• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF ini KAJIAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA | Mulyadi | 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PDF ini KAJIAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA | Mulyadi | 1 PB"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ARTIKEL

ENDRI MULYADI

NPM. 1210018312031

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

KAJIAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Endri Mulyadi, Alizar Hasan, Wardi

Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta Email : mulyadipdg@gmail.com

ABSTRACT

Performance appraisal issues construction company is often a vexing problem for project managers. On the one hand, the performance appraisal is an important and necessary task to evaluation process, the other side there are many managers who fail to implement it properly. The failure of the implementation of performance assestment is not separated from the reality of the construction company’s performance appraisal currently still tend toward the traditional performance appraisal. Performance appraisal in construction company as if only for evalution purpose and override the other purposes as competency development purpose and the individual’s ability to carry out the task as well as other strategic objectives.Based on these problems,the purpose of this research is know with certainty the factors that affect unrealized of tender’s requirements at the time of execution of construction work in Kabupaten Lima Puluh Kota. The result of study found that factors that influence unrealized of tender’s requirements at the time of execution of construction work in Kabupaten Lima Puluh Kota can be devided into two: contractor qualification factor and work implementation factor. Contractor qualification factor consists of administration factor, capital factor, experience factor and technical ability factor.

Keyword:Performance, Construction companyy

ABSTRAK

Masalah penilaian kinerja perusahaan jasa konstruksi seringkali menjadi masalah yang membingungkan bagi para manajer proyek. Di satu sisi, penilaian kinerja merupakan tugas yang penting dan dibutuhkan untuk proses evaluasi, namun di sisi lain masih banyak manajer yang gagal menerapkannya dengan baik. Kegagalan penerapan penilaian kinerja ini tidak lepas dari realitas penilaian kinerja perusahaan jasa konstruksi saat ini yang masih cenderung ke arah penilaian kinerja tradisional. Penilaian kinerja perusahaan jasa konstruksi seakan-akan hanya ditujukan untuk tujuan evaluasi saja dan mengesampingkan tujuan yang lain, seperti tujuan pengembangan kompetensi dan kemampuan individu dalam melaksanakan tugas serta tujuan strategik lainnya.

(3)

terlaksananya persyaratan tender disaat pelaksanaan pekerjaan konstruksi di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dibagi menjadi 2 yaitu faktor kualifikasi kontraktor dan faktor pelaksanaan pekerjaan. Faktor Kualifikasi kontraktor terdiri atas faktor administrasi, faktor keuangan (modal kerja), faktor pengalaman, dan faktor kemampuan teknis.

Kata kunci:Kinerja, Perusahaan konstruksi

1. PENDAHULUAN

Kinerja dapat dikatakan sebagai suatu hasil yang dicapai ketika mengerjakan sesuatu atau tugas. Keberhasilan suatu organisasi diukur dengan kinerja organisasi, dimana kinerja organisasi sendiri sangat ditentukan oleh kinerja masing-masing individu dalam organisasi tersebut. Pengelolaan atas kinerja yang dilakukan secara strategis merupakan hal utama bagi organisasi untuk membangun dan meraih keunggulan kompetitif melalui peran sumber daya manusia dalam menjalankan strategi organisasi.

Masalah penilaian kinerja perusahaan jasa konstruksi seringkali menjadi masalah yang membingungkan bagi para manajer proyek. Di satu sisi, penilaian kinerja merupakan tugas yang penting dan dibutuhkan untuk proses evaluasi, namun di sisi lain masih banyak manajer yang gagal menerap-kannya dengan baik. Kegagalan penerapan penilaian kinerja ini tidak lepas dari realitas penilaian kinerja perusahaan jasa konstruksi saat ini yang masih cenderung ke arah penilaian kinerja tradisional. Penilaian kinerja perusahaan jasa konstruksi seakan-akan hanya ditujukan untuk tujuan evaluasi saja dan mengesam-pingkan tujuan yang lain, seperti tujuan pengembangan kompetensi dan kemampuan individu dalam melaksa-nakan tugas serta tujuan strategik lainnya.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2013 menjelaskan bahwa untuk 3 tahun terakhir (2010-2012) hampir 37% dari 154 buah perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil yang beroperasi di Kabupaten Lima Puluh Kota mengalami permasalahan terkait dengan rendahnya pencapaian kinerja. Kondisi ini terlihat dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Kepala Seksi Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2013. Pada umumnya permasalahan ini berasal dari perusahaan itu sendiri yang sebenarnya ada dalam kendali organisasi perusahaan, dan masalah ini biasanya berhubungan dengan lemahnya manajemen perusahaan. Permasalahan ini tentunya merupakan salah satu masalah yang dominan dan faktor terbesar dibalik banyaknya kegagalan perusahaan.

Jika kemampuan kontraktor terbatas, sudah dapat dipastikan bahwa hasil yang dicapai dibawah standar kualitas, walaupun telah dibekali dengan spesifikasi teknis dan standar lengkap yang menjelaskan tata cara pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai standar kualitas

1.1. Jasa Konstruksi

(4)

konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sementara itu pekerjaan konstruksi sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Sementara ruang lingkup pekerjaan konstruksi sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Jadi jasa konstruksi ini meliputi semua pekerjaan konstruksi dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan.

Pada Tahun 2014, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) selaku lembaga resmi yang merupakan perwujudan dari Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 1999 melalui Peraturannya No. 2 Tahun 2014 tentang tata cara registrasi konversi sertifikat badan usaha jasa konstruksi untuk melaksanakan ketentuan pasal 72 Peraturan LPJK Nasional nomor 10 tahun 2013 tentang registrasi usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi dan pasal 70 Peraturan LPJK Nasional Nomor 11 Tahun 2013 tentang registrasi Usaha Jasa Perencana dan Pengawas konstruksi perlu menetapkan peraturan LPJK tata cara Registrasi Konversi Sertifikat Badan Usaha Jasa Konstruksi, sebagai upaya menyikapi Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/SE/M/2010 maka LPJK melakukan penggolongan konversi

kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi, kemampuan usaha, yang selanjutnya dibagi menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria risiko, dan/atau kriteria penggunaan teknologi, dan/atau kriteria besaran biaya, dapat dibagi jenjang kompetensinya sebagai berikut: a. Kualifikasi usaha besar (usaha non

kecil) berupa B1, M2, dan M1 b. Kualifikasi usaha kecil, berupa K3,

K2, dan K1

1.2. Kualifikasi Usaha Kecil

Kualifikasi K1 adalah kualifikasi perusahaan atau badan usaha jasa pelaksana konstruksi atau KONTRAK-TOR yang mampu melaksanakan pekerjaan dengan resiko kecil, berteknologi sederhana dan biaya yang kecil. Resiko Kecil adalah resiko yang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dan pemanfaatan bangunan konstruksinya tidak memba-hayakan keselamatan umum dan harta benda. Teknologi sederhana adalah teknologi yang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanannya meng-gunakan banyak peralatan kerja seder-hana dan tidak memerlukan tenaga ahli. Kualifikasi K1 tidak dipersyaratkan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan

(5)

pekerjaan konstruksi yang pelaksa-nannya menggunakan alat kerja seder-hana dan tidak memerlukan tenaga ahli. Kualifikasi K2 memiliki pengalaman melaksanakan pekerjaan dengan total nilai kumulatif perolehan sekarang paling sedikit Rp 1 Milyar yang dipero-leh dalam kurun waktu 10 tahun dan memiliki kemampuan untuk melaksa-nakan pekerjaan jasa pelaksana kons-truksi dengan nilai proyek sampai dengan maksimum Rp 1,75 Milyar,

Kualifikasi K3 adalah kualifikasi perusahaan atau badan usaha jasa pelaksana konstruksi atau

KONTRAKTOR yang mampu

melaksanakan pekerjaan dengan resiko kecil, berteknologi sederhana tinggi dan biaya yang kecil. Resiko kecil adalah resiko yang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dan pemanfaatan bangunan-konstruksinya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda. Teknologi sederhana adalah teknologi yang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksa-nannya menggunakan banyak peralatan kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli. Kualifikasi K3 memiliki pengalaman melaksanakan pekerjaan dengan total nilai kumulatif perolehan sekarang paling sedikit Rp 1,75 Milyar yang diperoleh dalam kurun waktu 10 tahun dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan jasa pelaksana konstruksi dengan nilai proyek sampai dengan Rp 2,5 Milyar.

1.3 Persyaratan Kualifikasi Doku-men Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa Lainnya

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Lampiran II bagian B.1.huruf g.1 dan h.1, pembuktian kualifikasi dilakukan setelah evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang memenuhi persyaratan

kualifikasi, yaitu terhadap calon pemenang lelang serta pemenang cadangan 1 dan 2 apabila ada. Dengan demikian evaluasi kualifikasi dapat dilakukan setelah evaluasi penawaran yang menghasilkan peringkat calon pemenang. Evaluasi penawaran dimak-sud meliputi evaluasi administrasi, evaluasi teknis dan evaluasi harga. (Lampiran II bagian B.1.f. 6). Meskipun demikian evaluasi kualifikasi dapat dilakukan sebelum evaluasi penawaran (Lampiran II bagian B.1.g. 7).

Sedangkan pembuktian kasi dilakukan setelah evaluasi kualifi-kasi dilakukan terhadap peserta yang memenuhi persyaratan kualifikasi (Lampiran II bagian B.1.h.1). Agar pembuktian kualifikasi lebih efektif, maka sebaiknya dilakukan setelah evaluasi kualifikasi dan evaluasi penawaran.

Persyaratan kualifikasi harus dipenuhi masing-masing anggota kemitraan, khususnya untuk pekerjaan yang menjadi porsi dan tanggung jawab Penyedia yang bersangkutan. Nilai KD perusahaan anggota kemitraan tidak harus memenuhi persyaratan KD minimal untuk keseluruhan nilai pekerjaan, tetapi cukup dipenuhi oleh lead firmnya. Sedangkan persyaratan lainnya yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan dapat dipenuhi oleh salah satu anggota kemitraan (tidak harus semua anggota), sesuai porsi dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan tersebut

1.4 Kinerja

(6)

pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yanng telah disusun. Mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998, dalam Wibowo, 2007). Menurut Gibson, dkk (1990) kinerja merupakan suatu keberhasilan mencapai suatu tujuan. Kinerja organisasi merefleksikan suatu pencapaian dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan organisasi, baik yang diukur dari visi, misi, tujuan dan target sasaran.

Indikator kinerja organisasi ada-lah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat penca-paian sasaran atau tujuan (Bastian, 2001 dalam Syafruddin & Tangkilisan, 2004) yang telah ditetapkan dalam memperhitungkan elemen-elemen indi-kator berikut ini.

1. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.

2. Indikator keluaran (outputs) yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik. 3. Indikator hasil (outcomes) adalah

segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

4. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. 5. Indikator dampak (impacts) adalah

pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud investigasi dan memahami fenomena apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya (Finally, 2006).

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi tidak terlaksananya persyaratan kualifikasi tender diwaktu terlaksananya pekerjaan konstruksi, kemudian mengetahui faktor-faktor yang paling mempenga-ruhi tidak terlaksananya persyaratan kualifikasi tender diwaktu pelakasanaan pekerjaan konstruksi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode Kualitatif deskriptif, yang oleh Ali (1997) diartikan sebagai analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data dan informasi hingga lahirnya suatu model atau suatu teori.

(7)

Kerangka Penelitian

Survei Lokasi

I su Penelitian

Pertanyaan penelitian

Tujuan Penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Data Sekunder

Studi Literatur

Observasi Lapangan Wawancara

Pembahasan Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Data Primer

Gambar Metodologi Penelitian

2.1. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian kualitatif adalah memberi kategori, mensistematisasi, dan bahkan

memproduksi makna si ”peneliti” atas

apa yang menjadi pusat perhatiannya Miles dan Huberman (1992) dalam Salim (2006), menyebutkan ada tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification).

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi dan transformasi dari data kasar yang diperoleh. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal yang pokok dan penting, mencari tema dan pola dan

membuang data yang dianggap tidak penting. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya 2. Penyajian Data

Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah penyajian data (display data). Data dalam proses penyajian data yang telah direduksi

data diarahkan agar

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami. Penyajian data biasa dilakukan dalam uraian naratif, seperti bagan, diagram alur (flow diagram), tabel dan lain-lain. 3. Penarikan kesimpulan (Conclusion)

(8)

data dengan mencari makna setiap gejala yang diperoleh dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, dan proposisi. Kesimpulan yang dikemukakan tahap awal yang diperoleh bersifat sementara dan akan berubah, jika diketemukan bukti-bukti pendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Proses menemukan bukti-bukti inilah disebut tahap verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat pada saat peneliti kembali ke lapangan (pengumpulan data lanjutan), maka kesimpulan tersebut sudah kredibel. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk tujuan penelitian pertama yang merupakan pertanyaan penelitian: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya persyaratan kualifikasi tender diwaktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, setelah dilakukan wawancara pada tanggal 15 April hingga 23 April 2015 dengan Pengguna Anggaran (PA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lima Puluh Kota, dan kontraktor sebagai anggota Asosiasi yang berjumlah sepuluh orang informan, diperoleh hasil sebagai berikut,

Pada penelitian administrasi diketahui bahwa Kontraktor kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota sudah mengikuti syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pemberi kerja. Penelitian administrasi yang dilakukan diantaranya adalah memiliki ijin usaha jasa konstruksi, memiliki kompetensi yang ditunjukkan dengan sertifikat Badan Usaha, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan

usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana, serta telah melunasi pajak tahunan terakhir, memiliki laporan bulanan PPh pasal 25 atau pasal 21/pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya tiga bulan yang lalu.

Penilaian aspek keuangan, Pada umumnya kontraktor kecil terkendala dalam permodalan/keuangan. Kendala permodalan yang dialami oleh kontraktor kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota diantaranya dapat dilihat melalui pengajuan uang muka kepada pemilik proyek sebagai modal awal pada pelaksanaan proyek yang dikerjakan, kemudian mengajukan pinjaman kepada bank untuk membiayai proyek. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kontraktor tidak memiliki modal yang cukup pada penanganan proyek yang sedang dikerjakan sehingga sisa kemampuan keuangan setelah proyek selesai dikerjakan tidak cukup. Kekayaan bersih perusahaan merupakan rekayasa saja yang semata-mata untuk memenuhi persyaratan dalam kualifikasi lelang untuk meyakinkan pihak yang melelangkan tender tersebut.

(9)

bertindak sebagai kontraktor utama dan ada juga kontraktor yang mempunyai status sebagai sub kontraktor

Penilaian Kemampuan Teknis, Kontraktor tidak memiliki peralatan pada pelaksanaan proyek yang dikerjakan kecuali untuk peralatan sederhana. Tenaga kerja yang dimiliki dalam perusahaan jasa konstruksi menggunakan tenaga kerja hanya dari tukang harian atau tukang borongan yang bukan merupakan bagian dari perusahaan jasa konstuksi, yang sebenarnya dalam sebuah perusahaan jasa konstruksi hanya 2 (dua) – 3(tiga) orang yang merangkap semua tenaga ahli, mulai dari arsitek, administrasi, teknis lapangan dan keuangan. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang ada semata-mata hanya memenuhi persyaratan administrasi saja agar perusahaan dapat mendaftar pada pelelangan/tender atau dengan kata lain sertifikat yang dilampirkan dipinjam kepada sipemilik yang tidak merupakan karyawan dari perusahaan jasa konstruksi yang mengikuti lelang tender tersebut, dan tidak terdaftar sebagai karyawan dalam perusahaan tersebut. Adapun tenaga teknik yang dimiliki oleh kontraktor dapat disimpulkan hanya memahami sebagian dari spesifikasi teknis, gambar kerja dalam pelaksanaan dan pembuatan laporan kemajuan pekerjaan. Ada kalanya masih perlu berkonsultasi dengan Pembuat Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, Kontraktor kecil yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota sudah membuat shop drawing pada setiap item pekerjaan yang sedang dikerjakan, namun masih ditemukan kontraktor yang meminta bimbingan dari pihak proyek terhadap gambar kerja,

spesifikasi teknis yang dikerjakan dan kadang-kadang melenceng dari spesifikasi teknik sebagai persyaratan yang telah ditetapkan. Sebagian kontraktor kecil memulai pekerjaan tepat waktu, sebagian lagi tidak sehingga tahap penyelesaian pekerjaan menjadi kritis. Pengetesan material yang akan digunakan terhadap proyek yang dikerjakan, penyediaan peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek yang dikerjakan jarang sekali diperhatikan oleh kontraktor.

3.1. Kualifikasi Kontraktor 1. Penelitian Administrasi

Penelitian administrasi yang dilakukan sudah mencerminkan bahwa kontraktor kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota sudah mengikuti syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pemberi kerja. Penelitian administrasi yang dilakukan diantaranya adalah memiliki ijin usaha jasa konstruksi, memiliki kompetensi yang ditunjukkan dengan sertifikat Badan Usaha, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana, serta telah melunasi pajak tahunan terakhir, memiliki laporan bulanan PPh pasal 25 atau pasal 21/pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya tiga bulan yang lalu. Hal ini perlu dilakukan, karena akan mempengaruhi keberhasilan proyek dan kualitas proyek tersebut (Wahyudin et al., 2004).

(10)

sendiri hanya untuk memenuhi persyaratan agar perusahaan yang mendaftar pada pelelangan/tender menang atau dengan kata lain ijazah yang dilampirkan dipinjam kepada sipemilik yang tidak merupakan karyawan dari perusahaan jasa konstruksi yang mengikuti lelang tender tersebut, dan tidak terdaftar sebagai karyawan dalam perusahaan tersebut

2. Penilaian Keuangan

Ditinjau dari penilaian kemampuan keuangan, pada umumnya kontraktor kecil terkendala dalam permodalan/keuangan. Keuangan berkaitan dengan adanya dukungan modal dalam suatu perusahaan yang berguna untuk memperlancar program peningkatan kinerja.

Kendala permodalan yang dialami oleh kontraktor kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota diantaranya dapat dilihat melalui pengajuan uang muka kepada pemilik proyek sebagai modal awal pada pelaksanaan proyek yang dikerjakan, kemudian mengajukan pinjaman kepada bank untuk membiayai proyek. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kontraktor tidak memiliki modal yang cukup pada penanganan proyek yang sedang dikerjakan sehingga sisa kemampuan keuangan setelah proyek selesai dikerjakan tidak cukup. Kekayaan bersih perusahaan merupakan rekayasa saja yang semata-mata untuk memenuhi persyaratan dalam kualifikasi lelang untuk meyakinkan pihak yang melelangkan tender tersebut.

3. Penilaian Pengalaman

Ditinjau dari pengalaman, kontraktor kecil yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota belum memiliki pengalaman yang cukup memadai dimana banyak yang memiliki pengalaman kurang dari 7 (tujuh)

tahun. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 339/KPTS/M/2003, Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi menjelaskan bahwa penilaian dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah dikerjakan selama 7 (tujuh) tahun terakhir yang disertai bukti penyelesaian pekerjaan dengan baik oleh pengguna jasa.

Kontraktor kecil yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota mengerjakan bidang pekerjaan adalah pekerjaan yang bidang dan sub bidang sama dengan pekerjaan yang akan dilelangkan. Nilai kontrak yang pernah dikerjakan semuanya dibawah Rp 2 Milyar, dan rata-rata pengerjaan proyek konstruksi 3-5 tahun. Status badan usaha kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan ada kontraktor yang bertindak sebagai kontraktor utama dan ada juga kontraktor yang mempunyai status sebagai sub kontraktor.

4. Penilaian Kemampuan Teknis

Keputusan Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 339/KPTS/M/2003, Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi menjelaskan bahwa penilaian kemampuan teknis dinilai terhadap 2 (dua) unsur yaitu peralatan, personil. Penilaian peralatan yaitu kondisi alat yang diperhitungkan hanya kondisinya tidak kurang dari 70 % Kepemilikan peralatan dinilai adalah milik sendiri dengan bukti, sewa beli dengan bukti, sewa jangka pendek dengan bukti dan sewa jangka panjang dengan bukti. Hasil wawancara ditemukan bahwa ternyata kontraktor tidak memiliki peralatan pada pelaksanaan proyek yang dikerjakan kecuali untuk peralatan sederhana.

(11)

sebagian dari spesifikasi teknis, gambar kerja dalam pelaksanaan dan pembuatan laporan kemajuan pekerjaan. Ada kalanya masih perlu berkonsultasi dengan Pembuat Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

3.2 Pelaksanaan Pekerjaan

Meskipun tenaga ahli dan tenaga terampil yang dimiliki oleh kontraktor harus menguasai spesifikasi teknis, gambar kerja tetapi masih ditemukan kontraktor yang meminta bimbingan dari pihak proyek terhadap gambar kerja, spesifikasi teknis yang dikerjakan dan kadang-kadang melenceng dari spesifikasi teknik sebagai persyaratan yang telah ditetapkan sehingga ditemukan proyek yang dikerjakan oleh kontraktor kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota pernah mengalami kerusakan/gagal pakai sebelum habis waktu pelaksanaan/ pemeliharaan pekerjaan.

Sebagian kontraktor kecil memulai pekerjaan tepat waktu, sebagian lagi tidak sehingga tahap penyelesaian pekerjaan menjadi kritis, akan tetapi hal ini harus cepat disikapi oleh direksi teknis agar proyek berjalan sesuai dengan pengendalian mutu dan waktu yang telah ditetapkan. Akibat tidak memulai pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan mengakibatkan penyelesaian pekerjaan menjadi kritis atau menjadi tidak tepat dengan waktu yang telah ditentukan.

Untuk menjaga kualitas, setiap memulai pekerjaan kontraktor diwajibkan melakukan pengetesan material yang akan digunakan terhadap proyek yang dikerjakan, penyediaan peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek yang dikerjakan jarang sekali diperhatikan oleh kontraktor.

Kualifikasi Kontraktor sangat berpengaruh terhadap pencapaian kualitas pekerjaan konstruksi, hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi kualifikasi kontraktor semakin baik dalam kemampuan penanganan pekerjaannya, hal ini disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kontraktor adalah pengalaman kerja, sumber daya manusia dan manajerial yang dikuasainya, modal kerja serta peralatan yang memadai, jika faktor tersebut telah terpenuhi maka secara langsung juga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

4. KESIMPULAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya persyaratan kualifikasi tender diwaktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah:

1. Kualifikasi Kontraktor a. Faktor Administrasi

Kontraktor di Kabupaten Lima Puluh Kota tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi syarat-syarat administrasi dan memiliki memiliki tenaga teknis yang disesuaikan dengan

pendidikan dan keterampilan sesuai dengan yang distandarkan oleh LPJK.

b. Faktor Keuangan (modal kerja) Kekayaan bersih perusahaan merupakan rekayasa saja yang semata-mata untuk memenuhi persyaratan dalam kualifikasi lelang untuk meyakinkan pihak yang melelangkan tender tersebut.

c. Faktor Pengalaman

(12)

339/KPTS/M/2003, Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi. Semakin banyak pengalaman kerja dibidangnya semakin baik pemahaman dalam mengerjakan pekerjaan

konstruksi.

d. Faktor Kemampuan Teknis Kontraktor kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota tidak memiliki peralatan pada pelaksanaan proyek yang dikerjakan kecuali untuk peralatan sederhana. Sertifikat tenaga ahli dan tenaga terampil hanya untuk memenuhi persyaratan agar perusahaan dapat mendaftar pada

pelelangan/tender atau dengan kata lain sertifikat yang dilampirkan dipinjam kepada sipemilik yang tidak merupakan karyawan dari perusahaan jasa konstruksi yang mengikuti lelang tender tersebut, dan tidak

terdaftar sebagai karyawan dalam perusahaan tersebut

2. Faktor Pelaksanaan Pekerjaan Masih ditemukan kontraktor yang meminta bimbingan dari pihak proyek terhadap gambar kerja, spesifikasi teknis yang dikerjakan dan tidak memperhatikan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta kualitas pekerjaan yang rendah dimana proyek yang dikerjakan mengalami kerusakan/gagal pakai sebelum habis waktu pemeliharaan pekerjaan. Pengelolaan manajemen yang terarah akan mampu menyelesaian pekerjaan dengan efisiensi waktu, mutu dan biaya

5. DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafarudin. 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta : BPFE

Armstrong, Michael & Baron, A. 1998. Performance Managemen : The New Realities, institute of Personnel dan development, New York.

Azwar, Saifuddin. 2004.Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Asiyanto. 2005. Contruction Project Cost Management. PT. Pradya Paramita Jakarta

Ali, Faried. 1997. Metodologi Penelitian Sosial dalam Bidang I lmu Administrasi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Alwi, Hasan. 2003.Tata Bahasa Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik Di Indonesia. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Bachrowi Sanusi, 2000, ”Pengantar Evaluasi Proyek”, Fakultas Ekonomi,

Universitas Indonesia, Jakarta, Nopember

Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta

Fandy Tjiptono, 2003. Strategi Pemasaran. Edisi kedua, Yogyakarta : Penerbit Andi

Gibson, Rosalind S. 1990.Principles of Nutritional Assesmen. Oxford University press. New York.

(13)

INKINDO, 2009, Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) Inkindo,. Jakti, Dorodjatun Kuncoro. 2004. Kiat Meraih Peluang di Era Kebangkitan Jasa Konstruksi, Profesionalisme Tulang Punggung Kompetensi dan Daya Saing. Jakarta : PT Tren Pembangunan

Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional tentang Pedoman Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional Tahun 2002, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, Jakarta

Keputusan Menteri Permukiman dan

Prasarana Wilayah No.

339/KPTS/M/2003, Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi

LPJK No. 10 Tahun 2013. Tata Cara Registrasi Usaha Jasa Konstuksi

LPJK No. 11 Tahun 2013. Registrasi Usaha Jasa Perncanaan dan Pengawasan konstruksi

LPJK No. 2 Tahun 2014. Tata Cara Registrasi Konversi Sertifikat Badan Usaha Jasa Konstruksi

Miles, B.B, dan A.M. Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif, UI Press Jakarta

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi I. Yogyakarta: Buku UPP AMP YKPN.

Nana Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

PP No. 29 Tahun 2000. Penyelenggaraan Jasa Konstruksi PP No. 4 Tahun 2010. Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi Peraturan menteri PU No.

08/PRT/M/2011. Pembagian

subklasifikasi dan subkualifikasi Usaha Jsa Konstruksi

Perpres No. 54 Tahun 2010. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Perpres No. 70 Tahun 2012, Perubahan Kedua Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah

Perpres No. 4 Tahun 2015, Perubahan Ke empat Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa pemerintah

Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000. Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.

Piliando, Romy. 2008. Identifikasi Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Penentuan Pemenang Lelang Jasa Kontruksi Proyek Pemerintah. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok.

(14)

Sedarmayanti, 2007, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung, Penerbit Mandar Maju Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek dari konseptual sampai operasional.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sedarmayanti, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama

Soeharto, I mam. 1995. Manajemen Proyek, Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta : Erlangga.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia UU No. 18 Tahun 1999. Jasa Konstruksi

UU No. 20 Tahun 2008. Kekayaan Bersih

Wibowo, 2007. Manajemen kinerja. PT. Raja Grafindo Parsada: Jakarta Wahyudin, et al. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Kontruksi Oleh Instansi pemerintah. Jakarta: BP Cipta Jaya.

Gambar

Gambar Metodologi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian peng- embangan ini adalah menghasilkan modul interaktif dengan menggunakan learning content development system pada materi pokok usaha dan energi untuk

- Nilai Investasi pada tabel diatas dicantumkan hingga usia 85 tahun, dan proteksi asuransi kepada Tertanggung tetap berlaku hingga usia 100 tahun selama nilai dari Unit tersedia

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

The differences is that the writer try to find out the factors that cause students’ difficulties in comprehending the English reading text, meanwhile Jaya’s thesis try to find out

Flow rate between one pair of adjacent aesthetasc rows increases more than 20-fold as the animals increase in size from 8 to 55 mm rostrum–telson length.. Flow rate between

Mengetahui distribusi proporsi keluhan berdasarkan jenis mioma uteri.. Mengetahui distribusi proporsi kadar hemoglobin (Hb) berdasarkan

[r]