• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTE"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1. Definisi

TB Paru adalah merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Brunner & Suddarth 2013).

TB Paru adalah sebagai suatu infeksi akibat Myobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat berfariasi, (Tabrani Rab 2013).

TB Paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mycobakterium tubercolasis. (Somatri, 2012)

Dari definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa TB paru suatu penyakit yang disebabkan infeksi Myobacterium Tuberculosis Complex yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru-paru dengan gejala yang sangat berfariasi.

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi sistem pernapasan

Fungsi pernapasan yang utama adalah sistem untuk pertukaran gas. Oleh karna itu anatomi maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini. Secara anatomi fungsi pernapasan ini dimulai dari hidung sampai ke paru-paru.

(2)

Sumber. Adam,2013. com

1) Saluran pernapasan bagian bawah

a) Trachea

(3)

mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trachea tetap terbuka.

b) Bronkus Utama (Main Bronchus)

Bronkus merupakan suatu struktur yang terdapat didalam mediastinum. Bronkus juga merupakan cabang dari trakea yang membentuk bronkus utama kiri dari bronkus utama kanan. Panjangnya kurang lebih 5cm, diameternya 11-19 cm dan luas penampungnya 3,2 cm. Percabangan dari trakea sebelum masuk ke mediastinum disebut dengan bifurkasi dan sudut tajam yang dibentuk oleh percabangan ini disebut karina. Karina ini penting di dalam bronkoskopi, yakni untuk menginterpretasikan berbagai kelainan didalam mediastinum, Karena membentuk sudut 20-30 derajat pada bronkus kiri dan sudut 20-30 derajat pada bronkus kiri dan sudut 20-30 derajat pada bronkus kiri dan sudut 45-55 derajat pada bronkus kanan.

c) Bronkiolus

(4)

Pada bagian dimana terjadi pertukaran gas, jarak antara udara alveolaris dengan udara dalam pembuluh kapiler adalah sekitar 0,35-2,5 mikron dimana pertukaran gas berlangsung secara cepat, yakni lebih kurang 0,5 detik. Antara dinding alveoli dengan sel-sel darah merah dipisahkan oleh membran basalis dari kapiler, sedangkan batas antara alvioli dengan dinding kapiler disebut dengan lapisan interstisial. Dinding alveoli pada beberapa tempat mengalami penepisin, dimana pada bagian ini ditemukan porus dari khon.

Sel yang meliputi sakus alveolaris dibagi atas dua tipe. pertama, sel yang mempunyai bentuk yang pipih disebut dengan pneumosit atau tipe 1(flat cell), dimana pada bagian ini terjadi pertukaran udara yang berlangsung secara efisien. Kedua sel yang mempunyai kuboid dan disebut dengan tipe II Ini dianggap sebagai sel yang membentuk surfaktan dan mudah mengalami proliferasi dengan membentuk sel tipe I.

Dengan demikian, fungsi dari sel tipe tipe II adalah mempertahankan tegangan permukaan dari alveoli, sedangkan sel tipe I berperan dalam pertukaran gas. Sel makrofag bebas ribus interstisial, dengan demikian sel ini didapat masuk ke alveoli dan menembus kapiler.

d) Alveoli

Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil dan merupakan akhiran dari Bronchiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan

(5)

Brocheolusrespiratorius, ductus alveolus dan pertukaran O2 dan CO2 diantara kapiler dan pulmonal. (Somantri,

2008)

e) Paru –paru

Paru-paru merupakan salah satu organ sistem pernafasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viselaris. Kedua paru-paru sangat lunak, elastis, sifatnya ringan dan terapung di dalam air, dan berada di dalam rongga thoraks. Paru-paru terletak di samping mediastinum dan melekat pada perantaraan radiks pulmonalis yang satu sama lainnya dipisahkan oleh jantung, pembuluh-pembuluh darah besar, dan struktur lain dalam mediastinum. Paru-paru dibagi menjadi dua bagian yaitu paru kanan yang terdiri dari tiga lobus dan paru-paru kiri terdiri dari dua lobus. Tiap-tiap lobus mempunyai beberapa segmen yaitu paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen yang terdiri dari lima pada lobus superior dan lima pada lobus inferior.

(6)

dinding dada sewaktu ada gesekan bernapas. (Syarifuddin, 2014).

f) Pleura

Pleura adalah suatu membrane serosa (serous membrane) yang halus dan membentuk suatu kantong tempat di mana terdapat dua paru, yaitu paru kiri dan paru kanan, yang tidak saling bersentuhan. Pleura mempunyai dua lapisan, yaitu permukaan paretelis dan merupakan viseralis.

Lapisan permukaan disebut pleura paretalis yang langsung berhubungan dengan paru-paru serta memasuki fisura paru-paru dan memisahkan lobus-lobus dari paru-paru. Lapisan dalam yang sering disebut pleura viseralis ini berhubungan dengan faiaendotorasika dan merupakan permukaan dalam dari dinding thoraks.sesuai dengan letaknya,pleura paretalis memiliku empat bagian sebagai berikut:

(1) Pleura kostalis, yaitu bagian pleura yang menghadap ke permukaan lengkung kosta dan otot-otot yang terdapat di antaranya. Bagian depan dari pleura kostalis mencapai sternum, sedangkan bagian belakangnya melewati iga-iga di sampai vertebra. Bigian ini merupakan bagian yang paling tebal dan paling kuatpada dinding thoraks.

(7)

seperti kubah, dan diperkuat oleh membran suprapleura.

(3) Pleura diafragmatika, yaitu bagian pleura yang berada di atas diafragma.

(4) Diafragma mediastinalis, yaitu bagian pleura yang meliputi permukaan lateral mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.

g) Sinus pleura

Tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara sempurna oleh paru-paru, baik ke arah bawah maupun depan. Kavum pleura hanya dibentuk oleh lapisan pleura paretalis, sehingga rongga ini disebut sinus pleura (recessus pleura). Pada waktu inspirasi bagian paru-paru ini akan memasuki sinus. Sebaliknya, pada waktu ekspirasi, bagian ini akan ditarik lagi dari rongga tersebut. Sinus pleura terdiri dari dua bagian, yaitu:

(1) Sinus kostamediastinal, yang terbentuk pada pertemuan pleura mediastinalis dengan pleura kostalis. Pada waktu inspirasi sinus ini hampir semua terisi oleh paru-paru.

(2) Sinus fenikokostalis,yang terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika dengan dengan pleura kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam,bagian ini belum dapat diisi akibat pengembangan paru-paru.

(8)

Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru, proses pernafasan tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu. 1) Ventilasi

Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif dimana otot-otot interkosta eksterna relaksasi, dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, dan udara terdorong keluar.

2) Difusi

Difusi gas darah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau

partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearea yang bertekanan rendah. Difusi gas yang melalui membrane pernafasan yang dipengaruhi oleh faktor ketebalan membrane, luas permukaan membrane, komposisi membrane, kosifiensi difusi O2 dan CO2 serta perbedaan gas

O2 dan CO2 dalam difusi gas, ini pernapasan yang berperan

penting yaitu alveoli dan darah. 3) Transportasi gas

Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke dari paru dengan bantuan darah, aliran masuknya O2 ke

(9)

3. Etiologi

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil myobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Struktur kuman ini terdiri atas lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam, serta dari berbagai gangguan kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan berada diudara kering dan keadaan dingin, karena sifatnya yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini juga bersifat aerob.

Tuberkulosis paru merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang vital. Basil Mykobacterium masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli dan terjadilah infeksi primer. Kemudian di kelenjar getah bening terjadilah primer kompleks yang disebut tuberculosis primer. Dalam sebagian kasus, bagian yang terinfeksi ini dapat mengalami penyembuhan. Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil Myobacterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, post primer tuberculosis (reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang disebabkan oleh penularan ulang.

(10)

Faktor-faktor penyebab lain dari TuberculosisParu. a. Faktor pendukung

- Umur

- Laki-laki > Perempuan b. Faktor Pencetus

- Sosial ekonomi rendah - Lingkungan

- Infeksi

- Imun Menurun.

4. Patofisiologi

Seseorang yang dicurigai menghirup basil mycobakterium tuberkolosis akan menjadi tirenfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas).

(11)

caseosa). Setelah ini akan terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan kologen. Bakteri menjadi non aktif.

Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ulserasi pada ghon tubercle dan akhirnya menjadi perkijauan. Tuberkel yang ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan bronkopnemoni, pembentukan tuberkel, dan seterusnya. pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respons berbedah dan akhirnya membentuk suatu kapsul Yang dikelilingi oleh tuberkel (dr.Taufan Nugroho 2011).

5. Manifestasi Klinik

Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau tanpa keluhan sama sekali, keluhan yang terbanyak adalah :

a. Batuk ≥ 2 minggu

(12)

peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding broncus.

b. Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oc. serangan

demam pertama dapat sembuh kembali, begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga penderita merasa tidak pernah terbatas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

c. Batuk darah.

Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah. Darah segar dalam jumlah yang sangat banyak (profus). Batuk darah jarang yang merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberculosis atau inisial symptom karena batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekspansi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas.

d. Batuk Dahak

Batuk dahak awalnya bersifat mukolat dan keluar dalam jumlah yang sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen/ kuning atau kuning hijau sampai purulen kemudian berubah menjadi kental bila sesudah terjadi penghijauan atau pelunakan jaringan berbau busuk, kecuali bila ada infeksi aerob.

e. Sesak nafas

(13)

sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

f. Malaise

Gejala malaise sering ditemukan berupa : anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan mungkin kurus, (BB turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat malam, gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang secara tidak teratur. g. Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri ada timbul bila infiltrasinya radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau tanpa keluhan sama sekali, keluhan yang terbanyak adalah

Biasanya subfebs 6. Test diagnostik

a. Pemeriksaan Foto Thoraks

Pemeriksaan standar ialah foto thoraks, Pada pemeriksaan foto thoraks TB Paru dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk. Gambaran radiologi yang dapat dicurigai sebagai lesi TB Paru aktif adalah: bayangan berawan, bayangan bercak milier, efusi pleura.

b. Pemeriksaan laboratorium 1) Darah.

(14)

jumlah leukosit yang sedikit meninggi, jumlah limfosit masih dibawah normal dan laju endap darah akan meningkat. 2) Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena akan ditemukan kuman BTA positif diagnosa tuberculosis sudah dapat dipastikan. Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk sputum, terutama penderita yang tidak batuk atau yang batuk tetapi non produktif.

c. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran khas yang biasa ditemukan yaitu lesi pada lapangan atas paru bercak berawan dan terdapat kavitas tunggal atau primer.

7. Penatalaksanaan medik a. Obat anti TB (OAT)

OAT harus diberikan didalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisil antara lain:

1) Isoniazid Memiliki efek bakterisidal padamikrobakterial yang tumbuh cepat selama awal masa pengobatan.

Dosis :

a) Harian 300mg PO atau IM (10-20mg/ kg BB) b) Dua kali/ minggu: 15mg/ kg BB PO atau IM

(15)

Merupakan satu-satunya obat anti tuberculosis yang dapat mengeliminasi basil semi-dorman yang menunjukkan gejolak-gejolak metabolisme selama beberapa jam.

Dosis :

a) Harian 600 mg PO atau IM (10-20 mg/ kg BB) b) Dua kali/ minggu 600 mg PO

Efek samping utama dari penggunaan obat ini adalah gangguan saluran pencernaan (anoreksia, mual, muntah, diare), hepatitis dan penekanan kekebalan.

3) Ethambutol hidroklida.

Adalah suatu kemoterapeutik oral yang efektif terhadap mikroorganisme dari jenis mikrobacterium termasuk microtuberculosis. Etambutol tuberculostatic dengan mekanisme kerja menghambat sintesa RNA.

Dosis :

a) Harian 15-25mg/ kg BB PO b) Dua kali/ minggu 500mg/ kg BB

Efek samping utama dari penggunaan obat ini adalah neuritis optikal (reversible bila obat segera dihentikan) ruam pada kulit.

4) Pirazinamid.

Bekerja hanya pada PH 5,5 atau kurang, dan efektif dalam mengeliminasi hasil yang berkembang lambat pada lingkungan intra maupun ekstra selular yang bersuasana asam.

Dosis :

a) Harian 2gr (PO 15-30mg/ kg BB) b) Dua kali/ minggu 50-70mg/ kg BB

(16)

b. Directly observed Treatment Shortt Course (DOTS)

Merupakan strategi yang dilaksanakan dipelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB. Strategi ini terdiri dari 5 komponen yaitu:

1) Dukungan politik para pimpinan wilayah disetiap jenjang sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan pun akan tersedia.

2) Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara aktif.

3) Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan pasien minum obatnya dan diharapkan sembuh pada akhir masa pengobatan.

4) Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari system surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.

5) Paduan obat anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat, sehingga penting untuk keberhasilan pengobatan.(dr Taufan Nugroho 2011)

8. Komplikasi

Apabila penyakit ini berkembang akan terjadi peradangan lebih lanjut maka akan timbul komplikasi, antara lain :

a. Pleuritis eksudatif

(17)

sebanyak mungkin untuk menghindari terjadinya schwarte dikemudian hari.

b. TB larings

Pada setiap kali dahak yang mengandung basil TB dikeluarkan melalui laring. Basil akan tersangkut di laring maka akan menimbulkan TB ditempat tersebut.

c. Hemoptysis (batuk darah)

Proses nekrosis yang terajadi pada TB paru akan mengenai pembuluh darah dan besar kemungkinan penderita mengalami batuk darah, yang dapat bervariasi dan jarang sekali sampai sering atau hamper setiap hari. Variasi lainnya adalah jumlah darah yang dibutuhkan mulai dari sangat sedikit (garis darah pada sputum) sampai banyak sekali (profus) tergantung pada pembuluh darah yang terkena.

d. Abses paru

Infeksi sekunder yang mengenai nekrosis itu langsung, sehingga akan terjadi abses paru.

e. Emphysema

Infeksi sekunder yang mengenai cairan eksudet, pada pleuritis eksudatif akan mengakibatkan terjadinya emphysema, TB dari kavitas yang memecah mengeluarkan efusi nanah.

f. Pneumothoraks

(18)

Makin parah dekstrusi paru dan makin luas proses fibrotic di paru, resistensi perifer dalam paru akan makin meningkat. Resistensi ini akan menjadi beban bagi jantung kanan, sehingga akan terjadi hipertrofi, dan kalau hal ini berlanjut terus akan terjadi pula dilatasi ventrikel kanan dan berakhir dengan payah jantung kanan. Kelainan jantung karena kelainan paru disebut cor pulmonal.

h. Efusi pleura

Akibat adanya penumpukan eksudet didalam alveoli yang berdekatan dengan pleura menyebabkan peradangan pada pleura sehingga proses pembentukan cairan pleura tidak seimbang dengan penyerapan akibat adanya infeksi.

i. Meningitis

Focus tuberkel yang berlokasi dipermukaan otak yang berdekatan dengan ruang sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai “Focus Rich”. Reaktivasi dan ruptur dari focus rich akan menyebabkan pelepasan basil tuberculosis dan antigennya kedalam ruang sub arakhnoid atau system ventrikel, sehingga terjadi meningitis tuberculosis.(Muhammad ardiansyah 2012).

B. Konsep Asuhan Keperawatan. 1. Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

DS : Riwayat keluarga TB, riwayat TB paru sebelumnya, riwayat pengobatan TB paru sebelumnya, riwayat pekerjaan seperti jenis pekerjaan, tempat, waktu dan jumlah penghasilan.

(19)

b. Pola nutrisi dan metabolik.

DS : Kehilangan nafsu makan, pelaporan penurunan berat badan, penurunan kemampuan dalam mencerna.

DO : Turgor kulit tidak elastis, kulit kering, bersisik, kehilangan fungsi otot, dan penurunan BB.

c. Pola eliminasi

DS : Berkeringat malam hari, konstipasi, diare. DO : Warna urin kuning.

d. Pola aktifitas dan latihan

DS : Kelemahan umum, kelelehan, batuk produktif, nyeri dada, nafas pendek karena adanya nyeri.

DO : Takikardi, takipnea/ dyspnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut) peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas) pengembangan paru tidak simetris, perkusi : pekak, bunyi nafas tubuler, dan bisikan puctural diatas lesi luas knekles tercatat diatas apeks paru, dan karakteristik sputum hijau/ purulent.

e. Pola tidur dan istirahat

DS : kesulitan tidur pada malam hari, demam pada malam hari, menggigil dan mimpi buruk.

DO : Gelisah, banyak menguap, tampak palpebrae inferior berwarna gelap.

f. Pola persepsi sensori dan kognitif

DS : batu produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat atau terpapar dengan individu yang terinfeksi.

DO : Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan pernafasan tidak simetris.

g. Pola persepsi dan konsep diri

(20)

DO : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah tersinggung. h. Pola peran dan hubungan dengan sesama.

DS : Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular. DO : Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau

perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran. i. Pola reproduksi dan seksualitas

DS : Keluhan umum, kelemahan, masalah seksualitas yang berhubungan dengan penyakitnya.

DO : Perilaku distraksi, gelisah, kelelahan otot, penurunan libido, perilaku seksual yang menyimpang.

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

DS : Adanya factor stress yang lama, perasaan tidak berdaya, masalah keuangan/ rumah, populasi biaya teknik.

DO : Menyangkal, ansietas, ketakutan, mudah terangsang, perubahan mental, rentang perubahan menurun.

k. Pola system dan nilai kepercayaan

DS : Tekanan spiritual yang dialami sehubungan dengan penyakitnya.

DO :Tampak melakukan ibadah,alat doa tersedia.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan etiologi yang ada, maka diagnosa keperawatan yang diangkat pada pasien tuberculosis paru adalah:

(21)

b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ansietas, posisi tubuh, deformitas tulang, deformitas dinding dada, keletihan, hiperventilasi, gangguan muskuloskeletal. c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran elveolar- kapiler, ventilasi-perfusi.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan, anoreksia.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, imobolitas, gaya hidup monoton.

f. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogen, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (gangguan peristalsis, kerusakan integritas kulit), malnutrisi.

3. Intervensi keperawatan.

a. Ketidakefektifan bersihkan jalan nafas berhubungan dengan lingkungan (merokok, perokok pasif, menghisap asap), obstruksi jalan napas (spasme jalan napas, mukus dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam alveoli, materi asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan, sekresi dalam bronki), fisiologis (jalan napas alergik, asma, penyakit paru obstruksi kronis, merokok, infeksi)

(22)

1) Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan irama, dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori..

R/: Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelectasis. 2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/ batuk

efektif, catat karakter jumlah sputum, adanya hemoptysis R/: Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal, sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitas) paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/ intervensi lanjut.

3) Berikan pasien posisi semi fowler tinggi.

R/: Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.

4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea pengisapan sesuai keperluan.

R/: Mencegah obstruksi/ aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan secret. 5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500ml/ hari kecuali

kontra indikasi.

R/: Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan. 6) Kolaborasi pemberian obat OAT, agen mukolitik,

bronkodilator, kortikosteroid.

R/: OAT pengobatan tubercolusis yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3) bulan dan fase lanjutan (4-7) bulan. Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengkapan sekret paru.

(23)

HYD: Menunjukan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih.

Intervensi:

1) Kaji frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan,dan ekspansi paru, catat upaya pernapasan.

R/: Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas, kedalaman pernapasan berfariasi tergantung derajat gagal napas.

2) Auskultasi bunyi nafas

R/: Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru, atau seluruh area paru (unilateral).

3) Berikan posisi fowler/ semi fowler tinggi dan miring pada sisi yang sakit, bantu klien latihan nafas dalam dan batuk efektif. R/: Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas.

4) Obserfasi pola batuk dan karakter sekret.

R/: Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/ iritasi, sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau antikoagulan berlebihan.

5) Dorong/ bantu pasien untuk tarik napas dalam dan latihan batuk

R/: Dapat meningkatkan/ banyaknya spuntum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.

6) Kolaborasi siapkan untuk bantu bronkoskopi.

R/: Kadang-kadang berguna untuk membuang bekuan darah dan membersihkan jalan napas.

(24)

HYD: Tidak adanya penurunan dispnea, menunjukkan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang normal

Intervensi:

1) Kaji dispnea, takipnea, bunyi nafas, peningkatan upaya pernapasan ekspansi thoraks dan kelemahan.

R/: TB baru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneumonia sampai inflamasi difusi yang luas, nekrosis, efusi pleura dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap pernapasan bervariasi dari gejala ringan, dispnea berat sampai distress pernapasan.

2) Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

R/: Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh.

3) Tunjukkan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi paru khususnya untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru.

R/: Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps/ penyempitan jalan napas sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan mengurangi napas pendek.

4) Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien

(25)

5) Kolaborasi pemeriksaan GDA, pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan yang sesuai.

R/: Pemeriksaan GDA dengan adanya penurunan kadar O2

(PaO2) dan atau saturasi dan peningkatan PaCO2

menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/ perubahan program terapi. Pemberian oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan ventilasi/ menurunnya permukaan alveolar paru.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien, ketidakmampuan untuk menelan, anoreksia.

HYD: Nutrisi klien dapat kembali terpenuhi. Intervensi:

1) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/ muntah atau diare.

R/: Berguna dalam mendefenisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.

2) Observasi intake dan output pasien

R/: Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan cairan. 3) Timbang berat badan setiap 3 hari.

R/: Mengetahui keefektifan nutrisi.

(26)

R/: Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/ Kebutuhan energi dari makan-makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.

5) Anjurkan keluarga memberikan makanan yang sesuai kesukaan pasien bila tidak ada kontradikasinya untuk penyakit pasien.

R/: Mendorong dan meningkatkan nafsu makan. 6) Berikan perawatan oral setiap hari

R/: Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.

R/: Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien.

e. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, imobilitas, gaya hidup monoton

HYD: Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tidak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi:

1) Jelaskan aktivitas dan catat laporan dispnea kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas

R/: Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

(27)

R/: Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

R/: Pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.

R/: Pasien mungkin dengan kepala tinggi, tidur dikursi, atau menunduk kedepan meja atau bantal.

5) Bantu aktivitas perawaan diriyag diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. R/: Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

f. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan penyakit kronis,(DM, obesita) pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan pathogen, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (gangguan peritalsis, kerusakan integritas kulit), malnutrisi.

HYD: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko penyebaran infeksi dan menunjukkan teknik/ melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi:

(28)

R/: Membantu pasien menyadari/ menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah penyakit berulang komplikasi.

2) Identifikasi orang lain yang beresiko. Contoh anggota keluarga dan teman.

R/: Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/ terjadinya infeksi.

3) Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah.

R/: Perilaku yang diperlukan untuk mencagah penyebaran infeksi.

4) Identifikasi faktor risiko individu terhadap penyakit berulang tuberculosis.

R/: Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup.

5) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

R/: Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit sedang, risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan. 6) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang

penyebaran dan pencegahan penyakit.

R/: Pasien dapat mengurangi potensial penyebaran penyakit.

4. Perencanaan pulang (Discharge planning)

(29)

b. Menganjurkan pasien untuk menghindari aktifitas yang melelahkan selama berada di rumah.

c. Menganjurkan pasien untuk terapi obat-obatan secara teratur dan tuntas tidak terputus-putus.

d. Jelaskan kepada keluarga dan pasien tentang prosedur pengendalian infeksi seperi tidak membuang ludah di sembarang tempat dan cara membuang tissue basah yang baik serta mencuci tangan.

e. Menganjurkan kepada keluarga untuk selalu kontrol ke dokter. f. Menganjurkan kepada keluarga untuk memperhatikan pola

makan pasien agar makan secara teratur 3 kali sehari dengan gizi yang tinggi (tinggi kalori tinggi protein).

g. Berikan dorongan atau dukungan kepada pasien dalam menjalani pengobatan

(30)

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC

Doenges, E. M., (2000). Rencana Auhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Heather. H. T, (2012), Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014, Jakarta: EGC

Mboi. N, (2013), Jumlah Penyakit Tuberkulosis Di Indonesia Sangat Tinggi, avalaible at www.poskotanews.com diakses tanggal 3 April 2015

Medison, I., (2007). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Edisi 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Muttaqin, A., (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Naisyah, A. T. A., (2014). Profil Kesehatan Kota Makassar. Akses 16 Mei 2015. Pkl 22.00 Wita. Jurnal

Nazar, (2014). Tuberculosis Paru. http://www.infeksi.com. Akses 15 April 2015

Soemantri, I., (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Soemantri, I., (2008), Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Susilayanti, S., (2012). Dr. Pusat Informasi Penyakit Infeksi-Penyakit Tuberkulosis, http//:www. Infeksi. com

Syaifuddin, H., (2014). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi ( correlation study ) untuk menggambarkan hubungan antara variabel bebas yakni karakteristik dan pengetahuan tentang

Kedua, perubahan status permodalan Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing menjadi Perseroan Terbatas Penanaman Modal Dalam Negeri tidak diatur dalam peraturan manapun

Setelah Wajib Pajak UMKM selesai menghitung besaran uang tebusan dan telah memiliki bayangan nominalnya, maka langkah selanjutnya adalah mengisi lampiran lembar "surat

Warga Serdang Peringati Hari Pahlawan BAJAJ MOTOR DICARI Motor MOTOR KREDIT HONDA Iklan Baris Iklan Baris Motor Dijual.. UMAR BELI DG HRG TNG Ssuai Knds Sgl Jns Mtr Djmpt

Sistem pendinginan tidak langsung dapat menggunakan sirkulasi alam (thermosyphon) atau sirkulasi paksa pada air. Dalam thermosyphon tersebut, fenomena perubahan

The features of digital library software include: support for different document types and formats, metadata support, online/batch content updating, indexing and storage, search

Mempelajari Kadar Mineral dan Logam Berat pada Komoditi Sayuran Segar di beberapa Pasar di Bogor.. Fakultas Teknologi

dalam G-30-S/PKI. Hal- hal diatas harus menjadi dasar kebijakan seleksi.. penerimaan karyawan baru bagi setiap organisasi dan perusahaan. Job specification. Dalam