• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulag

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulag"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulaga di Provinsi Bali

Raisa Khoiriana

Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetaahuan Alam Universitas Indonesia

Depok, Indonesia raisakhoiriana@ymail.com

Abstrak. Kapulaga (Amomum cardomomum) merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di beberapa tempat di Indonesia, khususnya di Provinsi Bali. Karena Bali merupakan destinasi liburan sempurna dan rehat sejenak dari kepenatan aktivitas perkotaan. Beragam kegiatan bisa dilakukan, salah satunya adalah meremajakan dan memanjakan tubuh dengan perawatan tubuh dan kesehatan tradisional khas Bali, yaitu boreh. Dan kapulga adalah bahan utama dari pembuatan boreh itu sendiri. Untuk memperluasnya dibutuhkan suatu analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) sehingga dapat diketahui wilayah yang paling sesuai untuk ditanami kapulaga di Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan analisis overlay dengan variabel ketinggian, suhu, curah hujan, dan ordo tanah, yang pada akhirnya akan menghasilkan Peta Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulaga di Provinsi Bali.

Keywords: Analisis spasial, Kapulaga, Provinsi Bali, SIG.

1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat menimbulkan masalah yang kompleks, akhir-akhir ini. Peningkatan jumlah penduduk diikuti oleh peningkatan kebutuhan pangan, sandang, obat-obatan, perumahan dan lain-lain [1]. Salah satunya adalah tanaman kapulaga yang berfungsi sebagai obat-obatan (jamu), rempah-rempah, dan pengharum nafas.

Tanaman kapulaga di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu jenis lokal (Amomum cardomomum) dan kapulaga sabrang (Elettaria cardomomum) yang berasal dari India. Kapulaga merupakan tanaman herbal yang membentuk rumpun seperti tumbuhan jahe yang ketinggiannya dapat mencapai 2 - 3 m. Kapulaga lokal merupakan tanaman dataran rendah yang dapat tumbuh dengan baik di ketinggian mulai dari 0 - 700 mdpl. Sedangkan, kapulaga sabrang dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi mulai dari 700 - 1.500 mdpl [2].

Provinsi Bali merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang memanjang dari barat ke timur. Di antara pegunungan itu terdapat gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Agung (3.142 mdpl) dan Gunung Batur (1.717 mdpl). Beberapa gunung yang tidak aktif lainnya mencapai ketinggian antara 1.000 - 2.000 mdpl. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Pulau Bali sebagian besar terdiri atas lahan dengan kemiringan antara 0 - 2 % sampai dengan 15 - 40 %. Selebihnya adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %. [3].

Bali merupakan surganya liburan sempurna dan rehat sejenak dari kepenatan aktivitas perkotaan. Beragam kegiatan bisa dilakukan, salah satunya adalah meremajakan dan memanjakan tubuh dengan perawatan tubuh dan kesehatan tradisional khas Bali, yaitu boreh. Istilah boreh sendiri sebenarnya mengacu pada ramuan herbal yang digunakan untuk melulur dengan dioleskan atau meboreh. Bahan-bahan yang digunakan diantaranya kapulaga, kayu manis, cabai, kelapa parut, jahe, lengkuas, bubuk cendana, cengkeh, biji ketumbar, kunyit, dan masih banyak lagi. Bahan utama dari boreh sendiri adalah kapulaga [4].

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Dimana saja wilayah yang sesuai untuk menanam kapulga di Provinsi Bali sehingga dapat memperluas penanaman kapulaga?

1.3 Tujuan

(2)

1.4 Batasan Penelitian

Batasan pada penelitian ini adalah batas administrasi tanaman kapulaga di Provinsi Bali. Batasan materi yang dikaji adalah variabel yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian lahan tanaman kapulaga, yaitu ketinggian, suhu, curah hujan, dan ordo tanah.

2

Tinjauan Pustaka

2.1 Gambaran Umum Provinsi Bali

Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur.

Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Bali

 Sebelah Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)  Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

 Sebelah Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 km2 dengan panjang pantai mencapai 529 km [3].

2.2 Pengertian Lahan

Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang (FAO. 1975, dalam Arsyad, 1989) [6]. Dari pengertian lahan diatas jelas bahwa lahan merupakan bentang alam yang berupa geosfer maupun atmosfer yang membentuk suatu satuan dan saling mempengaruhi.

2.3 Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. FAO (1976) mengusulkan untuk negara–negara berkembang sangat bermanfaat dan disarankan adanya pemisahan antara kesesuaian lahan sekarang (Current Suitability) dan kesesuaian lahan potensial (Potensial Suitability) [7]. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai. Kesesuaian lahan potensial menunjukan kesesuaian penggunaan lahan pada satuan lahan setelah adanya perbaikan kualitas lahan. Dalam hal ini perlu dilakukan analisis secara rinci dari aspek sosial ekonomis untuk menduga biaya dan hasil yang akan diperoleh.

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976 dalam Rayes (2007) adalah terdiri dari 4 kategori sebagai berikut [8]:

1. Ordo (Order)

Ordo dapat menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum. Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo dibedakan menjadi Ordo S (sesuai) dan Ordo N (tidak sesuai).

(3)

Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu Ordo. Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka yang ditulis dibelakang simbol Ordo yang menggambarkan tingkatan kelas yang semakin menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas yang dianjurkan adalah sebanyak 3 kelas dalam Ordo S, yaitu S1(Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marginal) dan 2 kelas dalam Ordo N yaitu N1 (Tidak Sesuai Saat Ini), dan N2 (Tidak Sesuai Selamanya).

3. Sub-Kelas

Sub-Kelas menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.

4. Satuan (Unit)

Satuan menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

2.4 Kapulaga

Kapulaga merupakan tanaman herbal yang membentuk rumpun seperti tumbuhan jahe yang ketinggiannya dapat mencapai 2 - 3 m. Tanaman kapulaga di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu jenis lokal (Amomum cardomomum) dan kapulaga sabrang (Elettaria cardomomum) yang berasal dari India.

Buah kapulaga berbentuk bulat telur, berbulu, dan berwarna kuning kelabu. Buahnya berkumpul dalam tandan kecil dan pendek. Bila masak, buahnya akan pecah dan membelah berdasarkan ruang-ruangnya. Di dalamnya terdapat biji yang berbentuk bulat telur memanjang. Biji, akar, dan batang dari tanaman kapulaga dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar obat-obatan, antara lain: sebagai obat batuk, pengharum nafas, dan mencegah keropos tulang. Hasil panen kapulaga dapat dijual dalam kondisi basah maupun kering. Kapulaga ini paling mudah dijual kepada penampung dengan kisaran harga jual yang basah Rp. 8.000/kg, sedangkan yang kering Rp. 40.000/kg [2].

2.5 Syarat Tumbuh Tanaman Kapulaga

Tanaman kapulaga tidak dapat tumbuh dan dibudidayakan di sembarang tempat. Tanaman kapulaga memiliki persyaratan-persyaratan tertentu, terutama persyaratan ekologi (lingkungan). Lingkungan yang harus diperhatikan untuk budi daya kapulaga yaitu tanah yang meliputi aspek fisik maupun kimia, dan iklim yang meliputi ketinggian tempat, suhu udara, angin, curah hujan, intensitas sinar matahari, dan kelembaban nisbi.

Ketinggian

Tanaman kapulaga lokal merupakan tanaman dataran rendah yang dapat tumbuh dengan baik di ketinggian mulai dari 0 - 700 mdpl. Sedangkan, kapulaga sabrang dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi mulai dari 700 - 1.500 mdpl [2].

Suhu

Suhu rata-rata yang dikehendaki berkisar antara 20 - 30oC, sedangkan di dataran rendah dengan pohon pelindung yang cukup rimbun suhunya 23 - 30oC. Intensitas cahaya yang baik untuk pertumbuhan kapulaga berkisar 30 - 70 persen [5].

Curah Hujan

Kapulaga tumbuh baik pada daerah-daerah yang bertipe iklim A, B, dan C (sistem schidt dan ferguson). Curah hujan optimal 2.500 - 4.000 mm per tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi berpengaruh buruk sehingga tangkai bunganya pendek dan bunga banyak yang busuk. Musim kemarau yang panjang mengakibatkan pembentukan anakan sedikit, sehingga bunga yang dihasilkan berkurang. Pada daerah dengan rata-rata curah hujan 2.500 per tahun diperlukan 136 hari hujan per tahun dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan, bulan basah 8 bulan dan bulan lembab 1,5 bulan [5].

Jenis Tanah

(4)

pertumbuhan kapulaga lokal atau sabrang adalah latosol, andosol, alluvial, podsolik merah kuning dan mediteran. Tanaman ini tidak menyukai air yang tergenang, bahan organik tanah harus tinggi dan berdrainase baik dengan pH 5,6 - 6,8 [5]. Data jenis tanah yang tidak bisa didapatkan diklasifikasikan kedalam ordo tanah (lihat pada Tabel 1.) [9].

3

Metodologi

3.1 Kajian Literatur

Sebelum menganalisis wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga diperlukan kajian literatur yang bersumber dari jurnal maupun penelitian-penelitian terdahulu. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah menentukan variabel-variabel yang digunakan dalam analisis wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga.

3.2 Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian yang dijadikan tempat untuk menganalisis wilayah kesesuaian tanaman kapulaga adalah Provinsi Bali.

3.3 Variabel Penelitian

(5)

3.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk menganalisis wilayah kesesuain lahan tanaman kapulaga merupakan data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung, yaitu dari instansi terkait atau situs resmi instansi terkait. Data tersebut meliputi:

• Peta Administrasi Provinsi Bali yang dapat diperoleh dari Bakosurtanal atau sekarang disebut dengan Badan Informasi Geospasial (BIG).

• Citra SRTM Provinsi Bali untuk mendapatkan data ketinggian

• Data raster suhu dan curah hujan didapatkan dari BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika)

• Data ordo tanah yang dapat diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).

3.5 Pengolahan Data

Semua data yang telah diperoleh selanjutnya akan disusun dan diolah dalam sistem data yang berbasis sistem informasi geografi menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.1, dimana semua data tersebut akan diinformasikan melalui visualisasi peta yang mengandung informasi database spasial. Proses pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut.

Pembuatan Peta Tematik. Peta tematik yang dibutuhkan untuk analisis wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga meliputi:

• Peta Administrasi dibuat dari hasil digitasi wilayah Provinsi Bali. • Peta Ketinggian diolah menggunakan Citra SRTM Provinsi Bali. • Peta Suhu diolah menggunakan data raster Provinsi Bali.

• Peta Curah Hujan Rata-Rata Tahunan diolah menggunakan data raster Provinsi Bali. • Peta Ordo Tanah diolah menggunakan data dari BPN.

Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Tahapan selanjutnya untuk melakukan analisis wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga adalah membuat klasifikasi kesesuaian lahan pada setiap variabel. Klasifikasi tersebut dibagi menjadi dua kelas wilayah kesesuaian, yaitu sesuai dan tidak sesuai.

a Variabel Ketinggian

Ketinggian diklasifikasikan menjadi dua. Berdasarkan tingkat kesuaiannya ketinggian untuk kapulaga lokal 0 - 700 mdpl sesuai, lebih dari 700 mdpl tidak sesuai; dan untuk kapulaga sabrang ketinggian 700 - 1.500 mdpl sesuai, lebih dari 1.500 mdpl tidak sesuai [2].

b Variabel Suhu

Berdasarkan sebaran suhu yang terdapat di Provinsi Bali maka dibuatlah kelas-kelas suhu menjadi dua, yakni suhu yang sesuai berada pada rentang 20oC - 30oC dan tidak sesuai berada pada rentang suhu kurang dari 20oC dan lebih dari 30oC [5].

c Variabel Curah Hujan

Berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan diklasifikasikan menjadi dua kategori, yakni kategori sesuai terdapat pada wilayah yang memiliki curah hujan sebesar 2.500 - 4.000 mm/tahun, sedangkan yang tidak sesuai yaitu wilayah yang memiliki curah hujan sebesar kurang dari 2.500 mm/tahun dan lebih dari 4.000 mm/tahun [5].

d Variabel Ordo Tanah

(6)

Tabel 2. Matriks Wilayah Kesesuian Tanaman Kapulaga

Variabel SesuaiKeteranganTidak Sesuai

Ketinggian (mdpl) 700 – 1.5000 – 700 >1.500

Suhu (oC) 20 – 30 <20

>30 Curah Hujan

(mm/tahun) 2.500 – 4.000 <2.500>4.000 Ordo Tanah ultisol, dan vertisolentisol, inseptisol,

-3.6 Analisis Data

Analisis yang digunakan untuk menentukan wilayah kesuaian lahan tanaman kapulaga adalah dengan menggunakan metode analisis overlay. Setelah melakukan overlay maka dimasukkan query untuk menghasilkan peta wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga sesuai dengan klasifikasi yang telah dibuat. Proses untuk melakukan analisis adalah sebagai berikut.

Model Builder. Model Builder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Model Builder

Modelling GIS. Modelling GIS dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

SRTM Data Suhu Data Curah Hujan Data Ordo Tanah

Reclassif

y Reclassify Reclassify

Peta Ketinggian Peta Suhu Peta Curah Hujan Peta Ordo Tanah

Overla y

Peta K­S­CH­T

Query

(7)

Gambar 2. Modelling GIS

Query. Query yang dimasukan agar dihasilkan peta wilayah kesesuaian lahan adalah sebagai berikut:

Sesuai

"tinggi" = '0 – 700' OR "tinggi" = '700 – 1.500' AND "CH" = '>2.500' AND "Suhu" = '20 – 25' OR "Suhu" = '>25' AND "ORDODOMI" = 'Entisols' OR "ORDODOMI" = 'Inceptisols' OR "ORDODOMI" = 'Ultisols' OR "ORDODOMI" = 'Vertisols'

Tidak sesuai

"tinggi" = '>1.500' AND "CH" = '<1.500' OR "CH" = '1.500 – 2.000' OR "CH" = '2.000 – 2.500' AND "Suhu" = '<15' OR "Suhu" = '15 – 20' AND "ORDODOMI" = 'Andisols' OR "ORDODOMI" = 'Mollisols'

4

Hasil dan Pembahasan

4.1 Variabel

a Ketinggian

Dari hasil pengolahan Citra SRTM Provinsi Bali diperoleh hasil berupa Peta Ketinggian seperti yang terlihat pada Peta 2. Klasifikasi ketinggian yang ada di peta tersebut adalah ketinggian 0 – 700 mdpl, 700 – 1.500 mdpl, >1.500 mdpl. Sebagian besar Provinsi Bali memiliki ketinggian 0 – 700 mdpl dan 700 – 1.500 mdpl, dimana ketinggian tersebut sesuai untuk penanaman kapulaga, dan memiliki luas sebesar 2740,62678 km2.

b Suhu

Peta Suhu Provinsi Bali diolah dari data raster sehingga menghasilkan Peta 3. Peta Suhu diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu <15ºC, 15 – 20oC, 20ºC – 25oC, dan >25 ºC. Berdasarkan Peta 3 diketahui bahwa Provinsi Bali sebagian besar memiliki suhu 20oC – 25oC, dimana suhu tersebut sesuai untuk penanaman kapulaga. Hanya sedikit sekali di Provinsi Bali yang memiliki suhu <15ºC. Hal itu dikarenakan wilayah tersebut merupakan bagian dari Gunung Agung yang memiliki suhu rendah sehingga tidak sesuai untuk penanaman kapulaga.

c Curah Hujan

Peta Curah Hujan Provinsi Bali diolah dari data raster sehingga menghasilkan Peta 4. Peta Curah hujan diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu <1.500 mm/thn, 1.500 – 2.000 mm/thn, 2.000 – 2.500 mm/thn, dan >2.500 mm/thn. Berdasarkan Peta 4 diketahui bahwa Provinsi Bali sebagian besar memiliki curah hujan 2.000 – 2.500 mm/thn, dimana curah hujan tersebut tidak sesuai untuk penanaman kapulaga. Hanya sebagian kecil di Provinsi bali yang memiliki curah hujan >2.500 mm/thn.

d Ordo Tanah

Ordo tanah merupakan satu dari enam kategori dalam sistem klasifikasi Soil Taxonomy

(USDA, 1975). Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975. Berdasarkan Peta 5 di Provinsi Bali hanya terdapat enam ordo tanah yaitu Andisol, Entisol, Inseptisol, Mollisol, Ultisol, dan Vertisol. Dimana Entisol, Inseptisol, Ultisol, dan Vertisol sesuai untuk penanaman kapulaga. Sedangkan Andisol dan Mollisol tidak sesuai untuk penanaman kapulaga.

4.2 Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulaga

Berdasarkan hasil overlay dan query keempat variabel yang terdiri dari ketinggian, suhu, curah hujan dan ordo tanah maka dihasilkan Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulaga seperti yang terlihat pada Peta 6. Dengan melihat Peta 6 dapat diketahui persebaran wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga dan mengetahui berapa luasannya.

(8)

Table 3. Luasan Area Wilayah Kesesuaian Lahan

Klasifikasi Kesesuaian Luas (km2) Kabupaten

Sesuai 2740.62678 Gianyar, Karang Asem, Buleleng,Sebagian besar Tabanan, Badung, Jembrana

Tidak Sesuai 2893.77322 Sebagian besar Denpasar, Klungkung,Bangli

Gambar 3. Persentase Luas Wilayah kesesuaian Lahan

Seperti yang terlihat pada Tabel 3, dapat dikatakan bahwa sebagian besar kabupaten di Provinsi Bali dapat dijadikan sebagai lahan perluasan penanaman kapulaga. Hanya sedikit sekali wilayah yang tidak sesuai untuk penanaman kapulaga yaitu di Kabupaten Denpasar, Klungkung dan Bangli. Hal itu dikarenakan wilayah tersebut memiliki ketinggian, suhu, curah hujan dan ordo tanah di luar batas wajar untuk tanaman kapulaga.

Kembali pada tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga di provinsi Bali. Berdasarkan data diketahui bahwa dari 9 kabupaten hanya terdapat 6 kabupaten yang menjadi sentra produksi kapulaga yaitu Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Karang Asem, Kabupaten Buleleng, dan kabupaten Jembrana. Akan tetapi berdasarkan pengolahan data dari empat variabel maka dapat diperoleh hasil bahwa terdapat kabupaten lainnya yang juga bisa dijadikan sentra produksi kapulaga, yaitu Kabupaten Denpasar, Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Bangli.

5

Kesimpulan

Untuk mengetahui wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga di Provinsi Bali digunakan analisis overlay variabel ketinggian, suhu, curah hujan dan ordo tanah dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.1. Dari hasil overlay tersebut diketahui bahwa wilayah sesuai seluas 2740,62678 km2 dan wilayah tidak sesuai seluas 2893,77322 km2. Dapat dikatakan bahwa seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Bali memiliki kondisi yang sangat baik dan optimal untuk tanaman kapulaga, sehingga dapat digunakan untuk penanaman kapulaga.

(9)

Daftar Pustaka

[1] Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi. Website resmi Badan Pusat Statistika. [Online]. Tersedia: http://www.bps.go.id/

[2] Kapulaga (Amomum cardomomum). Kementrian Kehutanan. 2012. [Online]. Tersedia: http://bp2sdmk.dephut.go.id/pusluh/attachments/article/190/LEAFLET-KAPULAGA.pdf [3] Website Resmi Pemerintah Provinsi Bali. [Online]. Tersedia: http://www.baliprov.go.id/ [4]

http://www.indonesia.travel/id/destination/790/desa-pemuteran/article/369/boreh-perawatan-tubuh-dan-kesehatan-tradisional-khas-bali [5] Falah, Risa Nurul. Budidaya Kapulaga. 2008.doc

[6] Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[7] Sastrohartono, Hermantoro. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan dengan Aplikasi Extensi Artificil Neural Network (Ann.Avx) dalam Acrview-Gis. Yogyakarta:

Institut Pertanian Stiper Yogyakarta. [Online]. Tersedia:

http://www.instiperjogja.ac.id/download/jurnal/Evaluasi%20Lhn%20ANN- SIG.pdf [8] Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: Andi

Yogyakarta.

(10)

Lampiran

Peta 1. Batas Administarasi Provinsi Bali

(11)

Peta 3. Suhu Provinsi Bali

(12)

Peta 5. Ordo Tanah Provinsi Bali

Gambar

Tabel 2. Matriks Wilayah Kesesuian Tanaman Kapulaga
Table 3.  Luasan Area Wilayah Kesesuaian Lahan

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem monitoring tersebut monitoring pada jumlah tampungan sangat penting karena jika kapasitas tampungan kurang dari nilai yang ditetapkan sistem akan menampilkan

Keberadaan Undang-undang No: 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan memicu pertumbuhan perpustakaan yang sangat nyata di Indonesia. Analisis tentang Perpustakaan Umum di

Taraf keterkaitannya kuat dalam hubungan pekerja yang satu dengan yang lainnya sebagai bagian dari kelompok karyawan Bank “X” sehingga dapat dikatakan bahwa Bank

Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari 50 subjek penelitian, median usia pasien berada pada kelompok usia dewasa, 31 pasien berjenis kelamin laki-laki, 34 pasien

Uji signifikan simultan ialah untuk menunjukkan apakah semua variabel independen dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

Proses pengambilan keputusan pembelian diolah menggunakan analisis deskriptif, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian diolah dengan analisis faktor untuk dikelompokkan ke

Bahan bakar power boiler terdiri dari kulit kayu dari proses pengulitan kayu, pin chips, limbah penebangan kayu lainnya dan sedikit dicampur batubara. Bahan bakar

Candida albicans tumbuh lebih subur pada media agar Sabouraud Dextrose standar yang diberi penambahan dextrose dengan kadar 5% dibandingkan dengan media Sabouraud