Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 I - 1 -
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Pembangunan daerah merupakan bagian integral sekaligus merupakan
penjabaran dari pembangunan nasional. Pembangunan daerah dilakukan untuk
mencapai sasaran pembangunan nasional sesuai dengan potensi, aspirasi, dan
permasalahan pembangunan di daerah. Kunci keberhasilan pembangunan daerah
dalam mencapai sasaran pembangunan nasional secara efisien, efektif, dan merata
adalah koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Selain untuk mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan daerah
dilakukan untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan bagi masyarakat secara adil
dan merata. Berdasarkan UU Nomor : 25 Tahun 2004 tentang system perencanaan
pembangunan nasional, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), dokumen
perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu tahun. Dalam pelaksanaan
pembangunan, RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Anggaran
Belanja Pemerintah Daerah (RAPBD). Penyusunan RKPD merupakan pelaksanaan
dari Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Sesuai dengan tujuan perencanaan pembangunan, bahwa proses penyusunan
perencanaan pembangunan daerah diharapkan dapat mengoptimalkan partisipasi
masyarakat, penyusunan RKPD ini didasarkan pada penjaringan aspirasi yang
diformulasikan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) Tahunan dan memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan
pembangunan daerah pada tahun sebelumnya. Lebih lanjut penyusunan RKPD
juga diintegrasikan dengan prioritas pembangunan Provinsi maupun Pemerintah
Pusat.
RKPD dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Sorong adalah
menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan
dan penganggaran tahunan yang memuat arah kebijakan pembangunan, prioritas
pembangunan, rancangan kerangka ekonomi daerah dan program kegiatan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang selanjutnya sebagai pedoman dalam
penyusunan Kebijakan Umum Anggaran(KUA), Prioritas Plafon Anggaran
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 I - 2 - Dengan RKPD Kabupaten Sorong dapat mewujudkan keterpaduan antara
perencanaan dan penganggaran Dimana pengambilan keputusan penetapan
program dan kegiatan yang direncanakan merupakan satu kesatuan proses
perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi, konsisten dan mengikat untuk
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran program dan kegiatan pembangunan
daerah.
1. 2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dalam penyusunan RKPD
Kabupaten Sorong Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Papua. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151);
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara..
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah .
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 I - 3 - 9. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
10. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang .
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
11. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Pablik.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepala Daerah..
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah
17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Peyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 I - 4 - 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
23. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2010;
25. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara,
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012;
28. Peraturan Bupati Kabupaten Sorong tentang Nomor 15 A Tahun 2012 Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sorong Tahun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 I - 5 - 1. 3 MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten
Sorong Tahun 2014 dimaksudkan untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar
urusan pembangunan, dan antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi
dan efektivitas alokasi sumber daya dalam pembangunan daerah, Serta
menjabarkan Visi dan Misi Kepala Daerah.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Kabupaten Sorong tahun 2014 adalah sebagai pedoman :
a. Sebagai Pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di dalam
melaksanakan berbagai Kegiatan Pembangunan Daerah.
b. Penyusunan KUA dan PPAS Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Sorong Tahun 2014.
c. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
Kabupaten Sorong Tahun 2014.
1. 4 SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong disusun dalam
Sistematika sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Memuat Latar Belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Maksud dan Tujuan, Sistematika
Dokumen RKPD.
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH.
Dalam Bab ini berisikan Visi dan Misi Kepala Daerah Tahun 2012 – 2017 Kabupaten
Sorong serta Evaluasi Pencapaian Hasil Kinerja Pembangunan Daerah Kabupaten
Sorong Tahun lalu. Sedangkan capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan
menguraikan tentang kondisi geografi demografi, pencapaian kinerja penyelenggaraan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 I - 6 - BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH.
Menjelaskan ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan tantangan dan prospek
perekonomian daerah, tahun lalu dan tahun berjalan, arah kebijakan ekonomi daerah,
analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah serta arah kebijakan
keuangan daerah.
BAB IV
PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Menjelaskan arah Kebijakan rencana kerja Pemerintah Daerah, Prioritas
Pemba-ngunan Tahun 2014.
BAB V
MEMUAT RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2014
Menguraikan hal-hal pokok yang memuat keseluruhan dokumen RKPD , sebagai
bagian dari ketegasan Pemerintah Daerah kepada semua pihak dalam memfungsikan
RKPD sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
BAB VI
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 1 -
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN
KINERJA PEMERINTAH DAERAH.
2. 1 Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Sorong Periode 2012 - 2017
VISI…
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sorong yang terpilih
menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2012-2017, yaitu:
“ TERWUJUDNYA TATANAN KEHIDUPAN MASYARAKAT
KABUPATEN SORONG YANG SEJAHTERA “
MISI…
Berdasarkan Visi tersebut diatas selanjutnya ditetapkan 6 (enam) Misi Pembangunan
yang merupakan komitmen dan pedoman arah untuk pengelolaan pembangunan
dan pencapaian pelayanan masyarakat yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mandiri;
2. Meningkatkan tersedianya Infrastruktur dasar yang memadai Ibu Kota Kabupaten
dan Ibu Kota Distrik guna mengerakkan perekonomian dan kawasan serta
mengurangi keterisolasian daerah;
3. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Rakyat dan Peningkatan Pendapatan
Masyarakat;
4. Meningkatkan ketahanan pangan dan ketersediaan perumahan terutama bagi
Masyarakat yang tidak mampu;
5. Mewujudkan Sistem Pemerintah Daerah yang bersih, akuntabel, transparan,
responsif, efisien, bertanggung jawab, dan berwibawa;
6. Menciptakan kondisi Aman, Damai, Tertib, dan Tentram dalam Kehidupan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 2 - 2.1.1 Pemerintahan
A. Kondisi Kepemerintahan Komposisi dan Jumlah Wilayah Pemerintahan
Pemerintahan di Kabupaten Sorong merupakan Tulang punggung utama dalam
pembangunan hal ini tercermin dari ketergantungan yang sangat besar dari
masyarakat dalam mendorong dan menggerakan pembangunan di hampir seluruh
sektor kehidupan masyarakat di kabupaten ini. Hal ini tercermin dari masih
dominannya peran pemerintah dalam mendorong proses pembangunan yang di
tunjang dari APBD yang sangat utama namun dikarenakan Keterbatasan anggaran
APBD sehingga sangat di butuhkan Peran dari Swasta. Secara Riil Sektor Swasta
masih kurang perannya dalam mendorong proses percepatan pembangunan di
kabupaten ini karena itu pemerintah sangat mengharapkan peran dan fungsi pihak
swasta dalam hal ini investor agar lebih banyak lagi menanamkan modalnya di
kabupaten ini.
B. Struktur Pemerintahan
Kabupaten Sorong dikepalai oleh seorang bupati dan di bantu oleh seorang wakil
bupati sebagai kepala daerah, dan ada dua puluh delapan Satuan Kerja Perangkat
daerah (SKPD) dan 3 Kepala kantor. Tabel berikut menunjukan jumlah kepala wilayah
(distrik, Kalurahan dan Kampung) sekabupaten Sorong.
Tabel. 2.1
Jumlah SKPD dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Sorong dan kepala wilayah, (Distrik, Kelurahan Dan kampung yang ada di kabupaten Sorong .
Sumber : Sorong Dalam Angka Tahun 2013
No Kabupaten Sorong Jumlah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 3 - 2. 2 Aspek Geografi dan Demografi
2. 2. 1 Batas Administrasi Daerah
Secara administrasi Kabupaten Sorong terletak di bagian Barat Provinsi Papua
Barat dengan luas wilayah Kabupaten Sorong setelah pembentukan Kabupaten
Tambrauw ± 13.603,46 Km2. Letak geografis Kabupaten Sorong adalah : 1300 40’ 49” -
1320 13’ 48” Bujur Timur dan 000 33’ 42” – 010 35’ 29” Lintang Selatan. Wilayah
administrasi Pemerintah Kabupaten Sorong terdiri dari 19 Distrik, 18 Kelurahan dan
128 Desa/Kampung. Sedang batas administratif Kabupaten Sorong sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Selat Dampir
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten
Sorong Selatan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Seram
Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Sorong, Kabupaten Raja Ampat.
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua,
Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di
Provinsi Papua Barat dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 4 - A. Luas Wilayah
Kabupaten Sorong mempunyai luas wilayah 13.603,46 Km2, yang terdiri dari
daratan seluas 8.457,00 Km2, dan lautan seluas 5.146,46 Km2. Secara administratif
Kabupaten Sorong terdiri dari 19 Distrik/Kecamatan, 13 Kelurahan dan 121
Desa/Kampung.
Tabel.2.2
Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Sorong Tahun 2012
No Distrik
Banyaknya Luas
(Km2) Kampung Kelurahan
1 Moraid 7 - 1. 444, 46
2 Klaso 5 - 316, 46
3 Makbon 8 1 1. 011, 42
4 Klayili 5 - 481, 26
5 Beraur 9 - 822, 26
6 Klawak 9 - 518, 72
7 Klabot 8 - 488, 45
8 Klamono 13 - 432, 89
9 Salawat i 5 2 525, 03
10 Moisegen 7 - 118, 62
11 Mayamuk 6 2 217, 22
12 Seget 8 - 893, 81
13 Segun 6 - 2. 021, 37
14 Salawat i Selat an 7 - 2. 239, 05
15 Aimas 1 6 222, 43
16 Mariat 3 2 118, 16
17 Sayosa 6 - 1. 213, 46
18 Maudus 8 - 492, 54
19 Sorong 5 - 258, 5
Jumlah 121 13 13. 603, 46
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 5 - B. Topografi dan Morfologi Wilayah
Dengan batas di sebelah utara dan sebagian bagian selatan adalah laut, yaitu di
sebelah utara adalah Samudera Pasifik dan di sebelah selatan adalah Laut Seram,
serta di sebelah timur adalah pegunungan Tambrau, maka secara umum bentuk
permukaan bumi atau morfologi wilayah Kabupaten Sorong adalah dataran rendah
(sebelah barat) dan makin ke timur semakin merupakan pegunungan ataupun dataran
tinggi.
Sebagai penjelas bagi bentuk morfologi demikian ini dapat digambarkan profil
wilayah Kabupaten Sorong menurut arah utara – selatan yang meliputi potongan :
1. Sorong – Segun,
2. Pulau Dua – Ayamaru
3. Warmandi – Kapar
sementara potongan arah barat – timur meliputi:
1. Sorong – Dataran Kebar Manokwari, dan
2. P. Salawati – Klabot.
Wilayah Kabupaten Sorong mempunyai ketinggian sejak dari 0 sampai 2.582 meter di
atas permukaan laut (dpl). Dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0 – 100 m
dpl. terdapat di bagian barat dan selatan wilayah (sekitar 25 % dari wilayah
kabupaten), dan morfologi bergelombang hingga pegunungan dengan ketinggian 100
– 2.582 m dpl. terdapat di bagian utara dan timur (sekitar 60 % dari wilayah
kabupaten).
C. Iklim
Kabupaten Sorong memiliki iklim tropis yang lembab dan panas. Berdasarkan data
dari stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sorong, suhu udara maksimal
Kabupaten Sorong adalah 29,70C terjadi dibulan Desember dan suhu minimal 25,60C
terjadi dibulan September. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 83 – 88 %.
Berdasarkan catatan tahun 2012, curah hujan rata-rata per bulan sebesar 257,1 mm
dan banyaknya hari hujan rata-rata sebesar 21 hari. Kejadian hujan terbanyak pada
bulan Maret, dengan jumlah hari hujan 26 hari. Intensitas penyinaran matahari
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 6 - D. Hidrologi / DAS
Kondisi hidrologi, dilihat dari pola aliran sungai, secara umum terdiri dari sungai-
sungai yang mengalir ke utara (Samudera Pasifik) dan ke selatan (Laut Seram),
dengan bagian hulu (upstream) adalah di pegunungan bagian tengah dan timur
wilayah (kompleks Pegunungan Tamrau dll). Sungai-sungai yang mengalir ke arah
utara yang relatif besar antara lain adalah S.Warsamson, S.Mega, S.Kwoor;
sementara sungai-sungai lainnya relatif lebih kecil dan pendek, yang selaras dengan
posisi pegunungan yang lebih dekat ke bagian utara tersebut. Sungai-sungai yang
mengalir ke arah selatan yang relatif besar antara lain adalah Kla Segun, S. Beraur,
S.Klabra/Kla Dut, S.Seremuk.
E. Jenis Tanah dan Tekstur Tanah
Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Sorong, yang diturunkan dari
peta jenis tanah Provinsi Papua Barat, yang meliputi berturut-turut :
- Brown Forest (Inceptisol) : berada pada perbukitan dan lereng pegunungan di bagian utara wilayah, sekitar pegunungan Tamrau ke utara/ke arah Samudera
Pasifik;
- Litosol (Ultisol) dan Lateritik (Oksisol) : terletak di bagian tengah wilayah sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Sorong Selatan;
- Podsolik (Ultisol) : terletak di bagian tengah ke arah timur (Distrik Klamono dan Beraur bagian Utara);
- Rendzina (Molisol) : terletak di bagian tengah (di Distrik Sayosa);
- Aluvial dan Gambut : terletak didaratan Pulau Papua dan Pulau Salawati yang menghadap ke Selat Sele, dan sebagian lagi di daerah aliran Sungai
Warsamson bagian utara;
- Tanah Salin atau tanah garaman (salty soils) : terletak dibagian selatan
wilayah yang menghadap kelaut Seram, yaitu di Distrik Segun, Beraur dan
sedikit Klamono.
Karakteristik tanah dilihat dari aspek tekstur tanah di wilayah Kabupaten Sorong
terdiri dari tekstur halus, sedang dan kasar, serta terdapat tanah gambut. Bagian
terbesar atau mayoritas tekstur tanah Kabupaten Sorong adalah tekstur halus,
sementara tekstur sedang dan kasar relatif kecil. Sementara gambut dominan terletak
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 7 - Kedalaman efektif tanah bervariasi. Kedalaman yang relatif lebih kecil (antara
0-25 cm, dan 0-25-50 cm) cenderung terdapat di bagian utara dan timur pada kompleks
pegunungan, sementara kedalaman yang relatif lebih besar (50-100 cm 100-150 cm,
dan 150 cm lebih) umumnya terdapat dibagian selatan wilayah.
F. Laut dan Pesisir
Terkait dengan letak wilayah Kabupaten Sorong yang relatif dikelilingi oleh laut,
kecuali di bagian timur berbatasan dengan darat, maka panjang garis pantai di
Kabupaten Sorong yang berada pada pulau utama Pulau Papua dan Pulau Salawati
yaitu sekitar 545,31 Km. Sementara panjang garis pantai di bagian utara mulai dari
perbatasan dengan Kabupaten Manokwari di gagian timur dan Kota Sorong di bagaian
barat yaitu mulai Distrik Abun, Sausapor, Moraid, dan Distrik Makbon, mempunyai
panjang gasis pantai sekitar 231,71 Km, dan di bagian selatan sampai ke barat yaitu
mulai dari Distrik Beraur, Segun, Seget, Salawati, Mayamuk, dan Distrik Aimas
mempunyai panjang garis pantai sekitar 313,60 Km Wilayah laut kewenangan
Kabupaten Sorong, yaitu sejauh 4 mil laut dari garis pantai untuk yang berhadapan
dengan laut lepas dan berbagi dengan wilayah tetangga untuk yang terdapat pada
selat. Luas wilayah laut kewenangan (WLK) tersebut secara total adalah sekitar
725.808 Ha, Ekosistem pesisir Kabupaten Sorong yang utama dapat diidentifikasikan
atas 3 karakter ekosistem, yaitu ekosistem estuaria (muara sungai), ekosistem pantai
berpasir, dan ekosistem rawa pesisir, yang saling terkait atau terintegrasi membentuk
ekosisitem pesisir. Ekosistem muara ditemui pada muara-muara sungai baik yang
megalir ke utara maupun yang mengalir ke selatan. Ekosistem pantai berpasir
dominan terletak di bagian utara yang menghadap ke Samudera Pasifik, yang pada
beberapa tempat terdapat beting karang di hadapannya. Pada ekosistem ini terdapat
potensi wisata alam pantai. Ekosistem rawa pesisir dominan terdapat di bagian selatan
wilayah yang menghadap ke Laut Seram dan Selat Sele, yang ditandai oleh sebaran
hutan rawa pesisir pada jenis tanah salin, yang sebagian di antaranya merupakan
bakau (mangrove).
2.2.2 Kondisi Demografis
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk dan Kepadatannya menurut Kecamatan
pada tahun 2012, Kabupaten Sorong memiliki total luas daerah 13.603,46 km², total
jumlah penduduk sabanyak 73.642 orang dan kepadatan penduduk total per-km² 0,19,
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 8 -
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Sorong dan Kepadatannya menurut Distrik
Distrik Luas Daerah Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
Kepadatan per Km²
District Area (Km²) Population Population Population Density
Sq-Km
Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan dalam proses pembangunan.
Penduduk memegang dua peranan sekaligus dalam proses pembangunan, yaitu
sebagai subyek dan obyek pembangunan.
Sumber daya alam yang tersedia tidak akan mungkin dapat dimanfaatkan tanpa
adanya peranan dari manusia. Dengan adanya manusia, sumber daya alam tersebut
dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarga secara
berkelanjutan. Besarnya peran penduduk tersebut maka pemerintah dalam menangani
masalah kependudukan tidak hanya memperhatikan pada upaya pengendalian jumlah
dan pertumbuhan penduduk saja tetapi lebih menekankan ke arah perbaikan kualitas
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 9 - Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi dan mendatangkan manfaat
yang besar bila memiliki kualitas yang baik, namun besarnya jumlah penduduk
tersebut dapat
menjadi beban yang akan sulit untuk diselesaikan bila kualitasnya rendah. Informasi
kependudukan yang baik sangat diperlukan dalam menunjang ke arah pembangunan
manusia yang berkualitas.
Kabupaten Sorong mempunyai penduduk sebanyak 73.642 jiwa, yang terdiri dari
39.110 jiwa penduduk laki-laki dan 34.532 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis
kelamin penduduk Kabupaten Sorong tahun 2012 adalah 113,26 atau dengan kata lain
bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 113 penduduk laki-laki.
A. Suku - suku di Kabupaten Sorong
Penduduk Kabupaten Sorong, seperti halnya dengan Kota Sorong tetangganya
secara sosial budaya terdiri atas penduduk asli dan penduduk pendatang.
Penduduk asli di Kabupaten Sorong dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
Suku Moi, terdiri dari suku : Klabra, Karon, Madik, Kebar, Keboro, dan Yaun,
yang tersebar di Distrik Feet, Abun, Sausafor, Moraid, Makbon, Aimas,
Salawati, Seget, Segun, Beraur, Klamono, dan Distrik Sayosa;
Suku Maibrat, terdiri dari : suku Meimere/Make, Meite, dan Meimaru, yang
tersebar di Distrik Aimas dan Salawati;
Suku Inanwatan, terdiri : dari suku Mate Mani, suku Puragi, Oderau, Kaiso,
dan Samaun, yang tersebar di Distrik Aimas dan Salawati;
Suku Tehit, terdiri dari suku Sawiat, dan Ogit, yang tersebart di Distrik Aimas
daan Salawati;
Sementara penduduk pendatang berasal dari 2 kelompok utama, yaitu
transmigran dan bukan transmigran yang sekarang berdomisili di Kabupaten Sorong
dimana:
Penduduk transmigran telah bermukim sejak sekitar 1980-an, yang bermukim
di distrik-distrik yang berada di sekitar ibukota kabupaten, yaitu Aimas,
Mayamuk, Salawati, dan Klamono. Mereka ini berasal dari Pulau Jawa yang
akrab dengan pertanian, khususnya pertanian lahan basah, sehingga
permukiman mereka ini berhampiran dengan lahan pertanian berupa sawah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 10 -
Sedangkan penduduk pendatang yang bukan transmigran umumnya adalah
migran biasa yang masuk secara individu ataupun keluarga, yang berasal dari
rumpun suku Jawa, Batak, Makasar, Buton, Ambon, Manado dan sebagainya,
sehubungan dengan penugasan ataupun peluang kerja atau peluang usaha di
wilayah ini.
B. Kesejahteraan Sosial
Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan dalam proses pembangunan.
Penduduk memegang dua peranan sekaligus dalam proses pembangunan, yaitu
sebagai subyek dan obyek pembangunan.
Sumber daya alam yang tersedia tidak akan mungkin dapat dimanfaatkan tanpa
adanya peranan dari manusia. Dengan adanya manusia, sumber daya alam tersebut
dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarga secara
berkelanjutan. Besarnya peran penduduk tersebut maka pemerintah dalam menangani
masalah kependudukan tidak hanya memperhatikan pada upaya pengendalian jumlah
dan pertumbuhan penduduk saja tetapi lebih menekankan ke arah perbaikan kualitas
sumber daya manusia.
Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi dan mendatangkan manfaat
yang besar bila memiliki kualitas yang baik, namun besarnya jumlah penduduk
tersebut dapat menjadi beban yang akan sulit untuk diselesaikan bila kualitasnya
rendah.
Informasi kependudukan yang baik sangat diperlukan dalam menunjang ke arah
pembangunan manusia yang berkualitas.
a. Jumlah dan Komposisi Penduduk
Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk keadaan Juni tahun 2012, Kabupaten
Sorong mempunyai penduduk sebanyak 73.642 jiwa, yang terdiri dari 39.110 jiwa
penduduk laki-laki dan 34.532 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin
penduduk Kabupaten Sorong tahun 2012 adalah 113,26, atau dengan kata lain bahwa
untuk setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 113 penduduk laki-laki.
Komposisi penduduk Kabupaten Sorong menurut struktur umur dan jenis kelamin
dapat digambarkan dengan lebih jelas oleh piramida penduduk.
Dengan piramida penduduk kita juga dapat melihat tingkat perkembangan
penduduk pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Gambar 2.1 menunjukkan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 11 - Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa penduduk Kabupaten Sorong tergolong sebagai
“penduduk muda”. “Penduduk muda” digambarkan oleh bentuk piramida penduduk
dengan alas yang besar dan mengecil dengan cepat pada kelompok umur berikutnya,
serta puncak piramidanya lancip pada kelompok umur 65 tahun ke atas. Sebaliknya
piramida “penduduk tua’ mempunyai alas yang relatif tidak lebar dan perlahan-lahan
berkurang pada kelompok umur berikutnya serta puncaknya tumpul.
Penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) merupakan suatu modal penting dalam
pelaksanaan pembangunan di segala sektor. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk
keadaan Juni 2012, sebanyak 61,02 persen penduduk Kabupaten Sorong merupakan
penduduk usia produktif, dan sisanya, yaitu 38,98 persen merupakan penduduk usia
non-produktif (0 -14 tahun dan 65 tahun ke atas). Untuk usia produktif masih
didominasi oleh penduduk laki-laki. Sebanyak 54,72 persen dari penduduk usia
produktif adalah penduduk laki-laki. Sedangkan 45,28 persen dari penduduk usia
produktif adalah penduduk perempuan.
Implikasi dari struktur penduduk muda adalah besarnya persentase penduduk
yang bersiap memasuki batas penduduk usia kerja (economically active population)
dan besarnya rasio ketergantungan (dependency ratio). Batas bawah usia kerja di
Indonesia adalah umur 15 tahun. Setelah memasuki usia tersebut maka mereka
disebut sebagai penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga dan melakukan
kegiatan lainnya).
Gambar 2.1
Piramida Penduduk Kabupaten Sorong Tahun 2012
Sumber: BPS
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 12 - Bila penduduk usia kerja tidak melakukan salah satu aktivitas dalam kelompok
bukan angkatan kerja maka termasuk ke dalam kriteria angkatan kerja. Dan bila dalam
angkatan kerja tidak melakukan aktifitas kerja maka kelompok ini termasuk ke dalam
kriteria pengangguran (unemployment). Dengan jumlah penduduk muda yang besar
tentu potensi jumlah penduduk yang akan terjun ke dalam angkatan kerja juga besar,
untuk itu pemerintah harus bersiap untuk menyediakan lapangan kerja untuk
menampung jumlah angkatan kerja yang besar ini. Hal yang akan terjadi bila
permintaan akan tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja adalah terciptanya
pengangguran.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah apakah tergolong
daerah maju atau daerah yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan
salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Gambar 2.2
Rasio Ketergantungan menurut Jenis Kelamin Kabupaten Sorong Tahun 2012
Sumber: BPS Kab.Sorong, Proyeksi Penduduk
Lk Pr Lk+Pr
59.05
69.69
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 13 - Gambar 2.2 memberikan informasi bahwa besarnya rasio ketergantungan
Kabupaten Sorong mencapai 63,87 persen. Artinya dari 100 orang yang masih
produktif (15-64 tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 64 orang yang belum
produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif (65 tahun keatas). Jika dilihat dari sisi gender,
maka rasio ketergantungan dari penduduk perempuan lebih tinggi daripada penduduk
laki-laki.
b. Sebaran Penduduk
Luas wilayah Kabupaten Sorong mencapai 13.603,46 km2, atau sekitar 14% dari
total luas wilayah Provinsi Papua Barat. Luas wilayah Kabupaten Sorong terdiri dari
daratan seluas 8.457.10 km2 (62,17 %) dan lautan seluas 5.146,36 km2 (37,83 %).
Sekitar 74% dari wilayah daratan Kabupaten Sorong adalah hutan.
Kecenderungan seseorang untuk memilih suatu wilayah tertentu sebagai tempat
tinggalnya biasanya ditentukan oleh pertimbangan kemudahan seseorang untuk dapat
mengakses kebutuhan hidupnya, dalam hal ini dalam kaitannya untuk mendapatkan
sandang pangan.
Hal ini akan mengakibatkan persebaran penduduk yang terpusat pada
daerah-daerah yang potensial secara ekonomi. Persebaran penduduk Kabupaten Sorong
terpusat di daerah-daerah yang berdekatan dengan pusat pemerintahan dan dengan
perusahaan-perusahaan yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Persebaran
penduduk Kabupaten Sorong yang tidak merata diperlihatkan pada Kepadatan
penduduk terkonsentrasi di beberapa distrik. Sebaran penduduk yang tidak merata
mengindikasikan kegiatan perekonomian terpusat di wilayah tertentu.
Distrik Aimas yang merupakan ibu kota Kabupaten Sorong memiliki kepadatan
penduduk terpadat, yaitu 97 jiwa/km2. Sebagai distrik yang menjadi pusat kegiatan
ekonomi dan pemerintahan di Kabupaten Sorong, tentunya akan menjadi daya tarik
bagi para imigran untuk tinggal dan menetap di distrik ini. Distrik dengan penduduk
terpadat ke dua adalah Distrik Mariat, dengan kepadatan penduduk 94 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk dari ke dua distrik ini hampir sama. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa Distrik Mariat merupakan distrik pemekaran dari Distrik Aimas, sehingga Distrik
Mariat mempunyai akses ke pusat-pusat kegiatan ekonomi yang relatif mudah untuk
dijangkau. Distrik Mayamuk merupakan distrik ke tiga terpadat penduduknya, yaitu 47
jiwa/km2. Sedangkan Distrik Salawati, Moisegen dan Klamono mempunyai kepadatan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 14 - Distrik-distrik lainnya, yaitu Distrik Seget, Makbon, Klabot, Beraur, Moraid, Klawak,
Klaso, Salawati Selatan, Klayili, Sayosa, Maudus dan Segun mempunyai kepadatan
penduduk di bawah 5 jiwa/km2. Secara keseluruhan, kepadatan penduduk Kabupaten
Sorong pada tahun 2012 hanya mencapai 5 jiwa/km2.
Gambar 2.3
Kepadatan Penduduk Kabupaten Sorong menurut Distrik, 2012
Sumber: Proyeksi Penduduk dan Kab.Sorong Dalam Angka, 2012
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 15 - 2.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat dan Potensi Unggulan Daerah
2.3.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Kabupaten Sorong tahun 2008-2012 mengalami fluktuasi
pertumbuhan. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi yang tercipta sebesar 4,98
persen, namun di tahun 2009 dan 2010 melambat menjadi 4,60 persen dan 2,47
persen. Di tahun 2012 perekonomian Kabupaten Sorong juga mengalami
kecenderungan melambat setelah sebelumnya di tahun 2011 mengalami percepatan
pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi yang tercipta pada tahun 2012 sebesar 2,29
persen sedangkan laju pertumbuhan tahun 2011 sebesar 6,86 persen.
Grafik 2.1.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sorong (persen) 2008 – 2012,
dapat dilihat melalui Kurva dibawah ini :
Sumber :Statistik Kab.Sorong 2012
Pada tahun 2012, pertumbuhan tertinggi sebesar 12,17 persen dicapai oleh sector
bangunan. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor dengan
pertumbuhan terendah yaitu hingga -1,35 persen. Pada tahun 2011 sektor
pertambangan dan penggalian justru mengalami percepatan dengan pertumbuhan
sebesar 8,80 persen. Turunnya pertumbuhan sektor ini dipicu oleh turunnya
pertumbuhan subsektor pertambangan migas menjadi -1,53 persen.
4.98 4.6
2.47
6.86
2.29
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 16 -
Tabel 2.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sorong Menurut Lapangan Usaha (persen) 2009- 2012.
No Sektor 2009 2010 2011 2012
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab.Sorong 4,60 2,47 6,86 2,29
B. PDRB per Kapita
PDRB per kapita adalah besaran kasar yang menunjukkan tingkat kesejahteraan
penduduk di suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. PDRB per kapita diperoleh
dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di wilayah
tersebut. PDRB per kapita Kabupaten Sorong atas dasar harga berlaku pada tahun
2012 meningkat 2,47 persen terhadap tahun 2011, yaitu dari 93,0 juta rupiah menjadi
95,3 juta rupiah. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000
menunjukkan nilai PDRB per kapita secara riil. Pada tahun 2012 PDRB per kapita
Kabupaten Sorong sebesar 27,3 juta rupiah atau meningkat 1,78 persen terhadap
PDRB perkapita tahun 2011.
Tabel 2.5
Nilai dan Laju pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Sorong 2008-2012
Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 17 - 2.3.2 Potensi Unggulan Daerah
A. Pertanian
Luas panen dan produksi padi di Kabupaten Sorong masing-masing 1.716 Ha
dan 6.487 Ton. Rata-rata produksi padi adalah 3.78 Ku/Ha.Ini menunjukan adanya
penurunan bila dibanding tahun - tahun sebelumnya. Daerah panen padi terluas
yaitu Distrik Salawati dengan produksi 4.762 Ton. Sedangkan untuk komoditas
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau tercatat mengalami
fluktuasi yang berbeda-beda.
Produksi buah-buahan rata–rata mengalami kenaikan bila dibanding tahun
sebelumnya. Adapun jenis buah-buahan tersebut yaitu pisang, nanas, alpokat,
mangga, rambutan, duku, jambu air, jambu biji, pepaya, salak, jeruk besar dan
nangka.
Tabel 2.6
Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian
No Jenis Komoditi Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
LP Prod LP Prod LP Prod
Populasi jumlah ternak Sapi pada tahun 2011 sebanyak 17.970 ekor. Populasi
terbesar berada di Distrik Salawati dan Salawati Timur. Peningkatan produksi ternak
sapi ini berlawanan dengan populasi ternak Kambing PE dan babi. Populasi ternak
Kambing PE terbesar berada di Distrik Mariat sedang Populasi ternak babi terbesar
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 18 - Produksi daging ternak sapi tahun 2011 mencapai 690.162 kg, sedangkan untuk
produksi daging kambing PE mencapai 3.360,26 kg. Produksi daging ternak babi
11.150 kg disamping itu terdapat juga produksi telur unggas (ayam buras, ayam ras
petelur, dan itik) yang juga mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
Tabel 2.7
Populasi dan Produksi Daging Ternak Kabupaten Sorong Tahun 2010-2011
No Jenis Ternak Populasi (ekor ) Produksi Daging (Kg )
2010 2011 2010 2011
1 2 3 4 5 6
1. Sapi Potong 12.604 17.970 575.140 690.162
2. Kambing potong 571 1 070 2.640 3.690
3. Kambing PE 111 224 441 867
4. Ayam Buras 83.581 311.721 100.782 100.707
5. Ayam Ras Petelur 35.700 24.600 46.470 36.720
6. Ayam Ras Pedaging 216.436 216.680 162.327 158.012
7. Itik 3.690 17.077 3.190 5.376
8. Babi 619 988 7.131 11.150
Sumber : Dinas Peternakan, diolah
Perkembangan produksi telur di Kabupaten Sorong rata-rata mengalami peningkatan
(tabel 2.8).
Tabel 2. 8
Produksi Telur Tahun 2010-2011
No Jenis Ternak Telur ( Kg )
2010 2011
1 2 3 4
1 Ayam Buras 93.030 93.519
2 Ayam Ras Petelur 9.940 73.440
3 Itik 6.071 10.138
Sumber : Dinas Peternakan, diolah
C. Perikanan dan Kelautan
Potensi Perikanan di Kabupaten Sorong terdiri dari potensi perikanan tangkap dan
perikanan budidaya. Adapun komoditi perikanan tangkap antara lain ikan cakalang,
ikan tuna, teri, kembung, tenggiri, kakap, ekor kuning, samandar, udang, teripang dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 19 - Sedangkan perikanan budi daya ikan tawar seperti ikan mas, mujair, nila dan lele
sedangkan budidaya rumput laut dan ikan kerapu merupakan harapan kedepan dalam
pengembangannya perikanan budidaya baik skala tradisional, menengah maupun
skala industri hal ini dimungkinkan mengingat beberapa kawasan perairan cocok untuk
budidaya dimaksud. Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sorong masih
didominasi oleh perikanan rakyat dengan skala rumah tangga begitu pula halnya
dengan usaha budidaya, sedangkan skala industri terdapat satu perusahaan ikan beku
yakni PT. Radios Aprija salah satu perusahaan dengan pasaran domestik dan ekspor
ke manca negara dimana perusahaan ini telah bekerja sama dengan beberapa
kelompok nelayan dalam usaha penangkapan ikan seperti cakalang, tuna, ikan dasar
dan ikan ekonomis penting lainnya.
Secara umum pengelompok sumberdaya perikanan dan kelautan terbagi atas
kelompok ikan pelagis yang habitatnya disekitar permukaan seperti ikan cakalang,
tuna,teri,kembung,selar, layur dan ikan tenggiri, kelompok ikan demersal seperti ikan
kakap, ekor kuning, ikan baronang, ikan samandar , bubara, kelompok udang yang
merupakan komoditi andalan dari Kabupaten Sorong yang penangkapannya banyak
dilakukan oleh nelayan tradisional dengan sistem kemitraan bersama pengusaha
pengumpul, ada beberapa jenis udang yang berkembang antara lain udang windu,
galah dan udang serax adapun daerah penyebaraan perairan distrik segun,
beraur,seget, klamono dan sekitar daerah kawasan mangrove.selain itu kelompok
molusca dalam ini kerang-kerangan, kepiting, cumi masih tersebar dibebarapa
perairan Kabupaten Sorong begitu juga halnya ekosistem terumbu karang dan
pariwisata bahari yang memungkinkan sebagai lokasi wisata bahari untuk
dikembangkan terutama perairan Distrik Makbon, Abun sebagai kawasan konservasi
laut daerah ( KKLD) Kabupaten Sorong.
Jumlah nelayan di kabupaten Sorong sebanyak 893 orang terdiri dari nelayan
penuh, nelayan sambilan utama, dan nelayan sambilan tambahan. Untuk armada
perikanan di Kabupaten Sorong berjumlah 662 unit terdiri dari perahu tanpa motor,
perahu motor tempel, perahu motor dalam dan kapal motor dengan alat tangkap yang
bervariasi seperti pancing ulur, gilnet,bagan, pancing tonda, trammel net, pole and line
sero dan bubu.
Produksi perikanan Kabupaten Sorong tahun 2011 baik perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya sebesar 30.430 ton dari berbagai jenis ikan dari sumber
pelagis, sumber demersal, sumber lainnya serta hasil produksi budidaya dan bila
dibanding dengan produksi tahun sebelumnya terjadi kenaikan yang cukup signifikan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 20 - Tabel 2.9
Produksi Perikanan Rakyat Tahun 2009-2011
NO URAIAN TAHUN
Kabupaten Sorong memiliki kekayaan alam hasil hutan dan perikanan selain itu
juga menyimpan kekayaan hasil tambang beberapa diantaranya telah ekplorasi seperti
minyak yang dilakukan oleh Pertamina di Distrik Klamono dan gas alam yang
dilakukan oleh Petrochina. Beberapa potensi tambang dan galian yang masih dapat
dikembangkan di Kabupaten Sorong yaitu: (1) Minyak Bumi dan Gas Alam di Distrik
Beraur, Klamono, dan Seget; (2) Emas di Distrik Moraid, dan Distrik Salawati; (3)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 21 - E. Industri Pengolahan
Industri pengolahan mencakup industri besar, sedang dan industri kecil. Industri
besar terbagi menjadi 3 (tiga) perusahaan yaitu kayu lapis yang mempunyai tenaga
kerja sebanyak 1.958 orang, kilang minyak mempunyai tenaga kerja sebanyak 794
orang, gas mempunyai tenaga kerja sebanyak 802 orang masing-masing pada satu
perusahaan. Industri menengah terbagi 2 (dua) perusahaan yaitu pembekuan ikan
yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 55 orang dan alat listrik dan logam
mempunyai tenaga kerja sebanyak 10 orang masing-masing pada satu perusahaan.
Industri kecil terbagi 5 (lima) perusahaan yaitu pengolahan pangan mempunyai 63
perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 197 orang, sandang dan kulit mempunyai 8
perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 22 orang, kimia dan bahan bangunan
mempunyai 107 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 458 orang, kerajinan umum
mempunyai 8 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 36 orang dan logam
mempunyai 2 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 4 orang.
Banyaknya perusahan industri dan tenaga kerja kelompok industri Kabupaten
Sorong dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel.2.10 II Indust ri Menengah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 22 -
F. Perdagangan, dan Jasa
Sektor perdagangan dan jasa saat ini berkembang cukup menggembirakan
terutama dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, kebutuhan sektor publik,
serta kebutuhan industri dan jasa lainnya. Saat ini di Kabupaten Sorong sedang
dibangun dan dikembangkan pasar sentral, yang dapat memenuhi kebutuhan bahan
pokok masyarakat sehari-hari.
Untuk sektor jasa, juga diharapkan dapat berkembang di masa mendatang. Hal ini
dimungkinkan dengan tersedianya berbagai fasilitas penunjang seperti terminal, dan
pelabuhan laut. Jasa transportasi laut terutama transportasi antar pulau yang dimiliki
oleh penyedia jasa lokal Sorong maupun Pemerintah Daerah. Dan saat ini salah satu
fasilitas penunjang yang telah terbangun yaitu Pelabuhan Kontainer Arar.
G. Perkebunan Kelapa Sawit
Dalam rencana pemanfaatan Ruang RTRW Kabupaten Sorong, Pengembangan
Kawasan Perkebunan diarahkan pada areal kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi, dengan komoditi kelapa, kakao, cengkeh, kopi, pala, kapuk randu, jambu
mete, dan sere wangi. Hal ini disesuaikan dengan kriteria kesesuaian lahan bagi
perkembangan tanaman keras/ tahunan/ perkebunan umumnya tumbuh baik pada
ketinggian 0-2.500 meter di atas permukaan laut.
Tanaman budidaya yang telah dikembangkan meliputi tanaman kelapa, kakao,
cengkeh, kopi, pala, kapuk randu, jambu mete, sere wangi, dan tanaman pinang.
Penyebaran beberapa tanaman komoditi perkebunan meliputi : tanaman kelapa
tersebar di Distrik Moraid, Distrik Makbon, Distrik Seget, Distrik Salawati, Distrik
Beraur, dan Distrik Aimas; tanaman kakao tersebar di Distrik Moraid, Distrik Makbon,
Distrik Beraur, Distrik Salawati, Distrik Seget, dan Distrik Aimas; tanaman cengkeh
tersebar di Distrik Moraid, Distrik Makbon, Distrik Beraur, Distrik Salawati, Distrik
Seget, dan Distrik Aimas; tanaman pala tersebar di Distrik Moraid, Distrik Makbon,
Distrik Salawati, dan Distrik Seget; jambu mete tersebar di Distrik Moraid; tanaman
kapok randu tersebar di Distrik Aimas dan Salawati; dan tanaman sere wangi
terdapat di Distrik Aimas. Luas potensi lahan perkebunan di Kabupaten Sorong
diperkirakan 253.000 hektar dimana lahan yang sudah dimanfaatkan untuk
perkebunan rakyat seluas 4.197 hektar dan dikelola oleh 7.139 kepala keluarga;
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 23 - Rencana peruntukan lahan kelapa sawit yang dikelola oleh PT. Henrison Inti
Persada 15.400 hektar, PT. Inti Nusantara Utama 17.500 hekt ar , dan PT. Int i
Kebun Nusant ara 22. 100 hekt ar.
Perkembangan produksi komiditi perkebunan relatif masih kecil karena usaha tani
tanaman perkebunan masih dilakukan secara monokultur dan luasan usaha tani masih
sempit (belum ekonomis) serta wilayah pengembangan yang dijadikan sentra produksi
belum berskala ekonomi akibat tingkat keterampilan petani dalam mengelola kebun
relatif rendah.
Keunggulan komperatif usaha bidang perkebunan terdapat pada
komoditas-komoditas potensi yang menjadi andalan Kabupaten Sorong yaitu Kelapa dan
Perkebunan Kelapa Sawit. Kedua Komoditas sektor perkebunan tersebut telah
menciptakan industri turunan yang dapat dikembangkan yaitu industri kelapa dan
industri minyak kelapa sawit (CPO). Mentega, sabun, dan deterjen. Pengembangan
Kelapa Sawit untuk Kabupaten Sorong sangat potensial untuk pengembangan industri
kelapa baik kelapa sawit (palm oil) maupun kelapa (coconut). Lahan yang
diperuntukan untuk pengembangan komoditas sub sektor perkebunan di Kabupaten
Sorong seluas 235.000 hektar lahan. Profil dari pengembangan komoditas kelapa
sawit di Kabupaten Sorong sebagai berikut:
1) Lokasi Kawasan Industri Arar, Distrik Salawati, dan Distrik Beraur;
2) Rata-rata produksi kelapa per tahun 3.894 ton.
Ada beberapa perusahan yang telah aktif untuk berinvestasi untuk membuka
lahan perkebunan kelapa sawit terdapat 7 investor yaitu PT. Perusahaan Inti Persada,
PT. Perkebunan Sejahtera, PT. Inti Kebun Sawit, PT. Papua Sawit Raya, PT. Salawati
Mulia Abadi Plan, PT. Sorong Agro Sawatindo, dan PT. Papualestari Abadi.
H. Kehutanan
Luas hutan menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di Kabupaten Sorong
mencapai 828.884 hektar yang terdiri dari hutan lindung 61.747 hektar, hutan PPA
14.739 hektar, hutan produksi terbatas 106.479 hektar, hutan produksi tetap 148.154
hektar, hutan produksi yang dikonversikan 479.575 hektar dan hutan pengunaan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 24 - Tabel 2.11
Luas Hutan menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan
NO TATA GUNA HUTAN 2011
1 Hutan Lindung 61.747,37
2 Hutan PPA 14.739,05
3 Hutan Prosuksi Terbatas 106.479,62
4 Hutan Produksi Tetap 148.154,64
5 Hutan Produksi dikonversikan 479.575,60
6 Hutan Penggunaan lain-lain 18.187,84
Jumlah 828.884,12
Sumber: Dinas Kehutanan, 2011
Produksi hasil hutan di Kabupaten Sorong pada tahun 2009-2011 meliputi Kayu log, Kayu gergajian, Polywooed, Veneer, dan minyak lawang (Tabel 2.12).
Tabel 2.12
Produksi Hasil Hutan ( M3 )Tahun 2009-2011
NO TATA GUNA HUTAN 2009 2010 2011
1 Kayo Log 27.474,44 23.922,25 60.835,41
2 Kayu Gergajian 4.500,00 47.053,37 49.429,87
3 Polywood 735,05 2.822,91 2.195,52
4 Veneer 2.652,23 19.172,29 18.558,38
5 Minyak Lawang - - -
6 Rotan - 15 15
7 Kayu Bakau - - -
Jumlah 35 361,72 92 970,82 131.019,18
Sumber: Dinas Kehutanan, diolah
Kawasan hutan Kabupaten Sorong potensial untuk dikembangkan terutama dalam
pengolahan hasil hutan. Penetapan Kabupaten Sorong sebagai salah satu zona
pembangunan industri dalam pemetaan di lingkup Provinsi Papua dan Papua Barat
memperkuat bahwa sub sektor kehutanan memiliki prospek untuk dikembangkan.
Tujuan utama dibentuknya zona-zona industri adalah untuk mengembangkan bisnis
kehutanan yang mengintegrasikan kegiatan loging, reboisasi, pengolahan hasil hutan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 25 - 2.3.3 Fokus Kesejahteraan Sosial
A. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran nyata hasil
pembangunan kapabiltas manusia dalam tiga aspek mendasar pembangunan
manusia. Aspek kesehatan yang bermakna mempunyai umur panjang diwakili oleh
indicator harapan hidup, aspek pendidikan yang direpresentasikan oleh indikator
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta aspek perekonomian yang
bermakna kehidupan yang layak digambarkan dengan kemampuan daya beli (paritas
daya beli). Ketiga aspek tersebut dianggap mampu untuk merepresentasikan
pembangunan manusia sehingga sampai saat ini penghitungan IPM masih menjadi
rujukan negara-negara di dunia dalam mengukur perkembangan pembangunan
manusia. Sebagai indeks komposit, perkembangan IPM dari tahun ketahun sangat
dipengaruhi oleh komponen-komponen yang menyusunnya. Kemajuan ini sangat
tergantung pada komitmen penyelenggara pemerintah daerah dalam meningkatkan
kapasitas dasar penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup.
IPM Kabupaten Sorong mengalami kenaikan dari tahun 2008 – 2012. Pada tahun
2008, IPM Kabupaten Sorong sebesar 67,82 dan mengalami kenaikan pada tahun
2009 menjadi 68,16. Dengan demikian IPM Kabupaten Sorong mengalami kenaikan
sebesar 0,34 poin dari tahun 2008 ke tahun 2009. Pada tahun 2010, IPM Kabupaten
Sorong kembali mengalami kenaikan dari tahun 2009 menjadi 68,50 atau mengalami
kenaikan sebesar 0,34 poin. Pada tahun 2011 IPM Kabupaten Sorong menjadi 68,81,
atau naik sebanyak 0,43 poin. IPM Kabupaten Sorong mengalami kenaikan pada
tahun 2012 menjadi 69,23.
Gambar 2.4
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sorong Tahun 2008-2012
Sumber : BPS
2008 2009 2010 2011 2012
67.82
68.16
68.50
68.93
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 26 - B. Angka Harapan Hidup
Perkembangan komponen kesehatan digambarkan dengan indikator Angka
harapan hidup. Angka harapan hidup adalah perkiraan banyaknya tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang selama hidup (secara rata-rata). Angka harapan hidup
Kabupaten Sorong mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Pada
tahun 2008, Angka harapan hidup mencapai 67,12 tahun, kemudian mengalami
peningkatan sebesar 0,37 tahun pada tahun 2009, sehingga menjadi 67,49 tahun.
Pada tahun 2010 kembali mengalami kenaikan sebesar 0,36 tahun, sehingga menjadi
67,85 tahun. Pola yang sama terjadi juga pada tahun 2011, dimana Angka harapan
hidup mengalami kenaikan menjadi 68,22 tahun. Pada tahun 2012, tercatat bahwa
angka harapan hidup Kabupaten Sorong sebesar 68,59 tahun.
Dengan peningkatan angka harapan hidup dari tahun ke tahun tentunya
menghasilkan kenaikan indeks harapan hidup dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012,
indeks harapan hidup di Kabupaten Sorong mencapai 72,65.
Gambar 2.5
Angka Harapan Hidup (AHH) dan Indeks Harapan Hidup (IHH) Kabupaten Sorong Tahun 2008-2012
Sumber : BPS
C. Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Sorong
terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 rata-rata lama
sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 8,11 tahun, artinya bahwa rata-rata
penduduk Kabupaten Sorong baru mampu menempuh pendidikan sampai kelas 2
SLTP atau putus sekolah di kelas 3 SLTP.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 27 - Gambar 2.6
Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Sorong Tahun 2008-2012
Sumber : BPS
Kenaikan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten
Sorong menghasilkan kenaikan indeks lama sekolah. Pada tahun 2012, tercatat indeks
lama sekolah yang dicapai Kabupaten Sorong sebesar 54,08.
Gambar 2.7
Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Angka melek huruf dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf,
menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari
berbagai media dan menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 28 - Angka melek huruf Kabupaten Sorong tahun 2012 adalah sebesar 91,84 persen,
artinya penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin
dan atau huruf lainnya mencapai 91,84 persen. Dengan demikian masih ada sekitar
9,16 persen penduduk usia 15 tahun di Kabupaten Sorong yang masih buta huruf.
Gambar 2.8
Angka Melek Huruf atau Indeks Melek Huruf Kabupaten Sorong Tahun 2008-2012
Sumber : BPS
2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
91.39 91.40
91.69
91.76
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 29 - 2.4 Aspek Pelayanan Umum
2.4.1 Pendidikan
Keberhasilan pembagunan di suatu daerah sangat di tentukan dari sumber daya
Manusia yang tersedia di daerah tersebut. Kondisi di kabupaten Sorong sama halnya
dengan kesehatan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan sampai saat ini
sedikit demi sedikit telah dapat menjawab kebutuhan masyarakat di Kabupaten Sorong
walaupun di daerah pedalaman Pesisir dan Penggunungan fasilitasnya masih sangat
kurang memadai. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan tantangan topografi yang
sangat sulit sehingga anggaran yang tersedia masih sangat kurang memadai dalam
membiayai pembangunan sekolah baik itu sekolah TK, SD dan SMP dan SMA dan
sekolah sederajat lainnya. Namun saat ini pemerintah Kabupaten Sorong telah
mengambil upaya-upaya yang cukup strategis, terbukti telah dibangun SD/sederajat
126 Unit, SMP/ Sederajat 36 Unit dan SMA/ Sederajat 22 Unit. Dengan Jumlah Guru
dan murid serta sekolah dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.13
Jumlah Guru dan murid serta sekolah dapat dilihat pada table berikut :
No Sekolah Jumlah
Sekolah
Jumlah Murid
Jumlah Guru
1 TK 45 - -
2 SD/ Sederajat 126 15.128 735
3 SMP/ Sederajat 36 4.487 384
4 SMA/Sederajat 22 2.236 225
Sumber : Sorong Dalam Angka Tahun 2013
A. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang telah
memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah
pada umur tertentu yang biasa disebut dengan angka partisipasi sekolah (APS). Angka
partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 30 - Peningkatan APS menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pembangunan,
khususnya berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan.
Tabel 2.14 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok
Umur di Kabupaten Sorong Tahun 2010 -2012
Tahun
Kelompok Umur
7-12 13-15 16-18
(1) (2) (3) (4)
2010 93,68 88,10 52,63
2011 97,67 92,60 74,00
2012 97,06 90,61 66,87
Sumber : BPS, Susenas 2010-2012
Pada tahun 2012, APS Kabupaten Sorong untuk penduduk usia 7-12 tahun
mencapai 97,06 persen berarti masih ada sekitar 2,94 persen penduduk usia 7-12
tahun yang tidak dapat mengenyam pendidikan atau putus sekolah. APS untuk
penduduk usia 13-15 tahun mencapai 90,61 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa
masih ada 9,39 persen penduduk usia 13-15 tahun yang tidak dapat melanjutkan
sekolahnya dan atau belum pernah mengenyam pendidikan sekolah. APS untuk
penduduk usia 16-18 tahun hanya mencapai 66,87 persen. Berarti masih ada 33,13
persen penduduk usia 16-18 tahun yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya dan atau
belum pernah mengenyam pendidikan sekolah.
B. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Indikator lain yang digunakan untuk mengukur partisipasi sekolah adalah Angka
Partisipasi Kasar (APK). APK adalah rasio jumlah siswa berapapun usianya, yang
sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok
usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Misal APK SD sama dengan
jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 31 - APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat
pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya
serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
APK untuk jenjang pendidikan SD pada tahun 2012 sebesar 106,96 persen,
artinya terdapat penduduk di luar usia sekolah SD (7-12 tahun) yang masih bersekolah
SD. Hal ini terlihat dari angka APK SD lebih besar dari 100 persen.
Untuk jenjang pendidikan SLTP, APK sebesar 88,16 persen pada tahun 2012. Hal
ini menunjukkan persentase penduduk yang sedang bersekolah di SLTP di antara
penduduk berumur 13-15 tahun hanya sebesar 88,16 persen. Sedangkan APK untuk
jenjang pendidikan SLTA sebesar 71,47 persen, artinya persentase penduduk yang
sedang bersekolah di SLTA di antara penduduk berumur 16 - 18 tahun sebesar 71,47
persen.
Tabel 2.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang
Pendidikan di Kabupaten Sorong Tahun 2010 - 2012
Tahun
Jenjang Pendidikan
SD SLTP SLTA
(1) (2) (3) (4)
2010 117,89 59,52 73,68
2011 109,37 86,55 76,85
2012 106,96 88,16 71,47
Sumber : BPS, Susenas 2010-2012
Jika dibandingkan keadaan pada tahun 2011, APK di Kabupaten Sorong untuk
jenjang pendidikan SD dan SLTA mengalami penurunan yaitu untuk SD dari 109,37
persen pada tahun 2012 menjadi 106,96 persen pada tahun 2012. Sedangkan APK
untuk jenjang pendidikan SLTP mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
C. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah indikator pendidikan yang digunakan untuk
mendeteksi partisipasi penduduk yang bersekolah tepat pada waktunya. APM adalah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 32 - jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk
usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu.
APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan cara membagi jumlah siswa atau
penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok
usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut.
Misalkan APM SD merupakan jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang sedang
bersekolah di tingkat SD dibagi dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun.
Tabel 2.16 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang
Pendidikan di Kabupaten Sorong Tahun 2010 -2012
Tahun
Jenjang Pendidikan
SD SLTP SLTA
(1) (2) (3) (4)
2010 93,68 47,62 42,11
2011 92,14 61,12 53,45
2012 92,89 62,28 45,82
Sumber : BPS, Susenas 2010-2012
Dari Tabel 2.16 di atas, terlihat bahwa APM SD di Kabupaten Sorong pada tahun
2012 sebesar 92,89 persen, yang berarti bahwa dari 100 penduduk usia 7-12 tahun,
terdapat sekitar 92 orang bersekolah di bangku SD. Sedangkan untuk APM SLTP
sebesar 62,28 persen, artinya bahwa dari 100 penduduk usia 13-15 tahun, terdapat
sekitar 62 orang bersekolah di bangku SLTP. APM SLTA sebesar 45,82 persen, yang
berarti bahwa setiap 100 penduduk usia 16-18 tahun, terdapat sekitar 45 orang
bersekolah di bangku SLTA.
Jika dibandingkan keadaan pada tahun 2010 maka APM untuk jenjang pendidikan
SD mengalami penurunan pada tahun 2011, tetapi naik lagi pada tahun 2012, yaitu
menjadi 92,89 persen. APM untuk jenjang pendidikan SLTP mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Namun APM untuk jenjang pendidikan SLTA yang mengalami
kenaikan dari tahun 2010 ke tahun 2011 tetapi pada tahun 2012 mengalami
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sorong Tahun 2014 II - 33 - D. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas
tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas. Level pendidikan penduduk
diketahui dari tingkat pendidikan yang ditamatkan dengan diidentifikasi melalui ijazah/
STTB tertinggi yang dimiliki. Indikator ini dapat pula digunakan untuk melihat
perkembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengetahui level tertinggi
pendidikan antar waktu dan antar wilayah.
Semakin tinggi tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan maka
menggambarkan semakin baik pula kualitas pendidikan manusianya. Hal ini ditandai
dengan semakin tingginya persentase penduduk yang berpendidikan tinggi (SLTA
keatas). Biasanya terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
yang ditamatkan maka semakin kecil persentase penduduk yang lulus pada level
pendidikan tersebut.
Secara umum penduduk di Kabupaten Sorong masih memiliki tingkat pendidikan
yang rendah. Hal ini terlihat pada besarnya persentase penduduk yang berpendidikan
SD ke bawah. Lebih dari separuh penduduk berusia 10 tahun ke atas di Kabupaten
Sorong berpendidikan SD ke bawah (yang memiliki ijazah SD dan yang tidak
mempunyai ijazah). Persentase penduduk yang berpendidikan SD mengalami
kenaikan dari 25,90 persen pada tahun 2011 menjadi 29,19 persen pada tahun 2012.
Tabel 2.17 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Sorong Tahun 2010 - 2012
Tahun
Ijazah/STTB tertinggi yang Dimiliki
Tidak Mempunyai
Ijazah
SD SLTP SLTA Perguruan
Tinggi Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2010 33,55 25,00 18,42 17,93 5,10 100,00
2011 30,82 25,90 18,62 19,24 5,44 100,00
2012 27,82 29,19 19,08 20,29 3,63 100,00