• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Struktur Kepemilikan saham - PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada perusahaan manufaktur go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2017) - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Struktur Kepemilikan saham - PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada perusahaan manufaktur go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2017) - UMBY repository"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Struktur Kepemilikan saham

Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, pemilik tidak mungkin

melaksanakan semua fungsi yang dibutuhkan dalam pengelolaan suatu

perusahaan, karena keterbatasan kemampuan, waktu, dan sebagainya. Dalam

kondisi yang demikian perlu menunjuk pihak lain (agen) yang profesional,

untuk melaksanakan tugas mengelola kegiatan yang lebih baik.

Menurut I Made sudana (2011:11) menyatakan struktur kepemilikan :

“Merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer perusahaan.

Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang menyertakan modal kedalam

perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak yang ditunjuk pemilik dan diberi

kewenangan mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan, dengan

harapan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik”.

Pendapat lainya menurut Mei Yuniati dkk (2016), menyatakan bahwa :

Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan manajemen,

institusional, dan kepemilikan publik, dan struktur kepemilikan merupakan

suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dengan

(2)

Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa struktur

kepemilikan adalah jumlah saham yang dimiliki orang dalam (insider/

manajerial) dengan jumlah saham investor (institusional/pub lik).

Struktur kepemilikan saham mampu mempengaruhi jalanya perusahaan

yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai

tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan

karena adanya kontrol yang dimiliki oleh para pemegang saham.

Struktur kepemilikan dapat dihitung berdasarkan jumlah saham yang

dimiliki pemegang saham dibagi dengan seluruh jumlah saham yang ada.

Komposisi pemegang saham terdiri dari kepemilikan pihak dalam (insider) dan

kepemilikan pihak luar (outsider). Outsider dapat berupa institusi domestik,

institusi asing, pemerintah, individu domestik maupun asing, insider sering

disebut dengan managerial ownership atau kepemilikan manajerial.

Menurut Jahera dan Auburn (1996) dalam saidi (2004), struktur

kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu

perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders)

dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain,

struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan

manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan

kegiatanya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk oleh

(3)

Dalam penelitian ini terdapat dua struktur kepemilikan yang terdiri dari :

1. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial (managerial ownership) adalah suatu kondisi

di mana manajer mengambil bagian dalam struktur modal perusahaan atau

dengan kata lain manajer berperan ganda sebagai manajer sekaligus

pemegang saham di perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini

dipresentasikan oleh besarnya persentase kepemilikan oleh manajer.

Teori struktur kepemilikan Jensen dan Meckling (1976)

mengisyaratkan bahwa ada hubungan positif antara manajer (α) dengan nilai

perusahaan. masalah agensi akan sangat berkurang dengan sendirinya

karena manajer akan dicatat kinerjanya oleh pasar, baik manajer yang ada

dalam perusahaan maupun berasal dari luar perusahaan. Sujoko dan

Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial akan

mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerjanya, karena mereka ikut

memiliki perusahaan.

Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham oleh pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan

perusahaan. Kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menjadikan

nilai perusahaan meningkat karena manajemen melaksanakan dan selalu

mengawasi perkembangan perusahaan sekaligus memperhitungkan

(4)

Semakin besar kepemilikan saham oleh manajerial, maka manajerial

akan bekerja lebih proaktif dalam mewujudkan kepentingan pemegang

saham dan akan meningkatkan kepercayaan, kemudian nilai perusahaan

akan naik.

2. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan

yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan

institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena

dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut

tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham. Pengaruh

kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui

investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.

Kepemilikan institusional berperan sebagai monitoring agent yang

melakukan pengawasan optimal terhadap perilaku manajemen di dalam

menjalankan perannya mengelola perusahaan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

mengurangi agency conflict. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat

(5)

dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency

conflict yang terjadi di dalam perusahaan akan semakin berkurang dan

nilai perusahaan akan semakin meningkat.

B. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan (firm value) merupakan konsep yang penting bagi

investor, karena nilai perusahaan merupakan indikator penting bagaimana pasar

menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan publik ditentukan

oleh harga pasar saham (Walsh, 2004: 144). Harga pasar mencerminkan potensi

perusahaan dimasa datang atau penilaian investor secara keseluruhan atas

ekuitas yang dimiliki suatu perusahaan tertentu. Apabila harga pasar saham

berbeda dibawah nilai bukunya, maka investor memandang bahwa perusahaan

tersebut tidak cukup potensial (Prastowo dan Julianty, 2005: 106).

Nilai perusahaan pada umumnya dapat diukur dari beberapa aspek, salah

satunya adalah ukuran nilai pasar saham yaitu dengan Price to Book Value

Ratio (PBV). Rasio ini mengukur nilai perusahaan yang diberikan pasar

keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah

perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999: 92). Dengan kata lain, rasio ini

menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan relatif terhadap terhadap jumlah

modal yang diinvestasikan.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) nilai perusahaan merupakan

(6)

dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan

saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa mendatang. Harga saham

yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan (clossing price), dan

merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar.

Pengukuran nilai perusahaan menurut Weston dan Copelen (2001) rasio

penilaian perusahaan terdiri dari :

1. Price to Book Value (PBV)

Nilai buku per lembar saham biasa mengindikasikan jumlah ekuitas

pemegang saham yang berkaitan dengan masing-masing lembar saham

umum yang beredar (Prastowo dan Julianty, 2005: 105). Dengan kata lain,

nilai buku dihitung dengan hasil bagi antara ekuitas pemegang saham biasa

dengan jumlah saham biasa yang beredar. Nilai buku dari ekuitas sendiri

merupakan perbedaan antara nilai buku asset dan nilai buku liability.

Pengukuran nilai buku asset pada umumnya dinyatakan melalui nilai asset

pada saat dibeli dikurangi depresiasi dari usia/umur ekonomis asset

tersebut. Sedangkan nilai buku dari nilai liability adalah

kewajiban-kewajiban yang herus dilakukan perusahaan pada saat penilaian. Sedangkan

jumlah saham biasa yang beredar merupakan jumlah saham yang

diterbitkan perusahaan pada periode tertentu. Nilai perusahaan dapat

dihitung dengan price book value, sehingga dapat dirumuskan sebagai

(7)

PBV = Harga Penutupan Saham

Nilai Buku Lembar Sahamx 100%

2. Price Earning Ratio (PER)

Menurut Tandelilin (2007) PER adalah perbandingan antara harga saham

perusahaan dengan earning per sharedalam saham. PER adalah fungsi dari

perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang.

Semakin besar PER, maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk

tumbuh, sehingga meningkatkan nilai perusahaan. PER dapat dihitung

dengan rumus :

PER =Harga pasar perlembar saham

Laba perlembar saham x 100%

C. Penelitian Terdahulu

Pertambahan nilai bagi perusahaan dipengaruhi secara positif oleh

struktur kepemilikan, kibijakan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan

manajemen laba (Wilopo dan Mayangsari 2002 :104). Secara intuatif kondisi

ini menunjukan nilai perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah

satunya yaitu struktur kepemilikan. Menurut Wilopo dan Mayangsri (2002:

107), dengan struktur kepemilikan yang terkonsensentrasi pada pihak tertentu

malah berdampak positif bagi perusahaan. Hasil penelitian ini menepis

anggapan bahwa struktur kepemilikan oleh kekeluargaan, yaitu pemilik

(8)

dan Meckling (1976: 86), kepemilikan manajerial dapat menyetarakan

keinginan manajer dengan pemegang saham karena kepemilikan manajerial

menjadikan manajer dengan pemegang saham itu sendiri. Kepemilikan

manajerial memaksa manajer untuk ikut menanggung konsekuensi keuntungan

atau kerugian dari tindakan mereka, berkaitan dengan kemakmuran pribadi

yang tercermin pada harga saham (tindakan manajer mempengaruhi harga

saham) dan risiko tidak terverifikasinya investasi mereka. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fuerst dan Kang (2000), bahwa terdapat

pengaruh positif antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan.

Wahyudi dan Pawestri (2006), juga menyatakan bahwa struktur kepemilikan

manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung

maupun melalui keputusan pendanaan.

Wahyudi dan Pawestri (2006) tentang implikasi struktur kepemilikan

terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan sebagai variabel

intervening dengan sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEJ

tahun 2003 dan tahun 2002 sebagai komperasinya yang menemukan bahwa

kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Sujoko dan Soebiantoro (2007), melakukan penelitian tentang pengaruh

struktur kepemilikan saham, leverage, faktor internal dan faktor eksternal

terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

(9)

sampel dilakukan dengan purposive sampling. Hasil penelitiannya adalah

kepemilikan institusional, suku bunga, pertumbuhan pasar, profitabilitas,

dividen, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap leverage.

Sementara kepemilikan manajerial, keadaan pasar modal, dan pangsa pasar

relatif tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage. Untuk kepemilikan

institusional, suku bunga, pertunbuhan pasar, profitabilitas, dividen, ukuran

perusahaan, pangsa pasar relative, dan leverage mempunyai pengaruh terhadap

nilai perusahaan. Sementara kepemilikan manajerial tidak mempunyai

pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Endraswati (2012), tentang pengaruh struktur kepemilikan dan

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan hutang sebagai

variabel moderating pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tahun 2007-2008. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 78 perusahaan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

kepemilikan insider, kepemilikan institusional, kebijakan dividen dan

kebijakan hutang sebagai variabel moderating secara bersama-sama

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Sementara itu Arifin dalam Wahyudi dan Pawestri (2003) menemukan

dari sampel penelitiannya terhadap perusahaan publik di Indonesia bahwa

perusahaan dengan kepemilikan institusional memiliki agency problem yang

(10)

ataupun tanpa kontrol pemegang saham. Dia menyatakan bahwa kecilnya

agency problem pada perusahaan institusional lebih dikarenakan oleh kecilnya

konflik antara agen dengan principal. Hal itu selaras dengan penelitian

Thomsen (2008) yang menyatakan kepemilikan institusional berdampak positif

terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian Selvi Sakti Tinambunan (2008) tentang struktur

kepemilikan saham terhadap nilai perusahaan hasil pengujian menggunakan

regresi berganda menunjukan bahwa struktur kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dan struktur kepemilikan institusional

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian atas

perusahaan-perusahaan manufaktur go publik.

D. Hipotesis

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer

memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai

pemegang saham perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan proporsi

kepemilikan saham oleh manajer atau dengan kata lain manajer tersebut

sekaligus sebagai pemegang saham yang diukur dengan persentase jumlah

saham yang dimiliki oleh manajer. Manajer yang sekaligus pemegang saham

(11)

perusahaan, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat

juga

Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh positif signifikan sebab kepemilikan manajerial

merupakan mekanisme yang efektif untuk mengatasi konflik keagenan yang

terjadi akibat kepentingan antara manajer dan pemilik.

Susanti (2014) menghasilkan penelitian bahwa kepemilikan manajemen

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sebab dengan adanya

kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka dapat menimbulkan dugaan

bahwa nilai perusahaan dapat meningkat jika kepemilikan manajemen

meningkat. Kepemilikan manajemen yang besar akan efektif untuk mengawasi

aktivitas perusahaan. Selain itu, semakin besar kepemilikan saham oleh

manajemen maka berkurang kecenderungan manajemen untuk

mengoptimalkan penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan

nilai perusahaan. Dengan kepemilikan manajemen yang tinggi juga

mengakibatkan kinerja para manajemen yang maksimal, sehingga kepemilikan

saham yang dimiliki oleh dewan direksi, manajemen, manajer dapat

meningkatkan mekanisme nilai perusahaan. Oleh sebab itu, hipotesis dari

penelitian ini adalah :

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

(12)

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Pemegang saham institusional biasanya berbentuk entitas seperti

perbankan,asuransi, dana pensiun, reksa dana dan institusi lain. Investor

institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena

memiliki pendanaan yang besar. Kepemilikan institusional merupakan proporsi

kepemilikan saham oleh investor institusional yang diukur dengan persentase

jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional.

Nuraina (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan sebab kepemilikan yang tinggi membuat

perusahaan melakukan pengendalian pada perusahaan. Sukirni (2012) meneliti

bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan

sebab besarnya kepemilikan institusional membuat efisien pemanfaatan aktiva

perusahaan.

Dian dan Lidyah (2014) menemukan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Oleh sebab itu, hipotesis dari

penelitian ini adalah :

H2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan

E. Kerangka Pikir

Nilai perusahaan yang tinggi adalah hal yang diinginkan oleh pemilik

(13)

pemegang saham. Salah satu faktor penentu nilai perusahaan yaitu struktur

kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan

manajerial. Apriada (2013). menyatakan bahwa beberapa peneliti meyakini

struktur kepemilikan saham mampu memengaruhi jalannya perusahaan yang

pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan

perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional yang tinggi akan mendorong untuk

mengoptimalkan nilai perusahaan. Sedangkan kepemilikan manajerial

berpengaruh pada nilai perusahaan karena manajemen akan meningkatkan

kinerja perusahaan karena manajemen juga ikut serta sebagai pemilik

perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas maka kerangka pikir berupa:

Gambar 2.1

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Institusional

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Daftar ini BUK AN m erupakan alokasi DYS final mas ing-masing perguruan tinggi, namun data dosen yang e ligible untuk diikutsertakan dalam serdos tahun 2015 sesuai dengan hasil

Berdasarkan Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor : 04.20.SS.K.D.14/ULP/SS - IV/IV/2014 tanggal Delapan April 2014, maka dengan ini kami umumkan Calon Rekanan yang masuk Daftar

Keliling dan Aksesorisnya Puskesmas Sialang pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun Anggaran 2014, yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Unit

Daftar ini BUK AN m erupakan alokasi DYS final mas ing-masing perguruan tinggi, namun data dosen yang e ligible untuk diikutsertakan dalam serdos tahun 2015 sesuai dengan hasil

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah cara pembuatan media pembelajaran menggunakan Director MX pada topik Ikatan Kimia dan Struktur Molekul melalui beberapa tahapan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari mengetahui karateristik reponden, masa rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana tsunami 2004, sampai dengan

Other motherboards, including third-party models that support Intel sixth-generation CPUs, may provide a means to set both FSB speed and CPU multiplier, either by means of a