• Tidak ada hasil yang ditemukan

293652786 Metode Pembelajaran Socrates. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "293652786 Metode Pembelajaran Socrates. docx"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan berkaitan erat dengan sumber daya manusia, sehingga dengan adanya penididikan ini diharapkan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan SDM berkualitas tersebut maka dalam pendidikan kita mengenal adanya beberapa metode pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan pada siswa. Dengan adanya metode pembelajaran ini siswa mampu berpikir kritis.

(2)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah terlahirnya metode pembelajaran Soscrates ?

2. Apa pengertian metode pembelajaran Soscrates ?

3. Apa saja karakteritik dari metode pembelajaran Socrates?

4. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan metode pembelajaran Soscrates ?

5. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran Soscrates ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah terlahirnya metode pembelajaran Soscrates

2. Untuh mengetahui pengertian metode pembelajaran Soscrates

3. Untuk mengetahui karakteritik dari metode pembelajaran Socrates

4. Untuk mengetaahui langkah-langkah dalam menerapkan metode pembelajaran Soscrates

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Tokoh Filsafat Socrates 1. Kemunculan Aliran Sofis

Pada pertengahan abad ke-5 sebelum Masehi muncul aliran baru, yang disebut dengan Sofis. Kata Sofis berarti arif, atau pandai. Arti ini berkaitan dengan orang yang pandai bicara, mempengaruhi orang dengan kepandaian berdebat.

Protagoras, salah satu tokoh terkemuka aliran ini, menyatakan bahwa, Manusia adalah ukuran segalanya, jika manusia menganggapnya demikian maka demikianlah adanya, dan jika tak demikian maka tak demikian pula. Maksudnya, “bahwa semuanya itu harus ditinjau dari pendirian manusia masing-masing. Kebenaran umum tidak ada. Pendapatku adalah hasil pandanganku sendiri. Apa pandanganku ini benar bagi orang lain, sukar dipastikan, boleh jadi tidak. Apa yang dikatakan baik boleh jadi, jahat bagi orang lain. Alamku adalah bagiku sendiri. Orang lain mempunyai alamnya sendiri pula.”

Tokoh lainnya adalah Georgia (483-375) menyatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang ada, jika ada maka ia tak dapat diketahui, dan jika dapat diketahui sesuatu itu tidak dapat dikabarkan. Georgia menyatakan tegas bahwa segala pemikiran atau pendirian itu salah.

(4)

2. Socrates (470 SM – 399 SM)

Di tengah kuatnya pengaruh kaum Sofis, munculah seorang filsuf lain yang memberikan alternatif baru yaitu Socrates. Lahir di Athena tahun 470 SM dari pasangan Sophonisko-Phainarete, dan meninggal tahun 399 SM. Ia merupakan filsuf generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar. Ia menyebut dirinya filosof (pecinta kebijaksanaan). Ia setuju bahwa pada manusialah memiliki pengetahuan dan kemauan. Dalam pandangan Socrates, masyarakat Athena yang terperangkap dalam pandangan (nihilis Georgias dan skeptis Protagoras) pada saat itu mengarahkan hidupnya pada duniawi.

“Saya curahkan waktu saya dengan melakukan upaya membujuk kalian pemuda dan orang tua, agar kepedulian pertama dan utama kalian bukan demi raga ataupun harta kalian, melainkan demi kesejahteraan jiwa kalian, kekayaan tidak akan membawa kebaikan, tetapi kebaikan akan membawa kekayaan dan segala berkah lainnya, baik bagi individu maupun bagi Negara ”

(5)

merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan “interplay” antar ide).

Dalam metode tersebut, Socrates selalu meminta penjelasan tentang sesuatu pengertian kepada orang yang dianggapnya ahli dalam bidang tersebut. Jadi, Socrates selalu menuntut kemampuan para ahli untuk mempertanggungjawabkan pengetahuannya dengan alasan yang benar dan apabila didukung dengan alasan yang benar, maka ide yang telah teruji tadi akan sebagai pengetahuan yang benar untuk sementara sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut.

Socrates adalah filsuf sejati karena ia tak menjadikan filsafat sebagai teori-teori yang sulit dan membosankan. Dan sebenarnya Socrates tak pernah menuliskan buah pikirannya. Catatan itu berasal dari muridnya Plato. Plato dalam pidatonya selalu menggunakan nama gurunya sebagai tokoh utama dan sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Socrates.

Lewat dialog Socrates tidak mengajarkan apapun, ia menolong mengeluarkan apa yang tersimpan dalam jiwa orang yang selama ini terkubur oleh pengetahuan yang salah. Salah satu pengetahuan yang salah itu adalah seseorang yang telah merasa tahu banyak tentang semua urusan hidup, merasa ahli. Sikap inilah membuat orang menganggap remeh pada gejala-gejala kehidupan yang dialami sehari-hari, yang kemudian akan membuatnya gagal dalam menjalani kehidupan. Socrates dalam Apology, menyebutkan bahwa peningkatan / kecenderungan jiwa, kepedulian terhadap kebijaksanaan dan kebenaran merupakan kebajikan tertinggi. Sehingga dapat digambarkan seperti ini,

(6)

kesimpulan-kesimpulan yang pasti. Ia hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan pada diri dan orang lain, sehingga secara bersama-sama mencari jawabannya.

Pada diri Socrates kita dapat belajar mengenai satu hal yaitu bahwa berfilsafat pada awalnya harus bermula pada diri sendiri. ”Hidup yang tidak dipertanyakan adalah hidup yang tak layak untuk dijalani ,”Ia mengajak kita untuk tidak sekedar menempat, seperti botol di kotak minuman. Manusia bukan botol, ia memiliki jiwa yang menyimpan peta menuju kebahagiaan. Namun kita seringkali seperti botol, terjebak dalam kebiasaan-kebiasaan yang tak pernah disadari mengapa seperti itu.

Misalnya kita setiap hari sering diperbudak oleh rasa iri, marah, cemburu, takut, malu, atau sedih. Karena semua orang juga mengalami hal yang sama,kita jadi tak peduli pada situasi itu. Akhirnya kita terus menerus berada dalam lingkaran kemarahan yang sama. Dari pernyataan itu kita belajar pada Socrates yang telah menemukan cara berfilsafat yang mudah untuk kita lakukan. Socrates menjadikan kehidupan sehari-hari sebagai dasar dan tujuan kegiatan berfilsafat bisa dipastikan semua orang juga bisa melakukannya.

Dalam buku Christopher Phillips, Socrates café, mengajak kita untuk mengaplikasikan kembali metode Socrates dalam kehidupan sehari-hari. Phillips menuliskan :

 Metode Socrates bisa disebut sebagai metode elenchus, artinya penyelidikan atau uji silang.

(7)

bahwa keyakinanku bisa salah kaprah”. Kejujuran membuat kita berdialog dengan rendah hati.

Pandangan-pandangan Socrates 1. Tentang kebenaran

Pada waktu itu guru-guru sofis mengajarkan bahwa “kebenaran yang sebenar-benarnya tidak ada”, maka “setiap pendapat bisa dibenarkan dengan retorika”.tergantung kepada manusia itu sendiri. Sedangkan menurut Socrates ada kebenaran objektif yang tidak bergantung kepada saya atau kita, untuk membuktikannya Socrates menggunakan metode-metode tertentu yang praktis dan dijalankan melalui percakapan.Menurut Xenophon, ia bertanya tentang salah-tidak salah, benar-tidak benar, adil-tidak adil, berani dan pengecut, dan lain-lain. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang disimpulkan dari jawaban selanjutnya.

Jika ternyata hipotesis yang pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan kosekuensi yang mustahil, maka hipotesis tersebut diganti dengan hipotesis yang lain. Seringkali perdebatan ini berakhir dengan kebingungan (aporia), tapi tak jarang ia menghasilkan defenisi yang berguna. Tujuan utamanya adalah untuk meruntuhkan kesombongan guru-guru sofis yang telah mendangkalkan pengetahuan dan melemahkan tanggung jawab. Lalu Socrates akan mengunci pembicaraan dengan kata-kata,”Demikianlah adanya, kita berdua sama-sama tidak tahu.

(8)

menolong kelahiran bagi “pengertian yang sejati”. Didalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan mengenai metode Socrates ini. Ada dua penemuan yang menyangkut Socrates, keduanya berkenaan dengan dasar pengetahuan, yang pertama ia menemukan induksi, yang kedua ia menemukan defenisi.

2. Tentang rasa dan jiwa

Suatu ketika Socrates ditanya orang tentang apa yang selalu menyebabkannya bersemangat dan jarang sedih. Socrates menjawab, “Karena saya tidak mencari hal-hal yang kalau hilang akan membuat saya sedih”. jadi menurut Socrates jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tapi jauh lebih dalam (yaitu perasaan), Karena jiwa adalah intisari manusia, sehingga manusia wajib mengutamakan kebahagiaan jiwanya (Eudaimonia : memilih daimon atau jiwa yang baik). Bila diperhatikan isi “Apologia (Pidato Pembelaan Socrates yang Diabadikan Plato)”, Tampak jelas bahwa Socrates sebenarnya tidak hanya mengandalkan pendapatnya pada akal (reason) tetapi juga pada kekuatan hati.

3. Tentang Etika

Orang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik, orang yang mengetahui hukum tentu mentaatinya. Oleh karena budi berdasarkan pengetahuan, maka budi dapat dipelajari. Dari ucapan tersebut terlihat bahwa ajaran etika Socrates bersifat intelektual dan rasional.

(9)

Ajaran filosofinya tak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara hidup. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika dilihat dengan benar, Socrates tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. kebenaran itu tetap dan harus dicari.

Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan, bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran.Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri.Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang.

Sebab itu metodenya disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya-jawab, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.

(10)

nampaknya sangat berhasil dalam dialog-dialog socrates. Socrates bertanya mengenai bidang-bidang yang katanya dikuasai lawan bicara. Tak lama kemudian socrates bisa menyudutkan dan menunjukkan kontradiksi dipemikiran lawan.

Cara ini membuat seseorang tidak terlalu arogan dalam menjelaskan sesuatu. Orang yang mencoba menjelaskan kadang terlihat mengetahui segalanya dan arogan sehingga masukan dari orang semacam itu susah diterima. Apalagi sekaligus mengajar untuk berfikir tentang masalah-masalah yang rumit. Dan lagi socrates lebih suka membimbing pemikiran dari pada mengajarkan sesuatu. Dia berusaha mengeluarkan pengetahuan yang benar dari lawan bicaranya. Teknik ini cocok sekali dengan socrates yang prinsipnya adalah yang dia tahu bahwa dirinya tidak tahu. Sayangnya bisa jadi teknik ini membuat orang kesal.

B. Pengertian Metode Socrates

Metode Socrates (Socrates Method), yaitu suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu/dapat menemukan jawabannya, saling membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Secara historis socrates banyak bergulat soal isu-isu yang terkait dengan kehidupan manusia yang mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan, moral, dan keadilan.

(11)

Strategi Socrates adalah prosedur pengajaran lama yang mempunyai sejarah dan prestise panjang pada zaman Yunani awal. Strategi Socrates diajarkan dengan cara bertanya jawab untuk membimbing dan memperdalam tingkat pemahaman yang berkaitan dengan materi yang diajarkan sehingga anak didik mendapatkan pemikirannya sendiri dari hasil konflik kognitif yang terpecahkan. Pembelajaran dengan metode Socrates menuntut pebelajar berpikir kritis dan hasil akhirnya juga bersikap kritis. Strategi ini juga menekankan dialog-dialog pemikiran sebagai usaha mengungkapkan sesutau objek pembahasan menuju pada hakikat terdalamnya. Jadi, Metode Socrates disebut juga metode kritis atau metode dialektika.

Peserta dalam metode ini, antara yang satu dengan yang lainnya memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam menyikapi sebuah pertanyaan atau topik sehingga menyebabkan adanya kontradiksi dalam diskusi. Peserta yang melakukan metode ini berusaha untuk mempertahankan argumennya masing-masing. Namun, dari beberapa argumen tersebut berdasarkan hasil diskusi nantinya akan ditemukan sebuah jawaban yang benar berdasarkan logika dan fakta. Yang terpenting dari metode ini bukanlah jawaban yang dihasilkan nanti, melainkan bagaimana proses dalam mendiskusikan pertanyaan atau topik yang diajukan. Dasar filsafat metode Socrates ini, adalah pandangan dari Socrates, bahwa pada tiap individu anak didik telah ada potensi untuk mengetahui kebenaran dan kebaikan serta kesalahan.

Dalam proses belajar mengajar, metode ini sangat baik digunakan dimana secara teknis dalam bangku perkuliahan misalnya seorang dosen melontarkan sebuah pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan) tanpa diketahui mahasiswa sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani, percaya diri, berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik tersebut. Elemen kejutan memberikan insentif yang kuat bagi mahasiswa untuk memenuhi tanggung jawab dan juga mendorong untuk mempersiapkan kelas, yang akan memungkinkan mereka untuk belajar lebih banyak terlebih dahulu.

(12)

suatu argumen. Metode ini juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan ketrampilan penalaran serta menanamkan pada siswa kebiasaan ketat dan analisis kritis argumen-argumen yang mereka dengar secara tegas dan persuasif, serta praktek menilai dan merevisi ide-ide mereka sendiri dan pendekatan dalam terang informasi baru atau penalaran yang berbeda.

Penggunaan metode pembelajaran socrates merupakan pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis siswa. Metode pembelajaran Socrates sangat efektif memotivasi siswa dalam bernalar dan berkomunikasi. Siswa juga menunjukkan peningkatan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Demikian juga, guru dapat menilai pemahaman konsep siswa.

Selain itu, metode pembelajaran Socrates juga menyediakan diksusi yang kaya tentang topik yang dipelajari. Siswa mampu memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam buku-buku teks yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Model pembelajaran ini menyediakan kesempatan bagi siswa dan guru berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa mempunyai forum untuk mengartikulasikan dan mengorganisasikan pemahaman, penalaran, dan keterampilan berkomunikasi, sementara guru dapat merefleksikan pemahaman siswa. Siswa yang berpartisipasi dalam metode pembelajaran Socrates menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik daripada siswa yang tidak berpartisipasi dalam metode pembelajaran Socrates.

C. Socrates Circle (Seminar Socrates)

(13)

kegiatan ini adalah agar para peserta bekerja sama untuk membangun makna dan sampai kepada suatu jawaban, bukan untuk satu siswa atau satu kelompok untuk memenangkan suatu argumen. Guru menggunakan Circles Socrates dengan cara yang berbeda. Struktur dibutuhkan mungkin terlihat berbeda di tiap kelas.

Dibawah ini merupakan beberapa struktur yang dapat digunakan guru untuk mengelola Seminar Socrates:

1. Inner / Outer Circle (Lingkaran dalam/luar)

Siswa perlu diatur dalam lingkaran dalam dan luar. Lingkaran dalam terlibat dalam diskusi tentang teks. Lingkaran luar mengamati lingkaran dalam, sambil mencatat. Lingkaran luar berbagi pengamatan dan pertanyaan lingkaran dalam dengan bimbingan dari guru / fasilitator. Siswa menggunakan kritik konstruktif sebagai lawan untuk membuat penilaian. Peserta dari lingkaran luar dapat menggunakan lembar pengamatan atau bentuk catatan untuk memantau peserta di lingkaran dalam. Alat-alat ini akan memberikan struktur untuk mendengarkan dan memberikan anggota luar rincian spesifik untuk membahas hal tersebut dalam seminar nantinya. Guru juga dapat duduk dalam lingkaran, tetapi pada ketinggian yang sama dengan siswa.

2. Triad

(14)

Struktur ini memungkinkan bagi siswa untuk berbicara, yang mungkin belum memiliki kepercayaan diri untuk berbicara dalam kelompok besar. Jenis seminar melibatkan semua siswa bukan hanya siswa di lingkaran dalam dan luar.

3. Simultaneous Seminars (Seminar Simultan)

Siswa diatur dalam kelompok-kelompok kecil dan beberapa ditempatkan sejauh mungkin dari satu sama lain. Mengikuti pedoman dari Seminar Socrates, siswa terlibat dalam diskusi kelompok kecil. Seminar simultan biasanya dilakukan dengan siswa yang berpengalaman yang membutuhkan sedikit pengarahan dan dapat terlibat dalam diskusi tanpa bantuan dari seorang guru / fasilitator. Menurut literatur, jenis seminar ini bermanfaat bagi guru yang ingin siswanya mengeksplorasi berbagai teks seputar isu utama atau topik. Setiap kelompok kecil mungkin memiliki teks yang berbeda untuk dibaca / dilihat untuk didiskusikan. Seminar Socrates yang lebih besar maka dapat terjadi sebagai diskusi tentang bagaimana masing-masing teks sesuai dengan satu sama lain. Seminar simultan juga dapat digunakan untuk teks sangat sulit. Siswa dapat bekerja melalui isu-isu yang berbeda dan bagian kunci dari teks.

a) Teks Socrates Circle

(15)

Unsur terkait dari teks Socrates efektif

Teks seminar Socrates mampu menantang kemampuan berpikir peserta dengan memiliki karakteristik seperti berikut:

a) Ide dan nilai-nilai

Teks harus memperkenalkan ide-ide dan nilai-nilai yang kompleks dan sulit untuk diringkas. Kekuatan diskusi timbul dari hubungan pribadi untuk ide-ide abstrak dan dari implikasi terhadap nilai-nilai pribadi.

b) Kompleksitas dan tantangan

Teks harus kaya ide dan kompleksitas dan terbuka untuk interpretasi. Idealnya itu harus memerlukan beberapa bacaan, tetapi harus tidak jauh di atas tingkat intelektual peserta.

c) Relevansi untuk peserta dan kurikulum

Sebuah teks yang efektif memiliki identifikasi tema yang dikenali dan relevan dengan kehidupan para peserta. Tema dalam teks harus berhubungan dengan kurikulum.

d) Ambiguitas

Teks harus didekati dari berbagai perspektif yang berbeda, termasuk perspektif yang tampaknya saling eksklusif, sehingga memprovokasi pemikiran kritis dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting. Tidak adanya jawaban yang benar dan yang salah dan mendorong kontribusi individu.

Dua cara yang berbeda untuk memilih teks

Teks Socrates dapat dibagi menjadi dua kategori utama:

1. Teks Cetak (misalnya cerita pendek, puisi, dan esai) dan teks non-cetak (misalnya foto, patung, dan peta)

(16)

tulisan atau pidato sejarah lisan, ilmu pengetahuan melalui kebijakan isu-isu lingkungan, matematika melalui bukti matematika, kesehatan melalui label nutrisi, dan pendidikan jasmani melalui pedoman kebugaran.

b) Metode Pertanyaan di Socrates Circle

Lingkaran Socrates didasarkan pada interaksi teman sebaya. Fokusnya adalah untuk mengeksplorasi berbagai perspektif pada isu atau topik yang diberikan. Pertanyaan Sokrates digunakan untuk membantu siswa menerapkan kegiatan belajar mereka. Pedagogi pertanyaan Sokrates adalah terbuka, dengan fokus ide-ide umum daripada informasi faktual spesifik. Teknik interogasi menekankan tingkat pertanyaan dan berpikir di mana tidak ada jawaban yang paling benar.

Lingkaran Socrates umumnya mulai dengan pertanyaan terbuka yang diajukan baik oleh pemimpin atau dengan peserta lain. Tidak ada pembicara pertama yang ditunjuk, sebagai individu berpartisipasi dalam lingkaran Socrates, mereka mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka untuk menjadi efektif dalam peran ini dari kuesioner awal.

Pemimpin membuat topik terfokus dengan meminta berbagai pertanyaan tentang teks itu sendiri, serta pertanyaan untuk membantu memperjelas posisi ketika argumen menjadi bingung. Pemimpin juga berusaha membujuk peserta enggan ke dalam diskusi, dan untuk membatasi kontribusi dari mereka yang cenderung mendominasi. Fasilitator meminta peserta untuk menguraikan respon mereka dan untuk membangun apa yang orang lain katakan. Pemimpin memanadu peserta untuk memperdalam, mengklarifikasi, dan parafrase, dan untuk mensintesis berbagai pandangan yang berbeda.

(17)

mendukung posisi mereka. Peserta harus menunjukkan rasa hormat terhadap ide-ide yang berbeda, pikiran dan nilai-nilai, dan tidak harus mengganggu satu sama lain.

Pertanyaan dapat dibuat secara individu atau dalam kelompok-kelompok kecil. Semua peserta diberikan kesempatan untuk ambil bagian dalam diskusi. Lingkaran Socrates menentukan tiga jenis pertanyaan untuk dipersiapkan:

1) Membuka pertanyaan menghasilkan diskusi pada awal seminar dalam rangka untuk memperoleh tema dominan.

2) Pertanyaan membimbing membantu memperdalam dan kerumitan diskusi, menjaga kontribusi pada topik dan mendorong suasana positif dan pertimbangan bagi orang lain.

3) Menutup pertanyaan memimpin peserta untuk meringkas pikiran mereka dan belajar dan mempersonalisasikan apa yang mereka bahas.

D. Karakteristik Metode Socrates

Menurut Qosyim, A,2007: 7 karakteristik metode socrates adalah sebagai berikut :

 Dialektik, artinya bahwa metode tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih yang pro dan kontra, atau yang memiliki perbedaan pendapat.

 Konfersasi, artinya bahwa metode dilakukan dalam bentuk percakapan

atau komunikasi lisan.

 Tentatif dan provisional, artinya kebenaran yang dicari bersifat sementara

tidak mutlak, dan merupakan alternatif-alternatif yang terbuka untuk semua kemungkinan.

 Empiris dan induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara

penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal empiris.

(18)

E. Langkah-langkah Metode Socrates

Metode Socrates memudahkan siswa mendapatkan pemahaman secara berangkai dari bentuk tanya jawab yang dilakukan. Bentuk-bentuk tahapan prosedural dalam melaksanakan tanya jawab seperti yang dilakukan oleh Socrates dalam membelajarkan bahan dengan perilaku menirukan apa yang dilaksanakan oleh Socrates. Menurut Johnson, D. W. dan Johnson R. T. (2002: 194) dalam bukunya yang berjudul The meaningful Assesing diperoleh sebagai berikut :

Being Socrates :

a. Choose a topic being studied.

b. Develop two or three general question on what the student knows about the topic to begin an interview.

c. After asking the opening question, probe what student knows while looking for inconsintecies, contradiction or conflicts in what the student is saying. d. Ask follow – up question that highlight the conflicts within the student’s

reasoning and make the contradiction focal point for the student’s attention. e. Continue the interview until the student has resolved the conflicts by moving

toward deeper – level analysis of what he or she knows and by arriving a greater and greater insight into the material being studied.

f. Conclude the interview by pointing the student toward further resources to read and study.

Dimana :

1. Menyiapkan deretan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa, dengan memberi tanda atau kode-kode tertentu yang diperlukan

2. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa diharapkan dapat menemukan jawabannya yang benar

(19)

4. Tuntun eksplorasi siswa. Sebagai seorang guru untuk pelajaran pemecahan masalah, perannya adalah:

 Membiarkan eksplorasi siswa tak terintangi, partisipasi aktif, dan bertanya.

 Membantu siswa dalam menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan terdahulu.

 Membantu siswa membentuk dan menginternalisasi representasi masalah

atau tugas.

 Membantu siswa mengidentifikasi persamaan antara masalah baru dan

pengalaman yang lalu yang berisikan masalah yang serupa.

 Berikan umpan balik mengenai benar atau salahnya jalan pikiran dan jalur pemecahan masalah. Penekanan teknik bertanya Socrates adalah penjelasan konsep-konsep dan gagasan-gagasan melalui penggunaan pertayaan-pertayaan pancingan. Sebagai suatu teknik pembelajaran, ia harus di pikirkan dan di tatar dengan baik. Instruktur yang menggunakan teknik ini harus belajar bagaimana mendengar dengan hati-hati apa yang di tanyakan dan di bahas.

5. Jika pertanyaan yang diajukan itu terjawab oleh siswa, maka guru dapat melanjutkan/mengalihkan pertanyaan berikutnya hingga semua soal dapat selesai terjawab oleh siswa.

6. Jika pada setiap soal pertanyaan yang diajukan ternyata belum memenuhi tujuan, maka guru hendaknya mengulangi kembali pertanyaan tersebut. Dengan cara memberikan sedikit ilustrasi, apersepsi dan sekedar meningkatkan dan memudahkan berpikir siswa, dalam menemukan jawaban yang tepat dan cermat.

Secara garis besar, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Socrates adalah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa belajar dan menyampaikan peraturannya.

(20)

3. Guru menugasi salah satu untuk menyampaikan ringkasan materi teks. Kegiatan ini bertujuan memofuskan perhatian siswa.

4. Guru sebagai pemimpin mengajukan pertanyaan terbuka berkaitan dengan isi teks. Siswa dalam kelompok berdiskusi memikirkan jawaban terhadap pertanyaan guru.

5. Guru menunjuk salah satu untuk menjawab pertanyaan. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa memahami materi dalam teks yang dipelajari.

6. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung untuk mengetahui kendala-kendala/kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa selama proses pembelajaran. Guru menugaskan siswa berbagai pengalaman selama diskusi dan menugasi siswa menulis satu atau dua paragraf tentang ide besar dari metode tersebut.

F. Kelebihan dan Kekurangan Metode Socrates

Metode pembelajaran Socrates memiliki beberapa kelebihan yaitu antara lain :

1. Membimbing siswa berpikir rasional dan ilmiah

2. Mendorong siswa untuk aktif belajar dan menguasai ilustrasi pengetahuan 3. Menumbuhkan motivasi dssan keberanian dalam mengemukakan pendapat

dan pikiran sendiri

4. Memupuk rasa percaya pada diri sendiri

5. Meningkatkan partisipasi siswa dan berlomba-lomba dalam belajar yang menimbulkan persaingan yang dinamis

6. Menumbuhkan disiplin

Kekurangan dari metode pembelajaran Socrates yaitu :

1. Metode Socrates dalam pelaksanaannya masih sulit dilaksanakan, pada sekolah tingkat rendah. Sebab siswa belum mampu berpikir secara mandiri 2. Metode Socrates terlalu bersifat mekanis, dimana anak didik dapat

(21)

3. Lebih menekankan dari segi efektif (aspek berfikir) daripada kognitif (penghayatan/perasaan).

4. Kadang-kadang tidak semua guru selalu siap memakai metode Socrates, karena metode Socrates menuntut dari semua pihak baik guru maupun siswa sama-sama aktif untuk belajar dan menguasai bahan/ilmu pengetahuan.

(22)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Metode Socrates (Socrates Method) adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu/ dapat menemukan jawabannya, saling membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Penggunaan metode pembelajaran socrates merupakan pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis siswa. Metode pembelajaran Socrates sangat efektif memotivasi siswa dalam bernalar dan berkomunikasi. Siswa juga menunjukkan peningkatan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Demikian juga, guru dapat menilai pemahaman konsep siswa.

(23)

B. SARAN

(24)

DAFTAR PUSTAKA

http://adipustakawan01.blogspot.co.id/2013/06/socrates-tokoh-filsafat.html?m=1 (diakses tanggal 17 November 2015 pukul 07.11 WIB)

http://coffeebreak45.blogspot.co.id/2012/03/strategi-pembelajaran-socrates.html? m=1 (diakses tanggal 17 November 2015 pukul 09.28 WIB)

https://en.wikipedia.org/wiki/Socratic_method (diakses tanggal 24 November 2015 pukul 14.48 WIB)

http://putrijulianaptm.blogspot.co.id/2013/06/metode-pembelajaran-socrates.html? m=1 (diakses tanggal 17 November 2015 pukul 07.17 WIB)

http://sakdiahracana.blogspot.co.id/2012/11/dialog-socrates.html?m=1 (diakses tanggal 19 November 2015 pukul 09.39 WIB)

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/212772623?

extension=docx&ft=1447727420&lt=1447731030&user_id=274377976&uah k=zWgwy33i46c/T8OoaS7STTEHaoA

(diakses tanggal 17 November 2015 pukul 09.32 WIB)

Pratama, Aan Budi, dkk.2013. Pembelajaran Socrates dengan Pendekatan Kontekstual Terhaadap Proses Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis. Bandar Lampung.

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/viewFile/2258/1351 Redhana, Wayan.2014.Pengaruh Model Pembelajaran Seminar Socrates

Terhadap Hasil Belajar Siswa.Cakrawala Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan percakapan kritis matematis siswa kelas VII menggunakan metode Socrates dan

Hal ini sesuai dengan pen- dapat Yunarti (2011: 48 dan 14) bahwa seluruh percakapan yang dila- kukan oleh guru dan siswa dalam metode Socrates merupakan

Berdasarkan pe- maparan self-efficacy berpikir kritis I.25 pada pembelajaran Socrates Kontekstual dan hasil skala self- efficacy berpikir kritis siswa, dapat disimpulkan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerapan teknik dialog socrates dalam konseling kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII

Johnson dan Johnson (2002) menyatakan bahwa metode Socrates adalah metode pembelajar- an yang menerapkan proses tanya jawab antara guru dan siswa. Selama proses

Sampel yang digunakan 39 siswa dari total 47 siswa yang mengikuti pembelajaran, 8 siswa lainnya tidak dilibatkan dalam penelitian ini dikarenakan 6 siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam Pembelajaran Socrates Kontekstual selama tujuh pertemuan diperoleh bahwa secara umum indikator yang paling dimunculkan oleh

4 Berdasarkan hasil Anova dua jalur diperoleh bahwa tidak ada perbedaan pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara siswa yang memperoleh metode pembelajaran Socrates