• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kiat Sukses Menjadi Milyoner Kebaikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kiat Sukses Menjadi Milyoner Kebaikan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Judul Asli :“Kaifa Takûnu Milyonîr Bi al Hasanât”

Judul Terjemah : “Kiat sukses menjadi milyoner kebaikan!”

Penulis : Hamba Allah

Penerbit : Daar at Taqwa, Subro Khaimah, Mesir

Cetakan :

-Jumlah halaman Asli : 64 Jumlah halaman Terjemah : 86

(2)

Kiat Sukses Menjadi Milyoner Kebaikan!

Buku kecil ini merupakan kumpulan do’a dan wasiat yang diambil secara ringkas dari kitab “Kaifa Tuthîlu ‘Umrak? (Kiat Memperpanjang Umur!)” yang ditulis oleh DR. Muhammad Na’im dan dari kitab “Al-Muttajir al-Râbih (Pedagang Yang Beruntung)”, yang ditulis oleh DR. Dimyati dan direvisi oleh DR. Dahisy.

Rasulullah Saw bersabda: “Bukankah aku telah memberitahukan kepada kalian tentang beberapa perbuatan baik. Sehingga, perbuatan tersebut dianggap sebagai perbuatan paling suci menurut malaikat. Perbuatan tersebut dianggap memiliki derajat paling tinggi, dan lebih baik bagi kalian dari pada menginfakkan emas dan uang. Bahkan, lebih baik dari pada menemui musuh, lalu kalian tebas leher-leher mereka dan mereka tebas leher-leher kalian?’ Mereka menjawab: ‘Benar wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda: ‘Ya, berdzikir kepada Allah Swt.” (Hadits shahih riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 21750)

Beberapa Amal Yang memiliki Pahala Berlipat Ganda

Pertama: Shalat di Makkah Al-Mukarramah:

(3)

Dalil: Rasulullah Saw bersabda: “Shalat di masjidku lebih baik dari pada seribu kali shalat di tempat yang lain. Kecuali, Masjidil Haram. Dan shalat di Masjidil Haram lebih baik dari pada seratus ribu kali shalat di tempat yang lain.” (Hadits Shahih Imam Ahmad bin Hanbal: 15306)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Sebaik-baiknya masjid (tempat shalat) bagi perempuan adalah di dalam rumahnya.” (Hadits Hasan Lighairihi, Imam Ahmad bin Hanbal: 26584)

Ke dua: Shalat Jum’at:

Pahalanya dalam setiap langkah sama dengan pahala bangun malam dan puasa selama satu tahun. Tidak hanya itu, perempuan yang mendorong suami dan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat jum’at dan mensegerakan diri menuju shalat tersebut, mereka akan mendapatkan pahala yang sama.

Dalil: Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang mencuci dan mandi pada hari jum’at, lalu bangun pagi dan berbuat sesuatu yang bermanfaat, berjalan (menuju masjid) dan tidak menggunakan kendaraan, lalu memilih posisi yang lebih dekat dengan imam, kemudian mendengarkan perkataan (khatib) dan tidak berbicara, maka akan mendapatkan pahala puasa dan bangun malam selama satu tahun untuk setiap langkahnya.” (hadits Shahih riwayat Abu Daud: 345)

Ke tiga: Shalat jama’ah:

(4)

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersih (berwudhu’) untuk melakukan shalat wajib, maka pahalanya sama dengan pahala orang yang melaksanakan ibadah haji yang sedang berihram.” (Hadits Hasan Riwayat Abu Daud: 558)

Ke empat: Shalat di Masjid Quba’:

Shalat dua rakaat di Masjid Quba’, pahalanya sama dengan pahala melaksanakan umrah.

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang membersihkan diri (berwudhu’) di rumahnya, kemudian berangkat menuju masjid Quba’, lalu melaksanakan shalat di dalamnya, maka pahalanya sama dengan pahala melaksanakan umrah.” (Hadits Shahih riwayat Ibnu Majah: 1412)

Ke lima: Shalat Isyrâq:

Shalat isyrâq pahalanya sama seperti melaksanakan haji dan umrah secara sempurna.

Dalil: Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang shalat subuh berjama’ah kemudian duduk menyebut nama Allah Swt hingga terbit matahari, lalu shalat sebanyak dua rakaat, maka pahalanya sama dengan pahala haji dan umrah secara sempurna, sempurna dan sempurna (Rasulullah mengucapkan kata: ‘Sempurna’ sebanyak tiga kali).” (Hadits Hasan Riwayat Tirmidzi: 586)

Ke enam: Shalat Dhuha:

(5)

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Dalam diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh tulang sendi. Maka, hendaknya ia bershadaqah untuk setiap tulang sendi itu dengan satu shadaqah.’ Orang-orang-pun bertanya: ‘Bagaimana dengan orang yang tidak mampu melakukan itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: ‘Membersihkan air ludah yang tercecer di dalam masjid dan menjauhkan sesuatu dari tengah jalan. Jika tidak dapat melakukannya, maka shalat dhuha sebanyak dua rakaat dapat menggantikannya.” (Hadits shahih Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 23048, dan Abu Daud: 5242)

Ke tujuh: Shalat sunnah yang dilakukan sendirian (secara diam-diam):

Shalat sunnah yang dilakukan secara diam-diam pahalanya sama dengan melaksanakan shalat berjamaah sebanyak dua puluh lima kali.

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Shalat seseorang yang dilakukan secara berturut-turut tanpa dilihat oleh orang lain, shalatnya sama dengan shalat di tengah-tengah manusia sebanyak 25 kali”. (Hadits Shahih: Shahih al-Jâmi’; 13821)

Ke delapan: Umrah di bulan Ramadhan:

Umrah di bulan Ramadhan pahalanya sama dengan melaksanakan ibadah haji bersama Rasulullah Saw.

(6)

Ke sembilan: Mengucapkan kalimat tasbih yang pahalanya dilipat gandakan:

Bacaan kalimat tasbih yang pahalanya dilipat gandakan adalah: “Subhânallah wa Bihamdihi ‘Adada Khalqihi wa Midâda Kalimâtihi wa Ridlâ Nafsihi wa Zinata ‘Arsyihi (Maha Suci Allah dengan segala puji-Nya, seperti bilangan ciptaan-Nya, tinta kalimat-kalimat-Nya, dan keridlaan diri-Nya serta timbangan arsy-Nya).” jika dibaca sebanyak 3 kali, pahalanya sama dengan pahala yang didapatkan oleh seluruh makhluk Allah, ditambah dengan beratnya arsy. Di samping itu, ia juga akan mendapatkan keridlaan Allah Swt. Bahkan, seandainya laut dijadikan tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah, niscaya air laut tersebut akan habis.

Ke sepuluh: Pahala istighfar yang dilipat gandakan:

Bacaan istighfar adalah sebagai berikut: “Allâhumma Ighfirlî wa Liwâlidayya wa Lil Mukminîn wal Mukminât wa Lil Muslimîn wal Muslimât al-Ahyâi Minhum wal Amwât (Ya Allah, ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang-orang mukmin dan mukminat, orang-orang muslim dan muslimat, baik yang hidup ataupun yang telah meninggal dunia).” Dengan membaca kalimat istighfar ini, maka pahalanya sama dengan catatan amal perbuatan baik setiap orang mukmin laki-laki dan perempuan dan dari setiap muslim laki-laki dan perempuan.

Ke sebelas: Shadaqah jariah:

(7)

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Jika seseorang telah meninggal dunia, maka putuslah segala amal perbuatannya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendo’akannya.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 1631)

Ke Dua belas: Membantu memenuhi kebutuhan orang lain:

Pahala membantu memenuhi kebutuhan orang lain, sama dengan pahala i’tikaf satu bulan di dalam masjid. Jika anda membantu seorang sahabat dengan harta untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya, atau anda membantu orang-orang lemah, orang miskin dan wanita-wanita janda, maka anda akan mendapatkan pahala yang begitu besar ini.

Dalil: Rasulullah Saw bersabda: “Berjalan dengan temanku untuk suatu tujuan tertentu, lebih baik bagiku dari pada beri’tikaf di masjid selama satu bulan.” (Hadits Hasan Lighairihi, Shahih al-Targhib: 2623)

Ke tiga belas: Pekerjaan yang diniatkan karena Allah Swt: Pekerjaan yang diniatkan karena Allah Swt dapat berupa apapun. Contohnya, tidur diniatkan untuk takwa kepada Allah. Sehingga, dapat melaksanakan shalat malam dan subuh. Begitu pula dengan meniatkan makan minum karena takwa, agar mendapatkan harta secara halal. Sehingga, dapat mencegah manusia dari meminta-minta dan memelihara anak-anak serta istrinya dari kefakiran. Atau, dengan harta tersebut ia dapat menggunakan untuk diinfakkan kepada orang-orang yang membutuhkan.

(8)

terlelap hingga pagi hari, maka ditulis baginya apa yang telah diniatkan. Dan tidurnya merupakan shadaqah dari Allah Swt bagi dirinya.” (Hadits Hasan Riwayat al-Nasa’i: 1787)

Ke empat belas: Berjihad dengan harta dan jiwa:

Allah Swt mengutamakan jihad dengan harta dari pada jiwa. Dan pahalanya sama dengan puasa dan bangun malam selama satu bulan.

Dalil: Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang memberikan sarana untuk jihad fi sabilillah selama satu hari satu malam, maka pahalanya sama dengan puasa dan bangun malam selama satu bulan.” (Hadits Shahih Riwayat muslim: 14, dan An-Nasâ’i: 3167)

Ke lima belas: Menghadiri berbagai pengajian, pengajaran dan ceramah-ceramah agama:

Menghadiri berbagai pengajian, pengajaran dan ceramah-ceramah agama pahalanya sama dengan melaksanakan haji secara sempurna. Yaitu, terbebasnya seorang muslim dari dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Sehingga, ia dalam kondisi seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya.

Dalil: Sabda Rasulullah Saw: “Barang siapa yang pergi ke masjid tidak berkeinginan sesuatu, kecuali untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka pahalanya sama dengan orang yang melaksanakan haji secara sempurna.” (Hadits Hasan Shahih Riwayat Thabrani 8/94, hadits no: 7473)

Ke enam belas: Berbagai niat dalam amal perbuatan:

Ketika menziarahi keluarga suami dengan niat karena Allah Swt, dapat digabungkan di dalamnya berbagai niat, seperti:

(9)

2. Diniatkan untuk mendapatkan keridhaan suami. Karena, keridhaan suami merupakan bagian dari keridhaan Allah Swt.

3. Diniatkan untuk bersilaturahmi

4. Diniatkan untuk saling bertukar hadiah dan saling mengasihi antara anggota keluarga.

5. Membantu mereka di saat sakit. Dan pahalanya sama seperti pahala menziarahi orang yang sakit.

6. Menjamu tamu pahalanya sama dengan memenuhi kebutuhan dan memberikan bantuan kepada mereka. 7. Diniatkan untuk membahagiakan mereka.

8. Mengarahkan pembicaraan terhadap mereka dengan berbagai nasehat yang dapat mengurangi dosa dan menganjurkan agar bersabar dengan musibah penyakit yang sedang menimpa mereka. Maka, dengan niat-niat di atas pahalanya akan dilipat gandakan.

Ke tujuh belas: Sabar dalam menghadapi musibah:

Seseorang yang berlaku sabar dalam menghadapi setiap musibah yang datang kepadanya, pahalanya sama dengan masuk surga tanpa dihisab.

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Orang sehat, di hari kiamat, menginginkan pahala seperti yang diberikan kepada orang yang ditimpa musibah. Walaupun, ketika di dunia kulit mereka dikuliti dengan gunting.” (Hadits Shahih riwayat Tirmidzi: 2402)

Ke delapan belas: Amal shaleh pada hari-hari sepuluh dzul hijjah:

(10)

Dalil: Ditetapkan dari Nabi Muhammad Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Tidak ada hari-hari dimana amal shaleh di dalamnya lebih disenangi di sisi Allah melainkan hari-hari yang sepuluh ini.” (Hadits Shahih riwayat Bukhari: 969)

Ke sembilan belas: Puasa ‘Arafah:

Pahala puasa ‘Arafah dapat menghapus dosa-dosa selama setahun sebelumnya dan setelahnya.

Dalil: Bahwasanya Nabi Muhammad Saw bersabda: “Aku telah meminta kepada Allah agar membalas pahala puasa di hari Arafah, dengan menghapus dosa-dosa selama setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi: 749)

Ke dua puluh: Pahala Muadzin (yang mengumandangkan adzan): Pahala yang didapatkan oleh seorang muadzin sama dengan pahala orang yang shalat bersamanya. Begitu juga orang yang menjawab adzan. Maka, barang siapa selalu menjawab adzan, ia mendapatkan pahala seperti pahala muadzin. Dan seorang wanita akan mendapatkan pahala seperti pahala muadzin apabila selalu menjawab adzan dari rumahnya — karena para wanita akan lebih mendapatkan keutamaan untuk melaksanakan shalat di rumah dari pada di masjid—. Sekalipun, ia menjawab adzan seorang muadzin yang berada di Makkah, dengan mendengarkannya melalui radio atau televisi.

(11)

masjid. Ditambah lagi dengan pahala bangun malam apabila mereka melakukan shalat isya’ sampai subuh. Jadi, seorang muadzin dan yang menjawab adzan tersebut akan mendapatkan milyaran kebaikan.

Dalil: Dari Rasulullah Saw: “Dan ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melaksanakan shalat bersamanya.” (Hadits Shahih Lighairihi Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 18529)

Ke dua puluh satu: Mengunjungi orang sakit:

Jika mengunjungi orang sakit di pagi hari, maka 70 ribu malaikat akan bertasbih untuknya. Begitu juga jika mengunjungi di sore hari.

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Tidak ada seorang muslim yang mengunjungi orang muslim (yang sedang sakit) di pagi hari, melainkan berdo’a untuknya tujuh puluh ribu malaikat hingga sore hari. Dan jika mengunjunginya di malam hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan berdo’a untuknya hingga pagi hari, dan ia akan memiliki taman (kharif) di surga.” (Hadist Shahih Riwayat Tirmidzi: 969)

Ke dua puluh dua: Silaturahmi:

Dengan mengunjungi kerabat dekat yang sudah lama tidak menyambung silaturrahmi, maka seseorang akan mendapatkan pahala yang nilainya sama dengan mengerjakan amal kebaikan selama 40 tahun. Masing-masing amal tersebut akan tercatat di dalam shahifah.

(12)

menyambungkan kembali tali silaturrahmi yang telah lama terputus.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 5991)

Ke dua puluh tiga: Pemberi petunjuk dan orang yang berusaha kepada jalan kebaikan, pahalanya sama dengan pahala pelakunya:

Orang yang membuat seseorang beramal shaleh akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala pelakunya, seperti: mengumpulkan bantuan untuk digunakan di jalan Allah, mendidik anak agar dapat mengamalkan rukun-rukun Islam dan membantu orang yang membutuhkan harta. Sedangkan orang yang menjadi penyebab timbulnya kejahatan akan dilipat gandakan siksaannya, seperti: menjual film-film dan lagu-lagu yang dapat merusak moral manusia.

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang menciptakan suatu kebiasaan baik dalam Islam, maka ia akan mendapatkan pahala kebaikan tersebut dan pahala orang-orang yang mengerjakan setelahnya.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 1017)

Ke dua puluh empat: Membaca shalawat untuk Nabi:

Setiap shalawat mendapatkan pahala sebanyak sepuluh rahmat yang semisal dengannya.

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang bershalawat kepadaku, maka Allah Swt akan memberikan rahmat kepadanya dengan shalawat tersebut sebanyak sepuluh kali.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 408)

(13)

Pahala bangun malam di bulan Ramadhan dan menghidupkan sepuluh malam terakhir akan menerima pahala yang berlipat ganda.

Dalil: Firman Allah Swt: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3)

Ke dua puluh enam: Menyebut nama Allah ketika berada di pasar:

Orang yang menyebut nama Allah ketika berada di pasar akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Karena, pada waktu itu kebanyakan manusia lupa kepada Allah Swt.

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang memasuki sebuah pasar lalu mengucapkan: La Ilâha Illallah Wahdahû La Syarîka Lah, Lahu al-Mulku wa Lahu al-Hamdu Yuhyî wa Yumît wa Huwa Hayyun Lâ Yamût, Biyadihi al-Khair wa Huwa ‘alâ Kulli Syai’in Qadîr (Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nya lah segala kekuasaan dan segala pujian. Ia menghidupkan dan mencabut nyawa. Ia hidup dan tidak mati. Di tangan-Nya semua kebaikan. Dan Ia Maha Berkuasa terhadap segala sesuatu), maka Allah akan menulis baginya beribu-ribu kebaikan. Tidak hanya itu, Allah juga akan menghapuskan beribu-ribu dosa yang dimilikinya. Bahkan, Allah akan mengangkat derajatnya beribu-ribu derajat.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Tirmidzi: 3428)

Ke dua puluh tujuh: Membaca surat al-Ikhlas:

(14)

al-Ikhlas sebanyak tiga kali, dianggap telah mengkhatamkan al Quran. Dan pahala tersebut akan ditulis dalam shahifah.1

Dalil: Dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Qul Huwallâhu Ahad (katakanlah bahwa Allah itu satu) menyamai sepertiga al-Qur’an.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 811)

Ke dua puluh delapan: Berpuasa enam hari pada bulan syawal + berpuasa tiga hari pada Ayyâm al-Bîdh; 13, 14, 15:

Pertama: Berpuasa sebanyak enam hari pada bulan syawal, pahalanya sama seperti berpuasa seumur hidup. Ke dua: Berpuasa tiga hari setiap bulannya, pahalanya sama dengan pahala berpuasa satu bulan. Ke tiga: Barang siapa yang berpuasa pada setiap tanggal sepuluh bulan Muharram, akan diampuni dosa-dosanya yang telah dilakukan selama satu tahun. Ke empat: Barang siapa yang berpuasa senin dan kamis, maka Allah Swt akan mengampuni dosa-dosanya.

Dalil: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Berpuasa enam hari sama dengan pahala berpuasa selama dua bulan.” (Hadits Shahih Riwayat An-Nasâi dalam Al-Kubrâ: 2/162, Hadits no: 2860)

Dan Rasulullah Saw bersabda: “Berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, pahalanya sama dengan berpuasa dan berbuka selama seumur hidup.” (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 15632)

Pahala Orang Yang Berbudi Pekerti baik Dan Keutamaannya

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik perangainya.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 3559)

(15)

Allah Swt berfirman seraya memuji sang kekasih, sahabat karib dan hamba-Nya yang paling mulia, Sayyidina Muhammad Saw: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Dan Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya, seorang mukmin yang memiliki budi pekerti baik akan mengetahui derajat orang yang bangun malam hari dan berpuasa di siang hari.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud: 4798, dan Imam Ahmad bin Hanbal: 24639)

Di antara budi pekerti baik adalah: Pertama: Berbuat baik kepada kedua orang tua:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang ingin diperpanjang umurnya dan ditambahkan baginya rizkinya, hendaknya berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan hendaknya menyambung silaturrahmi.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 13425, dan Ibnu Hibban: 7855)

Suatu ketika, seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan meminta izin untuk ikut berjihad. Akhirnya, Rasulullah Saw bertanya kepadanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Orang itu menjawab: ‘Iya.’ Lalu, Rasulullah Saw bersabda: ‘Maka, berjihadlah melalui berbakti kepada kedua orang tuamu.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 3004, dan Muslim: 2549)

Ke dua: Bersilaturahmi, memiliki budi pekerti yang baik dan sopan santun dalam bertetangga:

Bersilaturahmi, memiliki budi pekerti yang baik dan sopan santun dalam bertetangga dapat menambah rizki dan memperpanjang umur.

(16)

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Aku dan orang yang mengayomi anak yatim di surga seperti ini. Lalu, beliau menunjukkan dengan jari telunjuk dan jari tengah. Kemudian, ia memberikan jarak di antara keduanya.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 5304)

Ke empat: Orang yang menolong wanita janda dan orang miskin: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Orang yang menolong wanita janda dan orang miskin, akan mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Atau, seperti orang yang berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 6006, dan Muslim: 2982)

Ke lima: Menghilangkan kesusahan orang muslim:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang menghilangkan kesusahan orang muslim, maka Allah Swt akan menghilangkan berbagai kesusahannya di hari kiamat. Dan barang siapa yang menyembunyikan (aib) orang muslim, maka Allah Swt akan meyembunyikan (aib)nya pada hari kiamat.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari:2442, dan Muslim 2580)

Ke enam: Membahagiakan sesama muslim:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Pekerjaan yang paling utama adalah membahagiakan orang mukmin, menutupi aibnya, memberinya makan ketika lapar dan memenuhi kebutuhannya.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat At-thayâlisy: 5/202, Hadits no: 5081)

(17)

Dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Jika seorang muslim mengunjungi saudaranya atau menziarahinya, maka Allah Swt telah berfirman: Kamu baik dan baik pula tempat yang kamu jalani. Dan kamu akan menempati sebuah tempat di surga.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 8517)

Ke delapan: Orang-orang yang saling mencintai karena Allah: Orang-orang yang saling mencintai karena Allah termasuk di antara orang-orang yang dilindungi Allah. Mereka akan selalu berada di bawah lindungan-Nya pada hari kiamat dari panasnya matahari. Dimana pada hari itu tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-Nya. (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 660, dan Muslim: 1031)

Ke sembilan: Tawadlu’ (merendahkan hati):

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati. Sehingga, seseorang tidak diperbolehkan untuk menyombongkan diri atau melampaui batas dari yang lain.” (Hadits Shahih riwayat Muslim: 2865, dan Ibnu Majah: 4176)

Ke sepuluh: Kasih sayang, toleran dan menahan amarah:

(18)

Dan Allah Swt berfirman: “Orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang lain. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)

Ke sebelas: Menghormati tamu:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia menghormati tamunya.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 6135, dan Muslim: 48)

Ke dua belas: Bersikap ramah dalam segala hal:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Wahai ‘Aisyah, bersikaplah dengan ramah, sesungguhnya jika Allah Swt menginginkan sebuah kebaikan dari Ahlil Bait, Ia memasukkan kepada mereka sikap ramah.” (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 24778)

Ke tiga belas: Berdamai antara sesama manusia:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Bukankah aku telah memberitahukan kalian tentang sesuatu yang lebih utama dari pada pahala puasa, shalat dan shadaqah?”, mereka menjawab: ‘Benar ya Rasulallah.’ Beliau bersabda: ‘Perbaikilah Dzat al-bayn. Sesungguhnya, rusaknya Dzat al-bayn adalah kebinasaan.” (Hadits Shahih riwayat Abu Daud: 4919) Yang dimaksud dengan Dzat al-bayn adalah mendamaikan pertikaian yang terjadi antara sesama manusia (memperbaiki tali silaturahmi yang terputus akibat perselisihan).

(19)

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang melindungi daging saudaranya dari perbuatan ghibah, maka Allah Swt berhak untuk membebaskannya dari api neraka.” (Hadits Shahih Lighairihi Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 27650)

Ke lima belas: Mengucapkan salam dan berjabat tangan antara sesama mukmin:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Tidak ada dua orang muslim yang berjumpa, kemudian saling berjabat tangan, melainkan diampuni dosa-dosa keduanya sebelum berpisah.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Abu Daud: 5212)

Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah Saw berkata kepadaku: “Wahai anakku, jika engkau bertemu dengan keluargamu, ucapkanlah salam. Maka, (ucapan tersebut) akan menjadi barakah kepadamu dan kepada penghuni rumahmu.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Tirmidzi: 2698)

Ke enam belas: Ungkapan yang baik (al-kalimah at-thayyibah): Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Jauhilah api neraka walaupun hanya dengan separuh kurma. Jika kamu tidak mendapatkannya, cukuplah berkata-kata dengan ungkapan yang baik.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 3480)

Ke tujuh belas: Lapang dada dalam proses jual beli:

(20)

kita. Beliau bersabda: ‘Kemudian, orang tersebut menemui ajalnya. Maka Allah-pun mengampuni dosa-dosanya.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 3480)

Dari Rasulullah Saw: “Bukankah aku telah memberitahukan kepada kalian tentang seseorang yang diharamkan dari api nereka. Atau, tentang seseorang yang diharamkan baginya api neraka? Yaitu, setiap orang yang mempermudah diri.” (Hadits Shahih Hasan Lighairi Riwayat Tirmidzi: 2488)

Ke delapan belas: Menahan pandangan (ghadh al-bashar):

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Ada tiga orang yang mata mereka tidak melihat api neraka. Mereka adalah: mata yang selalu berjaga-jaga di jalan Allah, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt, dan mata yang dipalingkan dari hal-hal yang diharamkan Allah.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Thabrani: 1003)

Ke sembilan belas: Menjaga lisan:

Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah Saw: “Apakah kita akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang kita ucapkan?’ Beliau menjawab: ‘Apakah terasa berat kematian ibumu wahai Mu’adz. Apakah wajah-wajah manusia – lubang hidung-hidung mereka— akan dibolak balik di dalam neraka? Semuanya itu tergantung pada hasil ucapan lisan-lisan mereka.” (Hadits Shahih Lighairihi Riwayat Tirmidzi: 2616, dan Ibnu Mâjah: 3973)

Ke dua puluh: Pahala orang-orang fakir:

(21)

sebelum orang-orang kaya.” (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 9822) Hal ini dikarenakan ketatnya penghitungan amal bagi orang-orang kaya.

Ke dua puluh satu: Pahala orang yang takut kepada Allah Swt: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Api nereka akan diharamkan bagi mata yang mengalir atau menangis karena takut kepada Allah Swt.” (Hadits Hasan Lighairihi, Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 17252)

Ke dua puluh dua: Hak seorang muslim terhadap sesamanya: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Yang diharamkan dari setiap muslim terhadap sesamanya adalah: darah, kehormatan dan hartanya. Seorang muslim adalah saudara bagi sesamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia tidak menganiaya dan mengkhianatinya.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 2564)

Rasulullah Saw juga bersabda: “Manusia itu akan tetap dalam kebaikan selama mereka tidak saling menghasud.” (Hadits Hasan Riwayat Thabrani: 8157)

Dalam hadits yang lain dikatakan: “Barang siapa yang mendiamkan saudaranya selama satu tahun, maka ia sama dengan menumpahkan darahnya (membunuhnya).” (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud: 4915)

(22)

Sumber Rujukan:

Kitab Al-Muttajir al-Râbih (pedagang yang beruntung): Dimyati.

***

Pahala Shalat dan Wudhu’

Pertama: Berwudhu’ untuk melaksanakan shalat:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang menyempurnakan wudhu’ seperti yang diperintahkan Allah Swt, maka shalat-shalat wajib yang dilakukannya dapat dijadikan sebagai penebus atas dosa-dosa yang dilakukan antara waktu shalat yang satu dengan shalat yang lainnya.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 231)

Dari Rasulullah Saw: “Bukankah aku telah menunjukkan kepada kalian tentang sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa dan mengangkat beberapa derajat?’ Mereka menjawab: ‘Benar wahai Rasulullah. Lalu, beliau bersabda: ‘Menyempurnakan wudhu’ dari hal-hal yang dilarang...” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 251)

Dari Rasulullah Saw: “Seandainya tidak menyulitkan ummatku, maka aku perintahkan mereka untuk melakukan wudhu’ dalam setiap waktu shalat.” (Hadits Hasan Shahih Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 4504)

Ke dua: Memakai Siwak:

(23)

Ke tiga: Shalat sunnah setelah wudhu’:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang berwudhu’ dan menyempurnakan wudhu’nya, kemudian shalat dua rakaat dan bersungguh-sungguh, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Hasan Shahih Riwayat Abu Daud: 905)

Ke empat: Pahala orang shalat pada barisan pertama:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt dan malaikat-malaikat-Nya mendo’akan orang-orang yang shalat di barisan pertama –atau beberapa barisan pertama—.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 22317)

Ke lima: Mengisi barisan-barisan yang kosong dalam shalat: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa menutupi celah (dalam shalat berjamaah), maka Allah akan mengangkat derajat orang tersebut sebanyak satu derajat dan membangun baginya sebuah rumah di surga.” (Hadits Shahih Lighairihi Riwayat Thayâlisi: 5797)

Ke enam: Membersihkan Masjid:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Meludah di masjid adalah perbuatan dosa. Dan dosa tersebut dapat ditebus dengan membersihkannya.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 552)

(24)

Ke tujuh: Berjalan menuju masjid di waktu gelap:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Beritahukanlah berita gembira kepada orang-orang yang berjalan menuju masjid di waktu gelap, bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari kiamat.” (Hadits Shahih Lighairihi Riwayat Abu Daud: 561, dan Tirmidzi: 223)

Ke delapan: Menunggu datangnya waktu shalat:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Orang yang menunggu datangnya waktu shalat setelah melaksanakan shalat, seperti seorang mujahid fi sabilillah yang duduk di atas pinggang kuda yang kencang larinya. Malaikat mendo’akan untuknya selama (wudhu’nya) belum batal. Atau, berdiri sedangkan dia berada dalam lindungan Yang Maha Besar (Allah Swt).” Maksudnya: seperti penunggang kuda yang lari kencang bersama kudanya dalam sebuah peperangan di jalan Allah. (Hadits Hasan Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 8610)

Ke sembilan: Shalat sunnah sebelum dhuhur:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang melakukan empat rakaat sebelum dhuhur dan empat rakaat setelahnya, diharamkan baginya api neraka.” (Hadits Hasan Shahih Riwayat Abu Daud: 1269)

(25)

Ke sebelas: Shalat malam:

‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata: “Jangan tinggalkan shalat malam. Sesungguhnya Rasulullah Saw tidak meninggalkannya. Apabila sakit atau malas, beliau melaksanakan shalat dengan duduk.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud: 1307)

Ke dua belas: Mengqadha’ sesuatu yang ditinggalkan ketika melaksanakan shalat malam:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang melalaikan hizibnya (bacaan sebagian al-Qur’an) atau sesuatu darinya. Kemudian, ia membacanya pada waktu antara shalat shubuh dengan shalat dhuhur, maka pahala yang akan ia dapatkan sama dengan pahala orang yang membacanya semenjak malam hari.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 747)

Ke tiga belas: Pahala orang berdiam diri di masjid:

Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya di masjid-masjid itu terdapat orang-orang yang berdiam diri (i’tikaf). Sahabat-sahabat mereka adalah para malaikat. Jika mereka tidak ada, para malaikat merasa kehilangan mereka. Jika mereka sakit, para malaikat menjenguk mereka. Dan jika mereka membutuhkan sesuatu, para malaikat akan memenuhinya.” (Hadits Hasan Shahih Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 9414)

***

(26)

Bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw yang paling utama adalah bacaan shalawat yang terdapat dalam tasyahhud akhir, yaitu: “Allahumma Shallî ‘Ala Muhammad wa ‘Ala Âli Muhammad Kamâ Shallaita ‘Ala Ibrâhîma wa ‘Ala Âli Ibrâhîma Innaka Hamîdun Majîd, Allâhumma Bârik ‘Alâ Muhammad wa ‘Ala Âli Muhammad Kamâ Bârakta ‘Alâ Ibrâhîma wa ‘Alâ Âli Ibrâhîma Innaka Hamîdun Majîd (Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat atas Nabi Ibrahim dan keluarga beliau, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan atas Nabi Muhammad beserta keluarga beliau, sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah atas Nabi Ibrahim dan keluarga beliau. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung).”

Dan jika anda menginginkan pahala shalawat ini sebanyak jumlah ciptaan Allah, seberat ‘arsy dan sejalan dengan ridha Allah, maka setelah anda membaca shalawat di atas, lengkapilah dengan bacaan: “Bi ’Adadi Khalqika, wa Midâdi Kalimâtika, wa Zinati ‘Arsyka, wa Ridhâa Nafsika (Dengan memuji-Mu sebanyak bilangan Makhluk-Mu, sebanyak kalimat-kalimat-Mu dan seberat ‘Arsy-Mu, dan seridha Dzat-Mu)”

Beberapa faedah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

1. Mengangkat kedudukan manusia sebanyak sepuluh derajat 2. Menghapus sepuluh dosa

3. Ditulis sepuluh kebaikan bagi pembacanya 4. Dianggap sebagai shadaqah

(27)

6. Mengangkat do’a ke langit

7. Jika dibaca setelah berdo’a, membantu dikabulkannya do’a tersebut

8. Untuk membantu terkabulnya segala harapan

9. Mendapat syafaat Rasulullah Saw di hari kiamat 10.Dapat menebus berbagai dosa

11.Untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah Saw di hari kiamat

12.Agar selamat dari bahaya hari kiamat 13.Untuk kebaikan sebuah majlis

14.Untuk menghilangkan kefakiran

15.Untuk mendapatkan rahmat Allah Swt 16.Agar pekerjaan dan umur menjadi barakah

17.Untuk mengingatkan seorang hamba atas apa yang dilupakannya

18.Untuk memberikan petunjuk dan menghidupkan hati seorang hamba

19.Untuk menerangkan jalan bagi hamba-Nya

20.Untuk memantapkan kaki ketika hendak berjalan

21.Untuk mengeluarkan seorang hamba dari kehampaan (hati) 22.Agar seorang hamba tidak disebut sebagai orang yang

pelit (sebagaimana yang tertera dalam hadits Nabi) 23.Untuk menyempurnakan pembicaraan yang dimulai dengan

bacaan shalawat

24.Menyebabkan langgengnya cinta kepada Allah Swt

25.Menyebabkan langgengnya cinta kepada Rasulullah Saw 26.Shalawat yang dibacakan akan menyampaikan nama orang

yang membacanya kepada Rasulullah di dalam kubur beliau.

(28)

28.Dengan membaca shalawat sama dengan mengikuti sunnah Allah Swt dalam bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw 29.Dengan membaca shalawat sama dengan mengikuti

perbuatan malaikat dalam bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw

30.Allah Swt dan malaikat-malaikat-Nya melimpahkan rahmat kepada orang yang membaca shalawat

31.Melaksanakan perintah Allah Swt

32.Mendapatkan sepuluh berkah dari Allah Swt yang dilipat gandakan

33.Merupakan berita gembira bagi hamba Allah sebelum meninggal dunia bahwa dia akan dimasukkan ke surga 34.Melaksanakan hak-hak paling kecil dari sekian banyak

hak-hak yang harus dipenuhi terhadap Rasulullah Saw.

Keutamaan Ulama Dan Penuntut Ilmu

(29)

Oleh sebab itu, siapa pun tidak diperbolehkan untuk menyembunyikan ilmu pengetahuan. Sehingga, bagi yang memilikinya wajib memberitahukan dan mengajarkan ilmunya tersebut kepada orang lain. Maka, orang yang menunjukkan pada kebaikan akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya; tidak berkurang dari pahalanya sedikitpun. Berikut ini pahala ilmu dan ulama:

1. Ilmu menyebabkan seseorang masuk surga: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang berjalan di atas jalan Allah untuk menuntut ilmu, maka Allah Swt akan memudahkan baginya —dengan ilmu tersebut— sebuah jalan menuju surga.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 2699)

2. Semua makhluk memohonkan ampun bagi orang yang berilmu: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang berilmu itu dimintakan ampunan oleh makhluk-makhluk yang ada di langit dan di bumi, hingga seekor ikan paus yang ada di laut.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Abu Daud: 3641) 3. Keutamaan orang yang berilmu lebih besar dari keutamaan

ahli ibadah: Ditetapkan dari Rasulullah Saw, bahwasanya beliau bersabda: “Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah, seperti keutamaan bulan atas semua bintang-bintang.” (Hadits Hasan Lighairihi: Lihat riwayat sebelumnya)

4. Ulama adalah pewaris para nabi dalam hal ilmu

5. Rasulullah Saw menyamakan para ulama dengan bintang-bintang yang menunjukkan manusia dari kegelapan menuju terang benderang.

(30)

7. Orang yang berilmu lebih utama dari ahli ibadah dengan tujuh puluh derajat.

8. Allah Swt memberikan kepada ulama sebuah kemuliaan yang didamba-dambakan para syuhada’.

9. Seorang yang berilmu dapat mengajarkan manusia tentang kebenaran.

10. Menuntut ilmu di masjid untuk belajar dan diajarkan kepada yang lain, pahalanya sama seperti pahala orang yang melaksanakan haji secara sempurna. Atau, seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah.

11. Pahala orang yang berilmu sama dengan pahala orang yang bangun malam dan berpuasa di siang hari. Dari Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal Ra, ia berkata: “Aku bertanya kepada bapakku: ‘Apakah aku harus bertahajjud pada malam hari atau menulis ilmu pengetahuan?’ Ayahku menjawab: ‘Tulislah ilmu pengetahuan!’ (sesungguhnya manfaat ilmu itu melebihi yang lainnya. Pahalanya seperti pahala orang yang memanfaatkannya dalam hidupnya. Setelah meninggal dunia, ilmu yang bermanfaat itu selama-lamanya sebagai shadaqah jariah. Sedangkan pahala tahajjud hanya bagi orang yang melaksanakannya saja. Dan pahala tersebut berhenti setelah orang tersebut meninggal dunia).”

Melaksanakan Shalat Lima Waktu Dan Usaha Dalam

Mempertahankannya untuk Tetap Dilaksanakan Secara Berjamaah Adalah Wajib

Hukuman Orang Yang Meninggalkan Shalat:

(31)

Dari Jabir bin Abdillah Ra, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Sesungguhnya yang membedakan antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan shalat.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 82)

Dari Buraidah Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Batasan antara kita dengan mereka adalah shalat. Maka, barang siapa yang meninggalkannya ia telah kufur.” (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 22987, dan Tirmidzi: 2621)

Dan Allah Swt telah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam. Mereka pun bersujud sebagai kepatuhan terhadap perintah Tuhan mereka, kecuali iblis. Ia menolak untuk bersujud. Sehingga, Allah melaknatnya dan menjauhkannya dari rahmat-Nya.

Melalaikan Shalat Termasuk Di Antara Sifat-Sifat Orang Munafik:

Allah Swt berfirman: “Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas.” (QS. At-Taubah: 54)

Dalam surat yang lain, Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah, kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisaa’: 142)

(32)

tanduk syaitan. Maka, orang tersebut berdiri untuk melakukan shalat empat rakaat seperti (burung) mematuk-matuk (melakukan shalat dengan sangat cepat). Ia tidak menyebut nama Allah di dalamnya, kecuali sebentar.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 622)

Hukuman Orang Yang Melalaikan Shalat Ashar:

Dari Abdullah bin Umar Ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang tidak melakukan shalat ashar (dengan sengaja), seakan-akan ia telah ditinggalkan keluarga dan hartanya (sehingga, tidak ada lagi orang yang dapat menolongnya di hadapan Allah).”2 (Hadits Shahih Riwayat

Bukhari: 552)

Hukuman Orang Yang Meninggalkan Shalat Ashar:

Dari Buraidah Ra, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: “Barang siapa yang meninggalkan shalat Ashar, maka amal perbuatannya tidak akan diterima.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 553)

Hukuman Orang Tidak Melaksanakan Shalat Wajib Karena Tidur: Samrah bin Jundub Ra berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Semalam, telah datang dua orang kepadaku. Kedua orang itu berusaha membangunkanku. Lalu, keduanya berkata kepadaku: ‘Ayo pergi!’ Maka, aku pun pergi bersama mereka. Ternyata, kami mendatangi seseorang yang sedang tertidur dan seorang yang lain sedang berdiri dengan batu yang diarahkan

2 Akan tetapi, ada sebagian keterangan yang memaknai hadits

(33)

ke kepalanya. Ia hendak memecahkan kepalanya dengan batu itu. orang tersebut memukul-mukulkan batu tersebut ke kepalanya hingga pecah. Sehingga, batu yang ada di tangannya pun pecah berserakan di sana sini. Kemudian, ia mengumpulkannya kembali batu tersebut. Akan tetapi, ia tidak melakukan perbuatan yang tadi, sampai akhirnya kepalanya kembali sempurna seperti semula. Setelah sempurna, ia kembali melakukan perbuatan seperti yang telah dilakukannya pertama kali. Rasulullah berkata: ‘Hal tersebut membuat aku bertanya kepada mereka berdua: ‘Maha Suci Allah: Apa yang terjadi dengan dua orang ini?’ Lalu Rasulullah Saw meneruskan: ‘Mereka berdua berkata kepadaku: ‘Kami akan memberitahu engkau; orang pertama yang engkau datangi tadi dimana kepalanya dipecahkan dengan batu, dia adalah orang yang mengambil al-Qur’an, akan tetapi tidak membacanya. Ia juga tidur dan tidak melaksanakan shalat wajib...” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 7047)

Shalat Jamaah Adalah Wajib

Allah Swt berfirman: “Dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43)

(34)

2. Dari Ibnu Ummi Maktum bahwa dia bertanya kepada Rasulullah Saw, ia berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah orang yang tidak dapat melihat, rumahku besar, dan aku memiliki seorang penuntun yang tidak cocok bagiku. Apakah aku mendapatkan keringanan untuk shalat di rumah. Beliau bertanya: ‘Apakah kamu mendengarkan adzan?’, ia menjawab: ‘Ya.’ Rasulullah Saw bersabda: ‘Aku tidak memberikan keringanan bagimu.’” (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud: 552, dan Ibnu Majah: 792)

Membantu Memenuhi Kebutuhan Orang Lain:

Sebagian manusia banyak yang mengeluhkan datangnya orang yang meminta-minta untuk dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Mereka tidak mengetahui bahwa siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya, sebenarnya Allah Swt akan membalas bantuan tersebut.

Apabila anda membantu memenuhi kebutuhan saudara anda; baik dengan mengajarinya ilmu, memberinya pengarahan, menanggung segala kebutuhan-kebutuhannya, meminjamkan uang, atau menunjukkannya kepada kebaikan, hal tersebut lebih utama di mata Allah Swt dari pada pahala I’tikaf anda selama satu bulan penuh.

Dari Abdullah bin Umar Ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan berjalan bersama seorang saudara untuk suatu keperluan, lebih aku senangi dari pada beri’tikaf di masjid ini –masjid Madinah— selama satu bulan.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Thayâlisi: 6/139, hadits no: 6026)

(35)

jam, anda akan mendapatkan pahala seperti pahala i’tikaf selama satu bulan penuh. Betapa hebatnya!

Sebenarnya, seorang pegawai yang menerima rakyat — sekalipun, ia duduk di kursi tugasnya— untuk memberikan bantuan kepada mereka dan menerima mereka dengan senang hati. Seandainya ia mengamalkan hadits ini dan mengikhlaskan pekerjaannya hanya kepada Allah Swt, maka ia akan mendapatkan seperti pahala i’tikaf yang dilaksanakan selama bertahun-tahun. Sayangnya, fenomena yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Para pegawai cenderung memperlambat pekerjaan mereka dalam membantu dan melayani rakyat. Andaikan mereka tahu keutamaan hadits ini dan yang sejenisnya, maka mereka akan memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dengan ramah, cepat, lugas dan tangkas. Begitu juga seorang dokter yang datang kepadanya lebih dari dua puluh orang sakit. Apabila ia bekerja dengan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah dan berperangai baik, maka ia telah mengumpulkan pahala dunia dan akhirat.

Beberapa Contoh Kaum Salaf Dalam Membantu Memenuhi Kebutuhan Sesamanya:

Suatu ketika, Abu Bakar al-Shiddiq memerah susu beberapa kambing kepunyaan orang-orang kampung. Ketika diangkat menjadi khalifah, Jariah salah seorang dari pemilik kambing-kambing itu berkata: “Sekarang, ia (Abu Bakar) tidak memerah susu kambing lagi. Lalu Abu Bakar berkata: ‘Benar, sesungguhnya aku berharap agar sesuatu yang telah menjadi kebiasaanku tidak berubah hanya karena pekerjaanku yang baru.”

(36)

siang hari rumah tersebut dimasuki oleh Thalhah. Ternyata, di dalamnya terdapat wanita tua renta yang tidak dapat melihat. Ditanyakan kepada wanita tersebut: ‘Apa yang telah dilakukan umar di dalam rumahmu?’ Wanita tua itu menjawab: ‘Ini adalah kebiasaannya semenjak dulu. Ia (Abu Bakar) selalu membagi-bagikan (shadaqah) kepadaku, ia datang dengan membawa kebutuhanku dan mengeluarkanku dari pedihnya kehidupan.”

Sedangkan Abu Wa’il berkeliling setiap hari kepada wanita-wanita dan orang-orang tua di sebuah kampung. Ia membelikan mereka berbagai kebutuhan yang dapat mencukupi.

Mujâhid berkata: “Aku menemani Ibnu Umar dalam sebuah perjalanan untuk melayaninya. Akan tetapi, pada kenyataannya dia-lah yang lebih banyak melayaniku.”

Hakim bin Hazzam merasa sedih ketika suatu hari ia tidak menemukan seorang pun yang meminta bantuan kepadanya. Kemudian, ia berkata: “Suatu hari, aku tidak menemukan seorang pun yang datang di depan pintuku untuk meminta bantuan. Pada saat itu, aku sadar, bahwa ini adalah musibah untukku. Dimana Allah telah menutup pintu pahala untukku, dengan membantu mereka yang membutuhkan bantuanku.”

Saudaraku yang budiman, sebenarnya terdapat perbedaan antara orang yang bekerja dengan ikhlas, dengan orang yang hanya bekerja dengan basa-basi, untuk sekedar mendapatkan pujian atau mengharapkan imbalan materi. Maka, biasakanlah diri anda untuk tidak menunggu imbalan apapun; baik yang berbentuk materi ataupun non materi, dari siapa saja, kecuali dari Allah Jalla wa ‘Alâ. Dengan harapan, anda tidak akan kehilangan pahala yang sangat besar.

(37)

“Apa ini?’ Mereka menjawab: ‘Orang yang telah engkau ajak bicara mengirimkan barang ini.’ Ia berkata: ‘Bukalah! Aku terpaksa harus mengambil pahala syafaatku di dunia!!”

Ibnu Syubromah Rahimahullah melaksanakan sebuah hajat besar bagi salah seorang sahabatnya. Ia membawakan untuknya sebuah hadiah. Sahabatnya bertanya: “Apa ini?’ Ia menjawab: ‘Sebagai balasan dari apa yang telah engkau berikan kepadaku.’ Sahabat tersebut berkata: ‘Ambillah hartamu! Semoga Allah mengampunimu. Apabila engkau minta bantuan sahabatmu, kemudian ia tidak bersungguh-sungguh untuk memenuhinya, maka ambillah wudhu’ untuk melaksanakan shalat. Dan bertakbirlah sebanyak empat kali, anggaplah ia sebagai orang yang telah meninggal dunia.”

Kita sering kali mendengar dan melihat orang-orang yang merasa bahagia dan mulia setelah mereka dapat membantu teman-teman mereka. Bahkan, dapat membantu orang-orang banyak. Akan tetapi, mereka mengeluh tidak dapat membantu kedua orang tua atau kerabat-kerabat mereka. Dalam hal ini, mereka diharamankan untuk mendapatkan pahala yang sangat besar. Bahkan, mereka termasuk orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tua.

Sumber tulisan: Kiat Memanjangkan Umur Yang Produktif! (Kaifa Tuthîlu ‘Umraka al-Intâjî?)

***

Kiat Berinvestasi Milyaran Kebaikan!

(38)

Beberapa Hal Untuk Menjaga Milyaran Kebaikan Di Hari Kiamat:

Pertama: Meninggalkan perbuatan maksiat yang dapat menggagalkan berbagai kebaikan:

Satu pekerjaan dapat menghalangi seseorang untuk masuk surga. Sebagaimana telah disabdakan Rasulullah Saw: “Tidak masuk surga orang yang memutuskan tali silaturrahmi.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 2556)

Pada kesempatan lain, Rasulullah Saw bersabda: “Seseorang tidak akan masuk surga apabila di hatinya terdapat kesombongan walaupun sedikit.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 91)

Maka, segala perbuatan baiknya yang dilipat gandakan tidak akan bermanfaat baginya untuk masuk surga.

(39)

Di Antara Hal-Hal Yang Diharamkan Allah Dan Rasul-Nya adalah:

Membunuh jiwa manusia – Mencuri – Berzina - Mengadu domba (namîmah) – Berbohong Khianat dan tidak amanah -(mukkâs) - Mengambil sesuatu yang bukan hak miliknya (al-Ghulul) – Orang yang memanjangkan pakaiannya – Memata-matai (tajassus) – Wanita yang mempergunakan pakaian tapi seperti orang telanjang (al-Kâsiyât al-‘Âriyât) – Berdusta (qaul az-Zûr) – Menghina al-Qur’an – Orang yang diminta untuk menyambung rambut (al-wâshil) dan Orang yang disambung rambutnya mushtaushilah) – Orang yang membuat tato (al-wâsyimah) dan orang yang ditato (al-mustausyimah) – Orang yang mencabut alis mata (al-nâmishah) dan orang yang dicabut alis matanya (al-mutanammishah) – Durhaka kepada kedua orang tua – Menyembunyikan ilmu – Memutus tali silaturrahmi – Peminum khamar (minuman keras) – Penyihir – Dan dosa-dosa besar lainnya.

Ke dua: Menyombongkan diri dengan perbuatan amal dan menggantungkan diri kepada amal tersebut:

(40)

1. Allah Swt tidak membutuhkan hamba-hamba-Nya dan amal perbuatan mereka. Bagi-Nya, berbagai perbuatan yang dilakukan orang-orang taat dan jahat tidak bermanfaat dan tidak membabahayakan-Nya.

2. Keagungan Allah Swt yang akan terlihat pada bagaimana kisruhnya hari kiamat, tidak akan seimbang dengan banyaknya amal perbuatan seorang hamba. Bahkan, manusia akan merasa bahwa semua amal perbuatannya itu tidak ada nilainya sama sekali. Maka, seorang mukmin sama sekali tidak akan merasa aman dari ancaman hari kiamat, kecuali dengan kasih sayang dari Allah Swt.

(41)

adalah memohon kepada Allah dengan seluruh rahmat dan keutamaannya untuk memberikan surga kepadanya.

4. Amal perbuatan manusia yang begitu banyak, bisa jadi, ditolak oleh Allah Swt atau diterima sesuai dengan kehendak-Nya.

5. Segala sesuatu yang melahirkan keimanan dan amal shaleh merupakan taufiq dari Allah dan atas kehendak-Nya. Sehingga, Allah akan memudahkan berbagai unsur penyebab untuk mengantarkan manusia kepada keimanan dan amal shaleh tersebut. Mengulurkan tangan-Nya kepada sang hamba dengan memberikan nikmat sehat dan harta agar semua unsur tersebut dapat membantu hamba-Nya dalam melaksanakan amal shaleh. Dengan harapan, hamba-Nya tersebut dapat mempergunakan seluruh nikmat yang telah Dia berikan untuk taat di jalan-Nya; semenjak ia dilahirkan sampai ajal menjemputnya. Sekalipun, amal perbuatannya itu tidak akan dapat menyamai setitik kenikmatan yang telah Allah berikan.

Oleh karena itu, manusia seharusnya bersyukur. Karena, mereka telah mendapatkan kasih sayang Allah dan mendapatkan ganjaran lebih dari apa yang seharusnya mereka dapatkan. Kita harus ingat, manusia telah memasuki pintu surga atas kasih sayang Allah dan keutamaannya, dan bukan karena amal perbuatan mereka. Seandainya kunci menuju pintu surga tergantung kepada amal perbuatan seorang hamba, maka tidak akan ada satu pun ciptaan Allah yang dapat memasukinya; termasuk para Rasul dan Nabi.

(42)

dengan keutamaan dan rahmat-Nya.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari: 5673)

Seandainya manusia dapat merealisasikan sisi keimanannya, mereka akan memasuki pintu surga atas rahmat Allah dalam waktu yang singkat atau di masa yang akan datang. Tentu saja, tempat dan tingkatan mereka berbeda-beda, sesuai dengan tingkatan keimanan dan amal shaleh yang mereka lakukan. Begitulah kekuasaan Allah.

Contoh: Seandainya salah seorang penguasa meminta para bawahannya untuk mendatangkan satu biji gandum dalam satu masa tertentu. Dan dalam pandangan sang penguasa, hal tersebut sangat mudah. Sehingga, sang raja berjanji kepada para bawahannya, seandainya mereka patuh terhadap perintahnya tersebut, maka setiap satu orang dari mereka akan mendapatkan sebuah istana. Dimana di dalamnya mereka dapat bersenang-senang dan menikmati pemandangan.

Ternyata, sebagian dari mereka ada yang bersikap patuh terhadap perintah sang penguasa. Sehingga, mereka mendapatkan janji sang penguasa. Sedangkan sebagian yang lain tidak mematuhi perintahnya. Bahkan, mereka tidak mempercayai perkataannya. Sehingga, mereka tidak mendapatkan janji tersebut. Lebih dari itu, mereka juga mendapatkan siksaan. Apakah kita dapat mengatakan, bahwa nilai istana dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya dapat diukur dari satu biji gandum tadi? Jawabannya: tentu saja tidak! Karena yang terpenting adalah memenuhi syarat yang diajukan oleh sang penguasa (kepatuhan). Sehingga, pada akhirnya orang-orang tersebut mendapatkan balasan atas kepatuhan mereka terhadap sang penguasa.

(43)

Pertama: Kasih sayang Allah akan meringankan bencana yang akan terjadi pada hari berbangkit.

Ke dua: Kasih sayang Allah akan menolong hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Ke tiga: Kasih sayang Allah dapat mengeluarkan hamba-Nya yang ada di dalam neraka.

Ke empat: Kasih sayang Allah akan memasukkan hamba-hamba-Nya ke dalam surga.

Allah Swt telah menyebutkan dalam surat an-Naba’ bahwa bagi orang-orang kafir, neraka jahannam merupakan balasan yang setimpal bagi mereka. Balasan ini sangat sesuai untuk amal perbuatan mereka. Balasan yang setimpal berupa siksaan yang amat pedih akan mereka rasakan. Adapun dalil yang menunjukkan hal tersebut bahwa siksaan yang kekal di dalam neraka bagi orang-orang kafir sangat berbeda-beda, sesuai dengan perbuatan mereka masing-masing ketika di dunia. Siksaan Abu Thalib lebih ringan dari siksaan Abu Jahal, Fir’aun, Hâmân dan pemimpin-peminpin kafir yang lain. Siksa Abu Thalib diperingan karena ia mendukung perjuangan Nabi Muhammad Saw, (sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Muslim: 212).

Ke Tiga: Melanggar Hak-Hak Manusia:

Rasulullah Saw telah melarang ummatnya untuk menyakiti orang-orang muslim; baik berbentuk ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), namimah (mengadu domba), hinaan, ejekan dan lain sebagainya.

(44)

kiamat membawa shalat, puasa dan zakat; dan membawa dosa karena dia pernah memaki orang, pernah menuduh-nuduh orang, pernah memakan harta orang, pernah membunuh orang dan pernah memukul orang. Sehingga, pahala kebaikannya akan diberikan kepada orang-orang yang didhaliminya. Jika pahala kebaikannya habis sebelum terbayar lunas kepada orang-orang yang didhaliminya, maka diambil dosa-dosa yang didhaliminya, lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke neraka.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 2581)

Ke empat: Perbuatan Jelek Yang Dapat Merusak Orang Lain: Sebagaimana terdapat perbuatan kebaikan yang menguntungkan orang lain yang pahalanya kembali kepada pelakunya. Sekalipun, orang tersebut telah meninggal dunia. Juga terdapat perbuatan jelek yang dapat merusak orang lain, dimana dosa pelakunya dilipat gandakan. Di antara perbuatan jelek tersebut adalah menjual dan menyebarkan berbagai kaset dan VCD yang memuat bermacam-macam lagu, film dan pemikiran-pemikiran yang dapat merusak moral penontonnya.

Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang melahirkan suatu kejelekan dalam Islam, lalu orang-orang yang datang setelahnya melakukan kejelekan tersebut, maka akan dituliskan baginya dosa orang-orang yang melakukan kejelekan itu dan tidak akan berkurang dari perbuatan mereka walaupun sedikit.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim: 1017)

(45)

Ke lima: Amal Shaleh Yang Dilakukan Secara Sembunyi-Sembunyi Akan Mengurangi Pahalanya Apabila Disebarkan Luaskan Kepada Orang Lain:

Dari Abu Darda’ Ra, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Sesungguhnya, menyembunyikan sebuah perbuatan lebih sulit dari melakukan perbuatan itu sendiri. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan tersebut akan dicatat sebagai amal shaleh yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, lalu dilipat gandakan pahalanya sebanyak tujuh puluh kali lipat. Amal tersebut akan terus berlanjut, kecuali setelah syaitan menyebutkannya kepada orang lain. Apabila diumumkan, maka dicatatlah sebagai amal yang dilakukan secara terang-terangan. Lalu, dihapuskan pahalanya secara keseluruhan. Kemudian, apabila syaitan menyebutkan untuk yang ke dua kalinya, agar orang lain turut menyebutkan dan memujinya, maka dihapuslah pahala yang dianggap sebagai amal terang-terangan dan dicatat sebagai perbuatan riya’. Oleh karena itu, hendaklah seseorang yang memelihara agamanya untuk bertakwa kepada Allah Swt. Karena, riya’ itu termasuk perbuatan syirik.” (Ibn Hibbân: 5/329, Hadits no: 6813) Atau (Ibnu Hibbân) berkata: Ini dari sebagian guru-gurunya yang tidak dikenal.

(46)

kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui. Dan kami memohon ampun kepada-Mu dari sesuatu yang tidak kami ketahui.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 19622)

Sumber Rujukan:

1. Kaifa Tuthîlu ‘Umrak?: Dr. Muhammad Na’im

2. Waqafât Min Hiwar Ma’a al-Sya’râwi: Nabil Hamdi 3. Al-Taqrîb: Al-Nashiri

4. Al-Muttajir Al-Râbih: Dirâsat Ibnu Dahîsy

Sihir Yang Dibolehkan (Do’a)

Allah Swt berfirman: “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan.” (QS. An-Naml: 62)

Senada dengan di atas, Allah Swt berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Rasululah Saw bersabda: “Do’a itu adalah ibadah.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi: 3371)

(47)

Rasulullah Saw bersabda: “Ketentuan (Allah) itu tidak dapat dirubah, kecuali dengan do’a.” (Hadits Hasan Lighairihi Riwayat Tirmidzi: 2139)

Dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Seorang muslim yang memohon kepada Allah Swt dengan sebuah do’a, tidak berbuat dosa dan tidak pula memutus tali silaturrahmi, maka Allah akan memberikannya dengan do’a tersebut salah satu dari tiga kemungkinan: do’anya dikabulkan di dunia, atau disimpan untuknya di akhirat, atau Allah menghapuskan untuknya dosa yang semisal dengan do’a tersebut.’ Mereka berkata: ‘Jadi, kita memperbanyak (berdo’a),’ Rasulullah menjawab: ‘Allâhu Aktsar (Allah lebih banyak rahmat-Nya).” (Hadits Hasan Shahih Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal: 11149)

Do’a Akan Dikabulkan Allah Swt Melalui Beberapa Sebab Berikut Ini:

1. Ikhlas karena Allah

2. Memulai dengan bacaan tahmid (Alhamdulillahi rabbil ‘alamin...) dan pujian terhadap-Nya. Setelah itu, diiringi oleh bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Kemudian, do’a tersebut ditutup dengan bacaan yang sama dengan di atas.

3. Berdo’a dengan sungguh-sungguh dan harus yakin bahwa Allah akan mengkabulkannya.

4. Mengulang-ulang do’a dengan tekun dan tidak tergesa-gesa.

5. Do’a dilakukan dengan tanang dan khusuk, serta menghadirkan hati.

6. Do’a dilakukan; baik dalam kondisi sulit ataupun senang.

(48)

8. Tidak berdo’a untuk kejelekan keluarga, anak dan harta.

9. Membaca do’a dengan suara perlahan.

10.Mengakui segala dosa dan mensyukuri nikmat Allah Swt.

11.Menghadap kiblat

12.Do’a dibaca sebanyak tiga kali. 13.Mengangkat kedua tangan

14.Apabila memungkinkan, hendaknya mengambil wudhu’ sebelum berdo’a.

15.Pergunakanlah bacaan “Asmâ al-Husnâ” atau dengan diiringi amal shaleh.

16.Memakan makanan dan meminum minuman yang halal, serta menggunakan pakaian yang bersumber dari uang yang halal.

17.Mengampuni segala kejelekan dan kejahatan yang menimpa dirinya.

18.Menjauhi perbuatan maksiat

19.Disamping berdo’a, perbanyaklah shadaqah.

20.Tidak berdo’a untuk kejahatan atau untuk memutuskan tali silaturrahmi.

Beberapa Waktu Dan Kesempatan Terkabulnya Do’a: 1. Malam Lailatul Qadar

2. Sepertiga akhir malam

3. Bagian akhir setiap shalat-shalat wajib (setelah tasyahhud)

4. Antara adzan dan iqamah. Juga, ketika keduanya dikumandangkan.

5. Ketika turun hujan.

(49)

7. Waktu terakhir dari pelaksanaan shalat jum’at, atau waktu dibacakan khutbah.

8. Ketika meminum air zam-zam dengan niat yang ikhlas. 9. Ketika bersujud

10. Apabila tidur dalam keadaan berwudhu’ lalu bangun di tengah malam.

11. Do’a yang dilakukan ketika memasuki rumah.

12. Do’a yang tidak diketahui orang lain (mendo’akan saudara sesama muslim dari jarak jauh)

13. Berbagai tempat untuk berdzikir kepada Allah. 14. Ketika ditimpa musibah.

15. Do’a orang yang didlalimi. 16. Do’a kedua orang tua

17. Do’a orang yang sedang bepergian (musafir) 18. Do’a pemimpin yang adil dan bijaksana 19. Do’a orang berpuasa ketika sedang berbuka 20. Do’a orang yang terdesak

21. Da’a anak yang berbakti kepada orang tua

22. Berdo’a di dalam ka’bah dan seluruh tempat di masjidil haram

23. Do’a di bukit shafa dan Marwah

24. Do’a yang dilakukan setelah melempar jumrah sughro (lemparan pertama) dan wushtha (lemparan ke dua).

25. Do’a yang dibarengi dengan bacaan “Lâ Ilâha Illâ Anta Subhânaka Innî Kuntu Min al-Dhâlimîn (Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dhalim)”

(50)

Istikhârah:

Yang dimaksud dengan istikhârah adalah meminta pilihan kepada Allah Swt yang dilakukan dalam segala perkara, bukan hanya dalam menentukan pasangan.

Terdapat sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang tidak beristikharah kepada Allah dalam membelikan sepeda untuk anaknya. Hal tersebut menyebabkan kematian anaknya dalam sebuah peristiwa yang mengenaskan.

Dalam kisah lain diceritakan, bahwa seorang laki-laki beristikharah dalam perkara transaksi sebuah perdagangan dengan milyaran uang. Sebelum menaiki tangga pesawat, ia merasakan kesedihan yang amat dalam berkaitan dengan transaksi tersebut. Ia menggagalkan keberangkatannya. Tiba-tiba, beberapa saat setelah pesawat yang hendak ditumpanginya terbang, diberitakan bahwa pesawat tersebut mengalami kecelakaan dan seluruh penumpangnya meninggal dunia. Orang tadi memuji Allah Swt atas kejadian mengenaskan yang tidak menimpanya.

Di antara unsur-unsur pendorong kebahagiaan bagi keturunan Adam adalah melakukan istikharah kepada Allah Swt dalam segala persoalan yang dihadapinya; baik kecil ataupun besar. Mereka tidak merasa bosan dalam melakukan istikharah. Karena, mereka melakukannya kepada Raja di atas segala raja. Sehingga, dengan demikian ia tidak membutuhkan ikut campur makhluk ciptaan-Nya dalam menentukan keputusan.

***

Wasiat Rasulullah Saw

(51)

Dari Anas bin Malik Ra, ia berkata: “Rasulullah Saw berkata kepada Fatimah Ra: “Apa yang meyebabkan kamu tidak mendengarkan apa yang aku wasiatkan: Apabila memasuki waktu pagi dan sore, hendaknya kamu membaca: Ya Hayyu ya Qayyûm Birahmatika Astaghitsu, Ashlih Li Sya’ni Kullahu, Wala Takilni Ila Nafsi Tharfata ‘Ainin (Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi Maha Kekal, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah semua urusanku, dan janganlah Engkau meninggalkanku walaupun dalam sekejap mata).” (Hadits Hasan Riwayat An-Nasâi dalam Kubrâ: 10405, dan dalam al-Mustadrak: 2000)

Saudaraku kaum muslimah: Ini merupakan wasiat dari Rasulullah Saw untuk puteri beliau yang suci, Fatimah Radhiyallahu ‘Anha. Walaupun beliau mewasiatkan kepada puterinya dengan wasiat yang sangat berharga, namun puterinya lupa untuk mengamalkan wasiat tersebut. Atau, beliau sama sekali tidak mendapatkan puterinya mengamalkan wasiat itu. Sehingga, membuat beliau bertanya-tanya dengan keheranan: “Apa yang menyebabkan kamu tidak mendengarkan apa yang telah aku wasiatkan?”. Kemudian, karena cinta dan kasih sayang beliau yang sangat dalam, beliau mengulangi lagi wasiat tersebut dengan mengatakan: “Hendaknya kamu membaca (do’a yang aku ajarkan) apabila memasuki waktu pagi dan sore.”

Jadi, wasiat inilah yang selalu diamalkan oleh Fatimah pada waktu siang dan sore. Wasiat ini juga berlaku untuk semua kaum muslimah. Setelah ini kita bertanya-tanya, doa seperti apa kira-kiranya yang akan diucapkan Rasulullah Saw? Jawaban lengkapnya sebagaimana berikut ini:

Referensi

Dokumen terkait

Cinta kepada Rasulullah maksudnya adalah seorang muslim tidaklah menerima sesuatupun baik perintah maupun larangan kecuali dari ajaran Nabi shallallahu 'alahi wasallam, ia

Diambil dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan dari penggunaan aplikasi Google Form melalui media audio visual dengan hasil belajar siswa

Pelatihan adalah tepat ketika organisasi kita dapat mengharapkan untuk mendapatkan lebih banyak manfaat dari pelatihan daripada diukur sebagai investasi

c) Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa. Pengaturan penyelesaian sengketa konsumen telah diatur secara

(1) Adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kerja otot atau ligamen, anatar samping satu dengan yang lain, sedangkan hal – hal yang dapat menyebabakan adanya bermacam –

Larva yang telah berumur 1 minggu kemudian dilakukan pemindahan ke dalam wadah perawatan larva tahap lanjut, wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 1 m x 0,5 m x

Keadaaan di bawah ini yang menyebabkan besar gaya normal yang bekerja pada benda tidak sama dengan berat benda tersebut adalah .... (1) Benda diam di

Sehubungan dengan perancangan visual branding kawasan agrowisata Condet, pesan yang ingin disampaikan menggunakan pendekatan persuasif bahwa Condet merupakan salah