• Tidak ada hasil yang ditemukan

T MTK 1200993 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T MTK 1200993 Chapter1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi ditandai dengan perubahan paradigma masyarakat dari

lokal menjadi global. Masyarakat awalnya hanya berinteraksi dalam suatu

kelompok tertentu, tetapi implikasi era globalisasi menuntut setiap individu

sebagai anggota masyarakat dapat beradaptasi secara aktif untuk berinteraksi

dengan lingkungan yang lebih luas tanpa dibatasi jarak, waktu, tenaga, maupun

kondisi ekonomi.

Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi,

Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication

Technologies (ICT). ICT adalah teknologi yang mencakup seluruh peralatan

teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi (Sutopo, 2012:1).

Perkembagan ICT sangat jelas ditunjukkan melalui pemanfaatan berbagai media

dan alat elektronik dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan,

seperti adanya televisi, komputer, telepon, internet, media sosial, dan lain-lain.

Perkembangan ICT secara pesat telah mengubah gaya hidup masyarakat saat ini.

Penyebaran informasi dengan metode ICT seperti promosi, berita, pembelajaran,

game, dan lain-lain dapat diakses melalui perangkat komputer.

Kemajuan ICT juga berdampak pada bidang pendidikan. Pendidikan

berbasis ICT merupakan sarana interaksi yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik,

(2)

produktivitas, serta akses pendidikan. Pendidikan di hampir setiap negara

berlomba-lomba untuk dapat mendayagunakan kompetensi siswa dan

mahasiswanya secara aktif terutama dalam mengoperasikan program komputer

dalam pembelajaran. Namun, menurut Sutopo (2012:2) perkembangan pendidikan

berbasis ICT di Indonesia masih belum optimal dibandingkan dengan

negara-negara lain, bahkan negara-negara-negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Hal

ini disebabkan oleh beberapa masalah dan kendala yang masih dirasakan oleh

masyarakat khususnya tenaga pendidik dan profesional pendidikan untuk

memanfaatkan, seperti kebijakan, standarisasi, infrastruktur jaringan, konten,

kesiapan sumber daya manusia di lingkungan pendidikan.

Tilaar (2012:169) mengemukakan bahwa proses belajar-mengajar dalam

era informasi tentu akan berbeda dengan cara-cara belajar terdahulu yang

menekankan pada penghafalan serta tidak mengembangkan daya kritis peserta

didik. Dalam bidang pendidikan, Indonesia adalah salah satu negara berkembang

yang mulai mengembangkan strategi-strategi pembelajaran terbaru dalam proses

belajar-mengajar di sekolah. Strategi pembelajaran tersebut diadopsi dari berbagai

sistem pendidikan negara maju dengan mengkondisikan proses pembelajaran

sesuai dengan kurikulum di Indonesia. Salah satu strategi yang sering digunakan

adalah mengkolaborasikan model pembelajaran terbaru dengan memanfaatkan

program komputer. Melalui berbagai inovasi pembelajaran diharapkan Sistem

Pendidikan di Indonesia dapat bersaing secara positif dengan negara lain.

Matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan secara

(3)

susunan telah beratus-ratus bahkan ribuan tahun telah digunakan dalam kehidupan

sehari-hari oleh sebagian besar manusia. Matematika juga banyak digunakan

dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan bilangan dan kuantifikasi. Bahkan

dalam pengembangan ICT, matematika memiliki peranan yang sangat penting.

(diadaptasi dari Turmudi, 2012:7).

Menurut Ruseffendi dalam Adjie (2006:34), matematika merupakan ilmu

yang berperan ganda, yakni sebagai raja dan sebagai pelayan ilmu. Sebagai raja,

matematika merupakan bentuk logika paling tinggi yang pernah diciptakan oleh

pemikiran manusia, sedangkan sebagai pelayan ilmu, matematika menyediakan

sistem logika serta model-model matematika dari berbagai segi kegiatan

keilmuan.

Tujuan pembelajaran matematika adalah: (1) Melatih cara berpikir dan

bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,

eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan

inkonsistensi. (2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. (3)

Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. (4) Mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara

lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan

gagasan. Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa belajar matematika tidak sekedar

dapat menyelesaikan suatu soal melalui berbagai operasi hitung, tetapi lebih jauh

(4)

Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan

perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi

dalam proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh adanya tuntutan sesuai

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan (Suryadi, 2007:713). Tidak

dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi telah mengubah dunia semakin canggih

dan praktis dalam segala sisi kehidupan termasuk ilmu matematika. Matematika

di sekolah maupun kampus seharusnya dikolaborasi dengan inovasi model

pembelajaan dan perkembangan ICT sehingga dapat meningkatkan kemampuan

siswa/mahasiswa tidak hanya dari segi kognitif melainkan juga dari sisi afektif

dan psikomotorik.

Ruseffendi (2005:526) menyatakan bahwa penguasaan materi

matematika oleh siswa (mahasiswa) menjadi suatu keharusan yang tidak bisa

ditawar lagi dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan di era persaingan

yang semakin kompetitif, karena kegunaannya untuk berkomunikasi antara

manusia-manusia itu sendiri. Namun Gozali (2007:103) menyatakan bahwa mata

pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan sulit

untuk dikuasai. Hal ini sejalan dengan pendapat Hikmah (2012:5) bahwa mata

kuliah matematika masih dianggap sebagai mata kuliah yang sulit dan tidak

menyenangkan. Anggapan tersebut berdampak pada hasil perkuliahan yang selalu

kurang memuaskan. Padahal objek penelitiannya adalah mahasiswa PGSD di

salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta yang tentunya akan mengajarkan

(5)

Menurut Gozali (2007:103) matematika merupakan wahana untuk

menumbuhkan sikap berpikir kritis, mengandung konsep-konsep dasar yang

sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia dan sebagai syarat untuk

mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Menurut Robert Ennis dalam Fisher (2009:4),

berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus

untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan menurut

Richard Paul, berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau

masalah apa saja, di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan

menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan

menerapkan standar-standar intelektual padanya.

Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan hal yang penting bagi

mahasiswa. Berpikir kritis dalam matematika dapat diinterpretasikan dalam

berbagai konteks. Menurut Glazer dalam Somakim (2010:43) yang dimaksud

dengan berpikir kritis dalam matematika adalah kemampuan untuk melibatkan

pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk

menggeneralisasi, membuktikan, atau mengevaluasi situasi matematis yang

kurang dikenal dalam cara yang reflektif.

Hal yang menarik dari pengertian kemampuan berpikir kritis matematis

di atas adalah kemampuan tersebut menitikberatkan kualitas pemikiran mahasiswa

sebagai subjek pemikir beradasarkan standar intelektual yang terdapat pada

dirinya untuk memecahkan masalah. Hal ini terkait erat dengan kemampuan

pengaturan diri (Self regulation) mahasiswa. Kemampuan Self Regulation dirasa

(6)

tingkat pemahamannya terhadap suatu materi pembelajaran dan apa yang harus

dia lakukan untuk mencapai hasil yang prestasi yang optimal.

Mempelajari matematika dapat diperkuat dengan mengajarkan strategi

yang efektif pada mahasiswa (umum dan khusus). Pendekatan ini diikuti dalam

model perkembangan strategi self regulation. Menurut Schunk (2012:545),

dibandingkan dengan pengajaran-pengajaran reguler, pengajaran self regulation

meningkatkan kinerja siswa (mahasiswa) dalam mentransfer pengetahuan.

Penelitian lain (Schunk & Cox dalam Schunk, 2012:596) menunjukkan bahwa

mengajarkan strategi pada anak yang memiliki kesulitan belajar dan anak-anak

yang menghadapi kesulitan mempelajari kemampuan matematika, akan

meningkatkan efikasi-diri dan pencapaian. Variabel motivasi dan kemampuan self

regulation dianggap sebagai penyebab dalam kinerja matematika (Meece, dkk

dalam Schunk, 2012:596). Berdasarkan penjelasan sebelumnya terlihat bahwa

rendahnya kualitas pengaturan diri mahasiswa dapat menyebabkan rendahnya

pencapaian prestasi belajar bagi mahasiswa.

Menurut Wena (2009:202) bahwa penggunaan model pembelajaran yang

tepat dinilai sangat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation. Model pembelajaran ini

dapat dikolaborasikan dengan media pembelajaran yang disesuaikan dengan

kemajuan IPTEK. Apapun bentuknya, pemanfaatan ICT dalam pembelajaran

membawa perubahan tradisi atau budaya pembelajaran. Pemanfaatan ICT dalam

(7)

independent) atau juga digabungkan dengan proses pembelajaran langsung (tatap

muka di kelas) yang mengandalkan kehadiran guru.

Model pembelajaran tutorial merupakan salah satu model pembelajaran

yang secara aktif mendayagunakan pemanfaatan ICT. Program tutorial pada

dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan

kepada siswa atau mahasiswa agar dapat mencapai hasil belajar secara optimal.

Mahasiswa dalam kegiatan tutorial ini dibimbing agar dapat melaksanakan

kegiatan belajar mandiri yang bersumber dari modul atau buku pelajaran dan

media pembelajaran lainnya. Tutorial dapat menggunakan metode alternatif di

antaranya bacaan, demonstrasi, penemuan bacaan atau pengalaman yang

membutuhkan respons secara verbal dan tulisan serta adanya ujian. Berangkat dari

penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran

dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agar para siswa

(mahasiswa) dapat belajar secara efisien dan efektif (Rusman, 2011:299-300).

Model pembelajaran tutorial berbantuan program Cabri Geometry II

dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah atau kampus.

Program Cabri Geometry II merupakan program komputer yang dapat

menggambarkan secara real materi transformasi geometri kepada mahasiswa.

Model pembelajaran tutorial berbantuan program Cabri Geometry II dapat

memberikan bantuan kepada mahasiswa untuk memahami materi transformasi

geometri, memecahkan masalah yang berhubungan dengan transformasi geometri,

(8)

Penerapan model pembelajaran tutorial diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation siswa.

Pengalaman peneliti selama menjadi mahasiswa strata 1, penggunaan

model maupun media pembelajaran berbasis ICT masih jarang digunakan oleh

para dosen. Artinya, model pembelajaran masih bersifat konvensional belum

memperhatikan ciri-ciri, hakekat serta langkah-langkah penerapan model

pembelajaran yang relevan dengan esensi materi serta kondisi mahasiswa.

Beberapa kelemahan mahasiswa dalam memaknai atau menginterpretasi

pembelajaran matematika berbasis ICT terutama transformasi geometri terletak

pada: kemampuan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT, pemahaman

konsep yang mendasari transformasi geometri seperti matriks, pemahaman

bangun datar dan koordinat cartesius.

Peneliti juga memperoleh informasi dari dosen pengasuh mata kuliah

geometri transformasi pada program studi Pendidikan Matematika Universitas

Khairun tahun ajaran 2012/2013, bahwa proses belajar mengajar belum

menggunakan program komputer untuk mengaplikasikan konsep geometri secara

langsung dihadapan mahasiswa. Selain itu, beberapa materi pada mata kuliah

geometri transformasi belum sepenuhnya tersampaikan berhubung waktu yang

dinilai terbatas oleh dosen pengasuh dan banyaknya mata kuliah prasyarat yang

belum dikuasai oleh mahasiswa yang mengontrak mata kuliah tersebut.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya tentang pentingnya kemampuan

berpikir kritis dan self regulation mahasiswa yang belum banyak dikembangkan

(9)

perkembangan ICT, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:

“Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemampuan Self

Regulation Mahasiswa Melalui Pemanfaatan Program Cabri Geometry II pada

Model Pembelajaran Tutorial”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang

memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II lebih

tinggi daripada mahasiswa yang memperoleh model pembelajaran tutorial dan

model pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan self regulation mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II lebih tinggi daripada

mahasiswa yang memperoleh model pembelajaran tutorial dan model

pembelajaran konvensional?

3. Bagaimanakah kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan

kemampuan self regulation mahasiswa setelah memperoleh pembelajaran

tutorial dengan program Cabri Geometry II?

4. Apakah terdapat interaksi atau pengaruh antara pembelajaran tutorial dengan

program Cabri Geometry II dan kemampuan awal matematis terhadap

peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self regulation

(10)

5. Bagaimanakah sikap mahasiswa terhadap pembelajaran tutorial dengan

program Cabri Geometry II?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa

yang memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II.

2. Untuk menelaah peningkatan kemampuan self-regulation mahasiswa yang

memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II.

3. Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

dan kemampuan self-regulation mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran

tutorial dengan program Cabri Geometry II.

4. Untuk mengetahui interaksi antara antara pembelajaran tutorial dengan

program Cabri Geometry II dan kemampuan awal matematis terhadap

peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self regulation

mahasiswa.

5. Untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap pembelajaran tutorial dengan

(11)

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

mahasiswa, guru, peneliti maupun para pembaca lainnya.

1. Bagi mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

matematis dan kemampuan self regulation melalui penggunaan program Cabri

Geometry II pada model pembelajaran tutorial.

2. Bagi dosen dan guru, bahwa penggunaan program Cabri Geometry II pada

model pembelajaran tutorial dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

matematis dan kemampuan self regulation mahasiswa sehingga dapat menjadi

alternatif model pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar

mengajar.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan diri bagi

peneliti sekaligus menjadi langkah awal dalam penerapan kegiatan belajar

mengajar di kelas.

4. Bagi pembaca lainnya, agar dapat menjadikannya sebagai bahan acuan serta

memberikan pengetahuan tentang kemampuan berpikir kritis matematis dan

kemampuan self regulation mahasiswa serta pemanfaatan program Cabri

Geometry II pada model pembelajaran tutorial.

E. Definisi Operasional

1. Berpikir kritis adalah sebuah proses pemikiran mengenai suatu hal,

substansi atau masalah apa saja yang masuk akal dan reflektif untuk

(12)

mencari jawaban semata, tetapi yang utama adalah mempertanyakan

jawaban, fakta atau informasi yang ada. Pemikir sebagai subjek berpikir

kritis dapat meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani

secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan

menerapkan standar-standar intelektual yang dimilikinya.

2. Berpikir kritis matematis adalah kemampuan untuk melibatkan

pengetahuan matematis sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi

kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan, atau mengevaluasi situasi

matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif. Dalam

penelitian ini, indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang

disoroti adalah kemampuan mengidentifikasi konsep, menggeneralisasi,

mengklarifikasi, dan memecahkan masalah.

3. Self regulation atau pengaturan diri adalah proses proaktif dimana

individu secara konsisten mengatur dan mengelola pikiran, emosi,

perilaku dan lingkungan mereka untuk mencapai tujuan akademik. Proses

self regulation terdiri atas tiga tahapan yaitu observasi diri, penilaian diri

serta reaksi diri. Dalam penelitian ini, komponen kemampuan self

regulation yang disoroti adalah komponen kognitif yang berkaitan dengan

strategi yang digunakan mahasiswa untuk menyelesaikan pekerjaan

rumah dan memproses informasi secara lebih efektif, komponen perilaku

yaitu mahasiswa dapat mengatur tindakan mereka agar tetap berfokus

pada pencapaian tujuan pembelajaran, komponen motivasi yang berkaitan

(13)

harapan hasil dan pencarian bantuan, serta komponen metakognisi yaitu

mahasiswa dapat merenung untuk menetapkan tujuan dan memantau

kemajuan belajar mereka sendiri serta menjaga suasana emosi positif

mereka.

4. Cabri Geometry II merupakan software geometri interaktif yang dapat

digunakan untuk mempelajari bangun datar (dimensi 2). Program ini

memuat konstruksi dengan jangka dan penggaris. Konstruksi ini lebih

teliti daripada menggunakan alat jangka. Sifat dinamik berasal dari

kemampuannya dalam dragging atau menganimasi objek awal sementara

objek lainnya dibatasi oleh sifat-sifatnya Program Cabri Geometry II

merupakan software yang digunakan peneliti dalam menerapkan model

pembelajaran tutorial.

5. Model pembelajaran tutorial adalah model pembelajaran yang diterapkan

dengan memberikan arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi agar para

siswa belajar secara efisien dan efektif. Model pembelajaran tutorial

merupakan salah satu model pembelajaran berbasis komputer dengan

menggunakan software yang berisi materi pelajaran dan soal-soal latihan.

Dalam penelitian ini, penullis mengkolaborasikan model pembelajaran

(14)

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, penulis

merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang

memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II lebih

tinggi secara signifikan daripada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran

tutorial biasa dan pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan self regulation mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II lebih tinggi secara

signifikan daripada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial biasa

dan pembelajaran konvensional.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran tutorial dengan

program Cabri Geometry II dan kemampuan awal matematis terhadap

peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends

“ Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Matematis, dan Self- Concept Siswa SMP Melalui Metode Reciprocal Teaching “...

Kemampuan berpikir kritis matematis adalah proses kemampuan siswa dalam. penguasaan konsep, generalisasi, algoritma, dan

Pada penelitian ini, upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCES (MI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pembelajaran Matematika dengan Model CORE untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan.. Universitas Pendidikan Indonesia

memungkinkan meningkatkan kemampuan pemahaman, penalaran matematis dan self confidence siswa, karena siswa dilibatkan secara langsung dalam berpikir matematis pada

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Temas-Games-Tournamens untuk meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Matematis Siswa Madrasah Aliyah1.