• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergub Nomor 62 Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pergub Nomor 62 Tahun 2013"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya penegasan terhadap kedudukan pejabat pembuat komitmen, pengelolaan anggaran kas, penatausahaan investasi, penganggaran tahun jamak, dan pengaturan pendanaan tanggap darurat bencana, serta akuntansi dan pertanggungjawaban, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 78 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 78 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;

(2)

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor: 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Gubernur dan Wakil Gubernur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

(3)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004

tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 140); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005

(4)

18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor: 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44);

(5)

Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5272);

27. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 155);

28. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007 Nomor 3 Seri E;

29. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 40).

MEMUTUSKAN : Menetapka

n : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNGTENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 78 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, diubah sebagai berikut:

(6)

di-ubah, diantara angka 14 dan angka 15 disisipkan angka baru yaitu angka 14a, diantara angka 24 dan angka 25 disisipkan angka baru yaitu angka 24a, di-antara angka 27 dan angka 28 disisipkan angka baru yaitu angka 27a, diantara angka 28 dan angka 29 disisipkan angka baru yaitu angka 28a, diantara angka 53 dan angka 54 disisipkan angka baru yaitu angka 53a, diantara angka 58 dan angka 59 disisip-kan angka baru yaitu angka 58a, angka 58b, dan angka 58c, diantara angka 65 dan angka 66 disisip-kan angka baru yaitu angka 65a, diantara angka 80 dan angka 81 disisipkan angka baru yaitu angka 80a, dan angka 80b, sehingga Pasal 1 berbunyi se-bagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Ke-pulauan Bangka Belitung.

3. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta Pe-rangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan pe-merintahan daerah.

5. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belit-ung.

6. Wakil Gubernur adalah Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya dise-but DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

8. Dihapus.

9. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provin-si Kepulauan Bangka Belitung.

10. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhu-bungan dengan hak dan kewajiban daerah terse-but.

(7)

dan pengawasan keuangan daerah.

12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selan-jutnya disebut APBD adalah rencana keuangan ta-hunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetu-jui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

13. Pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Dae-rah adalah Gubernur yang karena jabatannya mem-punyai kewenangan menyelenggarakan keseluru-han pengelolaan keuangan daerah.

14. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjut-nya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak se-bagai Bendahara Umum Daerah.

14a.Kuasa Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang se-lanjutnya disingkat Kuasa PPKD adalah Pejabat yang diberi kuasa untuk melakukan sebagian tugas PPKD.

15. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya dising-kat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasi-tas sebagai bendahara umum daerah.

16. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD. 17. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya

di-singkat SKPD adalah perangkat daerah pada pe-merintah daerah selaku pengguna anggaran/ba-rang.

18. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang se-lanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah, yang melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.

19. Unit kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program.

20. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaks-anakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipim-pinnya.

21. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang di-beri kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenan-gan pengguna anggaran dalam melaksanakan se-bagian tugas dan fungsi SKPD.

(8)

23. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tu-gasnya.

24. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selan-jutnya disingkat PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

24a.Pejabat penatausahaan keuangan SKPKD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPKD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan SKPKD.

25. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh gubernur untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan mem-bayar seluruhpengeluaran daerah.

26. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tem-pat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh gubernur untuk menampung seluruh peneri-maan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

27. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, meny-etorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

27a.Bendahara Penerimaan PPKD adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang bersumber dari transaksi PPKD.

28. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayar-kan, menatausahamembayar-kan, dan mempertanggung-jawabkan uang untuk keperluan belanja daerah da-lam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

28a.Bendahara Pengeluaran PPKD adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menata-usahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan transaksi PPKD.

(9)

me-nyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

30. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengg-una anggaran /penggpengg-una barang dan oleh karena-nya wajib menyelenggarakan akuntansi dan meny-usun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

31. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

32. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.

33. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan re-kening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan ti-dak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

34. Belanja Daerah adalah semua pengeluaran dari re-kening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayar-annya kembali oleh pemerintah.

35. Surplus Anggaran daerah adalah selisih lebih anta-ra pendapatan daeanta-rah dan belanja daeanta-rah selama satu periode pelaporan.

36. Defisit Anggaran daerah adalah selisih kurang anta-ra pendapatan daeanta-rah dan belanja daeanta-rah selama satu periode pelaporan.

37. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

38. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih realisasi peneri-maan dan pengeluaran anggaran selama satu peri-ode pelaporan.

39. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pi-hak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

(10)

dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan impli-kasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam pra-kiraan maju.

41. Prakiraan Maju adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikut-nya.

42. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kuali-tas yang terukur.

43. Penganggaran Terpadu adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terin-tegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaks-anakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. 44. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di

bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

45. Urusan Pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerin-tahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap ting-katan dan/atau susunan pemerintahan untuk meng-atur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.

46. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disedia-kan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan isi SKPD.

(11)

kelu-aran (output) dalam bentuk bkelu-arang/jasa.

48. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

49. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang di-hasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan pro-gram dan kebijakan.

50. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegia-tan-kegiatan dalam satu program.

51. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

52. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang se-lanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah un-tuk periode 1 (satu) tahun.

53. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjut-nya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perenca-naan dan penganggaran yang berisi rencana pend-apatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD sebagai dasar penyusunan APBD.

53a.Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah.

54. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang dibentuk dengan keputusan gubernur dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan gubernur dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pe-jabat perencana daerah, PPKD dan pepe-jabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.

55. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bi-dang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

(12)

sebelum disepakati dengan DPRD.

57. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selan-jutnya disingkat DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.

58. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPA-SKPD adalah doku-men yang memuat perubahan pendapatan dan be-lanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh pengguna anggaran. 58a.Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah.

58b.Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan perubahan anggaran SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah.

58c.Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang selanjutnya disingkat DPAL adalah dokumen yang memuat sisa belanja tahun sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan anggaran tahun berikutnya. 59. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas

masuk yang bersumber dari penerimaan dan perki-raan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegi-atan dalam setiap periode.

60. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD yang dibuat berdasarkan DPA-SKPD dan Ang-garan Kas merupakan dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan se-bagai dasar penerbitan SPP.

61. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya di-singkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh bendahara pengeluaran atas permintaan pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegia-tan untuk mengajukan permintaan pembayaran. 62. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat

(13)

63. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya dising-kat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan peng-gantian uang persediaan yang tidak dapat dilaku-kan dengan pembayaran langsung.

64. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan ke-giatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak da-pat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.

65. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan olehbendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran lang-sung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kon-trak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, perun-tukan, dan waktu pembayaran tertentu yang doku-mennya disiapkan oleh PPTK.

65a.SPP langsung PPKD yang selanjutnya disingkat SPP-LS PPKD adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran PPKD untuk permintaan pembayaran atas transaksi-transaksi yang dilakukan PPKD dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu. 66. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya

dising-kat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK-SKPD yang ditandatangani oleh pengguna angga-ran/kuasa pengguna anggaran sebagai dasar peng-ajuan pencairan dana atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

67. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya di-singkat SP2D adalah dokumen yang digunakan se-bagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.

68. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjut-nya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diter-bitkan oleh PPK-SKPD yang ditandatangani oleh pengguna anggaran /kuasa pengguna anggaran se-bagai dasar pengajuan penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada Bendahara Pengelu-aran /Bendahara PengeluPengelu-aran Pembantu /pihak keti-ga (rekanan).

(14)

disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.

70. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang se-lanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK-SKPD yang ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran se-bagai dasar pengajuan penerbitan SP2D atas be-ban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan se-bagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan operasional kantor sehari-hari.

71. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-GUadalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK-SKPD yang ditandatanga-ni oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna ang-garan sebagai dasar pengajuan penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

72. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persedi-aan yang selanjutnya disingkat SPM-TU adalah do-kumen yang diterbitkan oleh PPK-SKPD yang ditan-datangani oleh pengguna anggaran/kuasa penggu-na anggaran sebagai dasar pengajuan penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

73. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib di-bayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak pe-merintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berda-sarkan ketentuan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

74. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang di-beli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

75. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib di-bayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban pe-merintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan ketentuan perundang-undangan, per-janjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah. 76. Obligasi Daerah adalah Pinjaman daerah yang

di-tawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal.

(15)

menampung kebutuhan yang memerlukan dana re-latif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu ta-hun anggaran.

78. Sistem Pengendalian Intern Keuangan Daerah mer-upakan suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempuny-ai tugas dan fungsi melakukan pengendalian mela-lui audit dan evaluasi, untuk menjamin agar pelaks-anaan kebijakan pengelolaan keuangan daerah se-suai dengan rencana dan ketentuan perundang-un-dangan.

79. Kerugian Daerah adalah kekurangan berupa uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hu-kum baik sengaja maupun lalai.

80. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya di-singkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efi-siensi dan produktivitas.

80a.Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan dilaksanakan untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang pekerjaannya dilakukan melalui kontrak tahun jamak.

80b.Bantuan Operasional Sekolah, yang selanjutnya disingkat BOS merupakan dana yang digunakan terutama untuk biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan peraturan perundang undangan.

81. Investasi adalah penggunaan kekayaan daerah un-tuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masy-arakat.

82. Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. 83. Laporan Keuangan adalah bentuk

(16)

84. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan.

85. Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal yang melibatkan staf dalam satu institusi atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam atas kegiatan yang terjadi berulang. 1. Ketentuan Pasal 7, ditambahkan ayat baru yaitu ayat (2) huruf g, sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai be-rikut:

Pasal 7

(1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) adalah Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keu-angan, dan Asset Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak se-bagai Bendahara Umum Daerah (BUD).

(2) Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b mempunyai tugas: a. menyusun dan melaksanakan kebijakan

pengelolaan keuangan daerah;

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

d. melaksanakan fungsi BUD;

e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Gubernur.

g. menerbitkan SP2D dengan nilai yang ditetapkan dengan keputusan gubernur.

(3) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:

a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

(17)

c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

d. memberikan petunjuk teknis

pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah;

e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;

g. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;

h. menyimpan uang daerah; i. menetapkan SPD;

j. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola serta menatausahakan investasi;

k. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

l. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah;

m. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;

n. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

o. melakukan penagihan piutang daerah; p. melaksanakan sistem akuntansi dan

pelaporan keuangan daerah;

q. menyajikan informasi keuangan daerah; r. melaksanakan kebijakan dan pedoman

pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.

(4) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di ling -kungan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD.

(5) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tu-gasnya kepada Gubernur melalui sekretaris dae-rah.

(18)

sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut: Pasal 8

(1) Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

(2) Pejabat yang ditunjuk sebagai Kuasa Bendahara Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Kepala Bidang Perbendaharaan dan Verifikasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah.

(3) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas:

a. menyiapkan anggaran kas; b. menyiapkan SPD;

c. menerbitkan SP2D dengan nilai yang ditetapkan dengan keputusan gubernur;

d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

(4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Kuasa Bendahara Umum Daerah berwenang:

a. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk; b. mengusahakan dan mengatur dana

yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; c. menyimpan uang daerah;

d. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi daerah;

e. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

f. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;

g. melakukan pengelolaan utang dan piu-tang daerah;

h. melakukan penagihan piutang daerah. (5) Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan

(19)

(6) Bentuk pertanggungjawaban Kuasa BUD kepada BUD dalam hal penerbitan SP2D adalah Laporan penerbitan SP2D setiap bulan dalam bentuk register.

(7) Bentuk pertanggungjawaban Kuasa BUD kepada BUD dalam hal pelaksanaan tugas lainnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

3. Ketentuan Pasal 10 ditambahkan ayat baru yai-tu ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10

(1) Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas:

a. menyusun RKA-SKPD; b. menyusun DPA-SKPD;

c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpin-nya;

e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerin-tahkan pembayaran;

f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama deng-an pihak lain dalam batas deng-anggardeng-an ydeng-ang telah ditetapkan;

h. menandatangani SPM;

i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;

l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

(20)

kuasa yang dilimpahkan oleh Gubernur; dan n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya

kepada Gubernur melalui sekretaris daerah. (2) Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur melalui sekretaris daerah.

(3) Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(4) Penunjukkan Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur dan akan diubah apabila Kepala SKPD dipindah tugaskan/ pensiun/ diberhentikan dari jabatannya/ berhalangan sementara melebihi 1 (satu) bulan.

(5) Keputusan Gubernur tentang perubahan penunjukkan Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang apabila Kepala SKPD dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/ berhalangan sementara diperkirakan melebihi 1 bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) akan berlaku efektif sehari setelah tanggal pelantikan pejabat yang baru dan atau sehari setelah kepala SKPD berhalangan sementara. 4. Ketentuan Pasal 11 ayat (1) diubah,

ditambahkan ayat baru yaitu ayat (6), ayat (7) dan ayat (8), sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11

(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang da-lam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana di-maksud dalam Pasal 10 ayat (1) dapat melim-pahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja (Kepala biro, Kepala UPTD, Kepala UPTB) pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

(21)

besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lo-kasi, kompetensi, rentang kendali, dan/atau pertim-bangan objektif lainnya.

(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur atas usul kepala SKPD.

(4) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. melakukan tindakan

yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

b. melaksanakan

anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. melakukan

penguji-an atas tagihpenguji-an dpenguji-an memerintahkpenguji-an pembaya-ran;

d. mengawasi

pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; dan

e. melaksanakan

tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

(5) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/ pengguna barang.

(6) Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(7) Penunjukkan Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa Pengguna Barang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur dan akan diubah apabila Pejabat yang ditunjuk sebagai Kuasa Pengguna Anggaran /Kuasa Pengguna Barang dipindahtugaskan /pensiun /diberhentikan dari jabatannya /berhalangan sementara melebihi 1 (satu) bulan.

(22)

/diberhentikan dari jabatannya /berhalangan sementara melebihi 1 bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) akan berlaku efektif sehari setelah tanggal pelantikan pejabat yang baru dan atau sehari setelah kepala SKPD berhalangan sementara. 5. Ketentuan Pasal 12 ayat (7) huruf c diubah, di-tambah 1 (satu) ayat yaitu ayat (8), sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12

(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK.

(2) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

(3) PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.

(4) PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

(5) PPTK mempunyai tugas mencakup: a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan

c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

(23)

(7) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) adalah sebagai berikut

a. PNS serendah-rendahnya

golongan III;

b. memiliki integritas yang

tinggi;

c. memiliki sertifikat PPTK

atau sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, jika dalam SKPD tidak terdapat PNS yang memiliki sertifikat PPTK atau sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, maka PA/KPA dapat mengangkat PNS yang sudah memiliki pengalaman sebagai PPTK;

d. Pendidikan

sekurang-kurangnya SLTA sederajat;

e. mengerti dan memahami

peraturan-peraturan tentang pedoman pengadaan barang/jasa pemerintah;

f. PPTK tidak dibolehkan

merangkap sebagai PPK SKPD.

(8) Apabila pejabat yang ditunjuk sebagaimana ayat (1) dan pertimbangan sebagaimana ayat (2) tidak dapat dipenuhi, maka Pengguna Anggaran/Penggu-na Barang dan Kuasa PengguAnggaran/Penggu-na Anggaran/Kuasa Pengguna Barang dapat menunjuk PNS pada unit kerja SKPD tersebut dengan persyaratan sebagai-mana dimaksud pada ayat (7).

6. Ketentuan Pasal 13 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, ayat (4) huruf a, huruf b, huruf d, dan ayat (6) huruf a diubah, ditambahkan huruf baru di ayat (4) yaitu huruf e, huruf f, huruf g, diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (4a), sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai beri-kut:

Pasal 13

(24)

(2) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:

a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran/ bendahara pengeluaran Pembantu dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;

b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran/ bendahara pengeluaran Pembantu;

c. melakukan verifikasi dokumen pendukung SPP, dengan menguji;

1. kebenaran dan keabsahan dokumen/surat-surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;

2. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBD; 3. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume

barang/jasa sebagaimana yang tercantum dalam surat perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa;

4. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa

dengan dokumen surat

perjanjian/kontrak;

5. kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti mengenai hak tagih kepada pemerintah daerah;

6. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang dengan dokumen surat perjanjian/kontrak; 7. menguji besaran pengenaan pajak atas

(25)

8. menguji pengenaan pajak atas pembayaran yang dilakukan dan menguji besaran denda keterlambatan yang dikenakan atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan;

9. menguji kesesuaian/kebenaran tandatangan pada surat-surat/dokumen yang menimbulkan hak tagih dan pada dokumen SPP;

10. menguji syarat-syarat kebenaran dan keabsahan jaminan atas pembayaran uang muka dan retensi.

d. menyiapkan SPM;

e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan; f. melaksanakan akuntansi SKPD; dan

g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

(3) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-PPKD yang mengalokasikan belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan pembiayaan, kepala SKPKD selaku PPKD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPKD sebagai PPK-SKPKD.

(4) PPK-SKPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai tugas:

a. meneliti kelengkapan SPP-LS PPKD yang diajukan oleh bendahara pengeluaran PPKD sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. melakukan verifikasi SPP-LS PPKD, dengan

cara:

1. meneliti kelengkapan dokumen administrasi pengajuan SPP-LS PPKD;

2. melakukan pengujian atas dokumen lampiran SPP-LS PPKD;

3. memastikan ketersediaan dana yang tercantum dalam DPA dan SPD PPKD;

4. melakukan pengembalian SPP-LS PPKD apabila dinyatakan persyaratan penerbitan SPM tidak terpenuhi.

(26)

d. Melakukan verifikasi atas penerimaan PPKD; e. melaksanakan akuntansi pada SKPKD; f. menyiapkan anggaran kas PPKD;

g. menyiapkan laporan keuangan atas belanja PPKD.

(4a)Pada SKPD yang bertindak selaku SKPKD, dapat ditunjuk (1) satu orang PPK SKPD, (1) satu orang PPK SKPKD, atau PPK-SKPD dan PPK-SKPKD dapat dirangkap oleh 1 (satu) orang PPK.

(5) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.

(6) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah (PPK-SKPD) sebagai berikut:

a. PNS yang menjabat sebagai

Kasubbag Keuangan atau Kasubbag lain apabila tidak terdapat Kasubbag Keuangan pada SKPD;

b. Memiliki integritas yang

tinggi;

c. Mengerti dan memahami

peraturan-peraturan tentang pengelolaan keuangan daerah.

7. Ketentuan Pasal 14 ayat (1) diubah, diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (1a), dan ditambahkan ayat baru yaitu ayat (8), sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai beri-kut:

Pasal 14

(1) Kepala SKPD menyampaikan usulan nama calon bendahara penerimaan/bendahara pengeluaran ke-pada Gubernur melalui PPKD untuk diteliti.

(1a)Gubernur atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

(2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengelua-ran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat fungsional.

(27)

dilarang melakukan kegiatan perdagangan, peker-jaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertin-dak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/ penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

(4) Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan seba-gian kewenangannya kepada kuasa pengguna ang-garan, Gubernur menetapkan bendahara peneri-maan pembantu dan bendahara pengeluaran pem-bantu pada unit kerja terkait.

(5) Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu bertanggungjawab kepada bendahara penerimaan dan bendahara pengelua-ran pada SKPD yang bersangkutan.

(6) Bendahara penerimaan dan bendahara pengelua-ran secara fungsional bertanggung jawab atas pe-laksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD. (7) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi

ben-dahara penerimaan dan benben-dahara penerimaan pembantu serta bendahara pengeluaran dan ben-dahara pengeluaran pembantu adalah sebagai be-rikut :

a. PNS serendah-rendahnya

golongan II dan setinggi-tingginya golongan III;

b. Memiliki integritas yang

tinggi;

c. Memiliki sertifikat

kebendaharaan

d. Usia setinggi-tingginya 46 tahun;

e. Pendidikan

sekurang-kurangnya SLTA sederajat

f. Bendahara penerimaan dan

bendahara pengeluaran tidak dibolehkan merangkap sebagai PPK SKPD dan PPTK.

g. Bendahara penerimaan dan

bendahara pengeluaran tidak dibolehkan merangkap dalam jabatan struktural dan fungsional lainnya.

(28)

apa-bila pegawai yang ditunjuk sebagai Bendahara Pe-nerimaan /Bendahara PePe-nerimaan Pembantu dan Bendahara Pengeluaran /Bendahara Pengeluaran Pembantu dipindah tugaskan /pensiun /diberhen-tikan dari jabatannya /berhalangan sementara me-lebihi 3 (tiga) bulan.

8. Ketentuan Pasal 22 huruf c, dan huruf d diubah, sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22

Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

a. hibah berasal dari pemerintah, pemer-intah daerah lainnya, badan/lembaga/ organi-sasi swasta dalam negeri, kelompok masyara-kat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat;

b. dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan aki-bat bencana alam;

c. dana penyesuaian yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

d. bantuan Keuangan dari Pemerintah Dae-rah lainnya.

9. Ketentuan Pasal 29 ayat (4), ayat (5) dan ayat (7) diubah, sehingga Pasal 29 berbunyi sebagai be-rikut:

Pasal 29

(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a merupakan belanja kompen-sasi, dalam bentuk gaji/uang representasi dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada gubernur, wakil gubernur, pimpinan dan anggota DPRD serta pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ke-tentuan perundang-undangan.

(29)

pembayaran bunga utang yang dihitung atas kew-ajiban pokok utang (principal outstanding) berda-sarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

(3) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pa-sal 28 huruf c digunakan untuk menganggarkan

bantuan biaya produksi kepada

perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

(4) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf d digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah yang secara spesifik telah ditetapkan dalam peraturan gubernur tersendiri.

(5) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud da-lam Pasal 28 huruf e digunakan untuk mengang-garkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau ba-rang kepada kelompok/anggota masyarakat yang ditetapkan tersendiri dengan peraturan gubernur. (6) Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 huruf f digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota kepada pemer-intah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(7) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud da-lam Pasal 28 huruf g digunakan untuk mengang-garkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan dan kepada Partai Politik.

10. Ketentuan Pasal 34 ayat (1), dan ayat (2) diu-bah, sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai berikut:

(30)

(1) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf b digunakan untuk mengan-ggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah, termasuk barang yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga. (2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berupa belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, pe-rawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, belanja transportasi dan akomodasi, perjalanan dinas pin-dah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, dan lain-lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk disera-hkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ke-tiga.

11. Ketentuan Pasal 42 ayat (3) diubah, sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 42

(1) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf a mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan Iain-Iain pendapatan daerah yang sah, pelampauan peneri-maan pembiayaan, penghematan belanja, kewaji-ban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir ta-hun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

(31)

ter-sendiri dalam peraturan perundang-undangan. (3) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik daerah /BUMD dan hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.

(4) Penerimaan pinjaman daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) huruf d digunakan untuk men-ganggarkan penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan atas penerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan. (5) Penerimaan kembali pemberian pinjaman

sebagaima-na dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) huruf e digusebagaima-na- diguna-kan untuk menganggardiguna-kan posisi penerimaan kem-bali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pu-sat dan/atau pemerintah daerah lainnya.

(6) Penerimaan piutang sebagaimana dimaksud dalam Pa-sal 40 ayat (1) huruf f digunakan untuk menganggar-kan penerimaan yang bersumber dari pelunasan pi-utang pihak ketiga, seperti berupa penerimaan piu-tang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah, pe-merintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lem-baga keuangan bukan bank dan penerimaan piutang lainnya.

(7) Divestasi pemerintah daerah dianggarkan dalam penerimaan pembiayaan pada jenis hasil pen-jualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai-mana dalam Pasal 40 ayat (1) huruf g.

12. Diantara Pasal 43 dan Pasal 44 disisipkan 2 (dua) Pasal baru yaitu Pasal 43A, dan Pasal 43B se-hingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43A

(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera diperjualbelikan/dicairkan, di-tujukan dalam rangka manajemen kas dan bere-siko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan.

(32)

seca-ra otomatis, pembelian Suseca-rat Utang Negaseca-ra (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

(3) Investasi jangka panjang digunakan untuk men-ampung penganggaran investasi yang dimaksud-kan untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non-permanen.

(4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimak-sud pada ayat (3) antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah ke-pemilikan modal saham pada suatu badan usa-ha, surat berharga yang dibeli pemerintah dae-rah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri, surat berharga yang tidak di-maksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi ke-butuhan kas jangka pendek.

(5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbeli-kan atau tidak ditarik kembali, seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk peng-gunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyer-taan modal daerah pada BUMD dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk mengha-silkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

(6) Investasi non permanen sebagaimana dimak-sud pada ayat (3) bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperju-albelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tang-gal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerin-tah daerah dalam rangka pelayanan/pemberda-yaan masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah. (7) Investasi jangka panjang pemerintah daerah

(33)

ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pe-nyertaan modal dengan berpedoman pada ke-tentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah tercantum dalam peratu-ran daerah penyertaan modal pada tahun-tahun sebelumnya, tidak diterbitkan peraturan daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyer-taan modal tersebut belum melebihi jumlah nyertaan modal yang telah ditetapkan pada pe-raturan daerah tentang penyertaan modal.

(9) Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan modal melebihi jumlah nyertaan modal yang telah ditetapkan dalam pe-raturan daerah tentang penyertaan modal, dila-kukan perubahan peraturan daerah tentang pe-nyertaan modal yang berkenaan.

Pasal 43B

Investasi pemerintah daerah dapat dilaksanakan dalam hal:

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diperkirakan surplus yang penggunaannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(2) Terdapat barang milik daerah yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

13. Ketentuan Pasal 44 ditambah 1 (satu) ayat yai-tu ayat (5), sehingga Pasal 44 berbunyi sebagai be-rikut:

Pasal 44

(1) (2)(1) Setiap urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang dicantumkan dalam APBD menggunakan kode urusan pemerintahan daerah dan kode organisasi. (2) Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan

yang digunakan dalam penganggaran menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan.

(34)

kelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian oby-ek.

(4) Untuk tertib penganggaran kode sebagaimana dimak-sud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dihimpun men-jadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode re-kening.

(5) Penetapan kode rekening diatur tersendiri dengan Ke-putusan Gubernur tiap tahunnya.

14. Ketentuan Pasal 46 diubah, sehingga Pasal 46 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 46

Bagan struktur APBD tercantum dalam lampiran A Peraturan Gubernur ini.

15. Ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) diu-bah, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 47

(1)(2)(1) Seluruh penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan pemerintah daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berke-naan harus dianggarkan dalam APBD.

(2) Penganggaran penerimaan, pengeluaran dan pembi-ayaan dalam APBD harus memiliki dasar hukum peng-anggaran.

(3) Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk mel-aksanakan kewajiban pemerintahan daerah sebagai-mana ditetapkan dalam peraturan perundang-undan-gan.

16. Ketentuan Pasal 49 ayat (3) huruf b diubah, se-hingga Pasal 49 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 49

(35)

(2)(3)(2)Rancangan KUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya.

(3)Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan tahapan sebagai berikut:

a. b. a. menentukan skala

prioritas pembangunan daerah;

b. c. d. menentukan prioritas

program untuk masing-masing urusan yang di-sinkronisasikan dengan prioritas dan program nasional yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap tahun; dan

e. f. g. menyusun plafon

angga-ran sementara untuk masing-masing program/kegiatan.

(4)Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gu-bernur dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh se-kretaris daerah.

(5)Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di-sampaikan oleh sekretaris daerah selaku ketua TAPD kepada Gubernur, paling lambat pada ming-gu pertama bulan Juni.

(6)Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Gubernur ke-pada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

(7)Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran DPRD.

(8)KUA dan PPAS yang telah dibahas sebagaimana di-maksud pada ayat (7) selanjutnya disepakati dan dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditan-datangani bersama antara Gubernur dengan pimpi-nan DPRD dalam waktu bersamaan.

(36)

17. Ketentuan Pasal 55 ayat (2), ayat (3) huruf a di-ubah, sehingga Pasal 55 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 55

(1)(2)(1) Pada SKPKD disusun

RKA-SKPD dan RKA-PPKD.

(2) RKA-SKPD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) memuat program dan ke-giatan.

(3) RKA-PPKD digunakan

un-tuk menampung:

a. Pendapatan yang berasal dari dana perimban-gan/dana transfer;

b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, be-lanja bantuan keuangan, dan bebe-lanja tidak ter-duga; dan

c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.

18. Ketentuan Pasal 56 diubah, sehingga Pasal 56 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 56

Pengelolaan belanja hibah dan bantuan sosial sebagaimana dimaksud Pasal 55 ayat (3) huruf b diatur lebih lanjut dengan peraturan Gubernur tentang Tata cara Pengelolaan Hibah dan Bansos yang bersumber dari APBD.

19. Ketentuan Pasal 57 dihapus. Pasal 57 Dihapus

20. Ketentuan Pasal 63 ayat (2) ditambah 1 (satu) huruf yaitu huruf e, sehingga Pasal 63 berbunyi se-bagai berikut:

Pasal 63

(37)

daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.

(2)(3)(2) Penyampaian rancangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai den-gan:

a. b. a. persetujuan bersama antara pemerintah provinsi dan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD;

b. KUA dan PPAS yang disepakati antara Gubernur dan pimpinan DPRD;

c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD; d. nota keuangan dan pidato Gubernur perihal

penyampaian pengantar nota keuangan pada sidang DPRD;

e. Sinkronisasi kebijakan Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota dengan kebijakan pemerintah.

(3)(4)(3) Evaluasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauhmana APBD provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh provinsi bersangkutan.

(4)(5)(4) Apabila Menteri Dalam

(38)

Rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran RAPBD menjadi Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD.

(5)(6)(5) Apabila Menteri Dalam

Negeri menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan Ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi, Gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.

(6)(7)(6) Apabila Menteri Dalam

Negeri menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran RAPBD bertentangan dengan kepentingan umum dan ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi,

Gubernur bersama DPRD melakukan

penyempurnaan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

(7)(8)(7) Apabila hasil evaluasi

tidak ditindaklanjuti oleh Gubernur dan DPRD, dan Gubernur tetap menetapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD menjadi Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur, Menteri Dalam Negeri dapat membatalkan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

21. Pasal 68 pada bagian keenam diubah dengan nomor Pasal 67A, sebagai berikut:

Pasal 67A

Sistem dan prosedur penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta format dokumen yang digunakan tercantum dalam lampiran A peraturan gubernur ini.

(39)

Pasal 75

Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

23. Ketentuan Pasal 76 diubah, sehingga Pasal 76 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 76

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.

24. Ketentuan Pasal 77 ayat (2) ditambah 1 (satu) huruf yaitu huruf e, sehingga Pasal 77 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 77

(1)(2)(1) Penerimaan pembiayaan daerah mencakup: a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun

angga-ran sebelumnya (SiLPA); b. pencairan dana cadangan;

c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisah-kan;

d. penerimaan pinjaman daerah;

e. penerimaan kembali pemberian pinjaman; f. penerimaan piutang daerah.

g. penerimaan kembali penyertaan modal daerah.

(2) Pengeluaran pembiayaan daerah mencakup: a. pembentukan dana cadangan;

b. penyertaan modal (investasi) pemerintah dae-rah;

c. pembayaran pokok utang;

(40)

e. Pembayaran kewajiban kepada pihak ketiga. (3) Penerimaan pembiayaan daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu dipindah-bukukan/ditransfer ke rekening kas umum daerah.

(4) Pengeluaran pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan/dibayar dari rekening kas umum daerah.

25. Ketentuan Pasal 83 ayat (1) dan ayat (3) diubah, ditambahkan 3 (tiga) ayat yaitu ayat (4), ayat (5) dan ayat (6), sehingga Pasal 83 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 83

(1)(2)(1) Berdasarkan anggaran kas sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 82 ayat (1) PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran se-suai dengan rencana penarikan dana yang ter-cantum dalam DPA-SKPD/DPA-PPKD yang telah disahkan.

(2) Anggaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat perkiraan arus kas masuk yang ber-sumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas

keluar yang

digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

(3) Mekanisme pengelolaan anggaran kas pemerin-tah daerah ditetapkan sebagai berikut:

a. untuk memanfaatkan idle cash, BUD/Kuasa BUD dapat menempatkan dana tersebut da-lam bentuk deposito untuk menambah pen-dapatan asli daerah pada bank yang sehat dengan memastikan terlebih dahulu bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap saat apa-bila diperlukan untuk membiayai pengelua-ran daerah tanpa dikenakan pinalti.

(41)

c. dalam hal diperkirakan anggaran kas masuk diperkirakan defisit (saldo kas tunai di reke-ning kas umum daerah tidak mencukupi un-tuk membiayai pengeluaran daerah), maka BUD/Kuasa BUD berhak merevisi Surat Pe-nyediaan Dana (SPD) agar SP2D yang diter-bitkan tersedia dananya di bank operasional kas daerah.

d. revisi SPD yang dilakukan oleh BUD/Kuasa BUD dilakukan setelah terlebih dahulu meri-visi anggaran kas pemerintah daerah dengan cara meminta kepala SKPD untuk menjadwal ulang pelaksanaan pembayaran dan mengu-bah anggaran kas SKPD.

(4) perubahan anggaran kas SKPD yang diperkenan-kan adalah pergeseran antar triwulan pada satu kegiatan atau lebih yang tidak menyebabkan pe-rubahan anggaran kas pemerintah daerah secara total pertriwulan.

(5) apabila perubahan anggaran kas yang diusulkan Kepala SKPD akan mengakibatkan perubahan anggaran kas pemerintah daerah, maka usulan perubahan tersebut harus mendapat pertimban-gan Kuasa BUD terlebih dahulu. Apabila peruba-han anggaran kas SKPD tersebut tidak mengaki-batkan penurunan likuiditas kas daerah secara significan, maka Kuasa BUD dapat merekomen-dasikan perubahan tersebut, demikian pula se-baliknya.

(6) perubahan anggaran kas SKPD sebagaimana di-maksud pada ayat (4) dan ayat (5) dilakukan oleh bagian yang membidangi anggaran pada DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan cara menggaris dua rencana penarikan dana pertriwulan yang ada pada DPA asli berda-sarkan usulan SKPD. Rencana penarikan dana pertriwulan yang ada pada DPA yang sudah diu-bah diparaf oleh kepala SKPD dan PPKD, diikuti dengan perubahan anggaran kas per-rincian ob-jek dan tembusannya disampaikan kepada Kuasa BUD sebagai dasar untuk melakukan revisi SPD. 26. Ketentuan Pasal 89 ayat (2) huruf b diubah,

(42)

Pasal 89 berbunyi sebagai berikut: Pasal 89

(1)(2)(1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya.

(2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf c dapat berupa: a. membayar bunga dan pokok utang

dan/atau obligasi daerah;

b. apabila anggaran yang tersedia dalam APBD/Perubahan APBD tidak mencukupi sebagaimana dimaksud pada huruf a, gubernur dapat melakukan pelampauan pembayaran mendahului perubahan atau setelah perubahan;

c. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;

d. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah; e. mendanai kegiatan lanjutan (DPAL) yang

telah ditetapkan dalam DPA-SKPD tahun sebelumnya, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD tahun anggaran berikutnya;

f. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

g. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.

(43)

(4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diformulasikan terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD. (5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun

sebelumnya untuk mendanai pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD. 27. Ketentuan Pasal 90 ayat (8), ayat (9), ayat (10)

dan ayat (11) diubah, ditambahkan 3 (tiga) ayat yaitu ayat (12), ayat (13) dan ayat (14), sehingga Pasal 90 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 90

(1)(2)(1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;

b. tidak diharapkan terjadi secara berulang; c. berada diluar kendali dan pengaruh

pemer-intah daerah; dan

d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebab-kan oleh keadaan darurat.

(2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah da-pat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan da-lam rancangan perubahan APBD.

(3) Pendanaan keadaan darurat yang be!um tersedia anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan belanja tidak terduga. (4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi

dapat dilakukan dengan cara:

a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau b. memanfaatkan uang kas yang tersedia. (5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan data kebugaran jasmani siswa usia 10-12 tahun sek olah dasar negeri 1 bancar berada pada kategori kurang sekali dengan presentase

Penjamah makanan yang positif bakteri aerob patogen saluran pencernaan banyak pada laki-laki sebanyak 50% (3 orang), banyak pada SMA/SMK sebanyak 35% (7 orang), banyak pada

(TS-TS) dan think pair share (TPS). Penelitian ini menggunakan rancangan pre- experimental design metode one-group pretest-posttest design. Sampel terdiri dari 20 subjek

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Takalar sesuai dengan rumusan masalah, maka dapat ditarik

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan analisis data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual berstrategi REACT serta pembelajaran

Berkaitan dengan pelaksanaan lomba tersebut, TIM Wiskam JPBSI FBS UNY meminta dosen di Jurusan sebagai juri dalam acara lomba debat tingkat SMA/SMK

6.5 Ibu, bapa atau penjaga yang masuk ke dalam dewan hendaklah memakai pakaian formal yang bersesuaian dengan majlis.. SAHSIAH DAN

Penyusunan perubahan Rencana Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2015 adalah untuk menjamin konsistensi di dalam Perencanaan dan Penganggaran,