• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan karakter melalui pembiasaan perilaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembentukan karakter melalui pembiasaan perilaku "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai satuan pendidikan harus bertumpu pada Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Peserta didik diharapkan mampu berkomunikasi dengan lingkungan dengan mewujudkan kepedulianya tethadap lingkungan sekolah.

Sekolah sebagai masyarakat kecil (mini society), aktifitas di dalamnya adalah proses pelayanan jasa, bukan proses produksi barang. Kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lain adalah tenaga profesional yang terus menerus berinovasi untuk kemajuan sekolah, bukan birokrat yang sekedar patuh menjalankan petunjuk atasan mereka. Pembentukan kompetensi yang dimiliki siswa wajib dikembangkan melalui cara-cara yang santun dan produktif. Kepala sekolah selalu memberikan contoh konkrit atau tauladan dalam segala tindakanya. Keteladanan inilah yang akan menjadi ukuran pencapaian pembinaan karakter untuk semua warga sekolah.

(2)

Pembentukan karakter warga sekolah sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan keteladanan dari Kepala Sekolah. Kondisi sekolah yang berada dalam lingkungan pondok pesantren dengan jumlah warga yang cukup besar memberikan andil dalam permasalahan lingkungan utamanya kebersihan lingkungan sekolah. Warga sekolah yang datang dari berbagai lingkungan masyarakat desa dan perkebunan memberikan keberagaman karakter warga yang ada di sekolah. Ketersediaan sarana prasarana sekolah yang belum mncukupi sangat berpengaruh dalam memberikan contoh yang tepat dalam membangun karakter kepedulian lingkungan utamanya terkait kebersihan lingkungan sekolah.

Budaya sekolah untuk membuang sampah pada tempatnya belum dilaksanakan dengan baik, terbukti dengan melihat masih banyaknya kertas dan bungkus plastik yang ada di lingkungan sekolah. Kepala sekolah sebagai penentu kebijakan perlu memberikan cara yang tepat untuk segera mengatasi kebersihan lingkungan sekolah. Perumusan pembentukan kepedulian lingkungan dalam hal kebersihan lingkungan sekolah maka segera dibangun pembentukan karakter melalui pola pembiasaan, sedangkan aksi kebersihan dicerminkan dalam bentuk keteladanan utamanya dari kepala sekolah, guru dan tenaga adminstrasi.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

a. Pola pembentukan karakter peduli lingkungan uatamanya kebersihan belum tersusun dengan jelas.

b. Sarana prasarana sekolah terkait sarana kebersihan lingkungan belum memadai dengan rasio jumlah warga yang ada di sekolah.

c. Bentuk keteladanan sebagai contoh konkrit dalam mengatasi kebersihan lingkungan sekolah belum berjalan dengan baik.

1.3 Strategi Pemecahan Masalah

(3)

strategi pemecahan masalah tersebut. Alternatif pemecahan masalah dipilih sebagai berikut :

a. Menyusun cara pengelolaan peduli lingkungan dalam buku pembiasaan yang mengatur beberapa hal tentang motivasi, semangat, penghargaan dan sangsi dalam pelaksanaan kebersihan di lingkungan sekolah. Informasi yang aktif dan produktif melalui mading, papan pengumuman, spanduk dan baleho di lingkunan sekolah. Pemuatan pesan peduli lingkungan dalam rencana proses pembelajaran (RPP) semua guru mata pelajaran. Pembuatan standar operasioanal prosedur (SOP) dalam setiap kegiatan didalamnya memuat peduli lingkungan.

b. Melengkapi sarana prasarana sekolah bidang kebersihan di dalam kelas, di kantor, di luar kelas dan di sentra berkumpulnya warga sekolah. Sarana prasarana tersebut, meliputi peralatan yang digunakan untuk kebersihan. Melengkapi pula saran pengolahan limbah melalui pemisahan sampah organik dan anorganik, tempat pembuangan sampah akhir dan alat pengolah sampah menjadi pupuk (composter).

c. Memberikan contoh konkrit melalui gerakan langsung penanganan kebersihan sekolah dengan cara dekat ambil buang (DAB), gerakan 5P (G-5P) yaitu pungut, pilah, pilih, proses, dan produk. Guru dan tenaga administrasi sekolah memberikan keteladanan kepada seluruh siswa dalam kegiatan apapun.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Upaya membentuk karakter tidaklah mudah, oleh karena itu diperlukan langkah yang tepat dari masing-masing karakter yang diharapkan. Salah satu karakter pada pembahasan ini adalah peduli lingkungan dengan indikator kebersihan lingkungan sekolah. Pembiasaan memiliki makna bahwa apa yang kita lakukan memiliki langkah sistematis (step), tindakan yang baik (good), dan menghasilkan tujuan (goal) yang diinginkan.

Untuk mengatasi kebersihan lingkungan diperlukan langkah yang sistematis artinya urutan tindakan yang benar akan menghasilkan karakter peduli lingkungan yang diharapkan. Langkah sistematis merupakan prosedur yang harus dilakukan mulai dari persiapan sampai selesai kegiatan. Alur kerja diperlukan agar kegiatan yang dilakukan terencana, terkontrol, terpadu dan tercapai dengan baik. Oleh karena itu langkah sistematis ini ditulis dalam buku pembiasaan, disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

Guru menjadi peran penting dalam memberikan pemahaman dan contoh langkah-langkah yang harus dilakukan dengan tindakan yang baik pada akhirnya ada perubahan hasil karakter peduli lingkungan yang diharapkan. Melalui RPP direncanakan sebelum memulai pembelajaran guru memberikan motivasi dan melihat kebersihan lingkungan kelasnya. Langkah ini juga tertuang dalam SOP pembelajaran semua guru mata pelajaran.

(5)

sampah yang sudah dipilih tersebut harus ada tempat pembuangan akhir sampah dan sarana pengolah sampah menjadi compos. Dengan demikian sarana menjadi penting agar kelancaran pembentukan karakter peduli lingkungan segera dapat terwujud.

Contoh konkrit atau keteladanan dalam pelaksanaan pembentukan karakter peduli lingkungan sangat diperlukan dengan berbagai macam cara yang bersifat membangun. Cara dengan sebutan DAB perlu disosialisaikan dan dipraktekan dihadapan warga sekolah pada saat mengajar di kelas, rapat dinas, atau saat upacara. Langkah DAB sangat mudah dan kita selalu dihadapkan pada sampah didekat kita dimanapun berada. Oleh kareananya DAB sangat perlu ditanamkan pada semua warga secara terus menerus dan terkontrol.

Tim G-5P merupakan gerakan yang membangun motivasi secara bersama untuk melakukan penanganan kebersihan melalui kegiatan pungut, pilah, pilih, proses, dan produk. Tim ini bisa dibentuk dari unsur guru, tenaga administrasi, OSIS, dan siswa dalam kelas. Pentingnya peran G-5P akan menjadikan warga sekolah tidak hanya menjadi tukang bersih lebih dari itu dapat menghasilkan karya inovatif dari sampah yang ada dan menguntungkan.

Alasan di atas memberikan langkah pembentukan karakter peduli lingkungan agar kita dapat memilih strategi pemecahan masalah kebrsihan di sekolah. Pada tahun pelajaran 2013/2014 SMA Negeri 1 Glenmore menerapkan pembiasaan dan keteladanan dalam membangun karakter siswa di bidang kebersihan agar terwujud lingkungan sekolah yang bersih.

2.2 Hasil Atau Dampak Yang Dicapai Dari Strategi Yang Dipilih

Berdasarkan pengamatan dan penilaian penulis di lapangan dan tim yang sudah ada dalam pembentukan karakter peduli lingkungan utamanya bidang kebersihan lingkungan sekolah, strategi yang dipilih membawa hasil atau dampak sebagai berikut.

(6)

bersih dan sehat dan nyaman berada di sekolah. Buku pembiasaan selalu dibawa oleh siswa dan apabila ada siswa yang tidak melakukan kegiatan pembiasaan utamanya kebersihan maka siswa tersebut diberikan sangsi yang sama yaitu melakukan keberihan DAB di lokasi siswa tersebut dengan radius sejauh mata memandang. Dengan demikian siswa selalu memperhatikan lingkungan minimal di dekat mereka berada. Dengan buku pembiasaan yang setiap saat diberi tanda tangan tim pembiasaan bila mereka melakukan pelanggaran dan diberi sangsi poin dan dicatat pada rapor pembiasaan di sekolah. SOP dalam melaksanakan pembelajaran di RPP guru saat mengajar diawali dengan pemberian motivasi belajar dan kebersihan lingkungan kelasnya masing-masing (format SOP dan RPP terlampir). Guru akan memberi pemahaman dan contoh setiap memasuki kelas pada proses pembelajaran, sehingga 3 sampai 4 guru setiap hari masuk kelas akan menyampaikan tentang kebersihan kelas.

b. Diberlakukanya buku pembiasaan yang terkontrol dan terdeteksi setiap hari maka sekolah harus menyediakan sarana prasarana pendukung kebersihan yang diperlukan. Setelah siswa menyadari kebutuhan dirinya akan kebersihan maka dengan kesadaran warga kelas sarana kebersihan dilengkapi dengan kesepakatan mereka dan wali kelasnya. Pemenuhan sarana kebersihan sekolah dilengkapi tempat sampah yang representatif di masing-masing lokasi kelas dan mengefektipkan petugas kebersihan sekolah. Sarana komposter dan pembuangan sampah akhir juga perlu disediakan oleh sekolah.

(7)

Secara umum kegiatan yang dibangun melalui strategi yang dipilih di atas memberikan hasil yang positif dalam membentuk karakter peduli lingkungan uatamanya bidang kebersihan. Kegiatan yang baik apa yang mereka terima di sekolah dapat menjadi bekal mereka dalam kepedulianya pada kebersihan lingkungan di masyarakat sekitar mereka. Terbukti pada saat melakukan bakti sosial di masyarakat siswa sudah bisa melakukan gerakan DAB.

Penilaian kelas sehat dan bersih dilakukan setiap akhir bulan dan direkapitulasi setiap semester untuk diberikan penghargaan pada kelas yang bersih peringkat 1,2,3, harapan 1,dan harapan 2 (format penilaian terlampir). Dilihat dari hasil penilaian maka nilai semua kelas berada pada jalur bersih diatas rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa warga sekolah utamanya siswa menyadari tentang kebersihan lingkungan kelasnya.

2.3 Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Strategi Yang Dipilih Strategi yang dipilih dalam melaksanakan pembentukan karakter peduli lingkungan dengan indikator lingkungan sekolah bersih memiliki kendala sebagai berikut.

a. Buku pembiasaan yang diberikan kepada siswa terkadang tidak selalu dibawa pada saat ke sekolah, sehingga merepotkan tim pembiasaan dalam menjelaskan dan mencatat apabila ada pelanggaran pembiasaan siswa yang bersangkutan. SOP dalam kegiatan pembelajaran yang telah dibuat oleh semua guru mata pelajaran belum sepenuhnya dipahami dan dilaksanakan. Catatan kasus pelanggaran siswa pada buku penanganan kasus di masing-masing bapak ibu guru belum semua guru mencatat pada buku tersebut (format buku kasus terlampir).

b. Pemenuhan sarana prasarana sekolah dilakukan secara bertahap dikarenakan dukungan dana yang tidak mencukupi. Kondisi lingkungan sekolah yang masih perlu pembenahan sarana prasarana lainya sehingga sarana kebersihan lingkungan belum dipenuhi.

(8)

sekolah setiap informasi pagi selama 5 menit selalu menyampaikan tentang konsep DAB. Masih ada siswa yang merasa malu untuk membuang sampah di sekitarnya. Gerakan G-5P (pungut, pilah, pilih, proses, dan produk) belum semua item gerakan dilaksanakan karena untuk proses membutuhkan waktu tersendiri dan untuk produk dibutuhkan peralatan yang memadai.

2.4 Faktor-faktor Pendukung

SMA negeri 1 Glenmore terletak di dalam Ponpes Minhajut Tullab, di lingkungan sebagian permukiman warga, persawahan dan sungai, faktor pendukung dalam pembentukan karakter peduli lingkungan dengan indikator lingkungan sekolah bersih sebagai berikut.

a. Lokasi sekolah di dalam pondok memberikan nuansa islami yang membangun karakter religius, sehingga memudahkan sekolah untuk membangun karakter yang lain.

b. Situasi sekolah yang sejuk dan asri di tengah sawah dan di pinggir sungai memberikan kenyamanan dan kesejukan di sekolah sehingga proses menuju sekolah bersih akan lebih mudah dilaksanakan.

c. Jumlah warga sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, lingkungan santri dan komite sekolah adalah 950 orang, dengan luas tanah keseluruhan 0,82 Ha = 8200 m2, akan memberikan rasio 8,6 m2/org sehingga cukup dalam pembagian wilayah kebersihan sekolah.

d. Komite sekolah sesuai tupoksinya memberikan sumbangsih pemikiran dan perbaikan sarana prasarana terkait dengan permasalahan kebersihan sekolah. Pembangunan pagar sekolah, kamar mandi siswa, tempat pembuangan sampah, kantin sehat, memberikan fasilitas yang memadai uantuk pembentukan karakter peduli lingkungan.

(9)

2.5 Alternatif Pengembangan

Keberhasilan warga sekolah dalam pembentukan karakter peduli lingkungan dengan indikator lingkungan sekolah bersih memberikan kontribusi tidak hanya saat berada di sekolah akan tetapi setelah mereka tidak berada dilingkungan sekolah. Dengan demikian kebiasaan siswa dilingkungan rumah, masyarakat, dan ditempat mereka berada sudah tertanam kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Oleh karena itu perlu dikembangkan tingkat kebiasaan ini menjadi karakter melalui pengembangan :

a. Kepedulian lingkungan bersih dapat membentuk karakter yang lain misalnya kreatif, sehingga bahan sampah yang telah dipilih bisa dijadikan barang inovatif yang layak jual. Melalui gerakan G-5P darahkan untuk melakukan reuse, recycle dan reduse sehingga akan memberikan keuntungan dari hasil kepedulian kita terhadap lingkungan.

b. Guru dalam pembelajaran melalui RPP untuk semua mata pelajaran mengintegrasikan pembentukan karakter sesuai nilai-nilai karakter yang akan kembangkan.

c. Melengkapi kebutuhan sarana prasarana yang mencukupi dalam pelaksanaan kebersihan di sekolah.

(10)

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Rumusan Simpulan

Dari hasil pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut :

a. Kebersihan lingkungan sekolah dapat optimal bila dilakukan melalui pembiasaan dalam bentuk buku pembiasaan diberikan kepada masing-masing siswa, terintegrasi dalam RPP masing-masing guru mata pelajaran, dan melaksanakan SOP pembelajaran di dalam kelas.

b. Pemenuhan sarana prasarana kebersihan sekolah sangat diperlukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan pembentukan karakter peduli lingkungan di sekolah.

c. Keteladanan atau pemberian contoh konkrit melalui implementasi DAB (Dekat, Ambil, Buang) dan gerakan G-5P (Gerakan Pungut, Pilah, Pilih, Proses, dan Produk) selalu dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun. Pelaksanaan DAB dilakukan oleh semua warga dengan berpijak pada pemberian contoh / keteladanan dari guru, tenaga adminstrasi serta OSIS. G-5P merupakan tim yang bergerak setiap saat sehingga kebersihan lingkungan sekolah dapat terwujud secara optimal.

3.2. Rumusan Rekomendasi Operasional

Rekomendasi permasalahan dan pengembangan yang masih perlu mendapat perhatian dalam pembinaan karakter peduli lingkungan dalam bentuk kebersihan sekolah diberikan kepada :

a. Pembuat kebijakan sekolah dan komitmen bersama semua warga sekolah untuk mengurangi volume sampah dari sumbernya terutama sampah kertas dan plastik.

b. Semua guru untuk mempertajam pembentukan karakter melalui sekolah membiasakan dengan melaksanakan DAB (Dekat Ambil Buang).

(11)

mendapat dukungan agar hasil yang diperoleh dapat dilakukan di lingkungan sekitar siswa.

d. Pengawas satuan pendidikan bersama tim perumus Instrumen Evaluasi Diri Sekolah dalam standar proses, masalah sampah perlu dijadikan sebagai sumber belajar dalam kegiatan proses belajar mengajar.

e. Pemerintah Daerah melalui DKP perlu duduk bersama dengan warga sekolah membahas pengkajian khusus untuk mengolah sampah menjadi bentuk yang produktif.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Proyek Peningkatan Mutu SMU Jakarta. Jakarta.

Dinas P an K. 2004. Penyelenggaraan School Reform dalam Konteks MPMBS di SMU. Proyek Peningkatan Mutu Jawa Timur. Surabaya.

Depdiknas. 2003.UURI No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang – Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas. 2007.Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan TK, Depdiknas. Jakarta.

http://salihara.org/event/2012/03/16/aristoteles-keutamaan-adalah-karakterpem-biasaan-habitus-buku-ethika-nikomaxeia

http://www.menlh.go.id/buku-survei-2012-perilaku-masyarakat-peduli-lingkungan/

http://gmup.ugm.ac.id/lingkungan/membangun-masyarakat-indonesia-peduli-lingkungan.html

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah aplikasi learning board Nuvoton NUC140 untuk mengukur suhu dan kelembaban menggunakan sensor HTU21D, menampilkan nilai pengukuran

Berdasarkan dari perkembangan film pahlawan super yang beredar di Indonesia yang diproduksi marvell dan DC comic, maka timbullah ide untuk menciptakan karya fotografi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: responden yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta

Tabel/Tabel4.19 Jumlah Lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pidie Jaya Tahun Ajaran 2009/2013 83 Number of Senior High

4. Siswa diminta untuk mempelajarai materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya tentang menu seimbang sesuai dengan kelompok umur.. Melakukan pembukaan

Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur

Sebagaimana telah disinggung pada hasil penelitian terdahulu, pada awal tulisan ini, bahwa kawasan karst di Pegunungan Selatan Jawa terutama di Gunung Sewu dan

Bahasa Arab adalah sebuah konsep keagamaan yang bukan hanya menjadi kebutuhan individu tetapi juga menjadi hajat kehidupan sosial, itu sebabnya seseorang utamanya