• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggur Merah AM 3 TTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Anggur Merah AM 3 TTS"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Manfaatkan Potensi Desa

(2)

PELINDUNG

Gubernur Nusa Tenggara Timur

Drs. Frans Lebu Raya

Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur

Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si

Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Fransiskus Salem, SH, M.Si

Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

Ir. Alexander Sena

Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur

Ir. Wayan Darmawa, MT Ketua Pengarah

Kepala Biro Humas Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur (Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT) (Drs. Marsianus Jawa,M.Si)

Wakil Sekretaris

Inspektur Pembantu Wilayah I (Drs. Kanis H.M Mau,M.Si) (Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)

(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos) PDE Inspektorat (Tarsisius Apelabi,SE, MM)

Perencana Muda (Yohanes A. Kore, S.STP) Fungsional Umum Bappeda

(Maria T.R Parera,S.Si)

Fotografer

(Frits Isak Lake,S.Sos) (Kaletus Melek Moring)

(Eljunai Puay)

Desain Grafis

(Marcurius Bani Haba,SH) (Roland E. Nope, S.AP)

ANGGUR MERAH

Ijin : Hms.188.48/04/2015

NTT sudah sering dikenal dengan akronim negatif seperti Nasib Tidak Tentu, Nanti Tuhan Tolong. Kemiskinan dan kegersangan semakin meneggelamkan masyarakat NTT dalam kubangan keterbelakangan. Stigma-stigma tersebut telah meluluhlantakan kepercayaan diri dan daya juang masyarakat. Sumber daya alam potensial yang beragam di Bumi Flobamora banyak dibiarkan tenggelam dalam lautan kepasrahan dan keikhlasan menerima takdir. Pada titik inilah pemerintah mesti hadir dan memperlihatkan keberpihakannya.

Setiap pemimpin yang tampil di pucuk pemerintahan Flobamora coba meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dengan berbagai program unggulan. Sejak beberapa tahun terakhir masyarakat NTT akrab dengan konsep Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Program yang digelontorkan sejak tahun 2011 ini ditujukan untuk menciptakan desa atau kelurahan yang maju dan produktif.

Program ini telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat penerima sebagaimana dituturkan oleh masyarakat penerima Anggur Merah di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Sebagai salah satu Kabupaten terluas di NTT, topografi daerah TTS sangatlah cocok untuk pengembangan pertanian dan peternakan.

Para penerima dana Anggur Merah sebagian besar memanfaatkan dana Anggur Merah untuk membeli babi, sapi dan usaha pertanian. Selain itu ada juga yang membuka kios dan usaha produktif lainnya. Beberapa kelompok mengusahakan babi, tahun berikutnya sudah naik kelas dengan membeli sapi. Lainnya, mengawali dengan satu ekor sapi, sekarang sapinya berkembang lebih dari satu.

Hasil usaha dana Pemberdayaan Pemerintah Provinsi NTT dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Mereka dapat membiayai pendidikan anak-anaknya. Mereka juga bisa memasang listrik ke rumahnya dengan hasil keuntungan pengembangan usaha Anggur Merah. Membuat rumah serta cerita sukses lainnya. Masih banyak lagi deretan kebutuhan keluarga yang dibantu dengan perguliran dana itu.

Sebagai sebuah program yang masih berusia dini, Anggur Merah masih harus terus dibenah. Pola pemberdayaan dan perguliran yang diusung masih belum berjalan sesuai harapan. Kisah macetnya pengembalian dana menjadi isu utama yang sering diangkat untuk menenggelamkan Anggur Merah. Kerja keras pendamping di lapangan, dibalas dengan tuduhan penggelapan uang. Kecemburuan dan gesekan politik di tingkat desa juga turut membumbui kisah pilu program ini.

Semuanya itu adalah bagian dari dinamika perjalanan sebuah program. Satu yang pasti Anggur Merah telah membangkitkan kreativitas dan semangat juang msyarakat desa. Merangkai asa, menatap masa depan dengan penuh kegembiraan. Wajah-wajah buram tanpa harapan telah berganti rupa sumbringah. Raut optimisme harus dibarengi denga kerja keras, kerja tuntas dan kerja cerdas masyarakat demi mengucapkan selamat tinggal kemiskinan.

Kini, kepercayaan masyarakat mulai hidup kembali. Mereka mulai percaya jika Pemerintah peduli, Pemerintah benar-benar hadir. Mereka juga mulai percaya diri. Semoga kita pun percaya dengan mereka (masyarakat).

(3)

3

Mengapa

Anggur Merah...?

9

12

4

16

22

30

34

EDISI / 3 Maret 2015

ANGGUR MERAH

SAYA

KECEWA…

Desa Tumu

ADA OKNUM

PROVOKATOR

DI OELET

PKM DESA BESNAM

POTONGAN SEPIHAK

Contohlah Kornelis Nifu

18

Meubtmeb dari Tuplopo

Desa Sahan, Kecamatan Nunkolo

14

AKHIRNYA

TERBENTUK KOPERASI

Desa Benahe

28

Desa Nunbena

33

Viktor Manek :

Masyarakat Salah Paham

Sangat Membantu

Masyarakat

DeMAM di TTS :

Program Ini Baik

Suara PKM

24

Dia Pergi Bersama Program

(4)

Mengapa

sebagai jawaban atas panggilannya menjadi pemimpin. Semua program pembangunan itu muaranya adalah kesejahteraan rakyat.

Kondisi dan konteks sosial masyarakat yang berbeda

menyebabkan disain program itu berbeda setiap pemimpin. Di NTT para gubernur merancang program pembangunan dengan melihat kondisiDan konteks sosial masyarakat NTT pada masanya.

Benar, karena itu, kalau dibilang

(Gerakan Meningkatkan Pendapatan Asli Rakyat) dan GERBADES (Gerakan

Membangun Desa) cocok dan tepat.

Herman Musakabe melanjutkan pembangunan sumber daya manusia yang telah dirintis Fernandez melalui 7 Program Strategis Pembangunan.

Perkuatan pembangunan sumber daya manusia dilanjutkan oleh Piet Tallo pada masanya dengan program Tiga Batu Tungku.

Sama seperti para gubernur terdahulu, ketika Frans Lebu Raya mengambil alih kemudi NTT, pembangunan mulai diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan manusia NTT.

Maka Program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) dirancang sebagai

pengejawantahan tekad

mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT. setiap zaman melahirkan

orangnya, dan setiap orang lahir pada zamannya.

Gubernur WJ Lalamentik menitikberatkan penataan birokrasi pada masa awal pembentukan propinsi ini.

El Tari mulai memasuki era pembangunan dengan fokus pada pertanian dan perkebunan.

Ben Mboi melanjutkan estafet dengan tetap fokus pada pertanian dan perkebunan.

El Tari dan Ben Mboi sangat sadar, lebih dari 80 persen warga NTT bermata pencaharian petani dan tinggal di desa-desa. Fokus program keduanya cocok dan kena menjawabi konteks dan situasi sosial masyarakat ketika itu.

Pada masa Hendrik Fernandez program sudah mulai mengarah kepada peningkatan sumber daya manusia, maka GEMPAR

(5)

5

Dua tahun setelah menjabat sebagai Gubernur NTT, Frans Lebu Raya yang berpasangan dengan sohib kentalnya Esthon Foenay, melakukan langkah jauh dengan membantu secara

langsung uang tunai Rp 250 juta kepada masyarakat di desa-desa. Terkesan pemerintah tampil seperti sinter klas yang membagi-bagi hadiah kepada masyarakat.

Tetapi sejatinya, bantuan ini merupakan langkah konkrit dan langsung guna membantu

masyarakat keluar dari kubangan kemiskinan.

Maka, desa yang dipilih mendapat bantuan ini melalui kriteria-kriteria tertentu. Lebih dari itu, bantuan ini juga bukan hadiah, tetapi dimaksudkan sebagai modal usaha bagi

masyarakat. Bantuan ini bergulir dari satu kelompok usaha ke kelompok usaha lain di desa.

Bak gayung bersambut, DPRD NTT ketika itu setuju dan sepakat dengan pemerintah. Program Desa Mandiri Anggur Merah pun mulai jalan tahun 2011.

Program Desa Mandiri Anggur Merah didukung alokasi dana APBD, yaitu dana segar (fresh money) Rp 250 juta untuk ekonomi produktif, Rp 50 juta untuk pembangunan rumah layak huni, pendamping kelompok masyarakat (PKM),

Operasional pengendalian pembangunan tingkat desa, kelurahan dan unsur tripika yaitu pemerintah kecamatan didukung Polsek dan Koramil diharapkan dapat menciptakan masyarakat desa/kelurahan maju dan produktif.

Program Desa Mandiri Anggur Merah disinergikan

pelaksanaannya dengan PNPM Mandiri, Program

Kementrian/Lembaga,

Pro Rakyat

“Menciptakan masyarakat

desa/kelurahan yang

maju dan produktif”

Pro Rakyat

Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya

EDISI / 1 Januari 2015

(6)

Program Hibah Lembaga Internasional, CSR BUMN dan Replikasi Program Desa Mandiri Anggur Merah melalui APBD Kabupaten/Kota serta partisipasi masyarakat pada Gerakan Pulang Kampung (GPK).

Untuk mendukung

pembangunan ekonomi pada lokasi program Desa Mandiri Anggur Merah, maka kemitraan Bank NTT dan Bank mitra lainnya, akan mendorong

kemitraan dengan Koperasi Desa Mandiri Anggur Merah dan Koperasi lainnya.

Optimalisasi strategi pembangunan termasuk

suksesnya pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah merupakan upaya mewujudkan visi pembangunan daerah tahun 2013-2018 yaitu “Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkualitas,

sejahtera, dan Demokratis, dalam Bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia”.

Visi tersebut merupakan harapan bersama untuk dapat

diwujudkan melalui sinergi Investasi pembangunan

pemerintah, masyarakat, swasta, asosiasi profesi, kelembagaan agama dan kelembagaan masyarakat.

Kebijakan program pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi

pembangunan dilaksanakan melalui kebijakan 8 agenda pembangunan, 6 tekad pembangunan dan

Pembangunan Terpadu Desa Mandiri Anggur Merah.

Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga

dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai

berikut :

1.

Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.

2.

Agenda Pembangunan Kesehatan.

3.

Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.

4.

Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.

5.

Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan

Lingkungan Hidup.

6.

Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

7.

Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.

8.

Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah

Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.

(7)

Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :

1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;

2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;

3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

7

Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:

1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan; 2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki

persentase rumah tangga miskin tinggi;

3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.

Sasaran

Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan 21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai berikut:

a. Tahun 2011-2013

Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan dialokasikan 1 desa/kelurahan

b. Tahun 2014-2018

Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria sebagai berikut:

- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8 - 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14 - 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20 - 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20

Lokasi Program

Tujuan Anggur Merah

EDISI / 3 Maret 2015

(8)

Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain : 1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan pemerintahan yang optimal;

2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan, baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa bertanggung jawab;

3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;

4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna pembangunan;

5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;

6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat;

7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan secara transparan dan dipertanggungjawabkan;

8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan mendasar setiap desa/kelurahan.

Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)

Dibantu PKM

8

Prinsip Pengembangan

(9)

9

SAYA

KECEWA…

“Bagaimana perasaan bapak-bapak, kalau menjadi saya? Datanglah dari rumah ke rumah, silahkan langsung bertanya, turun langsung ke kelompok. Sebaiknya datang, kita duduk bersama masyarakat, aparat dan PKM. Jangan hanya mempercayai informasi dari segelintir orang saja.”

emikian pesan yang disampaikan oleh Maria Charmilla

D

Saluat,S.Pt, kepada para anggota dewan yang ingin melakukan uji petik ke desanya.

Maria adalah Pendamping Kelompok Masyarakat

(PKM) yang bertugas di Desa Tumu, Kecamatan Amanuban Tengah.

Sebagai salah seorang pendamping, dia merasa telah bekerja maksimal menghadapi anggota kelompok di desanya yang enggan melunasi dana

Program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM).

Dia merasa

disudutkan dengan pemberitaan Victory

News yang

menyebutkan jika PKM di Desa Tumu, Kecamatan

Amanuban Tengah menggelapkan dana pengembalian

kelompok senilai Rp.70-an juta.

Maria Charmilla Saluat,S.Pt, Pendamping Kelompok Masyarakat Desa Tumu, Kecamatan Amanuban Tengah, saat menunjukan Saldo Rekening Kas Desa.

EDISI / 3 Maret 2015

(10)

10

Ibu Dina Tualaka, bergambar bersama dua ekor sapi miliknya yang sudah berhasil dikembangbiakan.

Ibu Dina Tualaka & Bapak Dominggus Banamtuan adalah salah satu contoh sukses. Anggota kelompok yang memliki usaha

berternak babi itu

perkembangannya terus meningkat.

Jika pada awalnya mereka memelihara babi, dalam Tahun 2012 mereka sudah bisa naik kelas (terjadi penukaran ternak babi dengan sapi). Sekarang ternak sapi yang ditukar tersebut telah bertambah jumlahnya, sudah

menghasilkan dua ekor anak sapi lagi.

Sesuai potensi yang ada di Desa Tumu, telah dibentuk 10 Kelompok Usaha Ekonomi Produktif pada Tahun 2011. Dengan total anggota

kelompoknya berjumlah 107 orang.

DeMAM di Kabupaten TTS. Nampak berusaha tetap menghargai fungsi kontrol anggota DPRD Provinsi NTT yang melakukan uji petik, lulusan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana 2007 itu bertutur.

“Melalui program ini, anggota kelompok bisa

membiayai sekolah anak dan menyambung listrik ke rumah mereka. Kelompok yang dulunya berternak babi bahkan sudah bisa Lanjutnya menilai besarnya manfaat program

pemberdayaan senilai Rp.250 juta per desa itu, sembari terlihat berusaha untuk tetap tenang.

“Jangan sekali-kali vonis bahwa program DeMAM di desa ini gagal! Masyarakat mau langsung menggulirkan dana yang sudah

dikembalikan itu

(Rp.78.788.545,-) sementara mekanismenya tidak boleh begitu. Perguliran baru

dimungkinkan setelah seluruh kelompok melunasi laporkan kepada kepala desa dan disetorkan ke rekening kas milik desa” jelasnya menanggapi pemberitaan koran lokal tanggal 15 Maret 2015 itu dengan judul Komisi IV Merasa Ditelikung.

Hal ini terungkap dalam wawancara yang dilakukan tim redaksi, ketika melakukan tugas peliputan Program

(11)

11

Lima Kelompok memilih usaha Penggemukan Ternak Sapi, dua Kelompok

Pemeliharaan Ternak Babi dan tiga Kelompok Pertanian Holtikultura (bawang merah).

Di balik cerita sukses ini, ada juga cerita gagal yang bisa di lihat sebagi kendala bagi PKM di lapangan. PKM masih menjumpai anggota kelompok yang nakal.

Mereka melakukan sesuatu sesuka hatinya, tidak melalui prosedur. Misalnya, menjual ternak tanpa sepengetahuan pendamping maupun kepala desa. Hasil penjualannya tidak dikembalikan ke rekening desa.

Hal ini dijelaskan PKM akibat ulah profokatif segelintir orang. Kepada anggota kelompok, mereka menghasut untuk tidak mengembalikan

pinjamannya ke rekening desa, tetapi supaya langsung digulirkan saja ke

masyarakat yang lain.

Dalam kunjungan sore yang memang sengaja dibuat dadakan itu, hadir Marten Lenama Kepala Desa Tumu. Sebelum

menginformasikan

perkembangan program di desanya, dia

manfaat maupun masyarakat yang sudah menerima

bantuan dana DeMAM adalah sama-sama warga saya. Saya juga tidak membela PKM” demikian katanya, berusaha

menjelaskan apa adanya.

“Karena sikap itu, saya juga mendengar jika masyarakat menganggap saya membela atau

bersekongkol dengan PKM. Hal itu makin diperburuk,

Rp.92.100.000,- bukan Rp.70-an juta” jelas Kepala Desa Tumu itu.

Dalam keterangannya disebutkan jika telah

dilakukan dua kali sosialisasi pada awal pelaksanaan program. “Saat sosialisasi itu memang ada usulan saya kepada PKM agar tidak menggunakan istilah hibah tetapi perguliran. Akan tetapi, karena ketentuannya

demikian, kami harus

menjelaskan apa adanya. Kami menjelaskan bahwa hibah kepada desa, tetapi harus dengan pengembalian ke kas desa. Supaya bisa digulirkan kepada kelompok masyarakat lain” lanjutnya mengantisipasi kemungkinan provokasi di kemudian hari untuk tidak mengembalikan dana bantuan (DeMAM red).

Terungkap juga jika sempat dicapai kesepakatan untuk membuat pernyataan pengembalian bersama kelompok masyarakat yang menunggak. Kesepakatan itu dicapai saat rapat bersama Tim Tripika (Camat, Kapolsek dan Danramil) di Kantor Desa Tumu. Akan tetapi kesepakatan itu gagal ditandatangani. Alasannya karena masyarakat kembali bersikeras untuk

menggulirkan saja dana yang sudah ada (yang sudah dikembalikan). Dalam rapat tanggal 5 Maret 2015 lalu itu, masyarakat bahkan meminta supaya dana yang sudah digulirkan tidak perlu dikembalikan lagi. (Lwl)

EDISI / 3 Maret 2015

(12)

“PKM dana Desa Mandiri

Anggur Merah yang

ditempatkan di desa harus

benar-benar memiliki

kemampuan untuk

membimbing dan memotivasi

masyarakat. Saya ajak

masyarakat menyambut dan

mengelola dengan baik

bantuan pemerintah itu.

Jangan mendengarkan

isu-isu murahan yang

menyesatkan”

ADA OKNUM

PROVOKATOR

DI OELET

emikian pendapat yang diungkapkan Djoni Lukas Huru Lodo, Kepala Desa Oelet saat menerima tim dari Biro Hubungan Masyarakat Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kantor Desa Oelet (18/03/2015).

D

“Di desa kami, masyarakat yang menerima bantuan dana ini ada 7 (tujuh) kelompok. Selurahnya melakukan usaha penggemukan sapi. Dari

ketujuh kelompok tersebut, ada anggota yang sudah menyetor kembali untuk digulirkan kepada masyarakat yang lain, tetapi ada juga yang

belum setor karena beranggapan dana tersebut benar-benar diberikan oleh pemerintah untuk rakyat. Tidak perlu dikembalikan”

lanjutnya.

Masyarakat punya kesadaran yang tinggi untuk

menggulirkan dana tersebut kepada saudara-saudaranya yang lain di wilayah ini karena semua masyarakat

mempunyai hubungan keluarga akan tetapi ada orang-orang yang tidak bertanggungjawab mempengaruhi

masyarakat sehigga ada anggota masyarakat yang lain belum kembalikan dana tersebut.

“Saya mengajak masyarakat dan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab untuk

kami bicara soal masalah ini tetapi tidak ada yang datang, bahkan Pemerintah

Kecamatan Amanuban Timur bekerja sama dengan Polsek dan Koramil untuk

menagih masyarakat yang belum menyetor dana ini” lanjut Huru

Lodo.

Kepala Desa Oelet, Djoni Lukas Huru Lodo

(13)

Pada kesempatan itu juga ketua kelompok Sehati Yosina Nuban mengatakan, “saya bersama 9 (Sembilan) teman bergabung dalam kelompok sehati menerima bantuan Dana Desa Mandiri Anggur Merah (DEMAM) sebesar Rp. 38 juta. Kami membeli 10 ekor sapi

untuk di pelihara. Setelah setahun dijual kembali. Dari hasil penjualan itu, modal yang kami dapat yaitu sebesar Rp. 3.800.000/ ekor dikembalikan. Untuk sisanya, 1 % disetor ke kas desa, 2 % ke kas kelompok. Jika masih ada kelebihan maka kelebihan itu menjadi milik anggota kelompok yang bersangkutan. Dari 10 ekor sapi yang kami dapat, ada 2 ekor yang mati. Sapi yang mati kami usahakan untuk diganti demi kemajuan kelompok kami “.

Penasaran dengan informasi yang kami dapat dari Kepala Desa Oelet, terkait oknum yang mempengaruhi masyarakat dalam hal pengembalian. Tim berusaha mengoreknya dari ibu Yosina. Ibu Yosina mengakui kalau memang ada orang yang bilang kepada mereka untuk jangan mengembalikan dana bantuan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurut sumber yang tidak disebutkan namanya itu, dana itu merupakan dana hibah dari pemerintah Provinsi Untuk masyarakat. Akan tetapi sebelumnya saya sudah tau maksudnya sehingga saya tidak menanggapi. Dia iri terhadap kami yang dapat bantuan karena dia tidak dapat, sehingga dia mau mempengaruhi kami. Kami anggota kelompok sehati tidak mau menanggapi hal tersebut.

Terungkap pula jika masyarakat menghendaki agar Pendamping Kelompok Mandiri (PKM) harus benar-benar memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugasnya bersama masyarakat, sehingga apa yang diharapkan pemerintah benar-benar tercapai. (el puay)

Ketua Kelompok Sehati Yosina Nuban

EDISI / 3 Maret 2015

(14)

POTONGAN SEPIHAK

PKM DESA BESNAM

“Maksud Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan program Desa Mandiri Anggur Merah sangat baik untuk masyarakat tetapi pelaksanaannya tidak sesuai harapan”

emikian disampaikan Kepala Seksi

D

Pemerintahan Desa Besnam, Kecamatan Fatu Kopa Yermias Nenoliu saat menerima Tim Peliputan Program Desa Mandiri Anggur Merah dari Biro Hubungan Masyarakat Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bertempat di kediamannya kampung Besnam dia Ditambahkannya “jika saat sosialisasi disampaikan bahwa bagi mereka yang masuk dalam kelompok penggemukan sapi akan mendapatkan bantuan dana sebesar Rp. 5.000.000. Saat penandatanganan Berita Acara Penyerahan pun, uang sejumlah itu masih tertera, akan tetapi uang yang

sampai ke tangan masyarakat hanya Rp. 3.400.000. Saat pengembalian, anggota kelompok harus

mengembalikan Rp.

4.200.000. Saya sebagai Kasi Pemerintah Desa Besnam merasa bingung dan kurang mengerti dengan kesepakatan yang dibangun oleh

Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) setempat dan Masyarakat itu. Namun informasi yang saya dapat dari sebagian masyarakat bahwa hal itu bukanlah

kesepakatan bersama namun hanya kesepakatan sepihak”.

Setelah mendapatkan sedikit informasi dari pemerintah setempat, tim kembali diantar oleh kepala Seksi Pemerintahan Desa Besnam itu ke salah satu Kelompok penerima Dana Program Desa Mandiri Anggur Merah yaitu kelompok “ TAUB TIT”. Taub Tit diambil dari bahasa Dawan-Timor yang berarti kita coba/ujicoba.

Setibanya kami di rumah mama Nelci Fallo, salah satu anggota kelompok Taub Tit, hadir pula Bapak Melkior Fallo, Bapak Marten Fallo dan beberapa masyarakat lain.

(15)

15

Seperti di tempat-tempat yang lain, masyarakat menyambut dengan

kebiasaan menerima tamu yaitu okomama dan sirih pinang. Sambil makan sirih, tim mulai menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari

pertemuat tersebut. Selanjutnya tim mulai melakukan wawancara dengan semua anggota

kelompok yang ada. “Awalnya kami pikir itu dana bantuan untuk masyarakat dan tidak dikembalikan” begitulah yang diungkapkan oleh mama Nelci Fallo sementara yang lain hanya mengangguk-angguk saja, setelah kami ikut sosialisasi tentang program bantuan Desa Mandiri Anggur Merah, baru diketahui kalau dana itu benar bantuan yang akan digulirkan setelah 1 (satu) tahun. Pada saat itu, anggota akan memperoleh bantuan sebesar Rp. 5 juta. Namun pada saat pencairan, kami tidak menerima

sebanyak itu. Saya terpaksa menerima bantuan itu karena sudah menandatangani Berita Acara Penyerahan” kata pengurus dan pendamping menjawab, potong ini dimaksudkan untuk iuran, pangkal dan transportasi” lanjut mama Nelci yang di aminkan oleh anggota yang lain.

(16)

16

Contohlah Kornelis Nifu

emikian penjelasan Kornelis Nifu, Warga Dusun III, Desa

D

Sahan, Kecamatan Nunkolo. Tidak hanya itu, dari

keuntungan yang

diperolehnya itu, Kornelis bisa menutupi pinjaman keluarga Rp.4 juta yang terpakai di awal bersama Rp.4 juta dana DeMAM untuk membeli dua ekor sapi. Kelebihannya digunakan untuk membuat fondasi rumah dan membeli bahan bangunan.

Informasi itu terkonfirmasi oleh keterangan Bernard J.A. Kobi, Kepala Desa Sahan. Dijumpai di kediamannya pagi itu, lelaki dengan empat orang anak itu mengaku sedikit terkejut dengan kedatangan tim. Sang istri pun sempat berkelakar katanya, “coba ada

informasi sebelumnya, kami bisa persiapkan lebih baik.”

Lebih lanjut dijelaskan Bernard, jika umumnya usaha penggemukan sapi di desa kami berjalan baik. Kendala masih dijumpai pada kelompok yang mengusahakan penggemukan babi.

“Bermodalkan dana bergulir Desa Mandiri Anggur Merah ditambah sedikit pinjaman, saya membeli dua ekor sapi. Dua ekor sapi itu laku terjual seharga Rp.18,5 juta. Uang itu saya

gunakan untuk membeli 1 sapi lagi (bibit).”

EDISI / 3 Maret 2015 ANGGUR MERAH

(17)

17

Tetapi dijelaskannya jika dia bersama PKM sudah

bersepakat untuk terus mengunjungi anggota kelompok masyarakat penerima manfaat yang masih menunggak. ”Saudara PKM cukup sering

berkomuikasi. Komunikasi saya dengan masyarakat juga bagus. Jika ada

peroalan PKM pasti melapor“ demikian lanjutnya tentang PKM yang aktif.

Desa Sahan II sebelumnya adalah desa yang cukup luas. Sekarang telah memekarkan diri, menjadi Desa Sahan dan Desa Sainam. Tercatat 114 orang anggota Kelompok, dengan 14 Kelompok pengelola Program Desa Anggur Merah di Desa Sainam.

Sesuai potensi yang mereka miliki, tujuh kelompok

memilih usaha

penggemukan sapi. Tujuh kelompok lainnya memilih untuk beternak babi.

“Usaha babi memang sedikit menemui kendala

pengembalian, tetapi mereka sudah sepakat juga untuk menunaikan kewajiban mereka” lanjut Bernard, sembari menginformasikan kalau dirinya bersama PKM telah menjumpai mereka dua hari yang lalu.

Cerita sukses dari Kornelis Nifu itu, ternyata tidak dilakoni sendiri. Terungkap juga nama Joni Tamonob dari Kelompok Monit Feu dan Marthen Bana yang berada dalam wilayah Dusun IV Desa Sainam.

Yandri Taloim,SE, tenaga Pendamping Kelompok Masyarakat yang kami temui pun berkisah. “Sebenarnya, keberhasilan Kornelis Nifu, sudah didahului oleh Bapak

Setelah sempat beristirahat semalam di Sainam/Sahan, pagi itu tim kembali

kembalinya kami dapat melewati Desa Tumu, maka lagi-lagi kami harus memilih rute yang tepat. Untuk itu kami memilih rute berikutnya melewati Desa Tesy

Ayotupas, Nekmese, Boti, Oinlasi, Oenai, Pili dan Tumu sebelum kembali ke Soe.(Lwl)

EDISI / 3 Maret 2015

(18)

Meubtmeb dari Tuplopo

Kicauan burung menambah

indahnya suasana Desa Tuplopo pagi ini. Sosok wanita dan pria yang sudah berumur terlihat dari

kejauhan sedang sibuk meratakan gundukan bawang di seisi rumah tua itu. Mereka adalah Bapak Habel Selan dan Ibu Yohana Selan.

Harga pasar yang kian tak bersahabat dan menurun drastis dari Rp 20.000 ajar pagi terlihat di ufuk

timur. Sinar mentari pagi perlahan-lahan

F

menyinari desa kecil itu. Kabut tebal di kejauhan berangsur-angsur sirna.

menjadi Rp 6.000 membuat Bapak Habel Selan yang menjabat sebagai Kepala Desa Tuplopo mengurungkan niatnya menjual bawangnya. Harga bawang anjlok karena hama. Akibatnya, gundukan bawang terlihat seisi rumah mulai dari ruang tamu, kamar tidur, gudang hingga ke dapur.

Bapak Habel dan Ibu Yohana Selan berharap harga cepat stabil kembali agar panenan mereka itu bisa segera

dipasarkan.

Menanam bawang adalah salah satu aktivitas harian yang dilakukan pasangan suami istri ini, selain menjabat sebagai Kepala Desa Tuplopo.

Keduanya memulai aktivitas tambahan ini ketika Desa Tuplopo terpilih sebagai salah satu desa yang menerima Program Desa Mandiri Anggur Merah yang diprogramkan oleh

Pemerintah Provinsi

18

Bapak Habel Selan, Kepala Desa Tuplopo

(19)

19

TUMPUKAN BAWANG. Viktor Manek dari Buletin DeMAM bersama Ibu Yohana Selan Nenonamu dengan tumpukan bawangnya.

Nusa Tenggara Timur pada tahun 2011. Program ini bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada

masyarakat desa terpencil.

Dana yang diperoleh dari program ini diolah

masyarakat, melalui

pertanian, peternakan, dan koperasi.

Kelompok yang telah sukses kemudian membentuk kelompok baru. Begitulah seterusnya.

Pendamping Program Desa Mandiri Anggur Merah Desa Tuplopo, Stefanus Nubatonis, tak pernah lelah

mendampingi warga desa ini. Motivasi yang terus menerus dia berikan untuk warga ini patut diacungkan jempol.

Hampir semua warga Tuplopo telah

berpartisipasi dalam program ini. Geliat

kemajuan bisa terendus.

Sejak tahun 2011 selaku kepala desa, Bapak Habel Selan telah membentuk 7 kelompok yang diberi nama “Meubtmeb” yang berarti kerja keras.

“Orang yang rajin dan bekerja keras akan puas menerima hasil yang didapat. Berbeda dengan orang yang malas, yang hanya mengeluh dan

mempersalahkan orang lain,” kata Bapak Habel Selan dengan penuh semangat dan mata berbinar-binar.

Desa Tuplopo terdiri dari 614 kepala keluarga. Ada empat dusun, delapan RW dan 24 RT. Jumlah penduduknya 2.657 jiwa.

EDISI / 3 Maret 2015

(20)

20

Jenis usaha dari Kelompok Meubtmeb ini adalah

menanam bawang, beternak sapi, beternak babi dan lahan bawang bertambah menjadi 40 hektar. kebutuhan warga desanya, Bapak Habel berharap gubernur mengusahakan suatu koperasi yang baik guna menampung hasil dari program anggur merah masyarakat supaya

masyarakat tidak dirugikan, misalnya pemasaran

bawang.

Harga bawang yang tidak menentu akibat hama sangat merisaukan warga Tuplopo. Mereka khawatir hasil kerja keras mereka tidak

membuahkan hasil. Aparat desa telah mengirim proposal ke dinas pertanian untuk membasmi hama, tapi hingga saat ini belum terjawab.

Pedagang kaki lima membeli bawang dengan standar harga Rp 6.000/kg. Jika dihitung dengan pembelian bibit, maka warga benar-benar rugi. (indah purnama ayu)

Kalau Bapak Habel Selan dengan Kelompok

Meubtmeb-nya, maka Ibu Yohana Selan Nenonamu membentuk Kelompok Tepat Guna Teknologi. Kelompok ini dibentuk dalam kerja sama dengan BPMD.

Kelompok Tepat Guna Teknologi ini berkonsentrasi

Biskuit Ubi Kayu

mengolah pangan lokal seperti jagung, ubi, jahe dan kunyit menjadi instan kunyit, instan jahe, keripik ubi,

keripik pisang dan biskuit ubi kayu.

(21)

21

keempat anaknya yang saat ini berada di perguruan tinggi dan tingkat menengah atas.

Program Desa Mandiri Anggur Merah mendapat respon positif dari warga Tuplopo secara umum, termasuk pasangan suami istri Bapak Habel Selan dan Ibu Yohana Selan.

Melalui program ini mereka berdua selain membiayai pendidikan keempat anaknya juga untuk menambah

penghasilan.

Saat ditemui di desa mereka, terima kasih diungkapkan berulang-ulang. “Terima kasih Bapak Gubernur, kami merasa sangat senang dan

merasa sangat terbantu dengan program ini. Kami akan melanjutkan program ini ke kelompok-kelompok lain di desa ini agar seluruh warga di desa ini turut merasakan kebahagiaan yang kami rasakan ini. Program ini tidak boleh berhenti, tetapi bisa tetap hidup di desa ini,” kata Bapak Habel.

Sejuta ungkapan terima kasih kepada sang pemimpin terlukis di raut wajah Bapak Habel dan Ibu Yohana Selan. Mewakili suara masyarakat Desa Tuplopo, Bapak Habel mengatakan “Program Desa Mandiri Anggur Merah

adalah berkat untuk Desa Tuplopo”.

“Tak ada sesuatu yang berharga untuk membalas kebaikan Bapak Gubernur selain kerja keras

memperjuangkan

kesejahteraan masyarakat Desa Tuplopo. Itulah

ungkapan rasa terima kasih terdalam kami. Kunjungi dan berilah kami motivasi selalu untuk terus berkreasi

memajukan desa kami tercinta ini,” pesan Bapak Habel.

Untuk menyatakan terima kasihnya, suami istri ini menitip satu karung kecil bawang untuk sang pemimpin yang telah mengubah hidup banyak orang, khususnya warga Tuplopo. (indah purnama ayu)

FOTO BERSAMA. Tim Redaksi Buletin DeMAM foto bersama Bapak Habel Selan dan Ibu Yohana Selan Nenonamu

EDISI / 3 Maret 2015

(22)

22

Program Ini Baik

EDISI / 3 Maret 2015 ANGGUR MERAH

“Kehadiran Program Desa Mandiri Anggur Merah sangat membantu masyarakat. Kesalahan ada pada kami sebagai masyarakat, karena salah menerjemahkan, kami salah mengelolanya. Niat Pemerintah Provinsi NTT membantu masyarakat desa melalui

program DeMAM ini sangat kami hargai.”

Sebelumnya dia mengira kami adalah anggota TNI atau Polisi yang ditugaskan melakukan penagihan.

Sekretaris Desa pun semula tidak menyangka

kedatangan kami sebagai aparatur sipil Pemerintah Provinsi NTT yang

ditugaskan melakukan peliputan. Kata Sekretaris Desa itu, “biasanya orang provinsi akan menggunakan mobil untuk datang ke demikian jawab Timotius. egitulah apresiasi santai bersama beberapa warga di seberang

rumahnya. “Kita masuk ke rumah saja pak. Kami lagi cerita-cerita saja.” demikian ajaknya melihat sekretaris desanya mengantar kami menuruni jalan rabat.

Timotius Talan, salah satu anggota kelompok yang diberi nama Kelompok Anggur Merah III sempat kami temui. Setelah mendengar maskud

kedatangan kami, pria yang memilih usaha penggemukan sapi itu nampak lebih santai bercerita.

Kelompoknya pun kini hanya menyisahkan pengembalian sebesar Rp.1 juta. Mereka menyanggupi untuk mencicil pengembalian, agar dana yang ada bisa digulirkan kembali.

“Menurut saya, program bantuan dana ini sangat membantu ekonomi rumah tangga masyarakat. Kalau masyarakat serius mengelola bantuan yang ada,

(23)

23

EDISI / 3 Maret 2015

ANGGUR MERAH

program ini adalah dana hibah, bukan bergulir” lanjutnya Kepala Desa menjelaskan.

Untuk diketahui, Desa

Nunbena yang masuk dalam wilayah Kecamatan Kie memiliki tujuh kelompok penerima manfaat. Enam kelompok diantaranya

memilih usaha penggemukan sapi. Satu kelompok sisanya memilih usaha bawang merah. tidak ingin mencalonkan dirinya menjadi anggota DPRD itu.

Rupanya kabar

meninggalnya Kepala Desa Fatuulan telah menjadi buah bibir sebagian besar warga dan kepala desa tetangga. Mereka menilai almarhum meninggal akibat stress, setelah gagal dalam

pemilihan legislatif 2013 lalu.

Untuk mengatasi masalah macetnya dana

pengembalian program, pria asal molo itu mengusulkan setuju untuk libatkan

TNI/Polri. Dia bahkan telah

berkoordinasi denga Babinsa setempat sebelum kunjungan kami itu. Usulan lainnya adalah agar tim terpadu dari Pemerintah Provinsi NTT datang lagi.

Kepala Desa yang Nampak selalu tersenyum itu,

berharap agar terus dilakukan sosialisasi dan penjelasan langsung kepada kelompok masyarakat Desa Nunbena.

Penjelasan berulang dirasa penting, terlebih bagi

anggota atau kelompok yang belum menyelesaikan

kewajiban mereka. “Biar supaya mereka percaya. Tidak tuduh kami macam-macam pak” pungkasnya berharap.

Pendamping Kelompok

Masyarakat (PKM) atas nama Herman Selan,S.Pt tidak kami jumpai. Pendamping tersebut menetap di SoE. Informasi yang kami dapat, yang bersangkutan lagi dipanggil ke Kota Kabupaten TTS itu.

Sekedar untuk diketahui, tim kami menempuh perjalanan dengan rute dari Fatuulan hingga bermalam di Desa Sainam/Sahan. Tidak kurang dari 11 desa di lewati hari itu. Beberapa desa yang kami ingat antara lain : Bele I, Binenok, Nunbena, Oobibi, Kotolin, Oebeti, Kolotunan, Nualunat, Fatuat, Op dan Sainam.

Tedy Tualaka, ojek yang kami tumpangi mengingatkan untuk berhati-hati. “Kalau tanjakan sebaiknya pak maju mendekat. Kalau turunan, pak tolong mundur pelan-pelan ke belakang” demikian jelasnya agar kami tidak terjatuh, terlebih karena kondisi jalan dengan batu yang mudah lepas.

Menurutnya tidak banyak orang mau mengunjungi desa-desa mereka. Dia tidak bisa membayangkan jika yang melakukan tugas ini adalah ibu-ibu. “Pasti ibu-ibu tidak akan mau bertugas ke sini. Biar supaya pak juga ingat saya” kata Tedy. (Lwl)

(24)

24

Ada informasi yang

berkembang dari pihak

ketiga kepada anggota

pokmas untuk tidak

mengembalikan

uang/angsuran, namun kami

selalu memberikan

pemahaman dan motivasi

Program Anggur Merah ini sangat positif. Kebijakan Gubernur NTT ini telah membantu warga membuat sesuatu dari modal yang pemeliharaan ayam dan ternak babi.

Usaha yang lebih

berkembang di desa Oepliki adalah penggemukan sapi dan ternak babi, sedangkan untuk ternak ayam

mengalami kegagalan karena penyakit.

Dalam pendampingan ke masyarakat ada informasi

yang berkembang dari pihak ketiga kepada anggota pokmas untuk tidak mengembalikan

uang/angsuran. Namun kami selalu memberikan

pemahaman dan motivasi untuk mengembalikan angsuran untuk digulirkan lagi ke kelompok lain dalam

sosialisasi dari Kepala Desa dan BPD untuk pembentukan Koperasi Anggur Marah dengan kegiatan Simpan Pinjam. (*)

Priangtu Faot

(PKM Desa Oepliki)

Saya mendengar

langsung apa yang dirasakan

oleh masyarakat. Dana

Anggur Merah sangat

membantu meningkatkan

kesejahteraan hidup

Sebagai Pedamping

Kelompok Masyarakat, saya mendengar langsung apa yang dikatakan dan

dirasakan oleh masyarakat ketika mendapat dan menjadikan dana Anggur Merah.

Pada umumnya kelompok penerima mengatakan uang/dana Anggur Merah sangat membantu untuk berusaha memelihara dan melakukan penggemukan sapi.

Uang Rp 4 juta yang diberikan kepada setiap anggota pokmas digunakan untuk pengadaan sapi dan diberi makan selama 6 7 bulan dijual dengan harga Rp 7 juta Rp 8 juta. Mereka memperoleh keuntungan Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Setelah itu mereka membeli sapi lagi untuk usaha

penggemukan.

Dalam pendampingan saya setiap bulan ke pokmas dan ke anggota, saya selalu

Eyang Triyani Toineno

(PKM Desa Tuapakas, Kecamatan Kualin)

(25)

25

berikan motivasi kepada anggota agar melihat bantuan ini sebagai

sentuhan yang dampaknya akan meningkatkan

kesejahteraan hidup.

Keuntungan hasil

penggemukan sapi dapat digunakan untuk beli makan minum, dan untuk

mengembalikan angsuran untuk digulirkan kepada

kelompok lain yang membutuhkan.

Jenis usaha Anggur Merah di Desa Tuapakas adalah penggemukan sapi untuk 8 kelompok dengan

keseluruhan anggota 62 orang. Sudah ada

pengembalian 46 juta, namun belum ada rencana

perguliran kepada kelompok lain. (*)

Dua jenis usaha ini

berjalan baik sekali dan

secara nyata telah dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat

penerima Anggur Merah di

penggemukan sapi dan penggemukan babi lokal. Dua jenis usaha ini berjalan baik sekali dan secara nyata telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat penerima Anggur Merah. pokmas sudah mengangsur sebanyak Rp 114 juta dan masih tersimpan di rekening desa dan belum melakukan perguliran sambil menunggu cicilan/angsuran dari

kelompok/pokmas lainnya.

Ada arahan dari pemerintah provinsi untuk dibicarakan dengan kepala desa

membentuk koperasi dan ini menjadi bahan untuk

dibicarakan dalam rapat yang selalu kami lakukan setiap 3 bulan sekali di kantor desa.

Sebagai PKM saya selalu menjaga kerja sama yang harmonis dengan pemerintah desa karena itu merupakan kunci keberhasilan program Anggur Merah di Desa Benlutu ini. (*)

EDISI / 3 Maret 2015

(26)

26

Ordiani Toto, Yublima AS Faot, Yunus Kristian Lado

(PKM Desa Oeekam, Kecamatan Noebeba)

Diakui memang

pengembalian angsuran dari

setiap pokmas agak

tersendat, tetapi pada

umumnya mereka akan

memenuhi kewajibannya

dan ini adalah keyakinan

kami sebagai pendamping

Dalam pertemuan tersebut ketiga PKM memberikan pernyataan bahwa Anggur Merah membawa dampak baru bagi kehidupan masyarakat di desanya masing-masing.

Masyarakat sudah menggeluti usahanya masing-masing dan telah berhasil memberikan manfaat/hasil seperti membantu keuangan anak sekolah, menggeluti usaha lanjutan dan mengembalikan angsuran secara tepat waktu.

Ketiga orang PKM ini sangat

menyayangkan pihak yang tidak bertanggung jawab yang selalu memberikan penilaian negatif terhadap program Anggur Merah. Mereka itu hanya tinggal di kota dan tidak pernah datang ke desa dan melihat

langsung kegiatan dan usaha anggota pokmas.

Diakui memang

pengembalian angsuran dari setiap pokmas agak

tersendat, tetapi pada umumnya mereka akan memenuhi kewajibannya dan ini adalah keyakinan kami sebagai pendamping. (*)

Marten A. Selan

(PKM Desa Basmuti, Kecamatan Kuanfatu)

Sudah ada

pembicaraan bersama antara

kepala desa dengan pokmas

untuk membentuk koperasi

anggur merah dengan modal

yang ada

Dana DeMAM Rp 250 juta telah disalurkan kepada 8 Pokmas dengan kegiatan usaha penggemukan sapi dan ternak babi durok. Yang mengalami pengembangan yaitu usaha penggemukan sapi, sedangkan ternak babi durok mengalami masalah.

Pendampingan yang dilakukan selama ini, yaitu selalu rapat rutin bersama Kepala Desa dan Ketua Pokmas untuk mengevaluasi perkembangan usaha

pokmas dan permasalahan.

Selain itu, PKM juga melakukan kunjungan ke pokmas dan langsung ke masyarakat untuk melihat usaha dan mendapatkan masukan dan mendengar permasalahan yang dialami.

Sejak tahun 2012 sampai dengan saat ini jumlah pengembalian oleh Pokmas sebesar Rp 159 juta. Sudah ada pembicaraan bersama kepala desa dan pokmas untuk membentuk koperasi anggur merah dengan modal yang ada. (*)

(27)

Mengucapkan

BESERTA SELURUH JAJARAN

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Kupang, 23 Maret 2015 SEKRETARIS DAERAH

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

FRANSISKUS SALEM, SH, M.Si

PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 19570606 198610 1 003

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR,

DRS. FRANS LEBU RAYA

WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

DRS. BENNY A. LITELNONI, SH, M.Si

Nomor :Hms. 481/05/Pers/2015

“Dengan semangat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus

akan menjadi semangat pendamaian bagi kita dalam berkarya,

(28)

AKHIRNYA

TERBENTUK KOPERASI

“Sebuah Koperasi Simpan Pinjam perdana berhasil dibentuk masyarakat Desa Benahe. Koperasi itu didirikan dengan modal dari bantuan Program Desa Mandiri Anggur Merah Tahun 2014. Masyarakat bertekat untuk meningkatkan perekonomiannya secara mandiri”

enelusuri jalanan berliku, berlubang serta sangat

M

melelahkan namun

mengesankan, itulah kesan yang dirasakan oleh tim saat menuju ke Desa Benahe dalam rangka peliputan Kegiatan Program Desa Mandiri Anggur Merah di Kabupaten TTS.

Berangkat dari Kota Soe, melewati Niki-Niki Kecamtan Amanuban Tengah, Oeekam, Ayotupas Ibu Kota

Kecamatan Amanatun Utara dan tibalah tim di Kecamatan Kokbaun Desa Benahe

tepatnya pada pukul 23.00 Wita.

Keesokan harinya bertempat di Kantor Desa setempat, Kepala Desa bersama staf dan PKM mengumpulkan kelompok masyarakat KSP Tefena Kuan penerima program Desa Mandiri Anggur Merah di Desa Benahe.

Pada kesempatan itu, tim di dampingi Kepala Desa dan Staf, melakukan tanya jawab dengan ketua beserta anggota kelompok KSP berkaitan dengan program dana DeMAM.

Kelompok KSP ini berjumlah 65 orang dan bergerak dalam usaha Penggemukan

Sapi, Penggemukan Babi dan Perkiosan.

“Masyarakat Desa Benahe sangat senang, meskipun letaknya jauh dari Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Selatan namun Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat memberikan bantuan melalui program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) sampai kepada kami di sini. Pemerintah desa bersama masyarakat desa Benahe bertekat untuk memanfaatkan program DeMAM ini dengan sebaik mungkin”, demikian kata Kepala Desa Benahe, Zeth J. I. Leo.

(29)

“Desa Benahe merupakan salah satu desa terpencil, yang terletak di Kecamatan Kokbaun, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Desa ini belum lama terbentuk dan merupakan desa yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Malaka” Lanjut Kepala Kepala Desa.

Dari bantuan ini, Pemerintah Desa bersama Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) dan masyarakat membentuk sebuah kelompok usaha. Yang diberi nama Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Tefena Kuan.

Nama itu, diambil dari bahasa Dawan Timor yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya

“Membangun Kampung”. Dengan nama itu,

masyarakat termotivasi untuk membangun kampung

mereka dengan bantuan dana dari Program DeMAM.

Selanjutnya Sekretaris Desa Benahe, Joram Benu

mengungkapkan, “saya juga patut ikut berbangga,

karena melalui program DeMAM ini, ada masyarakat yang belum memiliki usaha, setelah menerima bantuan ini, langsung memiliki usaha walaupun dananya nanti akan di kembalikan untuk di gulirkan lagi”.

Desa Benahe mendapat bantuan ini tahun 2014, akan tetapi PKM yang lama mengundurkan diri sehingga bantuan dana Desa Mandiri Anggur Merah ini, baru bisa berjalan pada tahun 2015

setelah mendapatkan PKM yang baru.

Kami senang karena Bapak Gubernur memberikan bantuan melalui progam DeMAM. Saya bersama anggota kelompok, bertekat akan berusaha sekuat

tenaga untuk mengelola bantuan ini sesuai arahan Pemerintah dan PKM. Kami meminta kepada Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten agar dapat memberikan pengetahuan tentang pengelolaan koperasi” urai ketua kelompok Yanto Faot.

Pada kesempatan yang sama, PKM Desa Benahe, Agustinus Taopan, S.Pd mengemukakan “masyarakat

di desa ini dengan senang menyambut Program Desa Mandiri Anggur Merah yang dicanangkan oleh

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Malaka, dituntut untuk bekerja keras dalam

pengelolaan dana ini. Kami mengharapkan agar

(30)

Dia Pergi Bersama Program

30

EDISI / 3 Maret 2015 ANGGUR MERAH

Untung tak dapat diraih, malangpun tak dapat ditolak. Setelah gagal menjadi anggota DPRD Kabupaten TTS, Kepala Desa Fatuulan Arkilaus Naktonis,Alm. belum mengembalikan modal bergulir. Beberapa sapi bantuan Alokasi Dana Desa

digunakannya untuk pertanggungjawaban sapi DeMAM.

Setelah dilanda kekalahan menjadi anggota DPRD TTS,

Arkilaus Naktonis, mantan kepala desa pun meninggal. Kami juga tidak tau harus bagaimana? Modal yang mestinya bergulir juga

tersendat. Sebelumnya, kami sempat menunggu beliau beberapa kali untuk

menjelaskan persoalan itu dalam rapat bersama” demikian keterangan Julius Natonis, Penjabat Kepala Desa Fatuulan.

Ia menjelaskan salah satu kendala yang ditemui terkait pegembalian dana bantuan bergulir ala Pemerintah Provinsi NTT itu. Kendala lainnya adalah kematian

ternak sapi peliharaan akibat sulitnya beradaptasi dengan hujan dan

kelembaban udara yang tinggi di desanya.

Pepatah usang di atas

mungkin tepat untuk memulai cerita perkembangan

Program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) di Desa Fatuulan, Kecamatan Kie, Kabupatan TTS. Menurut mantan Sekretaris Kepala Desa Fatuulan itu, masalah yang ada (belum

terealisirnya pengembalian) juga disumbangkan mantan Kepala Desa Fatuulan

sebelumnya.

Kepala Desa periode 2002-2013 yang sudah meninggal

itu meminjam sapi pribadi dan sapi dari Alokasi Dana Desa (ADD) untuk

pertanggungjawaban bantuan DeMAM. Setelah gagal menjadi calon legislatif dari wilayahnya, beliau kemudian meninggal dunia.

Rasa letih perjalanan

panjang, terbayar saat kabut putih menyapa kami

memasuki kawasan Hutan Nianam, sesaat sebelum perkampungan Fatuulan. Nuansa sejuk, segar karena kelembaban udara puncak Fatuulan kembali

mengingatkan saya kepada nyamannya daerah para mojang priangan, Bandung.

Seperti namanya, Fatu - Ulan atau batu hujan menurut terjemahan Bahasa Dawan memang dikenal dingin. Bulan Mei, Juni hingga Juli di sebut-sebut penduduk

sebagai waktu dengan intensitas hujan dan kelembaban tertinggi.

Kebanyakan ternak mati saat itu. Jika ternak peliharaan mampu melewati masa sulit itu, umumnya mereka dapat bertahan hidup lebih lama. Itulah salah satu cerita dari peliputan redaksi, saat menggali informasi tentang kendala yang ditemui

(31)

31

EDISI / 3 Maret 2015

ANGGUR MERAH

Hadir malam itu setidaknya empat ketua kelompok penerima manfaat bersama anggota. Mereka menyambut kami dengan ramah, siri pinang dalam oko mama, kalungan kain (sakatenu) dilanjutkan dengan makan malam bersama. Kami tentu tidak berharap tercatat sebagai pelaku gratifikasi. Kami ingin dapat menggali informasi

sebanyak-banyaknya, langsung dari mulut pertama.

Dalam penugasan lapangan seperti ini, sulit rasanya menghindari ajakan “makan sirih, pinang” bersama.

Dalam kesopanan menyapa tamu, prosesi santun ini tentu tidak asing lagi dijumpai. Supaya dapat diterima, akrab, kami hanyutkan diri dalam peradaban yang mungkin terlanjur sering dianggap sebagai kebiasaan berbasa-basih semata.

Desa ini tercatat memiliki tujuh kelompok penerima

manfaat dengan total 75 orang. Sementara sapi betina mendapatkan

bantuan modal sebesar Rp.3 juta per orangnya.

Dua Kelompok lainnya memilih usaha

pengembangbiakan bawang merah dan wortel. Hingga peliputan ini dilakukan, tercatat telah dikembalikan modal sebesar

Rp.41.500.000,- ke kas desa.

Keterangan Sekretaris Desa terkait iklim di atas

terkonfirmasi juga oleh keterangan anggota

kelompok yang hadir malam sebelumnya. Menurut Ketua Kelompok Fatumuka Hendrik Tualaka sapinya yang

sempat di tawar seharga Rp.9 juta (Foto bersama bantuan sapi jantan).

Kelompok ini berjumlah sepuluh orang. Sisa tunggakan Tahun 2012 sebesar 2 jutaan per

anggota. Diinformasikan jika kelompok mereka mengalami kematian satu ekor sapi. Dua ekor sapi juga dilaporkan mati oleh Kelompok Nifumuti. Benyamin Nenabu memberi keterangan mewakili

kelompoknya.

(32)

32

EDISI / 3 Maret 2015 ANGGUR MERAH

Kejadian serupa dialami juga Kelompok Tetesan Embun dengan Nahor Tefa sebagai ketuanya. Begitu pula

dengan keterangan yang disampaikan Imanuel Nenabu, Kelompok Oeleu mengisahkan sapi jantan miliknya. “Ambil sapi di musin hujan, pasti mati!” demikian katanya.

Secara umum, mereka menyebutkan jika kendala utama yang dijumpai warga desa Fatuulan adalah akibat dari kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan dana pemberdayaan itu.

Pemahaman yang keliru tentang hibah menjadi sering terdengar. Beberapa

masyarakat merasa tidak perlu mengembalikan bantuan yang sudah

diterima. Hingga penugasan kami berakhir, tenaga

Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) atas nama Agnes Faot tidak kami jumpai.

Untuk mengatasi problem ternak yang mati, mereka mengusulkan agar

pemerintah daerah dapat membantu mereka

menggunakan bibit lokal, terbukti adaptif terhadap alam.

Sementara untuk persoalan tenaga pendamping

masyarakat (PKM), para anggota kelompok menyarankan agar PKM dapat terus memberikan penjelasan yang lengkap kepada masyarakat desa Fatuulan.

“Tenaga PKM kami harapkan untuk melakukan upaya penjelasan dan pembekalan secara terus menerus kepada anggota kelompok. Program ini sangat baik. Karenanya perlu terus dijelaskan mekanisme pengelolaan, pengembalian, kontrol, perguliran dan lainnya” demikian pendapat Nahor Tefa, Ketua Kelompok Tetesan Embun.

Perjalanan menuju Desa Fatuulan bagi sebagian besar orang bisa dibilang biasa, mungkin pula membosankan atau tidak menyenangkan, karena buruknya kondisi jalan. Penerangan mengandalkan sehen (listrik tenaga surya), singnal seluler nyaris tidak terlihat. Sebaiknya anda segera akrab dengan pemilik charger batteray untuk

handphone, laptop juga kamera. Itu saran kami. Rasa berbeda redaksi bagikan.

Pengalaman memasuki wilayah kabupaten terluas di Pulau Timor itu seperti

petualangan baru. Kesan ini mulai kami dapatkan ketika senja menyapa memasuki Daerah Oinlasi, satu lagi desa di Kecamatan Mollo Selatan sebelum memasuki Kecamatan Kie. Boti dengan cerita alamnya, adalah salah satu pilihan wisata budaya menarik yang harus

dikunjungi. Jika waktu memungkinkan, hmmm… begitu pikir kami. (Lwl)

(33)

33

Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Semula tim berusaha menemui Gabriel A.P. Nope, Kepala Desa Niki-Niki Un di rumahnya karena hari sudah menjelang sore kira-kira pukul 16.00 Wita.

Setelah tiba di depan pintu rumah dan mengetuknya, pintu lantas dibuka oleh rumahnya. Setelah sedikit basa-basi memperkenalkan diri, kami menyatakan niat untuk bertemu Kepala Desa Niki-Niki Un. Senyum mulai merekah dari bibir sang ibu, yang memerah lantaran terus mengunyah sirih pinang.

“O...Bap Desa di kantor desa. Bap desa son tenggal di sini,” kata ibu itu dengan logat Timor yang kental. Kami pun lantas memutar haluan menuju Kantor Desa Niki-Niki Un yang letaknya di pinggir jalan negara Trans Timor.

Setelah memperkenalkan diri sebagai tim dari Biro Humas Setda Provinsi NTT untuk melakukan tugas peliputan

kemudian menjelaskan kepada sang kepala desa dan beberapa anggota pokmas yang hadir. Dana ini hibah dari pemerintah

provinsi kepada masyarakat Desa Niki-Niki Un untuk anggota pokmas, setelah ada hasilnya modal awal itu disetor kembali dengan sedikit tambahan dana

sesuai kesepakatan bersama untuk digulirkan kembali kepada anggota pokmas yang lain dalam Desa Niki-Niku Un. Dengan demikian, jumlah dana ini makin

bertambah, terus bertambah dan menjadi modal usaha yang makin besar untuk aktivitas ekonomi

masyarakat di Desa Niki-Niki Un.

Setelah diberi pemahaman diskusi panjang lebar,

Gabriel berjanji untuk makin intens berkomunikasi dengan seluruh anggota pokmas dan masyarakat Desa Niki-Niki Un untuk bersama

mengelola dan

mengendalikan dana Anggur Merah yang telah diterima masyarakat melalui pokmas.

Dana Desa Mandiri Anggur Merah meretas kemandirian perbaikan ekonomi

masyarakat desa. (*)

pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah, komunikasi mulai mencair dan lancar. Dengan antusias, Kepala Desa Gabriel Nope, menerima kami. Kami pun terlibat dalam dialog penuh hangat dan kekeluargaan.

“Kami baru saja menerima kunjungan Bapak Alex Ena, anggota DPRD Provinsi NTT. Beliau juga mempertanyakan soal pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah di Desa Niki-Niku Un. Kami sudah jelaskan apa adanya. Program ini baik, sangat membantu masyarakat kecil. Hanya saja kendalanya, masyarakat salah paham soal dana hibah dan dana bergulir,” tutur Gabriel Nope.

Ketika ditanyai lebih lanjut soal salah paham itu Gabriel menjelaskan, masyarakat memahami dana bantuan ini sebagai dana hibah dari pemerintah provinsi kepada kelompok masyarakat Sekarang tiba-tiba DPRD datang, bapa dong datang,

Tentang kenyataan adanya pemahaman seperti ini, tim

Masyarakat Salah Paham

Oleh : Viktor Manek

EDISI / 3 Maret 2015

(34)

34

Sangat Membantu

ejatinya nafas dan spirit Program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) adalah membantu masyarakat mengangkat derajat ekonomi mereka. Dengan nafas dan spirit seperti ini, DeMAM adalah program pro rakyat oleh Pemda NTT. Di bawah Gubernur Frans

S

Lebu Raya, DeMAM menjadi ikon keberpihakan pemerintah kepada masyarakat.

Sejak berjalan tahun 2011, harus diakui sudah banyak keberhasilan dari program ini. Banyak warga telah tertolong memperbaiki kehidupan ekonomi mereka. Cerita sukses dari desa-desa penerima dana hibah bergulir ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa DeMAM punya manfaat luar biasa.

Memang tak dipungkiri juga dalam praktek, program ini belum berjalan sesuai perencanaan dan maksudnya. Ada Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) yang lebih banyak tidak datang ke desa dampingan, pengembalian dana yang macet, penafsiran masyarakat bahwa dana ini adalah hibah murni dan karena itu tidak perlu dikembalikan, bahkan ada warga yang melihatnya dengan kacamata politik, yakni bahwa dana ini adalah pembayaran utang janji paket Frenly ketika kampanye pilgub dua tahun lalu.

Lepas dari manfaat dan juga kekurangan yang perlu dibenahi, diluruskan dan ditata ulang, penelusuran tim redaksi di enam desa pada enam kecamatan penerima DeMAM di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mendapatkan cerita tersediri. Diakui ada yang perlu dibenahi dari program ini. Tetapi juga banyak kelompok penerima merasa tersentuh dan sangat terbantu dengan dana ini.

Banyak warga penerima seperti tersadar bahwa ternyata pemerintah masih ada, pemerintah tidak melupakan mereka. DeMAM adalah pengejawantahan perhatian, kepedulian dan keberpihakan pemerintah terhadap warga masyarakat.

Ikuti pengakuan para aparat desa di desa-desa penerima DeMAM di TTS yang menegaskan seperti apa sebenarnya program DeMAM di masyarakat.

Masyarakat

DeMAM di TTS :

(35)

35

Ketika desa ini direncanakan mendapat bantuan dana DeMAM sebesar Rp 250 juta, kepala desa bersama PKM (Pendamping Kelompok Masyarakat) dan masyarakat sangat senang, apalagi diberikan bantuan uang untuk membeli sapi.

Sampai dengan saat ini kegiatan usaha pemeliharaan sapi dan babi oleh kelompok masyarakat terus berjalan. Sudah ada pengembalian sekitar 159 juta dari para penerima.

Bapak Melkisedek Biliu

(Kaur Administrasi Desa Basmuti, Kecamatan Kuanfatu) Kebijakan Gubernur NTT tentang Program DeMAM di desa yang secara teknis direncanakan oleh Bappeda Provinsi NTT sangat membantu masyarakat dalam rangka peningkatan

kesejahteraan yang dilakukan melalui pemberian dana Rp 250 juta ke desa.

Di Desa Basmuti, Dana DeMAM yang diterima oleh kelompok masyarakat telah digunakan untuk usaha ternak sapi dan ternak babi. Sejak tahun 2011 hingga 2015 penerima dana DeMAM telah menjual sapi-sapi yang dipelihara.

Uang hasil penjualan dimanfaatkan untuk membeli sapi baru untuk penggemukan, untuk membiayai anak sekolah dan untuk pengembalian angsuran.

Bapak Yulius Benu

(Ketua BPD Desa Basmuti, Kecamatan Kuanfatu)

Anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya merasa senang mendapatkan dana segar Program Anggur Merah sebagai modal usaha dan membawa manfaat untuk meningkatkan hidup.

Melalui kesepakatan Pemerintah Desa Pana, Kecamatan Kolbano dan masyarakat penerima, sebelum dana Anggur Merah Rp 250 juta turun, telah dipersiapkan pembentukan koperasi desa yang diberi nama Koperasi Usaha Baru lengkap dengan pengurusnya untuk mengelola dana Anggur Merah sebesar Rp 250 juta.

Dana tersebut disalurkan/dipinjamkan kepada 6 kelompok dengan anggota sebanyak 62 orang menggeluti usaha penggemukan 62 ekor sapi. Disepakati juga bagi anggota yang punya sapi dapat dijadikan jaminan, dan dapat melakukan usaha lain, yaitu tanam bawang merah.

Untuk memperoleh keyakinan kami melakukan pendataan sapi pada anggota dan usaha penanaman bawang merah dan mengevaluasi kegiatan kelompok masyarakat melalui rapat tanggal 15 setiap bulan. Dan sampai dengan saat ini untuk usaha penggemukan sapi sudah siap dijual, namun masih terbentur harga yang dipasang para tengkulak sangat rendah.

Sedangkan untuk usaha bawang merah sebanyak 22 anggota sudah panen dan mendapat keuntungan yang cukup baik sehingga dapat melakukan cicilan dan membeli bibit bawang merah untuk usaha selanjutnya.

(Ketua Koperasi Usaha Baru Desa Pana, Kecamatan Kolbano)

Bapak Krisdaimon

EDISI / 3 Maret 2015

(36)

36

Dana Anggur Merah dapat mendorong kami berusaha untuk kembangkan hidup. Kami merasa program ini sangat membantu masyarakat untuk membuka usaha baru dan mengembangkan usaha yang sudah ada.

Kelompok BATKAR menggeluti usaha penggemukan sapi dengan anggota 7 orang mendapatkan dana setiap orang 4 juta untuk membeli sapi untuk penggemukan. Usaha penggemukan sudah berjalan dan ada sapi yang sudah terjual.

Hasil penjualan digunakan untuk mencicil dan membeli sapi baru untuk penggemukan lagi. Kegiatan usaha kami selalu dipantau oleh PKM yang mengunjungi anggota pokmas dan melihat langsung sapi yang sedang dilakukan penggemukan.

(Anggota Pokmas/Anggota Koperasi Usaha Baru)

Saya mendapat dana Rp 4 juta untuk usaha penggemukan sapi, namun dana tersebut saya gunakan untuk membeli bibit bawang merah 160 kg seharga Rp 1.700.000,- dan merintis usaha tanam bawang merah. Sementara satu ekor sapi saya dijadikan jaminan.

Sebagian dana saya gunakan untuk membayar uang kuliah anak. Dari usaha tanam bawang merah, saya memperoleh panen 800 kg dengan harga jual yang saya peroleh Rp. 7.200.000,-dana ini akan saya gunakan untuk mencicil pengembalian dan membeli lagi bibit bawang merah untuk usaha selanjutnya.

Saya bersyukur kepada Tuhan mendapatkan dana Anggur Merah yang menjadi modal usaha dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup kami sekeluarga.

Ibu Yusmina Boimau Sabuna

(Bendahara Desa/Ketua Kelompok BATKAR Desa Tuapakas, Kecamatan Kualin)

Ketika mendengar informasi Desa Oepliki mendapat dana Anggur Merah Rp 250 juta, masyarakat merasa senang selalu mengikuti kegiatan sosialisasi dan rapat di desa.

Terakhir melalui fasilitasi PKM semua pokmas penerima Anggur Merah menyepakati untuk 3 kegiatan yaitu ternak babi, ternak ayam dan penggemukan sapi dengan pembentukan kelompok.

Kegiatan usaha pada umumnya berjalan baik, walaupun usaha ternak ayam mengalami kemacetan karena penyakit. Tetapi kesan pemerintah desa bahwa program ini sudah sangat membantu masyarakat untuk mengembangkan usaha dan menggeluti usaha baru, juga telah membawa dampak bagi peningkatan ekonomi keluarga.

Ada keluarga yang sudah melakukan pengembangan dengan selain usaha penggemukan babi juga membuka usaha kios. Ini semua disebabkan oleh kesadaran dan pendampingan PKM yang efektif serta kerja sama yang baik dengan pemerintah desa setempat.

(Kaur Pemerintahan Desa Oepliki Kecamatan Noebeba)

Stefanus Liunesi

Bapak Susten Seu

Referensi

Dokumen terkait

Lingkup Pekerjaan : Linen (selimut, seprai, sarung bantal, penutup inkubator) (1 Paket).. Lokasi :

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh enam bulan September tahun dua ribu enam belas, yang bertanda tangan di bawah ini, POKJA 2 pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Politeknik

&#34;Our research shows that using a cleaning tool with a long handle to do the stretching for you helps relieve musculoskeletal stress.&#34; Following a few easy tips can help

I’ve received a great many letters over the years from parents on the subject of ˆStudent Loans˜ and the hardships they have caused these families.. As a rule, I have always

You see, for the last 5 years, my kids have been attending services in a church that has made the unwise decision to hire a 66 year old pedophile.. Someone who´s own children will

SIUJK Jasa Pelaksana Konstruksi yang masih berlaku; SBU Jasa Pelaksana Konstruksi Untuk Bangunan Pendidikan (BG007) dengan subkualifikasi K1, K2, K3, SITU/Domisili,

[r]

[r]