• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembenaran atas Nama Tuhan Antara Ideolo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembenaran atas Nama Tuhan Antara Ideolo"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Pembenaran atas Nama Tuhan:

Antara Ideologi dan Apologi

oleh: Asyari Hasan Tabloid Idealita, Vol I 2008.

Saya adalah seorang fundamentalis Tapi saya tidak fanatik” "Hassan Hanafi" Setelah kran demokrasi 1998

dingaungkan oleh ”reformasi” pada bumi yang kata Soekarno merupakan negeri ”loh jinawi toto tentram kerto raharjo” ini Islam sebagai agama terbesar pun bak katak diantara tetesan hujan, bersukacita penuh bahagia, hal ini ditandai dengan menjamurnya sekte-sekte Islam dengan pola organisasi, ciri khas, dan paham yang berbeda serta simbol keagamaan dan

bendera ”ketuhanan” yang beraneka. Kesemuanya menjadikan aliran dan paham mereka sebagai ”tiket” gratis menuju

sorga. Sama–sama menjadikan Allah sebagai sembahan dan Muhammad sebagai rasul, namun perbedaan tetap saja di garda depan. Mereka berpacu menampilkan arogansi perbedaan dengan ciri khas dan warna yang berbeda, sebagian memproklamirkan diri sebagai pembela Islam dan menerapkan sistem Arabisme, menjadikan jubah sebagai uniform baju kebesaran organisasi, doktrin jenggot sebagai sunah rasul, jidat harus dihitamkan, wanita harus bertopeng minimal jilbaber,

Allahu akbar, dijadikan sebagai mars motivasi spontanitas. Di samping itu muncul kelompok berseberangan dengan bendera liberalisme dan pluralisme dengan ciri khas jilbab dada buka (jildabuk) dengan alasan gender dan emansipasi serta ragam lainnya, yang pada dasarnya lebih mengedepankan fanatisme berlebihan.

Keberagaman tersebut tidak jarang menumbuhkan benih-benih permusuhan, hujat-menghujat, dan saling cemeeh antara sesama, yang bermuara pada perpecahan Islam. Terbukti awal tahun 2008 lalu salah

satu kelompok yang menamakan diri jemaah Ahmadiyah karena terlalu exclusive

dianggap mengembangkan aliran sesat dan menyalahi statuta ketuhanan oleh kelompok Islam lainnya yang mengaku paling benar dan akhirnya Ahmadiyah dibredel dan dihancurkan. Tak lama kemudian kelompok jemaah Islam liberal (JIL) dengan konsep liberalismenya, mereka dikutuk habis-habisan oleh sekte Islam sebagai aliran yang radikal karena telah mencampur adukkan ideology Islam dengan ideology barat, bahkan ada kelompok sekte Islam tertentu yang menfatwakan para pengikut JIL adalah halal darahnya.

Ormas Islam yang dianggap lebih moderat dan pengikutnya mayoritas di Indonesia NU VS Muhammadiyah juga sering di liang perbedaan dalam menetapkan awal-akhir Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang berimplikasi pada kondisi sebagian melaksanakan ibadah puasa sedang muslim lainnya berjalan sambil merokok danl nge-mil. Parahnya lagi ada oknum

Islam tertentu yang “atas nama tuhan

menghalalkan darah manusia bahkan muslim lainnya, bom-bom penghancur diciptakan untuk menjadikan tempat-tempat ibadah sebagai tempat pesta darah dan daging manusia. Dengan tanpa penyesalan sedikitpun pembunuhan-pembunuhan tersebut dilakukan dengan dalih jihad fisabililah. Inikah yang namanya Islam..? Padahal Al-qur,an mengajarkan ”dan kami tidak mengutusmu hai Muhammad kecuali rahmat bagi alam semesta “(al-anbiya), (dan kami jadikan manusia berbangsa dan suku-suku untuk saling memahami…), QS, al-Hujrat: 13). Nabi juga mengajarkan bahwa "perbedaan adalah rahmat".

(2)

manusia dengan tingkat prasangka yang tinggi. Agama yang sakral dan dianggap

sebagai “rahmat" serta "penyelamat" manusia ternyata juga memunculkan sekte-sekte dan jurang perbedaan ideologi. Tak

pelak di balik janji “peace” agama ada

violence. ada orang yang berani mengaku-ngaku sebagai wakil Tuhan walaupun abstrak, bukankah klaim ”atas nama

tuhan” sesungguhnya ditunggangi

”kepentingan dan tendensi”.

Apa yang dikatakan Gus Dur bahwa "tuhan tidak perlu di bela" barangkali ada benarnya jika di sikapi obyektif, sebab terlalu banyak yang dikorbankan karena Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan pertolongan dan pembelaan manusia, sebab Ia Maha Kuasa Qowy), Maha Besar (al-Kabir), Maha Kaya (al-Ghaniy), dln. Tuhan juga tak perlu dibenar-benarkan karena Dia memiliki kebenaran absolut. Dengan pembenaran terhadap tuhan maka tidak jarang manusia memonopoli kebenaran, dengan kecenderung menapikan kebersamaan.

Dalam penelitiannya Adorno, dkk, (1950) pernah melakukan penelitian klasik tentang prejudice dimana beliau mengidentifikasi karakteristik prejudice manusia yaitu: Otoriter, panatisme kesukuan dan golongan, konservatisme politik dan ekonomi, dan anti-semitisme, sehingga sangat mengherankan kenapa orang yang berkecimpung dalam dunia keberagamaan atau sebut saja orang saleh lebih sering menampakkan prejudice dari pada orang yang tidak saleh.

Allport berusaha menjawab paradoks ini dengan membagi 2 macam keberagamaan, yaitu: tidak dewasa (ekstrinsik) dan dewasa (intrinsik).

Keberagamaan yang tidak dewasa merupakan agamanya anak-anak yang

memandang bahwa Tuhan sebagai “bapak”

mereka yang bertugas melayani kehendak dan kebutuhannya: merawat, menjaga, dan

mengurus segala keperluannya, keberagamaan seperti ini sangat cocok untuk anak-anak tetapi menjadi disfungsional jika di lakukan oleh orang dewasa.

Keberagamaan yang “tidak dewasa” bersifat

menghakimi dan selalu menilai orang lain untuk mencari kesalahannya (fideis subyektivisme al-aqlu al-Lahiti). Orang yang menjalankan praktik beragama untuk memenuhi kebutuhannya pada dasarnya adalah lebih menginginkan status, kenyamanan pribadi dan pembenaran diri(apologetic) yang tidak dewasa dalam beragama juga tendesius (misionerik tradisional) dalam membuat sesuatu,pekerjaan yang dilakukan jarang sekali dilakukan berdasarka kebersamaan dan kesucian hati, ia selalu mengharapkan imbalan dibalik pekerjaan yang ia lakukan dan terkesan memaksakan kehendak orang lain.

Sedangkan buat orang beragama

berdasarkan ”kedewasaan”(intrinsic) motif keagamaan diletakkan di atas motif pribadi dan kelompok,ia lebih memahami sesuatu dgn obyektif, verstehen, universal dan lebih mencari jalan tengah yg terbaik demi kemaslahatan bersama.ia tidak mudah menyalahkan sesuatu yg berbeda, ia cendrung bersikap demokrat dan memahami perbedaan sbg warna-warni kehidupan.

Back ground disiplin ilmu dan pengguanaan metode interpretasi dalam memahami teks (al-quran dan hadist) adalah pemicu munculnya disintegrasi ideology dalam paradigma dan aplikasi sehingga dpt mengarah pd pembangunan ta’assufisme (fanatic)yg berlebihan dan radikalisme antara kelompok Islam.sebut saja,ada dua kekuatan besar yg menhantui Islam kini,

pertama adalah pemahaman keagamaan

formalistic-tekstual,yg lebih

(3)

kelompok fundamentalis Islam. layaknya kelompok khawarij masa awal Islam yg menganggap la hukma illa lillah (tdk hukum kecuali milik Allah) sehingga mereka sangat mudah dalam mengkafirkan manusia. kedua

adalah kelompok Islam

subtantif-kontekstual, dimana mereka menganggap perlu diadakan kajian ulang thd teks-teks keberagaman dan dikontekstualisasikan dg fenomena saat sekarang dg menggunakan berbagai metode baru disiplin ilmu.sebab teks bukanlah berhala yg harus dikultuskan abadi, makna tersiratnya harus dire-interpretasi kemali dan disesuaikan dg konteks kekinian,karena banyak hal zaman sekarang yg perlu dilakukan ijtihad baru karena tidak ada pada masa nabi. hal inilah yg memunculkan intelektual-intelektual muslim brilian yg ingin menggagas kembali pemahaman terhadap teks-teks dan menghubungkan dg konteks kekinian.hal ini dpt dilihat dari ekspresi para intelektual-intelektual Islam kontemporer.

Fazlurrahman menawarkan ideal moral dan legal spesifik sbg pembagian awal tradisi Islam. Arkoun, menawarkan pemahaman ulang ttg tradisi Islam dgn membedakan secara tegas antara turas dengan turats.dia mempertanyakan semakin kaburnya dimensi kesejarahan dalam ilmu fiqh. Ia juga mempertanyakan pengkultusan teori klasik fiqh yg telah disusun beberapa abad yg lalu namun sampai sekarang masih terus diajarkan. sementara problematika dan tantangan sekarang sangat berbeda dg masa lalu. Hasan hanafi menganggap perlunya sikap kritis thd tradisi kini dg tradisi lampau, ia mengatakan bahwa manusia tdk bisa lepas dari tiga akar pijakan berpikir yaitu kemarin (al-madhi), yg dipersonifikasikan dg turast qadim (budaya klasik),esok(al-mustaqbal)atau atturast al-gorbi (khazanah barat),sekarang (al-hali)yg dipersonifikasikan sebegai al-waqi’(realitas kontemporer). Demikian juga dg m.syahrur yg menawarkan teori bacaan kontemporer,

(qira’ah mu’ashirah), Abu zaid dg

reinterpretasi teks suci,Ali harb dg teori dari kritik akal ke kritik teks,dan Abdullah

ahmed an-naim dg teori naskah-mansukh yg berbeda dg pemahaman umat Islam selama ini.

Al-jabiri mengatakan ada tiga aliran pemikiran Islam yg menonjol dalam perkembangan keilmuan Islam: pertama

pemikiran filsafat yg jelas menekankan pada penggunaan akal dan rasio dg bukti yg nyata atau bisa disebut paradigma burhani karena lebih mengedepankan rasio dan empiris. kedua pemikiran kalam tauhid yg lebih mengedepankan pada teks-teks naqliyah dg sedikit bumbu aqliyah, pemikiran ini disebut dg paradigma bayani pada peranan penjelasan otoritas nash dan teks suci. ketiga

pemikiran tasawuffi yg lebih menekankan pada penggunaan rasa,dg bukti-bukti yg sulit dipertanggung jawabkan secara empiris,dan ini dapat disamakan dg paradigma irfani karena banyak menekankan pada peranan intuisi, qalb,dhamir,dan zauq.

Shifting Paradigm adalah suatu

keniscayaan dengan berbagi approach dan metodei untuk merancang konsepsi keislaman yang sesuai seiring dengan semakin kompleksnya perubahan sosio kultural masyarakat saat ini. Belum lagi dengan geliat tegnologi yang melampai batas-batas “logika” yang selama ini dianggap tidak mungkin namun secara faktual semakin berkembang dan bersentuhan dengan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan kebenaran itu bertingkat dan berubah sesuai kehendak jaman, dan hanya Tuhanlah yang memiliki kebenaran Mutlak, sementara manusia hanya mampu mengitari kebenaran itu. Karenanya klaim kebenaran dengan polah apologis dan ideologis syarat kepentingan tentatif dan bahkan konspiratif dalam rangka memperkuat status quo.

(4)

Referensi

Dokumen terkait

Secara ringkas, iklan televisi produk sabun tersebut menampilkan hero sebagai sosok yang memiliki kekuatan lebih, pandai bertarung melawan musuh, dan menjadi pemenang

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan nilai rerata kemampuan menyusui responden sebelum 61,77 dengan standar deviasi 13,423 dan setelah 95,57 dengan

Dalam menjalankan hak dan kebebasanya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang- undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin. pengakuan

Bentuk-bentuk dari alam dan fenomenanya yang menginspirasi munculnya ide untuk memvisualkannya dengan improvisasi bentuk dengan mengeksplorasi berbagai teknik dan bahan

Orang yang pertama dekat dengan anak adalah Ibu. Ia merupakan oramg yang pertama menjadi pendidik dengan sabar mengjarkan cara berbicara, cara menghitung jari di tangan,

Tahap ini peneliti menyesuaikan dengan perencanaan yang telah ditetapkan dengan mengacu pada beberapa langkah sebagai berikut: (a) guru memberikan penjelasan

Tetapi berdasarkan hasil perhitungan ekonomis, biaya proses pengeringan karet remah menggunakan cangkang sawit ternyata lebih murah dibandingkan bahan bakar solar (Tabel

In this research, response of the crop by cutting height of 0-5 cm showed more shoots or tillers and leaf area index (Table 2 and 3) because cutting the tip part