• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI GENETIK TIGA POPULASI IKAN NILA ( Oreochromis niloticus) BERDASARKAN POLIMORFISME mt-DNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "VARIASI GENETIK TIGA POPULASI IKAN NILA ( Oreochromis niloticus) BERDASARKAN POLIMORFISME mt-DNA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

* ) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor

VARIASI GENETIK TIGA POPULASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

BERDASARKAN POLIMORFISME mt- DNA

Ot ong Zenal Arif in* ) dan Tit in Kurniasih* )

ABST RAK

Pen el i t i an u n t u k m en g eval u asi k er ag am an g en et i k t i g a p op u l asi i k an n i l a t el ah dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk m endapatkan inform asi variasi genetik ikan nila populasi GET, GIFT, dan nila Danau Tem pe sebagai inform asi dasar bagi program seleksi karakter kuantitatif. Hasil m enunjukkan bahwa ikan nila GET, GIFT, dan nila Danau Tem pe m em iliki keragam an genet ik yang t inggi dengan nilai haplotype diversity berturut- turut sebesar 0,7579; 0,5895; dan 0,5333. Jarak genet ik t erdekat t erdapat ant ara ikan nila GIFT dan nila Danau Tem pe, sedangkan jarak genetik terjauh terdapat pada ikan nila GET dengan populasi Danau Tem pe.

ABST RACT : Ge n e t i c v a r i a t i o n o f t h r e e t i l a p i a (Oreochromis niloticus)

population based on m t- DNA polym orphism . By: Otong Zenal Ar if in and T it in Kur niasih

Research on evaluating genetic diversity between three populations of nile tilapia (Or eochr om is nilot icus) was conducted at Research Institute for Freshwater Aquaculture, Bogor. This research aimed to obtain preliminary information related with the genetic diversity of GET, GIFT, and Tempe Lake tilapia, which will be used as basic information for the future selective breeding program. Result showed that GET, GIFT, and Tempe Lake tilapia have high haplotype diversity of 0.7579, 0.5895, and 0.5333 respectively. The closest genetic distance was found between GIFT and Tempe Lake tilapia, while the farthest genetic distance was observed between GET and the Tempe Lake population.

KEYWORD S: nile t ilapia, m t - D NA, genet ic diversit y, polym orphism

generasi ke- 6 tahun 1996, dari Philipina. Ikan nila GIFT adalah hasil persilangan dari 8 strain yang dikumpulkan dari 8 negara di dunia yaitu M es i r , Gh an a, Si n eg al , Ken y a, I s r ael , Singapura, Thailand, dan Taiwan (Vellasco & Janagap , 1 9 9 8 ). Nila GIFT ini m elengk ap i k olek si ik an nila yang sudah didat angk an sebelum nya, sepert i nila 69 (nila lokal) yang didat angkan t ahun 1969, nila red NIFI t ahun 1981, dan nila chitralada tahun 1984 (Widiyati & Sudart o, 1997). Selanj ut nya pada t ahun 2002, pemerintah melalui Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI), Wanayasa mendatangkan ikan nila GET (Genetically Enhanced Tilapia).

Penyebaran ikan nila GIFT yang pesat akhir-akhir ini m enyebabkan kualit asnya t idak t

er-PENDAHULUAN

Ik an n i l a m er u p ak an sal ah sat u i k an introduksi yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Perkembangan teknologi budi daya ikan ini sudah secara int ensif berkem bang terutama di keramba jaring apung dan tambak. Unt uk m encapai peningkat an produksi budi daya ikan ini, hal yang menjadi prioritas untuk dilakukan adalah perbaikan kualit as genet ik benih.

(2)

6 8

kontrol dan cenderung mengalami penurunan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam budi d ay a i k an n i l a ad al ah k ec en d er u n g an t er j ad i n ya p en u r u n an l aj u p er t u m b u h an , k em at angan gonad usia d ini, d an uk ur an i n d i vi d u yan g k eci l . Sal ah sat u p en yeb ab terjadinya hal tersebut adalah akibat terjadinya p en u r u n an t i n g k at k er ag am an g en et i k . Nugr oho et al. (2 0 0 2 ) yang m engevaluasi k er ag am an g en et i k n i l a GIFT d i t i n g k at p en g g u n a, y ai t u n i l a GIFT Su k am an d i , Sukabumi, Jatiluhur, dan Cirata, serta ikan nila 1969 dari Danau Tem pe, m elaporkan bahwa nilai diver sit as genet ik populasi nila yang diam at inya t ergolong rendah (0,167—0,368) apabila dibandingkan dengan ikan budi daya lainnya. Penurunan tingkat keragaman genetik erat kait annya dengan m enurunnya het ero-zigosit as gen. Hal ini t erjadi karena sif at ikan nila it u sendiri yang m udah m em ijah secara alami.

Sal ah sat u p en d ek at an st r at eg i s yan g dapat dilakukan untuk meningkatkan keragaan per t um buhan ik an nila yang cuk up t inggi adalah m elalui program pem uliaan. Alternatif program pem uliaan yang dilakukan adalah m elalui pem uliabiak an (selective breeding) untuk meningkatkan nilai pemuliaan (breeding value) suatu populasi.

Keb er h asi l an p r o g r am sel ek si d al am pemuliabiakan dipengaruhi tingkat keragaman g en et i k d an p o t en si k er ag am an g en et i k (Dunham , 1995), sebagai inf orm asi dasar. Un t u k m en d ap at k an i n f o r m asi t er seb u t didekati melalui evaluasi keragaman genotipe. Metode polimorfisme mt- DNA merupakan salah sat u m et ode yang dianggap m em iliki t ingkat akurasi yang cukup t inggi dibanding m et ode lain.

Pen el i t i an i n i b er t u j u an u n t u k m en g -evaluasi keragam an genet ik 3 populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam program seleksi, berdasarkan analisis polim of ism e D-Loop m t - DNA. Hasil penelit ian ini diharapkan d ap at b er m an f aat seb ag ai acu an d al am m erancang st rat egi program perbaikan m ut u genet ik ikan nila t ahap selanjut nya.

BAHAN DAN METODE

Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga populasi ikan nila (Oreochromis sp .) k olek si, yait u p op ulasi ik an nila GET (sebanyak 10 sam pel), GIFT (10 sam pel), dan

Dan au Tem p e (5 sam p el ), d en g an b o b o t masing- masing sekitar 10 g.

Ekstraksi DNA

Met ode yang digunakan dalam ekst raksi m t DNA berdasarkan prosedur Am ersham -Pharm acia dengan m enggunak an Genomic PrepTM Cell andTissue Isolation KIT. Organ yang diekst raksi adalah sirip. Tahapan kerja yang dilakukan meliputi:

Cell lysis dengan menambahkan 300 µL cell lysis solution dan 5 µL prot einase- K pada sirip yang telah digerus, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 55°C. Kem udian RNase dimasukkan sebanyak 1,5 µL dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 jam.

Protein precipitation dilak uk an dengan penambahan 100 µL larutan protein precipi-tation. Divortex sel am a 2 0 d et i k , disent rifuse kecepat an 14.000 rpm pada suhu 4 °C selam a 3 m enit . Sup er nat an dipindah ke t abung eppendorf baru, yang berisi 300 µL isopropanol 100%. Diaduk hingga terbentuk benang- benang berwarna putih. Disentrifuse pada 14.000 rpm selama 1 m enit sam pai DNA m engendap. Super-natan dibuang, tabung eppendorf dibiarkan pada suhu ruang hingga kering. Set elah kering dit am bahkan 300 µL et anol 70%. Tab u n g eppendorf d i sen t r i f u se p ad a kecepat an 14.000 rpm selam a 1 m enit . Sup er nat an d ib uang d an alk ohol yang tersisa dihilangkan dengan cara meletakkan tabung eppendorf pada posisi terbalik pada su h u r u an g . Set el ah t ab u n g k er i n g dimasukkan 100 µL DNA Rehydration Solu-tion (TE Buffer).

• El ek t r o f o r esi s d i l ak u k an d en g an car a menambahkan sebanyak 1 µL loading buffer dengan 3 µL DNA hasil ekst raksi pada gel agarose 1%, yang dimasukkan pada sumur elekt rof oresis. Selanjut nya bak elekt ro-foresis dialiri list rik dengan t egangan dan kuat arus yang terprogram secara otomatis.

Amplifikasi D- loop mt- DNA dengan PCR

(3)

dengan cycle: satu siklus denaturasi awal pada suhu 94°C selama 2 menit, 33 siklus berikutnya yang t erdiri at as denat urasi pada suhu 94°C selam a 1 m enit , annealing 50°C selam a 1 m enit , dan elongasi 72°C selam a 2 m enit . Elongasi akhir 1 siklus72°C selam a 7 m enit . Pr o ses t er ak h i r ad al ah p en st ab i l an su h u elongasi hingga m encapai 4°C.

Pemotongan dengan enz im restriksi

Jen i s en z i m r est r i k si yan g d i g u n ak an sebanyak 5 enzim rest riksi m engacu pada penelit ian yang dilakukan pada ikan baung (Nugroho et al., 2005). Adapun jenis enzim yang digunakan t ert era pada Tabel 1.

Pem ot ongan m t - DNA dilakukan dengan m encam pur 1 µL enzim rest riksi, 1 µL buffer enzim , 3 µL DNA template dan 5 µL H2O di dalam tabung eppendorf. Campuran diinkubasi p ad a suhu 3 7oC selam a 5 j am . Hasil p e-m ot ongan dengan enzie-m rest riksi t ersebut dipisahkan m elalui elektroforesis gel agarose 2%. Campuran 10 µL mt- DNA hasil pemotongan yang ditambahkan 2 µL loading buffer diisikan pada sum ur agarose gel. Pada set iap proses elektroforesis digunakan 4 µL marker DNA

lad-der 100 bp yang dapat m endet eksi pasangan basa 100 hingga 10.002 bp dan m engandung 20 DNA f ragm en pada sum ur yang m engapit sam p el (Sam b r o o k et al. , 1 9 8 9 ). Hasi l elektroforesis diwarnai dengan merendam gel dalam larut an ethidium bromide selam a 20 m enit , diam at i di at as ult raviolet illum inat or, dan didokumentasikan dengan film polaroid.

Analisis Data

Analisis variasi m t - DNA dilakukan unt uk m elihat keragam an genetik tiga populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) pada m asing-m asing populasi. Keragaasing-m an haplot ipe (h) d al am su at u p o p u l asi d i h i t u n g m en u r u t persamaan Nei & Tajima (1981). Susunan haplo-t ipe dari sehaplo-t iap enzim reshaplo-t riksi dikum pulkan dan dianalisis dengan exact test for population differentiation dan Fst berdasarkan Raym ond & Ro u sset (1 9 9 5 ) d en g an m en g g u n ak an program Tool for Population Genetic Analysis (TFPGA).

Kek er ab at an an t ar p op u l asi d i an al i si s dengan menggunakan jarak genetik, berdasar-kan program UPGMA modifikasi Rogers (1972) dari software TFPGA. Data yang dihasilkan dari

Tabel 1. Jenis enzim restriksi yang digunakan untuk memotong mt- DNA ikan nila (Oreochromis niloticus)

Table 1. Enzyme used to restrict mt-DNA D-loop sequence of tilapia (Oreochromis niloticus)

(4)

7 0

p en g g u n aan p r o g r am t er seb u t b er u p a konstruksi pohon filogeni yang disajikan dalam bentuk dendrogram.

HASIL DAN BAHASAN

Amplifikasi PCR

Ekstraksi dan pemurnian genom DNA mem-berikan hasil ekstraksi yang dapat diamplifikasi lebih lanjut . Hasil am plifikasi (PCR) daerah D-loop mt- DNA dengan menggunakan primer for-ward LH 1509 dan reverse FH 1202 berkisar 1.800 bp. Hasil am plifikasi t iga populasi ikan nila uji dapat dilihat pada Gambar 1.

Sekuens m t - DNA hasil PCR populasi nila yang diamati mempunyai panjang sekitar 1.200 bp. Lim a enzim rest riksi (Rsa I, Hae III, Hinf I,

Hind III, dan Sac I) yang digunak an unt uk m em ot ong sekuens t ersebut m em punyai si-t us ressi-t riksi sebagaim ana si-t ersi-t era pada Tabel 2.

Polim orf ism e pola pot ongan didapat kan pada enzim Rsa I, Hae III, dan Hinf I. Pemotongan sekuens mt- DNA D-loop dengan menggunakan enzim Rsa I dan Hae III menghasilkan tiga pola, sedangkan dengan enzim Hinf I menghasilkan empat pola dan Hind III menghasilkan satu pola (Gambar 2).

Berdasarkan hasil pem ot ongan diperoleh 6 m acam kom posit haplotipe m t- DNA D-Loop region. Tipe potongan sekuens mt- DNA D-loop dari beberapa f am ili ikan nila dengan enzim Rsa I, Hae III, Hinf I, dan Hind III t ersaji pada Tabel 3.

Gambar 1. Produk amplifikasi daerah D-loop tiga populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) (M= marker, 1- 7 populasi GET, 1- 8 GIFT, dan 1- 5 Danau Tempe) Figure 1. Product of PCR amplification of DNA D-loop region of three population of tilapia (Oreochromis niloticus) (M= marker, 1-7 GET, 1-8 GIFT, and 1-5 Tempe lake population)

Tabel 2. Jenis enzim dan t ipe rest riksi pada daerah m t - DNA D-loop ikan nila (Oreochromis niloticus)

Table 2. Enzyme used and restriction type on the mt-DNA D-loop region of tilapia (Oreochromis niloticus)

Jenis enzim T ip e rest riksi

T ype of en zym e Rest r ict ion t ype

Rsa I Polymorphic

Hae III Polymorphic

Hinf I Polymorphic

(5)

Jum lah kom posit haplot ipe yang dim iliki oleh masing- masing populasi ikan nila berkisar an t ar a 2 —4 . Ju m l ah k o m p o si t h ap l o t i p e tertinggi terdapat pada populasi ikan nila GET dengan 4 komposit, sedangkan populasi Danau Tempe memiliki jumlah terendah (2 komposit). Tercat at bahwa ikan nila GIFT dan nila Danau Tempe mempunyai komposit haplotipe mayor t ipe 2 (ABAA), dan juga sam a- sam a m em iliki komposit haplotipe nomor 5 (ACAA) meskipun f rekuensinya berbeda, sedangkan nila GET didom inasi kom posit haplotipe tipe 1 (AAAA). Nam un d em i k i an ni l a GET t et ap m em i l i k i persam aan dengan GIFT dan Danau Tem pe

karena m em iliki haplot ipe t ipe 2, m eskipun frekuensinya rendah (Tabel 4).

Adanya k esam aan haplot ipe ini m eng-i n d eng-i k aseng-i k an b ah wa k et eng-i g a p o p u l aseng-i yan g dianalisis berasal dari sumber- sumber genetik yang mempunyai kedekatan kerabat. Ikan nila GIFT m erupakan ikan hasil program seleksi yang awalnya berasal dari 8 populasi negara yang berbeda (Kenya, Mesir, Ghana, Israel, Singapura, Thailand, dan Taiwan) (Vellasco & Janagap, 1998), sedangkan nila GET merupakan hasil selek si ant ara ik an nila GIFT dengan dilakukan penam bahan 2 unsur populasi asal yait u Kenya dan Mesir. Diduga penam bahan Gambar 2. Profil RFLP t iga populasi ikan nila (Oreochromisniloticus) dengan

empat enzim restriksi

Figure 2. RFLP profile of three population of tilapia (Oreochromis niloticus) digested by four restriction enzyme

Tabel 3. Tipe restriksi sekuens m t- DNA D-loop ikan nila (Oreochromis niloticus) m enggunakan enzim Rsa I, Hae III, Hinf I, dan Hind III

Table 3. Restriction site of mt-DNA D-loop sequence of three population of tilapia (Oreochromis niloticus) digested by enzyme Rsa I, Hae III, Hinf I, and Hind III

Rsa I H a e III Hin f I Hin d III

GET (4) A A A A

GET (2) A B A A

GET (2) B B B A

GET(2) A C C A

GIFT (6) A B A A

GIFT (2) A C A A

GIFT (2) C A D A

D. Tempe (Tempe lake) (3) A B A A

D. Tempe (Tempe lake) (2) A C A A

Enzim (En zym e)

Po p ulasi ( Jumlah samp el)

Popula t ion (No. of sa m ple) Rsal

M

Hael Hinf l Hind

A B C M A B C M A B C D M A A A

Ket erangan (Note): M : Marker A,B,C,D : Hap lot ip e

(6)

7 2

dua unsur populasi Kenya dan Mesir inilah yang m enyebabkan t ipe kom posit haplot ipe nila GET d an GIFT m engalam i p er b ed aan. Adanya kom posit haplot ipe 1, 3, dan 4 yang t erdapat pada nila GET nam un t idak t erdapat pada nila GIFT, dim ungkinkan berasal dari sumbangan genetik populasi Kenya dan Mesir, sehingga pada populasi GIFT, ek spresinya telah melemah dan bahkan hilang. Sedangkan nila Danau Tem pe m enurut Widiyat i (2003), didat angkan ke Indonesia pada t ahun 1969 d ar i Tai wan , seh i n g g a p el u an g m em i l i k i kesam aan haplot ipe dengan GIFT dan GET cukup besar.

Diversit as haplot ipe at au gen t ert inggi t erdapat pada nila GET (0,7579), sedangkan nila GIFT dan nila Danau Tem pe m em punyai diversit as haplot ipe ham pir sam a besar yait u b er t u r u t - t u r u t 0 ,5 8 9 5 d an 0 ,5 3 3 3 . Ni l ai d i ver si t as h ap l o t i p e p ad a GET t er t i n g g i dibandingkan dua populasi lainnya disebab-kan karena GET adalah produk hasil seleksi yang lebih baru. Sedangkan nila Danau Tempe dan GIFT t elah t erlebih dulu diint roduksikan k epada pengguna, sehingga k em ungk inan untuk terjadinya inbreeding ataupun kesalah-an mkesalah-anajemen pembenihkesalah-an lainnya ykesalah-ang

ber-d am p ak m en u r u n k an k er ag am an g en et i k sangat m ungkin t erjadi. Selain it u, nila GET telah mengalami penambahan sumber genetik baru, sehingga tingkat keragaman genetiknya lebih tinggi.

Var iasi genet ik ik an nila yang d iam at i berdasarkan sekuens mt- DNA D- loop termasuk rendah dibandingkan dengan polymorphism p ad a i k an l au t yan g m em p u n yai j u m l ah h ap l o t i p e b er k i sar 6 —1 7 d en g an n i l ai diversitas 0,6—0,9 (Nugroho, 2002). Penyebab rendahnya t ingkat variasi genet ik ini karena ikan air tawar mempunyai tingkat migrasi yang lebih rendah sehingga peluang unt uk adanya persilangan dengan jenis dan ras yang lainnya semakin kecil pula. Namun apabila dibanding-kan dengan lobst er air t awar Papua (Cherax albertisii) dengan var iasi genet ik ber k isar antara 0—0,611 (Kurniasih & Nugroho, 2004), at au n i l a Ph i l i p i n a yan g b er k i sar an t ar a 0,5217—0,7333 (La Sifa, 1997), maka ikan nila yang dianalisis ini t ergolong m em iliki variasi genet ik cukup t inggi.

Ren d ah n ya k er ag am an g en et i k ak an mengakibatkan munculnya sifat- sifat negatif, ant ara lain m enurunnya pert um buhan, ke-Tabel 4. Variasi genetik tiga populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) berdasarkan

frekuensi haplot ype pot ongan sekuens m t - DNA D-Loop yang dipot ong dengan enzim Rsa I, Hae III, Hinf I, dan Hind III

Table 4. Genetic variation of three population of tilapia (Oreochromis niloticus) based on the haplotype frequency of mt-DNA D-loop region restricted by 4 enzyme

Ha plot ype diver sit y 0.7579 0.5895 0.5333

4 3 2

No of haplot ype Haplot ipe Haplot ype

Jumlah sampel

(7)

ragam an ukuran, kest abilan perkem bangan organ, tingkat sintasan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungannya (Leary et al., 1985). Hasil analisis statistik dengan m engguna-kan AMOVA (Analysis of Molecular Variance) m en u n j u k k an b ah wa t er d ap at p er b ed aan genetik secara nyata antara populasi ikan nila yang d iuj i (P< 0 ,0 5 ). Ber d asar k an uj i p er -bandingan nilai fst ant ar populasi dengan menggunakan program TFPGA tercatat bahwa p er b ed aan t er j ad i an t ar a p o p u l asi GET d ib and ingk an p op ulasi GIFT d an p op ulasi Danau Tempe, sedangkan populasi GIFT tidak berbeda nyata dibandingkan dengan populasi Danau Tem pe (Tabel 5).

Perbedaan secara nyat a ant ara populasi GET d eng an d ua p op ul asi l ai nnya m eng -indikasikan bahwa populasi GET berasal dari i n d u k d en g an k er ag am an g en et i k yan g berbeda dengan populasi GIFT dan Danau Tempe, yaitu akibat kontribusi dari Kenya dan Mesir. Sedangkan populasi GIFT tidak berbeda nyat a dengan populasi Danau Tem pe, hal ini dapat disebabkan oleh adanya unsur genet ik yang sama dari kedua populasi tersebut, yaitu unsur selektif breeding dari Taiwan. Selain itu, berdasarkan informasi, ikan nila Danau Tempe (1969) mempunyai sumber induk yang berasal

dari Afrika, dem ikian pula ikan nila GIFT salah sat u sum ber genet iknya berasal dari Mesir (Af r i k a). Leb i h j au h l ag i , t i d ak t er t u t u p kem ungkinan pula bahwa nila GIFT sebenar-nya telah diintroduksikan ke Danau Tempe dan t elah berbaur dengan populasi nila yang ada s eb el u m n y a, s eh i n g g a f en o m en a i n i m em p er b esar p el u an g ad an ya k esam aan sum ber genet ik sebagai akibat dari dist ribusi ik an nila. Hasil ini sesuai dengan laporan Nugr oho et al. (2 0 0 2 ) yang m engevaluasi beberapa populasi nila GIFT dan nila 1969 Danau Tem pe, bahwa t idak ada perbedaan genetik secara nyata antara populasi GIFT dan Danau Tem pe, sehingga diduga nila GIFT dan nila Danau Tem pe m em iliki asal usul sum ber genet ik yang sam a.

Jarak genet ik berdasarkan sit us rest riksi dari 4 enzim ant ara populasi ikan nila t ert era pada Tabel 6.

Jarak genetik rata- rata antara populasi ikan nila adalah sekit ar 0,6232 dendrogram yang dibent uk berdasarkan jarak genet ik t ersebut m en u n j u k k an b ah w a p o p u l asi GIFT d an p op u l asi Dan au Tem p e m em p u n yai j ar ak g en et i k yan g t er d ek at , sed an g k an j ar ak genet ik t erjauh t eram at i ant ara populasi GET dan Danau Tempe (0,5295) (Gambar 3).

Tabel 6. Jarak genet ik ant ar t iga populasi ikan nila (Oreochromis sp.) berdasarkan metode modifikasi Rogers

Table 6. Genetic distance of tilapia from 3 population based on modified Rogers method

Tabel 5. Keragam an tiga populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) berdasarkan metode jarak berpasangan (Fst)

(8)

7 4

Den d r o g r am i n i m en u n j u k k an b ah w a populasi GIFT dan Danau Tem pe m em punyai kekerabatan yang terdekat (0,2000), sedang-kan populasi GET m em punyai kekerabat an yang t erjauh dari dua populasi lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Keragaman genetik pada tiga populasi ikan nila GIFT, GET, dan Danau Tem pe m em punyai n i l ai haplotype diversity m asi n g - m asi n g 0 , 7 5 7 9 ; 0 , 5 8 9 5 ; d an 0 , 5 3 3 3 . H al i n i m enunjukkan bahwa ikan nila GIFT, GET dan nila Danau Tempe memiliki keragaman genetik yang cukup t inggi dan m erupakan sum ber genetik yang dapat digunakan dalam program pemuliaan nila.

Untuk m endapatkan gam baran yang lebih detail tentang kekerabatan ikan nila introduksi yan g ad a d i In d o n esi a p er l u d i l ak u k an pemetaan genetik dengan analisis lebih akurat menggunakan metode microsatelite atau DNA fingerprinting dengan j um lah sam pel dan populasi yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Dunham, R.E. 1995. The Contribution of geneti-cally im proved aquat ic organism s t o glo-bal food security. Intl. Conf. On Sustainable Contribution of Fisheries to Food Security. KC/ Fl/ Tech.6. FAO. Rome. 111 pp. Kurniasih, T. dan E. Nugroho. 2004. Identifikasi

dan karakt erisasi genet ik berbagai jenis lobst er air t awar Cherax sp. dari Papua. Aquacultura Indonesiana. 5(3): 139—144.

La Sifa. 1997. Dissemination and Evaluation of Genetically Improved Tilapia Species in Asia. Shanghai Fisheries University. China. 114 pp.

Leary, R.F., F.W. Allendrof, and K.L. Knudsen. 1985. Developm ent inst abilit y and high m erist ic count s in int erspecific hybrid of salm onid fishes. Evolution. 39(6): 1,318— 1,326.

Nei, M. and F. Tajima. 1981. DNA polymorphism det ect able by rect rict ion endonucleases. Genetics. 97: 146—513.

Nugroho, E. 2002. Rapid fluctuation of genetic variability in artificially propragated popu-lation of red sea bream. Indonesian Journal Ag r i cu l t u r e Bi ot ech n ol og y. Indonesian Agency for Agriculture Research and Development. 7(1): 1—7.

Nugroho, E., A. Widiyati, Imron, dan T. Kadarini. 2002. Keragam an genet ik ikan nila GIFT berdasarkan polimorfisme mitokondria DNA D- loop. J. Pen. Per. Indonesia. 8(3): 1- - 7 Nugr oho, E., W. Hadie, J. Subagj a, dan T.

Kurniasih. 2002. Keragam an genet ik dan m orf om et rik pada ik an baung, Myst us nemurus dari Jambi, Wonogiri, dan Jatiluhur. J. Pen. Per. Indonesia. 11(7): 1- - 6

Raymond, M.L. and F. Rousset. 1995. An ex act t est f o r p o p u l at i o n d i f f er en t i at i o n . Evolution. 49: 1,280—1,283.

Rogers, J.S. 1972. Measures of genetic similar-it y and genet ic dist ance. In Studies in Genetics VII. Un i v er si t y o f T ex as Publication No. 7213. Austin. p 145—154. Gambar 3. Dendrogram jarak genetik tiga populasi ikan nila (Oreochromis

niloticus)

(9)

Sambrook, J., E.F. Fritsch, and T. Maniatis. 1989. Molecular cloning: A Laboratory Manual 2nd. Cold Sp r ing Har b or : Cold Sp r ing Harbor Laboratory. p. 1,051—1,067. Vellasco, R. and C. Janagap. 1998. Module 5a :

Characht erizat ion of t ilapia populat ion u si n g t r u ss m or p h om et r y. Manual on Genetics Improvement of Farmed Tilapia (GIFT) Research Methodologies. Volum e 1. B.O. Acosta and A. E. Ekhnath, (eds). ICLARM Contribution. p. 156- - 202.

Wi d i yat i , A. d an Su d ar t o . 1 9 9 7 . Eval u asi pertumbuhan beberapa strain ikan nila (Nila 69, Nila GIFT, dan Nila Chitralada). Prosiding Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1995-1996. Balitkanwar. Sukamandi. p. 44- - 49. Widiyat i, A. 2 0 0 3 . Keragaan fenotipa dan

Gambar

Tabel 1.Jenis enzim restriksi yang digunakan untuk memotong mt- DNA ikan nila
Figure 2.RFLP profile of three population of tilapia (Oreochromis niloticus)
Table 4.Genetic variation of three population of tilapia (Oreochromis niloticus)
Tabel 5.Keragaman tiga populasi ikan nila (metode jarak berpasangan (Fst)
+2

Referensi

Dokumen terkait

pengelolaan pendidikan, mulai tahun ajaran 2007/2008 SMA Negeri 3 Malang telah menerima sertifikat standar manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai langkah awal untuk meningkatkan

Tak lupa ucapan syukur tak terhingga kepada Tuhan Yang Mahakasih atas kelimpahan inspirasi yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjurul “Fungsi

Atom karbon misalnya memiliki 6 elektron dan juga 6 proton.Selain proton inti atom juga mengandung bagian yang secara listrik bersifat netral, yang biasa disebut

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil analisa data indeks tanggapan responden mengenai persyaratan teknis mendapatkan hasil menunjukkan bahwa sebagian besar

Akan tetapi dilihat dari segi efektif dan efisien , desain dengan jarak gading 0,8 m lebih baik untuk direkomendasikan sebagai konstruksi kapal ini karena

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa upaya guru dalam mengajarkan keterampilan membaca pada masa pandemi Covid-19 SDN Gugus IV Kecamatan

Jika perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah hasilnya lebih dari 2 maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil..  Jika digunakan dua cawan petri (duplo)

Pengambilan data pengukuran distribusi suhu dan kecepatan udara di dalam ruang pengering efek rumah kaca dilakukan pada 56 titik pengu- kuran yang terbagi dalam