18)

12 Gambar 7a. Bibit siap sapih Gambar 7b. Penyapihan

8. Pembibitan dan penanaman

Kesambi dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif. Perbanyakan

secara vegetative dapat dilakukan dengan stek pucuk dan cangkok. Pembiakan vegetatif

stek pucuk dilakukan dengan cara stek pucuk diberi hormone tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) konsentrasi 1000 ppm (dalam bentuk tepung) dan di tanam pada media pasir, yang diletakkan di ruang pengakaran dengan sungkup yang memiliki sistem

pengkabutan. Cara ini dapat menghasilkan stek bertunas sebesar 51,10%. (Danu, 2004).

Regenerasi dengan cara stump dapat dilakukan setelah bibit kesambi berusia

satu tahun atau ketika batang bibit telah mencapai diameter ±1 cm. Batang dipotong

sekitar 10-15 cm, akar dipotong hingga panjangnya 25 cm. Bibit kesambi ditanam pada

lubang tanam yang dibuat dengan dalam dan lebar 30 cm. Pemeliharaan yang dilakukan

pada kesambi yaitu memberikan penyiangan yang teratur dan pelindungan tanaman dari

rumput (Iwasa, 1997 dalam Agussalim, 2012).

Penanaman kesambi di lapangan dapat dilakukan secara monokultur maupun

campuran dengan jenis lain. Perhutani menggunakan dua pola tanam kesambi dalam

rencana pengembangan tanaman sela di KPH Banten. Pola tanam monokultur jarak

tanam 6 x 4 m, dan yang digunakan untuk campuran, pola tanam kesambi dicampur

dengan kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) jarak tanam 6 x 4 m dengan komposisi 75 : 25. Pola tanam yang menggabungkan kesambi dan kaliandra merah

sebagai inang lebih cepat dari segi tata waktu pengembalian investasi dan lebih

menguntungkan dibandingkan pola tanam monokultur (SPH Banten, 2008 dalam

(19)

13

DAFTAR PUSTAKA

Agussalim. 2012. Kesambi. xa.yimg.com/kq/groups/25896088/.../name/Kesambi -editku.docx. ( diakses, 18-4-2012)

Bachli, Y. 2007. Tanaman Kesambi dan Beternak Kutu Untuk Kesejahteraan. Buletin BPTP, Volume 1(3). Sulawesi Selatan.

Danu. 2004. Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

DPTH (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan). 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik-Fisiologi Benih. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.

ISTA. 1999. International rules for seed testing: Rules 1999. Seed Science and Technology. Suplement. Zurich. Switzerland.

ISTA. 2006. International rules for seed testing: Edition 2006. The International Seed Testing Association. Bassersdorf. Switzerland.

Kurniaty, R., B. Budiman, R.U. Damayanyi, M. Suartana. 2007. Pengaruh Media dan Naungan terhadap Bibit. LHP. No. 476. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Manjilala. 2007. Pengaruh Pemberian Pengawet (Kulit Kesambi). http://manjilala.blogster.com/pengaruh pemberian pengawet.

Nurhasybi, A.A. Pramono, S. Mokodompit, A.Z.Abidin, A. Rohandi, O. Marom, dan Darmawati. 2000. Peta Perwilayahan Sumber Benih 9 (Sembilan) Jenis Tanaman Hutan di Jawa. Jilid I. Publikasi Khusus. Vol.2 (5).Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Suita, E., Nurhasybi, E. Ismiati, dan E.R. Kartiana. 2007. Pengaruh Berat Dan Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Mangium (Acacia Mangium) dan Kesambi (Schleichera oleosa). Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

(20)

14 Suita, E. 2008b. Potensi dan manfaat pohon kesambi (Schleichera oleosa Merr.) serta

budidayanya. Klik Benih N0 1. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Suita, E. dan E. Ismiati. 2011. Pengaruh Ruang, Wadah dan Periode Simpan Terhadap Perkecambahan Benih Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Jurnal Pemulian Tanaman Hutan, Vol.5(2). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Sudrajat, D.J, Megawati, E.R. Kartianan, N. Nurochim. 2007. Standarisasi Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan (Schleichera oleosa dan Styrax benzoin). LHP. No. 478. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Gambar

 Gambar 1.
Gambar 1. Pohon kesambi
Gambar 2. Ekstraksi benih kesambi
Gambar 3.  Oven1
+5

Referensi

Dokumen terkait

menghasilkan sumberdaya manusia profesional di bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner serta agribisnis peternakan”. Adapun misi BBPKH Cinagara adalah

Untuk me- ngetahui apakah persamaan Chave di atas dapat pula digunakan untuk menduga biomasa tegakan hutan alam dipterokarpa di Indonesia, maka dilakukan perban-

reticulatus melalui jumlah pemotongan pernah di- lakukan di Provinsi Sumatera Utara tahun 1996-1997 (Shinea, Ambariyanto, Harlow, & Mumpuni, 1999). Setelah penelitian ini,

OT.140/10/2013, kedudukan Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara adalah sebagai unit pelaksana teknis di bidang pelatihan, berada di bawah dan

merupakan spesies rotan yang tertinggi tingkat kelimpahan tumbuhannya dari se- mua spesies rotan yang ada pada ketiga ketinggian tempat tumbuh di kawasan Hutan

(2004), semakin besar vegetasi pada hutan mangrove akan memiliki kemam- puan besar untuk menghasilkan serasah organik yang merupakan penyusun utama bahan organik dalam

Keragaman jenis Dipterocarpaceae di areal penelitian menunjukkan hasil uji statistik yang berbeda secara signifikan dalam hal jumlah jenis antara hutan pri- mer,

Kajian yang didasarkan dari hasil analisis pengukuran jumlah biomasa ve- getasi di bagian atas permukaan dan di bagian bawah permukaan di hutan rawa gambut dilakukan