• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modal Saham terhadap biaya (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Modal Saham terhadap biaya (1)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Modal Saham

Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum di pisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari dari pemiliknya maka kewajiban pemilik terhadap perusahaannya terbatas sampai jumlah modal yang di setornya. Selain itu bentuk perseroan memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak orang, setiap orang yang menyetor menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak, maka pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihak – pihak lain yang diangkat menjadi pimpinan PT tersebut. Dengan kata lain yang menjalankan PT adalah orang – orang yang diangkat oleh pemilik.

Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti

setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang di serahkan kepada pihak – pihak yang menyetor modal. Pemilik PT merupakan kumpilan pihak – pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Saham yang di keluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama pemiliknya, disebut saham atas nama, dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya.

PEMBAHASAN

Pengertian Modal Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan

ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak sebagai berikut :

1) Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham.

2) Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan.

3) Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan saham masing – masing pemegang saham dapat tidak berubah. 4) Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi.

Apabila perusaan itu mengeluarkan satu saham maka seluruh pemegang saham mempunyai hak yang sama,tetapi bila saham yang dikeluarkan itu lebih dari satu jenis maka yang diberikan kepada masing – masing jenis berbeda, tergantung pada kontrak pengeluaran saham yang disetujui.

(2)

Jenis – Jenis Saham

Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham – saham itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan itu 2 macam,yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham prioritas (preferred stock).Berikut ini diuraikan mengenai masing – masing jenis saham yaitu :

1. Saham biasa

Saham biasa adalah saham yang melunasinya dilakukan dalam urutan yang paling akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi, sehingga risikonya adalah yang paling besar. Karena risikonya besar, biasanya jika usaha perusahaan berjalan dengan baik maka dividen saham biasa akan lebih besar daripada saham prioritas.

2. Saham prioritas

Saham yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya dihubungkan dengan

pembagian deviden dan pembagian aktiva pada saat perusahaan dilikuidasi. Dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada kelebihan baru dibagikan kepada pemegang saham biasa.

Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritasnya yaitu :

a. Saham Prioritas Kumulatif dan tidak Kumulatif

Ø Saham prioritas kumulatif: adalah saham prioritas yang devidennya setiap tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham. Jika dalam suatu tahun deviden tidak dapat dibayar, maka pada tahun-tahun berikutnya deviden yang belum dibayar harus dilunasi lebih dulu, sehingga dapat mengadakan pembagian deviden untuk saham biasa.

Ø Saham prioritas tidak kumulatif: deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun-tahun berikutnya. Jika akan membayar deviden untuk saham biasa, kewajibannya hanya membayar deviden saham prioritas untuk tahun tersebut.

b. Saham prioritas berpartisipasi dan tidak berpartisipasi

(3)

Ø Saham prioritas tidak berpartisipasi adalah: saham prioritas akan mendapat deviden sampai jumlah tertentu (dinyatakan dalam %) yang ditetapkan sesudah saham biasa mendapat deviden dengan tarif yang sama dengan saham prioritas.

c. Saham Prioritas atas aktiva dan dividen pada saat likuidas

Saham dengan preferensi seperti ini pada saat likuidas akan tetap menerima dividen yang belum bayar, walaupun saldo laba tidak dibagi mencukupi. Sesudah pelunasi dividennya, saham prioritas ini dilunasi. Jika saldo laba tidak dibagi tidak mencukupi maka pelunasan dividen dan nominal saham prioritas dilakukan dari modal yang disetor dari saham yang biasa.

Saham biasa yang pelunasannya jatuh pada urutan terakhir akan menerima jumlah pengembalian sebesar sisa modal disetor yang masih ada. Dapat terjadi sisanya nol sehingga saham biasa tidak memperoleh pengembalian.

d. Saham prioritas yang dapat ditukar dengan Saham Biasa

kadang – kadang saham prioritas mempunyai preferensi dapat ditukar dengan saham biasa pemegang saham prioritas jenis ini akan menukarkan sahamnya dengan saham biasa dalam keadaan dividen yang dibagi untuk saham biasa tiap tahunnya lebih besar dari pada dividen untuk saham prioritas.

Apabila keaadaan seperti yang disebutkan diatas diperkirakan akan berlangsung terus maka lebih menguntungkan memiliki saham biasa dari pada saham prioritas karena saham biasa mempunyai klaim yang tidak terbatas atas laba.

2.3 Pencatatan Modal Saham

Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu diketahui istilah – istilah sebagai berikut :

(a) Modal saham statuter atau modal saham yang diotorisasi yaitu : jumlah saham yang dapat dikeluarkan sesuai dengan akte pendirian perusahaan.

(b) Modal saham yang beredar: jumlah saham yang sudah dijual (beredar).

(4)

(d) Treasury stock yaitu : modal saham yang sudah dijual dan sekarang dibeli kembali oleh perusahaan.

(e) Modal saham dipesan: jumlah saham yang disisihkan karena sudah dipesan untuk dibeli.

v Penjualan secara Tunai

Saham yang dijual secara tunai akan dicatat dengan mendebit akun (rekening) kas dan mengkredit rekening (akun) modal saham. Selisih harga jual saham (perdana) dengan nilai nominalnya akan dicatat dengan mengkredit rekening agio saham atau mendebit rekening disagio saham. Jurnal untuk mencatat penjualan saham perdana adalah :

Kas Rp.xxxx

Disagio Saham Rp.xxxx

Modal Saham Rp.xxxx

Atau

Kas Rp.xxxx

Modal Saham Rp.xxxx

Agio Saham Rp.xxxx

v Penjualan Melalui Pesanan

saham dilakukan melalui pesanan, yaitu dengan cara dibayar sebagian dan sisanya akan dilunasi kemudian. Jumlah harga yang belum dilunasi dicatat senagai piutang pesanan saham,dan jumlah nominal saham yang dipesan dikreditkan kerekening modal saham di pesan. Apabila harga jual saham tidak sama dengan nilai

nominalnya, selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau disagio saham pada waktu pesanan itu diterima.

(5)

Kas Rp.xxxx

Piutang pesanan saham Rp.xxxx

Disagio saham Rp.xxxx

Modal saham dipesan Rp.xxxx

Atau

Kas Rp.xxxx

Piutang pesanan saham Rp.xxxx

Modal saham dipesan Rp.xxxx

Agio saham Rp.xxxx

Jurnal untuk mencatat penerimaan piutang :

Kas Rp.xxxx

Piutang pesanan saham Rp.xxxx

Jurnal untuk mencatat penyerahan saham :

Modal saham dipesan Rp.xxxx

Modal saham biasa/prioritas Rp.xxxx

2.4 Pembatalan Pesanan Saham

(6)

(a) Uang yang sudah diterima dikembalikan kepada pemesan

Jurnalnya :

Modal saham dipesan Rp.xxxx

Agio saham biasa/prioritas Rp.xxxx

Kas Rp.xxxx

Piutang pesanan saham Rp.xxxx

(b) Uang yang sudah diterima dikembalikan pada pemesan sesudah dikurangi biaya atau kerugian penjualan kembali saham – saham tersebut.

Jurnalnya :

Modal saham dipesan Rp.xxxx

Agio saham biasa/prioritas Rp.xxxx

Kas Rp.xxxx

Piutang pesanan saham Rp.xxxx

Utang pada pemesan Rp.xxxx

Kas Rp.xxxx

(c) Utang yang sudah diterima dianggap hilang (tidak dikembalikan)

Jurnalnya :

Modal saham dipesan Rp.xxxx

Agio saham Rp.xxxx

(7)

Piutang pesanan saham Rp.xxxx

(d) Mengeluarkan saham yang nilainya sama dengan jumlah uang yang sudah diterima

Jurnalnya :

Modal Saham dipesan Rp.xxxx

Agio Saham Rp.xxxx

Modal Saham Rp.xxxx

Piutang pesanan saham Rp.xxxx

2.5 Penjualan Saham secara Lumpsum

Penjualan saham bisa dilakukan dengan cara penjualan per unit saham. Unit saham ini terdiri daribeberapa jenis saham. Apabila penjualan dilakukan dengan cara seperti ini maka penerimaan dari penjualan akan dibagikan untuk setiap jenis saham tersebut. Metode yang dapat digunakan adalah :

Ø Metode Intelektual

Ø Metode Proporsional

Bila harga pasar kedua jenis saham diketahui maka perhitungannya menggunakan metode Proporsional. Namun apabila hanya harga salah satu jenis saham saja yang di ketahui maka di gunakan metode Intelektual.

2.6 Pertukaran Saham dengan Aktiva selain Kas

kadang – kadang modal saham dikeluarkan dengan menerima aktiva (selain dari kas). Dalam keadaan seperti ini besarnya jumlah yang akan di catat dalam rekening modal rekening aktiva didasarkan pada yang lebih muda ditentukan dari :

(a) Harga pasar saham yang di keluarkan

(8)

PSAK No.21 paragraf 13 (f) menyatakan bahwa saham dicatat berdasarkan nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima (butir b). Apabila kedua penilaian diatas tidak dapat ditentukan,biaasanya dilakukan terhadap aktiva yang diterima. Penilaian ini bisa juga dilakukan oleh pimpinan perusahaan. Kecendrungan yang sering terjadi jika penilaian dilakukan oleh pimpinan perusahaan aadalah menghindari adanya disagio saham,sehingga aktiva dan modal saham akan dicatat terlalu besar maka modal saham itu disebut “watered”. Tetapi jika dicatat terlalu kecil maka neraca yang disusun mengandung “cadangan rahasia”.

Contoh :

PT Risa Fadila menerbitkan 10.000 lembar saham nominal Rp.1.000,00 per lembar dan ditukar dengan sebuah gedung.

maka:

1. Apabila harga pasar saham tidak diketahui,tetapi harga pasar gedung diketahui sebesar Rp 15.000.000,00,maka jurnal yang dibuat adalah :

Gedung Rp.15.000.000,00

Modal saham Rp.10.000.000,00

Agio saham Rp. 5.000.000,00

2. Apabila harga pasar gedung tidak di ketahui tetapi harga pasar saham diketahui sebesar Rp.14.000.000,00,maka jurnalnya adalah :

Gedung Rp.14.000.000,00

Modal saham Rp.10.000.000,00

Agio saham Rp. 4.000.000,00

3. Apabila harga pasar saham dan bangunan keduanya tidak di ketahui dan pimpinan perusahaan menetapkan harga perolehaan bangunan sebesar

(9)

Gedung Rp.12.500.000,00

Modal saham Rp.10.000.000,00

Agio saham Rp. 2.500.000,00

2.7 Bonus yang berupa Saham

Agar penjualan obligasi atau saham prioritas bisa menarik pembeli,kadang – kadang diberikan sahm biasa sebagai bonus. Misalnya dalam penjualan 10 lembar saham prioritas nominal @ Rp.1.000,00 diberi bonus 1 lembar saham biasa,nominal Rp.1.000,00. Harga pasar saham prioritas tanpa bonus = Rp.950,00 per lembar. Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah sebagai berikut :

Kas Rp.10.000,00

Disagio saham prioritas Rp. 500,00

Disagio saham biasa Rp. 500,00

Modal saham prioritas Rp.10.000,00

Modal saham biasa Rp. 1.000,00

Disagio saham prioritas dan saham biasa di hitung sebagai berikut :

Nilai nominal saham prioritas (10 lembar) Rp.10.000,00

Harga pasar saham prioritas (10 lembar) Rp. 9.500,00

Disagio saham prioritas Rp. 500,00

(10)

Harga jual saham prioritas plus bonus Rp.10.000,00

Harga pasar saham prioritas tanpa bonus Rp. 9.500,00

Nilai ssaham biasa Rp. 500,00

Nilai nominal saham biasa Rp. 1.000,00

Disagio saham biasa Rp. 500,00

2.8 Perlakuan terhadap Agio atau Disagio Saham yang Dijual

Dalam hal penjualan saham dengan harga di atas atau di bawah nilai nominal,maka selisih itu akan dicatat didalam rekening giro atau disagio saham. Rekening (akun) agio saham dipakai untuk mencatat kelebihan harga di atas nilai nominalnya

sedang rekening disagio saham dipakai untuk mencatat kekurangan harga dari nilai nominal saham. Rekening – rekening agio atau disagio saham adalah rekening yang menunjukan modal yang disetor dari pemegang saham,oleh karena itu selama saham – saham tersebut masih beredar maka rekening itu juga akan nampak dalam neraca. Didalam neraca rekening agio saham merupakan pengurangan terhadap rekening modal saham. Apabila saham yang beredar ditarik,maka rekening agio dan disagio saham yang berhubungan dengan saham tersebut dibatalkan.

2.9 Pungutan Tambahan atas Saham (Assessments)

Dalam suatu keadaan tertentu perusahaan bisa mengadakan pungutan tambahan kepada para pemegang saham. Pencatatn terhadap pungutan tambahan ini

tergantung pada harga jual saham – saham tersebut. Apabila saham – saham itu dulu dujual dibawah nominal (dengan disagio) maka pungutan tambahan yang dikenakan kepada para pemegang saham di catat sebagai berikut :

Kas Rp.xxxx

(11)

Rekening giro saham akan di kredit maksimum sebesar disagio yang timbul dari penjualan saham. Jika pungutan lebih besar dari pada disagio maka selisihnya akan dikreditkan kerekening modal pungutan tambahan. Tetapi apabila penjualan saham dulunya tidak dibawah nominal maka pungutan tadi semuanya akan dikreditkan kerekening modal pungutan tambahan.

2.10 Pengeluaran Saham untuk membeli (Akuisisi) Perusahaan

Sebuah PT bisa membeli (akuisisi) perusahaan lain dan di gabungkan (merger) menjadi satu. Pembelian ini dapat dibayar dengan saham dari PT tersebut. Jumlah saham akan dipakai untuk pembayaran tergantung pada harga pasar saham tersebut dan juga harga pasar dari aktiva perusahaan yang dibeli.

Kadang – kadang perusahaan yang diakuisisi dinilai lebih tinggi dari pada harga pasar aktivanya,hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal,antara lain kemampuan perusahaan itu dalam memperoleh laba. Selisih harga pasar aktiva yang diakuisisi dengan jumlah harga pembelian yang disetujui dicatat sebagai goodwill.

Kadang – kadang perusahaan – perusahaan perseorangan bergabung untuk

membentuk suatu PT. Masing – masing perusahaan akan menerima saham dari PT tersebut sebagai ganti aktiva yang diserahkan kepada PT baru. Bisa juga sebuah perusahaan perseorangan berganti bentuk menjadi PT. Apabila perusahaan yang lama itu berbentuk firma maka para anggota firma tersebut akan menerima saham dari PT yang baru sebanding dengan modal masing – masing anggota. Dalam keadaan ini ada 2 cara pencatatan yang dapat dilakukan :

1. Buku – buku perusahaan lama diperlanjutkan sebagai buku perusahaan baru.

2. Buku – buku perusahaan lama ditutup dan dibuat buku baru untuk perusahaan baru.

Laba Tidak Dibagi

Laba tidak dibagi merupakan modal yang berasal dari perusahaan yaitu kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi dividen yang dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal. Laba rugi ini dapat berasal dari laba rugi usaha, laba rugi kegiatan yang tidak rutin seperti laba penjualan aktiva tetap, dan koreksi terhadap laba tahun-tahun yang lalu. Apabila rekening laba tidak dibagi menunjukan saldo debit maka disebut defisit.

Laba tidak dibagi dapat digunakan untuk beberapa tujuan sebagai berikut:

- Pembagian dividen

(12)

- Pembatasan laba tidak dibagi untuk tujuan-tujuan tertentu (appropriations)

- Rekapitalisasi

- Penyerapan kerugian

Pencatatan laba tidak dibagi hendaknya dipisahkan dari modal setor agar dapat diketahui sumber masing-masing modal. Walaupun laba tidak dibagi itu sebagian jumlahnya sudah dibatasi penggunaannya, tetapi keduanya tetap termasuk dalam jumlahlaba tidak dibagi. Dalam neraca jumlah laba tidak dibagi terdiri dari 2

golongan rekening yaitu lada tidak dibagi yang masih bebas dan laba tidak dibagi yang sudah tujuan penggunaan.

2.2 Dividen

Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Dividen biasanya dibagiakan dengan interval waktu yang tetap namun kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya. Apabila dividen yang dibagikan itu berbentuk selain uang tunai maka akan dicatat dengan judul yang sesuai. Jika digunakan istilah dividen saja, maka yang dimaksudkan adalah dividen kas. Pembagian dividen pada para pemegang saham dapat berakibat sebagai berikut:

- Pembagian aktiva PT dan penurunan dalam jumlah modal PT seperti dalam hal dibiden kas, aktiva selain kas, atau dividen likuidasi.

- Timbulnya suatu utang dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti dalam hal dividen utang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi belum dibayar.

- Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal PT, tetapi hanya menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal PT seperti dalam hal dividen saham.

Dividen yang dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut:

1. Dividen kas

(13)

pengumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pmbagian dividen tersebut.

Contoh:

Misalnya PT Rsa Fadila pada tanggal 20 desember 2005 mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 1.000,00 untuk setiap lembar saham biasa dan akan dibayar tanggal 20 januari 2006 pada pemegang saham yang terdaftar pada tanggal 10 januari 2006. Saham biasa yang beredar sebanyak 1.000 lembar. Jurnal yang dibuat PT Risa Fadila untuk mencatat bagian dividen diatas adalah:

Tanggal pengumuman (20 desember 2005)

Laba tidak dibagi Rp 1.000.000,00

Utang dividen kas Rp 1.000.000,00

Tanggal pembayaran (20 januari 2006)

Utang dividen kas Rp 1.000.000,00

Kas Rp 1.000.000,00

Dalam neraca yang disusun pada tanggal 31 desember 2005, utang dividen kas dilaporkan dalam kelompok utang lancar karena akan segera dilunasi.

2. Dividen aktiva selain kas (property dividends)

Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh PT, barang dagang atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar pasar aktiva tersebut. Akan tetapi PT yang membagi property dividends akan mencatat dividen ini sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan.

Contoh:

PT Bahtera mempunyai 10.000 lembar saham PT XYZ, dengan harga perolehan sebesar Rp 1.100.000,00. Saham PT Bahtera yang beredar sebanyak 10.000 lembar. Pada tanggal 15 desember 2005 diumumkan pembagian property dividends dimana setiap lembar saham PT Bahtera akan menerima 1 lembar saham PT XYZ,

pembagiannya pada tanggal 15 januari 2006 sebesar Rp 125,00 per lembar. Jurnal yang dibuat oleh PT Bahtera adalah

15 desember 2005

(14)

Utang dividen saham PT XYZ Rp 1.100.000,00 15 januari 2006

Utang dividen saham PT XYZ Rp 1.100.000,00

Investasi dalam saham PT XYZ Rp 1.100.000,00 3. Dividen utang (scrip dividends)

Utang dividen timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk

pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Oleh karena itu PT akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang. Scrip dividends ini mungkin berbunga, mungkin juga tidak.

Contoh:

PT ABC mengumumkan pembagian scrip dividends sebesar Rp 1.000.000,00 bunga 10% jatuh tempo 3 bulan kemudian. Jurnal yang dibuat PT ABC sebagai berikut.

Laba tidak dibagi Rp 100.000,00

Utang dividen scrip Rp 100.000,00

Ketika jatuh tempo scrip dan bunganya dilunasi dengan jurnal:

Utang dividen scrip Rp 100.000,00

Biaya bunga RP 2.500,00

Kas Rp 102.500,00

Perhitungan :

Biaya bunga= 3/12 x 10% x Rp 100.000,00 = Rp 2.500,00

4. Dividen likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dapat dicatat dengan mendebit rekening pengemba\lian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting assets yang tidak akan diganti, bisa membagi dividen

(15)

pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang saham dapat mengurangi rekening investasinya.

5. Dividen saham

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipunggut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.

Dividen saham dapat dibagikan sebagai berikut:

o Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham prioritas untuk pemegang saham prioritas, disebut dividen saham biasa.

o Divden saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnyta dividen saham prioritas untuk pemegang saham biasa atau dividen saham biasa untuk pemegang saham prioritas, disebut dividen saham spesial (khusus).

Ada beberapa keadaan atau alasan-alasan yang membenarkan pembagian dividen saham, antara lain:

- Keinginan pimpinan perusahaan untuk menahan laba secara tetap yaitu dengan mengkapitalisasi sebagian laba tidak bidagi. Akibat adanya dividen saham ialah menaikan jumlah modal setor yaitu dengan cara membebani rekening laba tidak dibagi dan dikreditkan ke rekening modal saham.

- Untuk dapat membagi dividen tanpa pembagian aktiva yang diperlukan untuk modal kerja atau ekspansi.

- Untuk menaikan jumlah lembar saham yang beredar, sehingga harga pasarnya akan menurun. Akibatnya yang lain adalah untuk mendorong perdagangan saham.

Yang perlu diketahui bahwa dividen saham ini berbeda dengan pemecahan saham. Karena dalam pemecahan saham tidak ada perubahan struktur modal. Tetapi dalam dividen saham terjadi perubahan struktur modal, walaupun jumlah modal

keseluruhan tidak berubah. Dalam dividen saham, nilai nominal per lembar tidak berubah, tetapi dalam pemecahan saham nilai nominal sahanya berubah. Sebagai ilustrasi pembagian dividen saham, diberikan contoh sebagai berikut:

Modal PT ADA adalah sebagai berikut:

(16)

Modal saham biasa, nominal Rp 1.000,00 beredar 10.000 lembar RP 10.000.000,00

Agio saham prioritas Rp 1.000.000,00

Agio saham biasa Rp 1.500.000,00

Laba tidak dibagi Rp 15.000.000,00

Jumlah Rp 37.500.000,00

Harga pasar per lembar:

Saham prioritas = Rp 2.500,00

Saham biasa = Rp 1.100,00

Untuk mencatat dividen saham, terdapat beberapa harga yang dapat digunakan yaitu dicatat sebesar harga pasar pada saat saham dibagi, dicatat sebesar nilai nominasi saham, dan dicatat sebesar harga jual sahamnya dulu sehingga jumlah agio atau disagionya sama.

Contoh:

Diumumkan pembagian dividen saham sebesar 10% untuk pemegang saham biasa. Jurnal yang dibuat untuk mencatat dividen sebagai berikut:

Laba tidak dibagi Rp 1.100.000,00

Utang dividen saham biasa Rp 1.000.000,00

Agio saham biasa Rp 100.000,00

Pada tanggal pengeluaran:

Utang dividen saham biasa Rp 1.000.000,00

Modal saham biasa Rp 1.000.000,00

Pembagian dividen pada para pemegang saham dapat berakibat sebagai berikut:

(17)

- Timbulnya suatu utang dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti dalam hal dividen utang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi belum dibayar.

- Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal PT, tetapi hanya menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal PT seperti dalam hal dividen saham.

2.3 Akumulasi Dividen dari Saham Prioritas

Dividen saham prioritas yang berakumulasi, sebelum secara resmi diumumkan belum merupakan PT tetapi supaya jelas, didalam neraca diminta untuk melaporkan adanya akumulasi dividen tersebut. Cara melaporkan dalam neraca bisa :

a. Catatan kaki (footnote)

b. Laba tidak dibagi yang tidak dibatasi dikurangi dengan jumlah dividen yang belum dibayar dengan cara sebagai berikut :

Laba tidak dibagi:

Jumlah dividen saham preperen yang belum dibayar Rp100.000,00

Yang tidak dibatasi Rp500.000,00

Jumlah Rp600.000,00

Dividen untuk saham tanpa nilai nominal

Jika saham yang beredar tanpa nominal, maka dividen yang akan dibagikan harus dinyatakan dalam rupiah dan bukan dalam persentase. Apabila perusahaan ingin mentransfer laba tidak dibagi ke modal saham, tidak perlu mengumumkan dividen saham tetapi cukup dengan membuat jurnal sebagai berikut:

Laba tidak dibagi Rpxx

Modal saham Rpxx

2.4 Pembatasan Laba Tidak Dibagi

(18)

tidak dibagi. Dari waktu ke waktu dapat dilakukan pembatasan terhadap laba tidal dibagi dengan maksud untuk menjaga agar tidak semua saldo tidak dibagi diminta sebagai dividen. Pembatasan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Dengan membuat jurnal untuk mencatat pembatasan laba tidak

dibagi,sehingga jumlah laba yang tidak dibagi terdiri dari dua rekening yaitu rekening laba yang tidak dibagi yang masih bebas dan laba tidak dibagi yang dibatasi.

2. Tidak membuat jurnal pembatasab laba tidak dibagi.

Dalam cara ini pembatasan-pembatasan yang dilaporkan dalam neraca dalam suatu keterangan atau catatan kaki. Ada beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya pembatasan laba tidak dibagi sebagai berikut:

1. Untuk mematuhi peraturan (undang-undang). Biasanya undang-undang seperti ini dimaksudkan agar tidak terjadi penurunan modal sampai dibawah jumlah modal yang disetor. Contohnya adalah pembatasan untuk pembelian treasury stock.

2. Untuk memenuhi perjanjian utang seperti dalam hal pengeluaran obligasi dimana debitur harus membentuk dana pelunasan obligasi dan membatasi laba tidak dibagi.

3. Merupakan tindakan pimpinan perusahaan yang disesuaikan dengan rencana keuangan perusahaan.

4. Merupakan tindakan pimpinan perusahaan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian di waktu yan akan datang.

Penjelasan sebab no 1 diatas dapat dilihat bab yang dimuka yaitu dalam

pembahasan mengenai treasury stock. Berikut ini dibahas ketiga sebab yang lain.

a. Pembatasan laba tidak dibagi untuk memenuhi perjanjian utang panjang

Agar pengeluaran obligasi dapat lebih menarik kreditur, biasanya dengan perjanjian yang mewajibkan perusahaan untuk membuat dana pelunasan obligasi yang disimpan oleh pihak ke tiga. Dana ini bisa merupakan setoran peridik dengan jumlah tertentu, atau mungkin juga jumlahnya tidak sama. Untuk mengimbangi adanya dana pelunasan obligasi, biasanya laba tidak dibagi juga diminta untuk dibatasi penggunaannya. Pembatasan laba tidak dibagi dibuat dalam jurnal yang sama dengan jumlah dana pelunasan obligasi. Bila obligasi yang beredar itu

(19)

pembatasan yang sudah dilakukan dihapuskan dan dikembalikan ke rekening laba tidak dibagi. Jurnal yang dibuat untuk mambatasi laba tidak dibagi adalah sebagai berikut:

Laba tidak di bagi Rpxx

Laba tidak dibagi untuk pelunasan obligasi Rpxx

Sesudah obligasi dilunasi pembatasan laba tidak dibagi dihapuskan dengan jurnal sebagai berikut:

Laba tidak dibagi untuk pelunasan obligasi Rpxx

Laba tidak dibagi Rpxx

Pembatasan laba tidak dibagi dapat juga dilakukan tanpa jurnal seperti diatas, tetapi dengan memberi keterangan untuk menunjukan jumlah yang dibatasi penggunaannya.

b. Pembatasan laba tidak dibagi untuk perencanaan keuangan Perusahaan yang mempunyai rencana untuk memperluas kegiatannya, dapat membatasi laba tidak dibagi supaya tetap bisa ditahan dalam perusahaan. Sesudah ekspansi dilakukan berarti tujuan pembatasan laba tidk dibagi itu sudah tercapai maka laba tidak dibagi yang dibatasi dahapuskan dan dikembalikan ke rekening laba tidak dibagi. Pembatasan laba tidak dibagi untuk tujuan perluasan dapat ditunjukan dalam rekening-rekening sebagai berikut:

· Laba tidak dibagi untuk investasi pabrik

· Laba tidak dibagi untuk modal kerja

· Laba tidak dibagi untuk pembelian mesin

Sesudah tujuan pembatasan ini tercapai, rekening yang dibatasi dikembalikan ke rekening laba tidak dibagi, berarti jumlahnya dapat diminta sebagai dividen. Untuk manjaga agar jumlah tersebut dapat tetap menjadi modal perusahaan maka

(20)

c. Pembatasan laba tidak dibagi untuk kemungkinan timbulnya kerugian di masa yang akan datang

Untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian di masa yang akan dtang

pimpinan perusahaan dapat membatasi laba tidak dibagi dan mencatatnya dalam rekening-rekening sebagai berikut:

Ø Laba tidak dibagi untuk ketidakpuasan

Ø Laba tidak dibagi untuk kemungkinan turunnya harga persediaan

Ø Laba tidak dibagi untuk kemungkinan kerugian dalam sengketa hukum

Ø Laba tidak dibagi untuk asuransi diri

Seperti dalam tujuan pembatasan yang lain, pembatasan untuk kemungkinan kerugian dimasa yang akan datang ini dapat dikerjakan dengan membuat jurnal atau dengan memberi keterangan tanpa jurnal.

2.5 Pengukuran-Pengukuran Yang Dihitung Dari Laporan Keuangan PT Dari laporan PT dapat dilakukan beberapa perhitungan yang dipakai sebagai alat pengukuran terhadap kemampuan perusahaan yaitu:

1. Nilai buku per lembar saham

2. Pendapatan per lembar saham

1. Nilai buku per lembar saham (book value per share)

Yang dimaksud nilai buku saham adalah jumlah rupiah yang menjadi milik tiap-tiap lembar saham dalam modal PT. nilai buku ini jumlah yang akan dibayarkankepada para pemegang saha pada waktu pembubaran (likuidasi) PT, jika aktiva dapat dijual sebesar nilai bukunya. Apabila saham yang beredar itu hanya satu macam, yaitu saham biasa maka nilai buku per lembar saham dihitung sebagai berikut:

Jumlah PT

(21)

Sebagai ilustrasi, berikut ini contoh modal dari PT Risa Fadila.

Modal saham , nominal Rp1000,00 1000 lembar beredar Rp1.000.00,00

Agio saham Rp 550.000,00

Laba tidak dibagi Rp 575.000,00

Jumlah Rp2.125.000,00

Nilai buku per lembar = Rp2.125.00,00 = Rp2.125,00

1000 lembar

Apabila ada modal saham dipesan, maka jumlahnya ditambahkan pada modal dan jumlah lembarnya ditambahkan pada jumlah lembar yang beredar. Jika ada treasury stock, maka jumlahnya dikurangkan pada modal dan jumlah lembarnya dikurangkan pada jumlah lembar yang beredar.

Misalnya: modal PT Bahtera sebagai berikut:

Modal saham, nominal Rp1000,00 beredar 1000 lembar

Dibeli sebagi treasury stock 100 lembar Rp1.000.000,00

Modal saham dipesan 300 lembar Rp 300.000,00

Agio saham Rp 425.000,00

Laba tidak dibagi: dibatasi Rp350.000,00

Tidak dibatasi Rp450.000,00

Rp 800.000,00

Rp2.525.000,00

(-) treasury stock, sebesar harga beli Rp 125.000,00

Rp2.400.000,00

Nilai buku per lembar saham = Rp2.400.000,00

100 lembar + 300 lembar - 100 lembar

(22)

Apabila saham yang beredar itu terdiri dari saham biasa dan prioritas, maka pertama kali harus dihitung dulu bagian modal yang menjadi milik saham prioritas. Sisa modal yang ada menjadi bagian saham biasa. Nilai buku per lembar saham prioritas adalah bagian modal saham prioritas dibagi dengan jumlah lembar saham prioritas yang beredar. Nilai buku per lembar saham biasa adalah bagian modal saham biasa dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. menghitung bagian modal yang menjadi milik saham prioritas perlu dipertimbangkan hal – hal berikut :

1. Nilai likuidasi yaitu jumlah yang akan dibayarkan kepada pemegang saham prioritas pada saat perusahaan dilikuidasi. Nilai ini bisa dibawah nominal, sama dengan nominal atau lebih besar dari nominal.

2. Hak dividen. Saham prioritas mungkin mempunyai hak – hak tertentu, misalnya hak atas laba tidak dibagi sesuai dengan perjanjian tentang dividen. Dalam keadaan seperti ini, maka laba tidak dibagi sebesar jumlah yang sesuai dengan perjanjian akan dihubungkan dengan saham prioritas. Kadang – kadang saham prioritas itu bersifat kumulatif atau berpartisipasi, jika keadaannya seperti ini maka harus dihitung berapa besarnya laba tidak dibagi yang harus diperhitungkan terhadap saham prioritas.

Sebagian ilustrasi perhitungan nilai buku saham prioritas dan biasa, berikut ini diberikan beberapa contoh, yang dasarnya adalah modal PT ADA per 31 Desember 2005 sebagai berikut :

Modal saham biasa, 10.000 lembar, nominal @ Rp 500,00 Rp 5.000.000,00

Laba tidak dibagi Rp 750.000,00

Rp 6.750.000,00

Contoh 1:

Dividen saham prioritas yang belum dibayar adalah mulai 1 juli 2005. Nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.100,00. Saham prioritas berhak atas dividen yang belum diterima. Nilai buku saham pada tanggal 31 Desember 2005 dihitung sebagai berikut :

Jumlah modal Rp 6.750.000,00

Modal untuk saham prioritas :

Nilai likuidasi : Rp 1.100,00 x 1.000 lembar = Rp 1.100.000,00

(23)

Rp 1.150.000,00

Modal untuk saham biasa =Rp 5.600.000,00

Nilai buku per lembar :

Prioritas = Rp 1.150.000,00 : 1.000 lembar = Rp 1.150,00

Biasa = Rp 5.600.000,00 : 10.000 lembar = Rp 560,00

Contoh 2:

Nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.100,00. Saham prioritas adalah kumulatif dan dividen yang belum dibayar adalah sejak tahun 2001. Perhitungan nilai buku saham sebagai berikut :

Jumlah modal Rp 6.750.000,00

Modal untuk saham prioritas :

Nlai likuidasi = Rp 1.100,00 x 1.000 lembar = Rp 1.100.000,00

Dividen = 5 tahun x 10% x Rp 1.000.000,00 =Rp 500.000,00 Rp 1.600.000,00

Modal untuk saham biasa Rp 5.150.000,00

Nilai buku saham per lembar :

Prioritas = Rp 1.600.000,00 : 1.000 lembar = Rp 1.600,00

Biasa = Rp 5.150.000,00 : 10.000 lembar = Rp 515,00

Contoh 3:

Nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.000,00. Saham prioritas adalah kumulaif dan dividen yang belum dibayar adalah sejak tahun 1998. Dividen selama 8 tahun ini tetap diperhitungkan walaupun akan mengurangi modal untuk saham biasa sampai dibawah nilai nominalnya. Perhitungan nialai buku saham sebagai berikut :

Jumlah modal Rp 6.750.000,00

Modal untuk saham prioritas :

(24)

Dividen (98 s.d 05) =

8 tahun x 10% x Rp 1.000.000 = Rp 800.000,00

Rp 1.800.000,00

Modal untuk saham Rp 4.950.000,00

Nilai buku saham per lembar :

Prioritas = Rp 1.800.000,00 : 1.000 lembar = Rp 1.800,00

Biasa = Rp 4.900.000,00 : 10.000 lembar = Rp 495,00

Contoh 4 :

Misalnya nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.000,00. Dividen saham prioritas ½ tahun pertama tahun 2005 sudah dibayar. Saham prioritas berpartisipasi penuh dengan saham biasa, sesudah saham biasa menerima dividen dengan persentase yang sama dengan saham prioritasi. Laba tidak dibagi yang menjadi bagian saham prioritas dan saham biasa dihitung sebagai berikut :

Jumlah Prioritas Biasa

Saldo laba tidak dibagi Rp 750.000,00

Dividen prioritas = 6/12 x 10%x Rp 1.000.000,00 = 50.000,00 Rp 50.000,00

Rp 700.000,00

Dividen saham biasa 10% x Rp 5.000.000,00 = 500.000,00 Rp 500.000,00

Rp 200.000,00

Saldo dibagikan ke prioritas dan biasa dengan tarif

3,33% ( = 200.000 x 100% ) = 200.000,00 33.333,00 166.666,00

600.000

(25)

Nilai buku dihitung sebagai berikut Rp6.750.000,00

Jumlah modal

Modal untuk prioritas :

Nilai likuidasi = 1.000 x Rp 1.000,00 = Rp 1.000.000,00

Dividen dan laba tidak dibagi = 83.333,00

Modal untuk saham prioritas 1.083.000,00

Modal untuk saham biasa Rp 5.666.666,00

Nilai buku saham per lembar =

Prioritas = Rp 1.083.333,00 : 1.000 lembar = Rp 1.083,33

Biasa = Rp 5.666.666,00 : 10.000 lembar = Rp 566,67

2.6 Laba Perlembar Saham (Earnings Per Share/ Eps)

Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Informasi mengenai laba perlembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Apabila dividen yang dibayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan pendapatan perlembar saham dalam periode yang sama, maka akan diperoleh persentase pembayaran (pay out percentage/ devidend payout ratio)

Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No. 56 yang menyatakan ada dua macam laba per lembar saham yaitu :

(26)

2. Laba per saham dilusian (LPS dilusian) adalah jumlah laba suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.

a. Laba per Saham Dasar

Laba per saham dasar dihitung dengan memnagi laba atau rugi yang tersedia bagi pemegang saham biasa ( laba bersih residual ) dengan jumlah rata – rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam suatu periode. Laba bersih residual adalah laba bersih (setelah dikurangi beban pajak, pos luar biasa dan hak

pemegang saham minoritas) dikurangi dengan dividen saham utama yang meliputi :

1. Dividen saham utama (prioritas) bukan kumulatif yang di umumkan pada periode yang bersangkutan.

2. Dividen saham utama (prioritas) kumulatif yang terkumulasi pada periode yang bersangkutan, baik dividen tersebut sudah atau belum diumumkan.

Rumus LPS dasar adalah :

Laba per saham dasar = laba bersih – dividen sahm prioritas

Rata – rata tertimbang saham yang beredar

Apabila terdapat transaksi yang mengubah jumlah saham biasa, maka jumlah rata – rata tertimbang saham biasa harus disesuikan. Contoh transaksi yang

mengubah jumlah saham biasa adalah :

1. Pembagian divedin saham biasa dan saham bonus

2. Penerbitan hak memesan lebih dulu (right issue) untuk pemegang saham lama.

3. Pemecahan saham (stock splits)

4. Penggabungan saham.

Contoh 1:

(27)

1.500.000,00. Semua saham sudah beredar sejak awal tahun 2005 dan tidak ada saham prioritas. Pendapatan per lembar saham RT Maju untuk tahun 2005 sebesar :

Rp 1.500.000,00 – 0 = Rp 1.500,00

1.000 lembar

Contoh 2:

PT Baru mempunyai modal sebagai berikut : saham biasa (beredar) sebanyak 1.500 lembar. Saham prioritas, nominal Rp 1.000,00 per lembar, beredar sebanyak 500 lembar. Dividen saham prioritas sebesar 10%. Pendapatan bersih tahun 2005 sebesar Rp 2.000.000,00. Perincian mengenai saham biasa adalah sebagai berikut : 1 Januari 2005, beredar 1.000 lembar. 1 Juli 2005, emisi baru sebanyak 500 lembar.

Untuk dapat menghitung laba per lembar saham, pertama kali perlu dihitung rata – rata tertimbang saham biasa yang beredar. Perhitungan sebagai berikut :

Jumlah

Saham

Laba Peredaran

(Bulan)

Bobot

(Weight)

Rata – rata

Tertimbang

1.000

1.500

6

6

6/12 = 1/2

6/12 = 1/2

500

750

Jumlah rata – rata tertimbang 1.250

Laba per lembar saham dasar = Rp 2.000.000,00 – 50.000*)

1.250

= Rp 156,00.

*) Dividen saham prioritas = 500 lembar x Rp 1.000,00 x 10% = Rp 50.000,00.

(28)

Menurut SAK No. 56, dalam menghitung laba per saham dilusian, laba bersih residual dan jumlah rata – rata tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan dengan memperhitungkan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif. Yang dimaksud dilution (dilutif) adalah pengurangan terhadap EPS yang diakibatkan oleh anggapan bahwa convertible securities sudah ditukarkan atau options dan warrants sudah digunakan atau saham – saham lain sudah dikeluarkan untuk memenuhi persyaratan – persyaratan tertenttu. Adapun contoh efek

berpotensi saham biasa adalah :

1. Efek utang (debt security) atau instrumen ekuitas selain saham biasa yang dapat ditukar dengan saham biasa.

2. Waran atau opsi saham, yaitu instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham biasa dengan harga tertentu dan dalam periode (jangka waktu) tertentu.

3. Kebijakan kepegawaian yang memberikan hak kepada karyawan untuk menerima saham biasa sebagai bagian dari remunerasi atau hak untuk membeli saham dengan syarat tertentu.

4. Saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisi – kondisi tertentu yang dimuat dalam suatu perjanjian, seperti kontrak pembelian usaha atau aktiva lain.

Perhitungan laba per saham dilusian pada dasarnya sama dengan perhitungan LPS dasar . perbedaannya terletak pada hal–hal berikut :

1. Laba bersih yang diperhitungkan adalah laba bersih residual ditambah dividen dan bunga (dihitung setelah pajak) dan disesuaikan dengan perubahan penghasilan dan beban yang disebabkan konversi efek berpotensi saham biasa.

2. Jumlah rata–rata saham biasa yang beredar ditambah rata–rata, tertimbang saham biasa yang akan beredar dengan asumsi semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif dikonversikan menjadi saham biasa.

Anggaran (Budgeting)

BAB I

PENDAHULUAN

Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja dalam rangka waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai perencanaan laba (profit planning). Untuk jangka waktu tertentu, misalnya lima sampai sepuluh tahun, manajemen puncak menetapkan kearah mana perusahaan akan dijalankan dan menyusun semacam blue print (program kerja) tentang kondisi yang akan dicapai perusahaan dalam jangka

(29)

yang disusunnya. Untuk menjamin terlaksananya program tersebut, manajemen menyusun anggaran yang berisi rencana kerja tahunan dan taksiran nilai sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana kerja tahunan dan taksiran nilai sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana kerja tersebut. Anggaran menjamin pelaksanaan rencana kerja dengan biaya yang sesuai dengan yang direncanakan dalam anggaran. Dengan demikian penyusunan anggaran

dimaksudkan untuk memberikan jaminan pencapaian blue print tentang program jangka panjang dengan biaya sesuai dengan yang dianggarkan sebelumnya.

Dengan anggaran, manajemen mengarahkan jalannya perusahaan kesuatu kondisi tertentu. Proses penyusunan anggaran merupakan proses penyusunan rencana jangka pendek, yang dalam perusahaan berorientasi laba, pemilihan rencana didasarkan atas dampak rencana kerja tersebut terhadap laba. Oleh karena itu sering sekali proses penyusunan anggaran sering sekali disebut sebagai

penyusunan rencana laba jangka pendek (short-run profit planning). Setelah suatu rencana kerja dipilih untuk mencapai sasaran anggaran, manajer yang berperan untuk melaksanakan rencana kerja tersebut memerlukan sumber daya, untuk memungkinkannya mencapai sasaran anggaran. Dalam pembahasan artikel ini hanya dibahas tentan anggaran, hubungannya dengan manajemen, perusahaan, akuntansi dan anggaran yang bersifat operasional. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan lebih rinci di bab II Pembahasan.

  BAB II

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Anggaran 1. Pengertian Anggaran

Seringkali Anggaran dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar

manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi bila

anggaran dihubungkan fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi perencanaan, mengarahkan, mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dan bidang-bidang organisasional didalam badan usaha.

Dari definisi di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

• Bahwa anggaran harus bersifat formal artinya anggaran disusun dengan sengaja dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis dan teliti.

• Bahwa anggaran harus bersifat sistematis artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika.

• Bahwa setiap manajer dihadapkan pada suatu tanggungjawab untuk mengambil keputusan sehingga anggaran merupakan hasil pengambilan keputusan yang berdasarkan asumsi tertentu.

(30)

2. Fungsi Anggaran

Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan.

a. Fungsi Perencanaan

Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Sebelum perusahaan melakukan operasinya, pimpinan dari perusahaan tersebut harus lebih dahulu merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan di masa datang dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta bagaimana

melaksanakannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka aktifitas akan dapat terlaksana dengan baik.

b. Fungsi Pengawasan

Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan apabila perlu. Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan, apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja dengan baik dalam mengelola perusahaan.

c. Fungsi Koordinasi

Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap

individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan

perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian lainnya. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam perusahaan, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan lainnya. Untuk itu anggaran dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya sudah diatur dengan baik.

d. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja

Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksir-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan

kegiatannya.

3. Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi

Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah menyediakan data

(31)

digolong-golongkan, diringkas dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Dengan

demikian jika dihubungkan dengan anggaran, data akuntansi merupakan salah satu sumber utama, hal ini disebabkan akuntansi menyediakan data historis dan actual yang bersifat keuangan yang memenuhi tujuan analisa dalam pengembangan rencana-rencana perusahaan. Selanjutnya penyesuaian anggaran harus disesuaikan dengan sistem akuntansi yang terdapat dalam perusahaan tersebut, terutama penggolongan transaksi-transaksi dalam perkiraan-perkiraan. Penggolongan

transaksi-transaksi dalam perkiraan-perkiraan untuk anggaran harus sama dengan yang ada pada laporan keuangan, dengan maksud agar dapat diperbandingkan sehingga dapat diketahui penyimpangan yang terjadi.

4. Hubungan Anggaran dengan Manajemen

Secara sederhana, manajemen diartikan sebagai suatu ilmu dan seni untuk

mengadakan perencanaan (planning), mengadakan pengorganisasian (organizing), mengadakan pengarahan dan pembimbingan (directing), mengadakan

pengkoordinasian (coordinating) serta mengadakan pengawasan (controling) terhadap orang-orang dan barang-barang, untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Jika fungsi anggaran dibandingkan dengan fungsi-fungsi

manajemen tersebut, nampaklah bahwa anggaran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan manajemen. Dengan demikian, anggaran adalah alat manajemen untuk

membantu menjalankan fungsi-fungsinya. Hubungan yang lain antara anggaran dengan manajemen adalah dalam membantu manajemen dalam mengelola perusahaan. Manajemen harus mengambil keputusan-keputusan yang paling menguntungkan perusahaan, seperti memilih barang-barang atau jasa yang akan diproduksi dan dijual, memilih atau menyeleksi langganan, menentukan tingkat harga, metoda-metoda produksi, metoda-metoda distribusi, termin penjualan. Dalam kaitan dan hubungan antara anggaran dan management yang sangat

erat dalam hal penyusunan perencanaan. Dalam hal ini anggaran bermanfaat untuk membantu manajemen meneliti, mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan kala lain, sebelum merencanakan kegiatan manajer mengadakan penelitian dan pengamatan-pengamatan terlebih dahulu. Membuat rencana akan menguntungkan semua kegiatan. Terutama kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan finansial, tingkat persediaan, fasilitas-fasilitas produksi, pembelian, pengiklanan, penjualan, pengembangan produk dan lain sebagainya.

5. Aspek dan Manfaat Anggaran

Fungsi pokok manajemen adalah perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Semakin terbatasnya sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan dan semakin kompleksnya masalah perusahaan, memaksa manajer untuk

menggunakan

(32)

yang ingin dicapai serta penentuan cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, jadi perencanaan mengandung aspek :

(1) Penentuan tujuan yang akan dicapai

(2) Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh dari semua alternatif yang mungkin dipilih.

(3) Usaha-usaha atau langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang dipilih.

Manfaat penting adanya perencanaan yang baik di dalam suatu perusahaan adalah:

(1) Karena tujuan yang ingin dicapai telah ditetapkan (dirumuskan), maka

pelaksanaan kegiatan dapat diusahakan dengan efektivitas dan efisiensi setinggi mungkin.

(2) Dapat untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai dan dapat dilakukan koreksi-koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang timbul seawal mungkin.

(3) Dapat mengindentifikasikan hambatan-hambatan yang timbul dan mengatasinya secara terarah.

(4) Dapat menghindarkan adanya kegiatan, pertumbuhan, dan perkembangan yang tidak terarah dan terkontrol.

6. Keuntungan dan Keterbatasan Anggaran

Pemakaian anggaran di dalam perusahaan memberikan keuntungan sebagai berikut:

a) Penyusunan anggaran merupakan kekuatan manajemen dalam menyusun perencanaan, dimana manajemen melihat ke depan untuk menentukan tujuan perusahaan yang dinyatakan di dalam ukuran finansial.

b) Anggaran dapat digunakan alat koordinasi berbagai kegiatan perusahaan, misalnya koordinasi antara berbagai penjualan dengan kegiatan produksi. c) Implementasi anggaran dapat menciptakan alat untuk pengawasan kegiatan perusahaan. Penyimpangan antara anggaran dengan realisasi dihitung dan dianalisa, dan manajemen dapat mengetahui adanya penyelewengan tersebut. d) Berdasarkan teknik yang digunakan dalam anggaran, manajemen dapat memeriksa dengan seksama penggunaan sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan apakah dapat berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). e) Pemakaian anggaran mengakibatkan timbulnya suasana yang bersemangat untuk memperoleh laba, timbul kesadaran tentang pentingnya biaya sebelum dana disediakan. Tekanan anggaran bukan semata-mata menekan biaya, akan tetapi adalah memaksimalkan laba dalam jangka panjang, dan tambahan biaya akan dibenarkan apabila tambahan biaya tersebut diperkirakan dapat

meningkatkan laba.

f) Pemakaian anggaran dapat mendorong dipakainya standar sebagai alat pengukur

(33)

g) Pemakaian anggaran dapat membantu manajemen di dalam pengambilan keputusan untuk memilih beberapa alternatif yang mungkin dilaksanakan, misalnya: membuat atau membeli, membuat atau menyewa, menolak atau menerima pesanan, khusus, mendorong atau mengurangi produk tertentu dan sebagainya.

Disamping keuntungan-keuntungan dari pemakaian anggaran perlu diketahui pula adanya keterbatasan dari anggaran sebagai berikut:

a) Anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi atas kegiatan yang akan datang, ketepatan dari estimasi sangat tergantung kepada pengalaman dan kemampuan dari estimator atau proyektor, ketidak tepatan anggaran berakibat tidak baik sebagai alat perencanaan, koordinasi, dan pengawasan dengan baik. b) Anggaran harus selalu disesuaikan dengan perubahan kondisi dan asumsi. Anggaran disusun atas dasar kondisi dan asumsi yang mendasari penyusunan anggaran mengharuskan adanya revisi anggaran agar anggaran tersebut dapat digunakan sebagai alat manajemen. Perubahan kondisi atau asumsi misalnya dapat berupa: laju inflasi atau kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.

c) Anggaran dapat dipakai sebagai alat oleh manajemen hanya apabila semua pihak, terutama manajer-manajer perusahaan, secara terus-menerus dan

terkoordinasi berusaha dan bertanggung-jawab atas tercapainya tujuan yang telah ditentukan di dalam anggaran.

B. Jenis-jenis Anggaran Operasional pada Perusahaan 1. Anggaran Penjualan

Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting dalam penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis dan pendukung utama dalam menyusun rencana anggaran komprehensip perusahaan. Sebab jika anggaran penjualan bersifat tidak realistis seperti "over convidance" atau terlalu percaya diri maka sebagian besar bagian dari rencana laba keseluruhan juga akan ikut tidak realistis. Adapun defenisi dari anggaran penjualan itu sendiri adalah "Anggaran yang

menerangkan secara terperinci tentang penjualan perusahaan dimasa datang dimana didalamnya ada rencana tentang jenis barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan barang. Rencana anggaran penjualan dapat dipergunakan untuk menyusun pembuatan bagian-bagian dari anggaran-anggaran lainnya.

Tujuan utama dari anggaran penjualan adalah: 1. Mengurangi ketidakpastian dimasa depan

2. Memasukkan pertimbangan /keputusan manajemen dalam proses perencanaan 3. Memberikan informasi dalam profit planing control

4. Untuk mempermudah pengendalian penjualan

Suatu anggaran penjualan yang lengkap sebaiknya menunjukkan gambaran sebagai berikut :

(34)

! Penjualan dilakukan menurut daerah pemasaran

Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut :

a) Anggaran penjualan adalah dasar perencanaan atas kegiatan perusahaan pada umumnya.

Anggaran penjualan terlebih dahulu disusun baru kemudian komponen-komponen anggaran lainnya, sehingga dapat menggambarkan suatu rencana anggaran komprehensip. Kemudian tahap berikutnya segera dapat menyusun anggaran produksi untuk memenuhi jumlah barang jadi yang harus segera di produksikan untuk memenuhi penjualan.

b) Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap pelaksanaan divisi Pemasaran.

Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi adalah untuk memantau tugas kepada divisi produksi supaya jangan kehabisan persediaan barang jadi dan sebaliknya anggaran produksi memantau kebagian pembelian, sehingga terdapat keserasian dalam membentuk anggaran komprehensip.

c) Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian

Anggaran penjualan berarti penetapan target-target penjualan atas setiap anatomi organisasi pemasaran yang dilakukan oleh para penjual, pengawas penjual dan manajer-manajer pemasaran. Pihak-pihak diatas perlu diorganisasikan sesuai dengan daerah-daerah pemasaran guna mencapai target penjualan yang tertera pada anggaran penjualan.

d) Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen. Keberhasilan suatu anggaran konprehensif dalam suatu perusahaan tergantung

kepada keberhasilan anggaran penjualan. Sebaliknya dengan tersusun anggran penjualan secra terperinci memungkinkan manajemen lebih gampang untuk menyusun anggaran lainnya adalah berpedoman kepada anggaran penjualan.

2. Anggaran Biaya Produksi

Biaya produksi meliputi BBB, BTKL, dan BOP yang terjadi pada dua periode, yaitu periode lalu dan periode ini. Anggaran produksi berarti anggaran kegiatan, karena produksi adalah proses kegiatan membuat produk. Untuk menyusun anggaran produksi dihasilkan periode ini dihitung berdasarkan anggaran jualan ditambah sediaan produk jadi akhir yang dianggarkan, menghasilkan produk jadi siap dijual. Produk jadi siap dijual dikurang sediaan produk jadi awal menghasilkan produk yang dianggarkan, dalam hal ini anggaran produk jadi dihasilkan periode ini:

Anggaran produk dapat disusun dalam empat cara: (1) mengutamakan stabilitas produk, (2) mengutamakan stabilitas sediaan, (3) kombinasi stabilitas produk dengan stabilitas sediaan, (4) disesuaikan dengan keperluan manajemen.

3. Anggaran Bahan Baku

(35)

produksi, dan bahan baku adalah komponen utama dari suatu produk. Kuantitas bahan baku tersedia untuk dipakai adalah kuantitas bahan baku yang dibeli

ditambah kuantitas sediaan bahan baku awal. Kuantitas bahan baku dipakai adalah kuantitas bahan baku tersedia untuk dipakai dikurang kuantitas sediaan bahan baku. Biaya bahan baku adalah kuantitas bahan baku dipakai dikali harga bahan baku per unit. Kuantitas bahan baku dipakai dapat juga diperoleh dari kuantitas produk jadi yang diproduksi periode ini dikali standar bahan baku dipakai per unit produk. Bahan baku yang dibeli adalah biaya bahan baku ditambah sediaan bahan baku awal dikurang sediaan bahan baku akhir.

4. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead Pabrik

Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang langsung bekerja mengolah produk. Biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang harus dibayar untuk tenaga kerja langsung. Upah untuk tenaga kerja langsung biasanya menggunakan sistem upah per unit produk yang dihasilkan atau sistem upah per jam kerja langsung. Untuk memperoleh biaya tenaga langsung yang dianggarkan adalah jam kerja langsung terpakai dikali standar upah tenaga kerja langsung per jam. Jam kerja langsung terpakai adalah produksi dianggarkan dikali standar jam tenaga kerja langsung. Dengan adanya anggaran tenaga kerja langsung dapat disiapkan kas untuk pembayarannya, sehingga dapat memperlancar produksi. Anggaran tenaga kerja langsung besar kecilnya dipengaruhi oleh produk dianggarkan, standar jam kerja langsung, dan standar tarif upah tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya yang terjadi di pabrik, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Bila ingin menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan harga pokok variabel (variable costing) maka biaya overhead pabrik dipisahkan menjadi BOP variabel dan BOP tetap, tetapi bila ingin menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan harga pokok penuh BOP tidak perlu dipisahkan menjadi dua, terkecuali untuk kepentingan pembedaan anggaran rugi-laba antara metode penentuan harga pokok variabel dengan metode penentuan harga pokok penuh.

BAB III

KESIMPULAN

Anggaran adalah suatu bentuk tanggung jawab oleh manajer untuk mengambil keputusan sehingga anggaran merupakan hasil pengambilan keputusan yang berdasarkan asumsi tertentu. Anggaran memiliki fungsi sebagai alat bantu manajer dalam merencanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan pedoman kerja. Anggaran/ Budget memiliki hubungan yang erat dengan manajemen karena memiliki fungsi yang sama yaitu merencanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan sebagai pedoman kerja. Anggaran/ Budget juga memiliki hubungan yang erat dengan akuntansi

(36)

berbagai kegiatan perusahaan, misalnya koordinasi antara berbagai penjualan dengan kegiatan produksi sehingga koordinasi tersebut akan menciptakan synergy yang akan menguntungkan perusahaan. Tetapi dibalik keuntungan pemakaian anggaran/ budget terdapat juga berbagai keterbatasan dalam membuat anggaran. Salah satunya adalah anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi atas

kegiatan yang akan datang, ketepatan dari estimasi sangat tergantung kepada pengalaman dan kemampuan dari estimator atau proyektor, ketidak tepatan anggaran berakibat tidak baik sebagai alat perencanaan, koordinasi, dan pengawasan dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan akhir Februari 2018 mencapai Rp121,46 triliun , setara dengan 15,85 persen target APBN 2018 atau sedikit lebih

Several economists even predicted that in a matter of ten years, India will be able to beat China’s impressive economic growth because of the large pool of productive

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN CIRCUMLOCUTION D ALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA PERANCIS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Ha : Electronic word of mouth memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand image Blue Bird pada followers akun resmi Blue Bird Group pasca insiden anarkis demo 22

Pukul 12.00 : sebelum keberangkatan menuju pos Baderan, kegiaatan diawali dengan upacara pemberangkatan yang pada waktu itu datang Pembantu Dekan III Fakultas Pertanaian untuk

9 Uforia masyarakat menyambut BPJS dapat saja terjadi karena sejauh ini akses pelayanan kesehatan masih dirasa sulit, dengan adanya angina segar yang dihembuskan kebijakan BPJS

Oleh karena itu, untuk meminimalkan adanya batasan berat molekul tersebut perlu dilakukan proses sonikasi secara bertahap dengan cara melakukan sonikasi kembali terhadap produk

1) Tanya jawab, pemeriksaan fisik dan T.H.T. rutin pada para pekerja sebagai sampel. 2) Pemeriksaan intensitas kebisingan di lingkungan kerja (pabrik) pada beberapa tempat.