• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran Perpustakaan Universitas sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Peran Perpustakaan Universitas sumatera "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Peran Perpustakaan Universitas Brawijaya dalam

Mewujudkan Gerakan Literasi Informasi Digital

Kurniasih Yuni Pratiwi (Pustakawan UB) Moh Very Setiawan (Mahasiswa MIP UGM)

Perpustakaan Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya Malang pratiwikurnia399@gmail.com

Abstrak

Perkembangan informasi menjadikan adanya perubahan cara penelusuran informasi bagi masyarakat. Kegiatan penelusuran informasi yang awalnya dilakukan secara konvensional sekarang dilakukan secara digital. Sebagai lembaga pengelola informasi, perpustakaan berkewajiban memaksimalkan pelayanan dan penyediaan koleksi bagi kepentingan seluruh masyarakat. Seperti perpustakaan Universitas Brawijaya, sebagai perpustakaan Perguruan Tinggi di sana tidak hanya menyediakan layanan untuk mewujudkan literasi informasi digital di lingkup universitas, namun perpustakaan Universitas Brawijaya juga menyediakan layanan-layanan untuk mewujudkan gerakan literasi infomasi digital kepada seluruh masyarakat di Kota Malang. Adapun layanan yang disediakan seperti: School Engagement Program pada sekolah tingkat SLTA, Program MILL (Malang Inter Library Loan) pada tingkat Perguruan Tinggi, User Education untuk memaksimalkan tercapainya gerakan literasi digital di dalam Universitas Brawijaya, dan layanan liaison librarians. Meskipun secara keseluruhan banyak hal yang perlu diperhatikan dalam layanan ini, seperti dibutuhkannya anggaran lebih dan tenaga ekstra, diharapkan segala bentuk kegiatan dan program kerja yang terstruktur ini dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat Kota Malang dan civitas akademik Universitas Brawijaya dalam mewujudkan gerakan literasi informasi digital.

Kata Kunci: Literasi Informasi Digital, School Engagement Program, Malang Inter Library Loan, User Education, Liaison Librarians.

Pendahuluan

(2)

Pada era informasi, banyak orang khususnya para generasi muda lebih menyukai melakukan penelusuran informasi melalui media baru, seperti handphone, televisi, ataupun sumber-sumber media lain yang dapat diakses melalui internet. Adanya media baru ini dapat membangun pencitraan dalam benak generasi muda serta membentuk pendapat mereka mengenai apa saja akan dapat mereka lakukan secara lebih mudah dengan adanya media baru dan internet. Hal tersebut karena para generasi muda lebih menyukai sumber-sumber informasi dari media baru yang dapat mereka gunakan secara lebih praktis. Adanya media baru ini mengakibatkan munculya literasi media digital.

Perpustakaan sebagai sumber informasi dan jantung dari sebuah institusi memiliki peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Hal itu karena pada hakekatnya perpustakaan dikenal secara umum berfungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan di segala aspek, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu hadirnya perpustakaan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata demi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi informasi secara baik dan benar. Institusi perpustakaan hendaknya juga mampu menarik minat masyarakat dengan berbagai promosi karya dan koleksi terbaiknya, agar masyarakat mau berkunjung dan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan. Hal ini akan sangat membatu merubah pola pikir masyarakat menjadi masyarakat yang literate, melek informasi, masyarakat literasi informasi, atau masyarakat yang memiliki kemampuan untuk melakukan literasi informasi digital.

Perpustakaan Universitas Brawijaya memiliki visi sebagai pusat diseminasi sumber ilmu pengetahuan bertaraf internasional untuk mendukung Universitas Brawijaya sebagai World Class Entrepreneurial University. Maka Perpustakaan Universitas Brawijaya tidak hanya melayani pengguna dari sivitas akademika Universitas Brawijaya, namun mereka juga melayani masyarakat di luar universitas. Program-program tersebut bertujuan membantu masyarakat untuk memiliki kemampuan dalam hal literasi informasi digital. Atas dasar ini perpustakaan memiliki program-program baru dan terus meningkatkan mutu layanan dan memaksimalkan fasilitas yang ada. Program-program tersebut seperti School Engagement Program, MILL (Malang Inter Library Loan), Bimbingan Pemakai Perpustakaan (User Education), Pustakawan Penghubung Fakultas (Liaison Librarians). Atas dasar ini evaluasi program-program yang ada di Perpustakaan Universitas Brawijaya tersebut menjadi hal yang penting agar kegiatan yang ada dapat dilaksanakan secara lebih maksimal.

1. Tinjauan Literatur

(3)

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan akademik para mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi. Perkembangan pendidikan saat ini menuntut peranan perpustakaan perguruan tinggi sebagai salah satu komponen dalam menunjang kesuksesan kegiatan pembelajaran. Tuntutan bagi perpustakaan perguruan tinggi untuk menjawab tantangan saat ini cukup besar, sebagaimana yang diamanatkan pada Pasal 24 pada Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang menyebutkan bahwa:

Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi Standar Nasional Perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.

a. Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki koleksi, baik jumlah judul maupun jumlah eksemplarnya, yang mencukupi untuk mendukung pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

b. Perpustakaan perguruan tinggi mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi

c. Setiap perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan guna memenuhi standar nasional pendidikan dan standar nasional perpustakaan.

Poll dan Boekhorst (2007) mengutip The German Benchmarking Project BIX menjelaskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi harus mampu merumuskan tujuan dengan mengacu pada kriteria sebagai berikut:

a. Melakukan mediasi terhadap pemanfaatan informasi, yaitu melalui pengadaan koleksi yang mendukung kegiatan pembelajaran, pengajaran, dan penelitian. Selain itu perpustakaan perguruan tinggi juga berperan dalam memandu pengguna dalam memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan melalui database perpustakaan atau website. Perpustakaan perguruan tinggi juga harus dapat mengorganisasikan distribusi informasi secara cepat melalui akses online untuk dokumen-dokumen yang sulit diakses dari jarak jauh.

b. Memproduksi dan menjaga sumber informasi dengan menawarkan infrastruktur untuk penerbitan elektronik. Perpustakaan juga bertugas melakukan dokumentasi dan perawatan koleksi cetak dan elektronik yang ada di institusi masing-masing. Selain itu, perpustakaan juga bertugas melakukan pengindeksan, digitalisasi, dan mempromosikan koleksi yang dimilikinya di lingkup lokal, nasional, dan internasional.

(4)

d. Mengelola layanan secara efektif dengan mengembangkan dan merawat teknologi yang inovatif. Selain itu perpustakaan juga menggunakan metode manajemen yang memadai secara efektif dan efisien. Perpustakaan juga berperan dalam melatih dan mengembangkan kompetensi pustakawan di lingkungannya dan melakukan kerjasama secara lokal, nasional, dan internasional.

1.2 Literasi Informasi Digital (Digital Information Literacy)

Secara umum literasi informasi diartikan sebagai kemelekan atau keberaksaraan informasi. Dalam bahasa Inggris, literacy diartikan sebagai kemelekan huruf atau kemampuan membaca, sedangkan information adalah informasi. Istilah ini masih sangat asing di tengah masyarakat, meskipun demikian istilah ini biasanya dihubungkan dengan kemampuan dalam penggunaan perpustakaan dan penggunaan teknologi informasi atau lebih dikenal dengan digital information literacy.

Istilah literasi informasi digital setidaknya mengandung tiga unsur kata yakni, literasi informasi, informasi digital dan literasi digital. Literasi informasi atau dalam bahasa aslinya disebut information literacy didefinisikan secara beragam oleh masyarakat pada saat ini. The American Association of School Librarian (AASL) menyatakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan untuk menemukan dan menggunakan informasi (Lau, 2006). Orang yang mempunyai kemampuan literasi yang baik akan dapat mengakses dan menggunakan informasi secara baik, dapat mengevaluasi informasi dengan kritis sesuai kompetensinya, serta mampu menggunakan secara akurat dan kreatif (Lau, 2006). Sementara itu, American Library Association (ALA) mendefinisikan literasi informasi sebagai “...a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed information.” (ALA, 2000).

Definisi-definisi tersebut menjelaskan bahwa literasi informasi merupakan bentuk kemampuan individu dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, menggunakan dan menempatkan informasi, sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan. Sedangkan informasi digital mengacu kepada informasi yang disimpan dan distribusikan dalam bentuk digital. Informasi digital tersimpan dan terdistribusikan melalui media-media digital terutama komputer dan jaringan internet. Informasi digital dapat berupa teks, gambar, suara, maupun gambar gerak (video) digital yang ditransmisikan secara elektronik maupun online oleh sebuah sistem.

(5)

Salah satu hal yang penting dalam literasi informasi digital adalah bagaimana memahami sumber-sumber informasi digital. Beberapa sumber informasi digital yang dapat digunakan menurut Surachman (2013) yaitu:

a. OPAC (Online Public Access Catalog)

OPAC merupakan bentuk katalog terpasang yang memungkinkan seseorang untuk menemukan informasi bibliografis terkait koleksi yang tersedia di sebuah perpustakaan maupun dalam jaringan informasi. Sebagai contoh adalah katalog library of congress (catalog.loc.gov), katalog perpustakaan nasional RI (opac.pnri.go.id), katalog LIPI (katalog.lipi.go.id) dan lain sebagainya.

b. E-Journal (Electronic Journal)

E-journal atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai jurnal elektronik adalah satu sumber informasi yang berupa artikel jurnal. Jurnal elektronik ini dapat berupa jurnal yang memang diterbitkan secara online maupun merupakan versi elektronik dari jurnal tercetak yang sudah ada. Saat ini banyak jurnal elektronik yang ditawarkan dan disediakan melalui media internet dalam bentuk database besar yang bersisi banyak jurnal dalam versi elektronik.

c. E-Book (Electronic Book)

E-Book atau Buku elektronik merupakan sumber informasi digital berbentuk buku dalam format digital. Pengguna dapat melakukan penelusuran sekaligus membaca buku elektronik secara langsung. Keuntungan dari buku elektronik adalah multiple access, artinya satu buku elektronik dapat diakses secara bersamaan oleh pengguna yang berbeda-beda. Buku elektronik dapat berasal dari buku tercetak yang digitalkan, maupun versi digital dari versi tercetak, atau bahkan hanya terbit dalam versi digital saja. Beberapa penerbit saat ini sudah banyak yang menyediakan buku elektronik seperti Wiley, Elseiver, Ebrary, Springer Link, dan lain sebagainya.

d. E-Publications (Electronic Publications)

E-Publication atau publikasi elektronik merupakan sumber informasi digital yang berupa publikasi dalam bentuk lain seperti e-newsletter, e-bulletin, e-proceeding, e-cliping, dan lain-lain. Publikasi elektronik ini biasanya juga tersedia dalam satu database yang dikeluarkan oleh provider seperti Ebsco, Proquest, Jstor, dan lain-lain.

e. Online Database

(6)

f. Directories and Searches Tools

Pada masa awal-awal internet dan metode pencarian informasi berkembang di internet, directories dan search engine merupakan dua sumber informasi digital yang sangat diandalkan. Bahkan sampai saat ini search engine merupakan bagian penting bagi seseorang untuk menemukan informasi di dalam belantara internet. Directories atau subject directories merupakan satu bentuk penyajian informasi yang diatur dan disusun secara demikian rupa berdasarkan topik, subjek atau minat tertentu sehingga memudahkan orang dalam melakukan pencarian informasi. Keberadaan directories sering kali disatukan dengan search engine seperti Yahoo.com, about.com, academicinfo.net, infomine.ucr.edu, dan lain sebagainya. Sedangkan perangkat pencarian yang sampai saat ini yang sangat populer adalah search engine.

g. Other Resources: Blog, Online references, Sosial Media, Online Gallery, Podcast, Video Databases, Online Mass-Media, etc.

Perkembangan teknologi berbasis internet menyebabkan berkembangnya model atau jenis penyimpanan sumber informasi digital. Beberapa sumber informasi digital yang saat ini banyak ditemukan di internet diantaranya berupa Blog, Online References (Britannica Online, Wikipedia), Social Media (Facebook, Twitter, Plurk, Path), Online Gallery (Thumblr, Flickr, Piccasa, Instagram), Podcast, Video Databases (Youtube, ClipShack, media.ugm.ac.id), dan media online lain seperti CNN.Com, Reuter.Com, Detik.Com, MetroTVNews.com, dan lain-lain.

2. Metodologi Penelitian

Kajian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sulistyo-Basuki penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal yang tidak dapat diukur dengan angka (Sulistyo-Basuki, 2010). Sedangkan penelitian deskriptif menurut (Ghony, 2012) adalah penelitian yang kegiatan pengumpulan datanya dilakukan dalam bentuk kata-kata, gambar, atau apa pun selain angka. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif diharapkan kajian ini akan dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Brawijaya untuk mendukung gerakan literasi informasi digital.

3. Kegiatan yang Dilakukan Perpustakaan Universitas Brawijaya dalam mewujudkan Gerakan Literasi Informasi Digital

(7)

yang membutuhkan. Pada Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (Depdikbud, 1994) menjelaskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah unit pelaksana teknis (UPT) perguruan tinggi yang turut membantu dalam pelaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, dengan cara memilih, menyimpan, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada masyarakat akademis lembaga induknya. Agar fungsi dari perpustakaan perguruan tinggi di Universitas Brawijaya dapat diwujudkan secara maksimal, maka perpustakaan menyediakan beberapa layanan inovatif. Layanan ini bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan literasi informasi digital civitas akademika dan masyarakat.

4.1 School Engagement Program

Adanya bekal yang cukup mengenai literasi informasi menjadikan seorang siswa terutama dapat lebih mudah untuk mencari dan menggunakan informasi yang mereka perlukan secara benar. Menurut Mashuri (2012) pada konteks pembelajaran di sekolah, literasi informasi dapat menjadikan para siswa memiliki bekal belajar mandiri dan menjadikan para siswa semakin terbantu untuk memecahkan pekerjaan mereka secara lebih mudah. Permasalahannya yaitu apakah para siswa telah memiliki kemampuan dalam literasi informasi? Hingga jenjang perkuliahan, masih banyak kita temui para mahasiswa yang juga belum memiliki kemampuan literasi informasi yang baik.

Atas dasar ini Perpustakaan Universitas Brawijaya meluncurkan sebuah program baru yaitu School Engagement Program. Program ini dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara Perpustakaan Universitas Brawijaya dengan 18 SMA Negeri di Kota Malang. Program yang disediakan seperti memberikan layanan keterlibatan yang efektif dengan calon mahasiswa, mempromosikan sumber ilmu pengetahuan UB kepada masyarakat di luar kampus, dalam hal ini adalah Sekolah Menengah Atas yang ada di lingkungan Kota Malang.

(8)

Program baru yang diresmikan pada tanggal 29 Maret 2016 oleh Rektor Universitas Brawijaya ini merupakan salah satu program yang sangat penting bagi keberlangsungan institusi pendidikan. Karena selama ini belum ada perpustakaan Perguruan Tinggi yang melakukan kerjasama dengan perpustakaan sekolah. Namun Perpustakaan Universitas Brawijaya tanggap akan situasi saat ini, Perpustakaan Universitas Brawijaya memiliki banyak sekali koleksi cetak maupun elektronik yang diharapakan dapat dimanfaatkan secara bersama-sama demi peningkatan mutu pendidikan dan terciptanya masyarakat yang melek informasi. Kerjasama ini tidak hanya sekedar membolehkan anggota School Engagement Program dapat meminjam koleksi ataupun berkunjung ke perpustakaan, namun Perpustakaan Universitas Brawijaya juga melatih pegawai perpustakaan sekolah dalam hal pengelolaan perpustakaan. Hal tersebut karena realita yang ada masih banyak ditemui pengelola perpustakaan sekolah bukan berasal dari bidang ilmu perpustakaan, sehingga hal ini sangat menghambat kemajuan dari institusi perpustakaan sekolah.

4.2 MILL (Malang Inter Library Loan)

Adanya pertumbuhan publikasi dalam bentuk cetak ataupun elektronik menjadikan perpustakaan harus terus menyesuaikan koleksi yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan user. Di sisi lain adanya permasalahan mengenai sumber daya manusia, sarana prasarana dan anggaran yang terbatas seakan menjadi masalah untuk mewujudkan perpustakaan sebagai sumber informasi yang lengkap. Oleh karena itu adanya jaringan kerjasama antar perpustakaan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menghadapi permasalahan ini. Selain itu dengan adanya kerjasama antar perpustakaan banyak keuntungan yang didapat oleh para anggotanya. Keuntungan tersebut menurut Ishak (2008) seperti: user pada masing-masing perpustakaan dapat memanfaatkan segala koleksi yang dimiliki masing-masing perpustakaan, akses informasi dapat tersedia secara lebih luas, sumber informasi yang digunakan lebih beragam dan memudahkan untuk melakukan kombinasi data dari berbagai sumber.

(9)

Perpustakaan UB, Johan A.E. Noor, terkait dengan keterbatasan akses pemustaka di Indonesia. Dengan menggunakan perspektifnya sebagai pemustaka, beliau memandang akses pemustaka terhadap sumber daya informasi masih sangat terbatas akibat sekat-sekat (ego) yang ada di tiap institusi (Mufid, 2015).

Program silang layan ini sangat penting diadakan sebaga upaya untuk menciptakan Kota Malang sebagai salah satu kota pendidikan yang berliterasi media, literasi informasi dan literasi digital. Dalam nota kesepahaman MILL terdapat beberapa bidang kerjasama yang menjadi fokus MILL, yaitu (Mufid, 2015):

 Silang layan antar perpustakaan baik koleksi cetak maupun koleksi elektronik

 Pemanfaatan sumber daya informasi secara bersama

 Penelitian perpustakaan, pengembangan layanan baru, dan diskusi dengan topik khusus

 Magang bagi pustakawan untuk hal teknis maupun untuk manajemen perpustakaan

 Partisipasi dalam kegiatan seminar, lokakarya, dan konferensi bidang perpustakaan dan teknologi

informasi.

MILL sebagai wadah kerjasama perpustakaan perguruan tinggi di Kota Malang memiliki potensi cukup besar untuk berkembang dengan melakukan lebih banyak kerjasama dalam berbagai bidang dan dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Dengan terbentuknya MILL mahasiswa dari 5 universitas yang telah bergabung dapat dengan mudah saling bertukar informasi dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan tanpa harus datang ke perpustakaan lain cukup dengan memesan koleksi di perpustakaan masing-masing universitas maka petugas perpustakaan akan mencarikan koleksinya. Hal ini sangat efektif sebagai program dalam menumbuhkan minat baca dan terciptanya literasi media digital di Kota Malang.

4.3 Bimbingan Pemakai Perpustakaan (User Education)

(10)

kegiatan perpustakaan berjalan sesuai visi dan misi, maka perpustakaan harus memiliki prosedur kegiatan yang tepat. Oleh karena itu sebuah sistem atau prosedur kerja yang digunakan dalam sebuah perpustakaan harus sesuai dengan standar yang ada. Hal tersebut karena kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan tidak akan dapat berjalan dengan baik jika penyelenggaraannya tidak dilakukan dengan sebuah sistem dan prosedur yang baik. Begitu juga dengan layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan diarahkan untuk mampu memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan, sehingga pengguna mendapatkan kepuasaan. Jika dahulu orientasi perpustakaan terfokus pada hal-hal teknis, sekarang perpustakaan lebih berorientasi pada pemakai. Dari perubahan tersebut maka sangat dibutuhkan kegiatan pendidikan pemakai (user education) (Rangkuti, 2014).

Kegiatan user education ini tentunya bertujuan baik untuk membantu user pada sebuah perpustakaan. Diantara tujuan-tujuan lain pada kegiatan user education menurut Sulistyo-Basuki (2004) yaitu: mengembangkan keterampilan pemakai yang diperlukannya untuk menggunakan perpustakaan atau pusat dokumentasi, mengembangkan keterampilan tersebut untuk mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi pemakai, merumuskan kebutuhan informasinya sendiri (pemakai), mengidentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, menilai ketepatannya, kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber informasi dan yang terpenting mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan, menyajikan dan menerapkan informasi.

(11)

Dalam melakukan kegiatan user education Perpustakaan Universitas Brawijaya tidak hanya menyediakan materi dlaam bentuk power point namun perpustakaan memiliki sebuah video yang berdurasi 15 menit yang di dalamnya berisikan tentang kondisi perpustakaan, koleksi cetak maupun elektronik, cara meminjam koleksi, cara menjadi anggota, jam buka layanan, cara mengolah buku, cara mengakses ejournal secara lengkap dan jelas sehingga pengguna tidak akan kebingungan lagi ketika mencari koleksi yang dibutuhkan. Kegiatan user education menjadi agenda wajib ketika ada penerimaan mahasiswa baru, dan juga ketika ada permintaan dari fakultas yang membutuhkan, dan juga sering diputar ketika ada kunjungan atau tamu dari instansi lain. Sehingga kegiatan ini sangat membantu dan memberikan kontribusi yang banyak kepada pengguna. Karena media dalam bentuk audio visual seperti video lebih memudahkan pengguna memahaminya, dan user education ini merupakan salah satu program kegiatan yang telah rutin dilakukan sebagai bentuk kegiatan agar seluruh sivitas akademika mudah dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan dan sangat efektif, sebagai sarana untuk menciptakan literasi media digital di Universitas Brawijaya.

4.4 Pustakawan Penghubung Fakultas (Liaison Librarians)

Liaison librarians adalah seorang yang menghubungkan pemustaka dengan sumber-sumber informasi yang dimiliki perpustakaan. Lebih daripada itu, liaison librarians adalah seorang yang secara aktif menjalin komunikasi dengan mahasiswa dengan melakukan diskusi dan menyediakan waktu konsultasi bagi mahasiswa mengenai kebutuhan mahasiswa terhadap informasi dan sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan materi perkuliahan. Mereka juga dapat menjadi pembimbing bagi mahasiswa yang mendapatkan tugas-tugas perkuliahan ataupun saat melakukan belajar mandiri di perpustakaan. Tiga pekerjaan utama seorang liaison librarians adalah referensi, instruksi dan pengembangan koleksi. Konsep liaison libarian sudah banyak muncul dan digunakan di beberapa negara, seperti di negara-negara Eropa, United Kingdom, dan United States of America. Bahkan di Australia selain disebut sebagai liaison librarians, profesi ini dikenal juga sebagai faculty librarian (Heriyanto, 2011).

Menurut Puspitsari (2015) peran penting dari liaison librarians yaitu: 1. Sebagai penghubung antara user dan koleksi, 2. Merupakan seseorang yang berperan aktif memberikan informasi mengenai perpustakaan kepada user, 3. Sebagai partner dalam kegiatan penelitian atau pengembangan keilmuan, 4. Dapat menjadi pendidik bagi pemustaka dalam penggunaan fasilitas perpustakaan, 5. Dapat berfungi sebagai penasehat mengenai penggunaan sumber informasi yang akan digunakan user, 6. Menjadi saranan bagi pengembangan koleksi perpustakaan.

(12)

dari salah satu tugas utama perpustakaan, yaitu menyebarkan informasi kepada masyarakat akademik di lingkungan Universitas Brawijaya, dalam rangka memperkenalkan dan memaksimalkan pemanfaatan koleksi cetak (printed) maupun sumber elektronik (e-resources) seperti journal dan e-book kepada seluruh sivitas akademika terutama dosen dan mahasiswa. Perpustakaan UB memiliki 22 orang liaison librarians yang telah siap membantu dan hadir memdampingi mahasiswa dan dosen dalam menyelesaikan tugas kuliah, maupun penelitiannya, dan juga liaison librarians hadir mengembangkan layanan ruang baca fakultas di lingkungan Universitas Brawijaya atau dikenal dengan faculty librarian.

Heriyanto (2011) menjelaskan bahwa liaison librarians merupakan seorang yang mampu bekerja secara aktif dengan mahasiswa berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Penguasaan aplikasi teknologi, kemampuan berkomunikasi, serta pengetahuan tentang sumber-sumber informasi adalah kompetensi utama liaison librarians yang menjadikannya seorang mediator bagi mahasiswa dan dosen sekaligus sebagai rekan kerja mahasiswa dosen, yang hadir kapanpun dibutuhkan sebagai wujud dari gerakan literasi digital.

4.5 Analisis SWOT

Untuk melakukan evaluasi terhadap program pendukung gerakan literasi informasi digital yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Brawijaya, analisis SWOT dapat dipilih sebagai salah satu metode. Analisis SWOT ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) terhadap peran Perpustakaan Universitas Brawijaya untuk menumbuhkan gerakan literasi informasi digital.

(13)

Kekuatan, Potensi (S)

School Engagement Program  MILL (Malang Inter Library

Loan) cetak maupun elektronik (book dan e-journal)

 Ada jam khusus yang telah diatur jadwalnya sehingga mahasiswa dapat mengikuti eser education

 Pustakawan hadir di fakultas, dan juga di dalam kelas sehingga memudahkan

 Menyisihkan anggaran karena kegiatan ini sangat penting

Dari pembahasan tersebut dapat diambil beberap kesimpulan bahwa:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berubah dalam hitungan detik memberikan banyak perubahan dalam kehidupan manusia, dan perpustakaan sebagai institusi pengelola dan penyedia informasi dituntut untuk slalu memberikan pelayanan inovatif bagi user.

2. Perkembangan media teknologi baru memberikan tuntutan baru bagi masyarakat untuk memahami literasi informasi digital, dalam hal ini Perpustakaan Universitas Brawijaya memiliki tugas penting untuk memberikan bimbingan, pelatihan dan pemahaman kepada masyarakat agar tercipta masyarakat yang berliterasi di Kota Malang, seperti adanya School Engagement Program untuk memberikan bekal pada siswa agar tidak gaptek dan melek informasi.

(14)

merupakan suatu hal yang penting dilaksanakan mengingat saat ini informasi terus berkembang dan kebutuhan informasi masyarakat. Adanya kerjasama dengan universitas lain dalam bentuk silang layan akan sangat membatu dan memberikan kemudahan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Hadirnya liaison librarians memberikan kemudahan dan manfaat bagi seluruh sivitas akademika terutama dosen dan mahasiswa dalam kegiatan akademik, karena pustakawan hadir kapanpun mendampingi dalam menelusur koleksi digital (e-book dan e-journal) sehingga meningkatkan peran perpustakaan dalam gerakan literasi informasi digital.

DAFTAR PUSTAKA

ALA -The American Library Association. (2000). “Information Literacy Competency Standards for Higher Education”. The American Library Association. Diakses pada 20 Februari 2017, dari: :http://www.ala.org/acrl/sites/ala.org.acrl/files/content/standards/standards.pdf .

Depdikbud. (1994). Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hasugian. Jonner. (2008).Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi”. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Heriyanto. (2011). “Liaison Librarian: menuju peran aktif pustakawan perguruan tinggi”. PALIMPSEST: Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, No 2, Vol III, Desember-2011.

Ishak. (2008). Kerjasama Antar Jaringan Perpustakaan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Lau, Jesus. (2006). Guidelines on information literacy for lifelong learning. Diakses pada 20 Februari 2017, dari: http://www.ifla.org/VII/s42/index.htm.

Mashuri, Ilham. (2012). “IMPLEMENTASI LITERASI INFORMASI DI SEKOLAH”. Pustakaloka, Vol. 4. No.1 Tahun 2012.

Mufid dan Ari Zuntriana. (2015). “Program Malang Inter Library Loan (MILL) menuju Konsorsium Repositori Institusional Universitas Negeri di Kota Malang”. Makalah Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia. Bogor, 5-6 November 2015.

Perpustakaan UB. (2016). Diakses pada 20 Februari 2017, dari: http://lib.ub.ac.id/en/berita/workshop-pustakawan-penghubung-fakultas-fpp-dan-optimalisasi-pemanfaatan-koleksi-elektronik-e-book-dan-e-journal/.

(15)

Puspitasari, Dewi. (2015). “MEWUJUDKAN LIASON LIBRARIAN DALAM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI”. ACARYA PUSTAKA Volume 1, No. 1, Juni 2015.

Rangkuti, Lailan Azizah. (2014). “Pentingnya Pendidikan Pemakai (User Education) di Perpustakaan Perguruan Tinggi”. Journar Iqra’ Vol 08 No.01.

Sulistyo-Basuki. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Sulistyo-Basuki. (2004). Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains.

Surachman, Arif. (2013). “Strategi Penelusuran Informasi”. Makalah disampaikan dalam BIMTEK Perpustakaan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Padang, 29 Mei 2013.

Referensi

Dokumen terkait

ةيبرعلا دعاوقلا ملع رهظي ، كلذ ىلإ ةفاضلإاب ( Nahwu ) عمجف ، هيوبيس آ باتكل ةيبرعلا ةغللا نومهفي لا نيذلا سانلل ةيبرعلا ةغللا ملعتل. أشني اذه لأ ةقطنملا

Dalam sesi ini, fasilitator akan memimpin proses diskusi kelompok, untuk membantu peserta menaja mkan dirinya dalam merumuskan isu strategis.. Hasil kerja kelompok akan

Hasil analisis sidik ragam pada aplikasi inokulum untuk hidrolisis tongkol jagung menunjukkan bahwa lama penyimpanan inokulum tidak berpengaruh nyata, yaitu

I Ketut Sudiana, S.Pd., M.Kes., Ketua Jurusan Ilmu Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, sekaligus sebagai Penguji

Karena nilai CR lebih besar dari 1,96 menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara kerjasama dengan efektivitas hubungan pemasaran. Dengan demikian menunjukkan

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai

terjadi pada tahun 1997, sedangkan tahun paling basah terjadi pada tahun 2010. d) Pada studi ini belum terlihat hubungan antara kekeringan meteo- rologi dengan

Berdasarkan keempat bidang yang telah dijelaskan tersebut diharapkan pemerintah sebagai penentu kebijakan-kebijakan dapat memikirkan menemukan suatu cara yang baik sehingga