• Tidak ada hasil yang ditemukan

S IND 1005721 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S IND 1005721 Chapter5"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Wisnu Dwi Nugraha, 2014

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 268

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan tentang ketiga teks rajah terbangan di

Kabupaten Bandung, didapati simpulan bahwa harapan manusia yang diwakili

oleh penutur adalah harapan atas kekuatan Allah Swt dan hal gaib untuk meminta

pertolongan agar pertunjukan kesenian terbangan dan pemilik hajat diberi

keberkahana, keselamatan, dan kelancaran. Konsep harapan dan rasa hormat

tersebut ditunjukkan dalam struktur teks rajah terbangan dan konteks

penuturannya. Lebih jelasnya akan diuraikan dalam bentuk sebagai berikut.

1. Struktur

Teks I rajah terbangan terdiri atas 8 kalimat. Kalimat dalam teks I rajah

terbangan didominasi oleh kalimat yang predikatnya berkategori verba dan

memiliki peran perbuatan yang menandai harapan dan usaha manusia. Pola bunyi

dan pola irama yang terkesan merdu dan syahdu menimbulkan efek perasaan

optimis mendapatkan harapan yang diinginkan. Tema teks I rajah terbangan

adalah tentang harapan manusia pada kekuatan Allah Swt dalam keberhasilan

melakukan ritual pemanggilan makhluk gaib dengan cara menghormati Allah Swt.

Teks II rajah terbangan terdiri atas 9 kalimat. Kalimat dalam teks II rajah

terbangan didominasi oleh kalimat yang predikatnya berkategori nomina dan

memiliki peran perbuatan yang menandai bentuk usaha manusia. Pola bunyi dan

pola irama yang terkesan tidak merdu dan ritmis menimbulkan efek kerendahan

manusia. Tema teks II rajah terbangan adalah tentang usaha manusia dalam

menghormati dan mengagumi Allah Swt dan para leluhur.

Teks III rajah terbangan terdiri atas 11 kalimat. Kalimat dalam teks III

rajah terbangan didominasi oleh kaliamt yang predikatnya berkategori verba dan

(2)

269

Wisnu Dwi Nugraha, 2014

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pola irama yang syahdu dan ritmis menimbulkan efek penghormatan yang

diberikan manusia. Tema teks III rajah terbangan adalah tentang usaha manusia

untuk menghormati Allah Swt, para leluhur, dan keluarga atas kekuatan yang

mereka miliki.

Secara umum, struktur yang membangun teks rajah terbangan merupakan

kalimat yang predikatnya berkategori verba dan memiliki peran perbuatan. Hal

tersebut menunjukkan usaha manusia dalam meminta ijin, memberi hormat, dan

mengagumi Allah Swt, para leluhur, dank keluarga. Pola bunyi rajah terbangan

menunjukkan kesyahduan dalam tuturannya sehingga memberi efek liris yang

menunjukkan kerendahan manusia dihapada Allah Swt, ruh leluhur, dan keluarga.

Pola irama yang cepat mendukung usaha manusia agar dapat berhubungan dengan

Allah Swt dan segala bentuknya tercapaikan kepada-Nya.

2. Konteks Penuturan

Penuturan rajah terbangan dilakukan oleh saehu di awal pertunjukan

kesenian terbangan. Penuturan dilakukan dengan nada berbisik dibarengi ritual

pembakaran kemenyan yang dibakar di parupuyan. Penuturan rajah terbangan

dilakukan secara monolog setelah sebelumnya melakukan ijab dengan pemilik

hajat.

Penuturan rajah terbangan dilakukan oleh penutur yang memiliki status

berbeda-beda, ada yang masih mahasiswa, kuli bangunan, dan juga PNS.

Masyarakat disekitar rajah terbangan dituturkan masih menggunakan sistem

peralatan, pengetahuan, organisasi, kepercayaan yang sifatnya tradisional

meskipun telah terpengaruh oleh zaman yang modern.

3. Proses Penciptaan

Proses penciptaan rajah terbangan adalah terstrukur, yaitu cara

penuturannya berdasarkan hafalan dan ingatan, serta sesekali membaca. Proses

pewarisan rajah terbangan ada yang secara vertikal horizontal, ada yang sexara

(3)

270

Wisnu Dwi Nugraha, 2014

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Fungsi

Ketiga teks rajah terbangan di Kabupaten Bandung memiliki fungsi yang

hampir sama bagi masyarakat pemiliknya. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Alat pengesah kebudayaan, menunjukkan bahwa kebudayaan Sunda sudah

tercampur oleh ajaran Islam karena kompromi penutur yang menganut

agama Islam.

b. Sebagai sistem proyeksi, menunjukkan gambarana keinginan bersama dari

penutur dan masyarakat tentan pemberian rasa hormat kepada Allah Swt

dengan tujuan acara hajatan dan kesenian terbangan berjalan dengan

lancar.

c. Sebagai alat pendidikan, menunjukkan hubungan manusia dengan Allah

Swt, hubungan manusia denga ruh leluhur, dan hubungan manusia dengan

manusia lainnya.

5. Makna

Makna yang terkandung dalam teks rajah terbangan adalah harapan

manusia untuk meminta ijin kepada Allah Swt dengan memberikan rasa hormat

dan kekaguman kepada-Nya. Harapan tersebut terasa wajar mengingat kekuatan

Allah Swt tidak dapat ditandingi oleh manusia. Untuk mewujudkan harapan

tersebut manusia melakukan beberapa upaya dan usaha agar harapannya

dikabulkan oleh Allah Swt. Upaya dan usaha tersebut adalah memberi rasa hormat

dan rasa kagum. Selain itu, merendahkan diri dihadapan-Nya menunjukkan salah

satu upaya yang dilakukan oleh manusia.

Terkabulnya harapan yang manusia inginkan membuat makhluk-makhluk

gaib tidak berdaya sehingga dapat memenuhi keinginan penutur juga. Keinginan

terhadap makhluk gaib sama dengan keinginan kepada Allah Swt, yaitu mereka

ikut membantu keberlangsungan acara pertunjukan sehingga pertunjukan

(4)

271

Wisnu Dwi Nugraha, 2014

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain memiliki harapan, penutur juga merasa perlu menghormati ruh

leluhur karena ia yang telah mewarisi kesenian terbangan. Tanpa mereka, tidak

akan pernah ada kesenian terbangan.

B. Rekomendasi

Setelah menyelesaikan kajian ini, ada beberapa saran yang diajukan bagi

penelitian selanjutnya terhadap kajian mantra maupun sastra lisan lainnya. Saran

yang diajukan adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian tentang rajah/mantra dapat dikaji dengan penambahan pendekatan

ilmu yang lain sehingga dapat memperdalam makna kajian tentan

rajah/mantra.

2. Pendekatan tentang sastra lisan perlu lebih diperdalam agar kajian tentang

rajah/mantra kesenian yang terdapat pada kebudayaan Sunda semakin banyak.

3. Perhatian pemerintah maupun pihak akademis terhadap sastra lisan lebih

ditingkatkan agar tetap menjaga keutuhan sastra lisan, terutama yang terdapat

Referensi

Dokumen terkait

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF MELALUI MEDIA LAGU BAGI PEMBELAJAR BIPA (Studi Kasus Terhadap Pembelajar BIPA Tingkat Menengah di Balai Bahasa UPI) Universitas

Begitupun, pembentukan kultur pada masyarakat Soreang, Kabupaten Bandung yang merupakan penutur bahasa Sunda dan juga sekaligus penutur bahasa Indonesia terhadap

PANDANGAN DUNIA ORANG SUNDA DALAM CERITA KUNTILANAK SEBAGAI LEGENDA ALAM GAIB DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Makna dari teks MPS varian pertama adalah suatu harapan manusia memperoleh. suatu ketenangan yang ada dalam

Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu..

PENERAPAN METODE PROBING PROMPTING LEARNING MENGGUNAKAN TAYANGAN DEBAT DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

(penelitian eksperimen semu terhadap siswa kelas viii Smp negeri 1 bandung tahun ajaran 2013/2014). Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA GURU DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |