Rini Rindayani, Kajian Penanggulangan Kecelakaan dalam Penganglrutan Zat Radioaktif ...
Kajian Penanggulangan Kecelakaan dalam Pengangkutan Zat
Radioaktif untuk
Panduan Penyusunan Skenario Pelatihan
Rini Rindayani
Pusdiklat
-
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Abstrak
J
i
ka terjadi
k
ecelakaan da
l
a
m
pengang
k
utan yang menghasilkan
pelepasan
z
at
radi
oak
tif y
a
n
g
cukup ber
arti
, hi
l
a
ngn
ya f
un
g
si penahan radiasi atau
pengendalian
k
r
i
t
ikalitas, maka dampaknya harus dapat di
k
e
nda
l
i
k
an
dan
diminimalisir
dengan
tindakan
penanggulangan
kedaruratan
yang t
e
pa
t.
Oleh karena itu kemampuan melakukan tindakan kedaruratan yang memadai
sangat diperluka
n
. Tulisa
n
ini m
e
mbahas m
e
ngenai potensi
b
ahay
a
a
k
ibat
k
e
c
e
l
a
ka
an
,
t
anggungjawab
p
erson
i
l
penangg
ula
ngan
k
ece
l
akaan
,
d
an
t
indakan penanggulangan
kecelakaan dalam pengangkutan
zat radioaktif,
serta bagaimana
hal terse but sebaiknya dapat dituangkan
dalam silabus
pelatihan
praktik
penanggulangan
kecelakaan
dalam
pengangkutan
zat
radioaktif
.
Abstract
When a
t
ransport
accide
nt
occu
rs
res
ulting
a
si
gn
i
ficant
release
of
radioactive
material
,
l
oss o
f s
hielding or loss of criticality
control, the
consequences
should
be
c
ontrolled
or mitigated
by proper
emergency
r
esponse actions
.
Therefore an adequa
t
e emergen
cy r
esponse capability is
n
eeded. Th
i
s pape
r
re
vi
ews potential
c
ons
e
quen
c
es
of
t
ransport accident
involv
i
ng
r
adioactive m
a
terials
,
respons
i
bilities of
re
sponse personnels
,
and
t
he response actions
; t
o be used as guidance in de
v
eloping scenario for
training in emergency response of accident in the transport of radioactive
materials.
Pendahu
luan
Dewasa
ini
,
zat
rad
i
oaktif
digunakan
secara
intensif
dalam
bidang
kesehatan
,
i
ndustri
,
pertanian
,
penelitian
,
produk
konsumer
dan
juga
pembangk
i
t
tenaga
Iistrik.
Karena
umumnya
pusat
produksi
bahan
r
adioaktif
tersebut
terletak jauh
dari tempat
pemanfaatannya
,
maka setiap tahun
frekuensi pengangkutan
bungkusan
yang
mengandung
zat
radioaktif
da
l
am berbagai ukuran cukup besar
j
umlahnya
.
Mengingat
zat
r
adioaktif
memilik
i
potensi bahaya maka dikembangkan
Widyanuklida Vol. 8.No.I-2 Desember 2007
peraturan
pengangkutan
yang
berskala
nasional
dan/atau
intemasional
untuk
keselamatan
manusia, barang
dan
lingkungan.
Peraturan
tersebut
dipergunakan
oleh instansi yang berwenang
di
masing-masmg
negara
untuk
mengawas
i
pengangkutan
zat
radioaktif.
Peraturan
im
u
ntuk
menjamin
pengungkung,
penahan
radiasi dan
pencegahan
terhadap
kritikalitas sudah memadai sehingga
dapat mengurangi
dampak radiasi
bila
terjadi
kecelakaan
dalam
pengangkutan zat radioaktif
.
Karena selalu terdapat kemungkinan
terjadinya
kecelakaan
dalam
pengangkutan
zat
radioaktif
tersebut,
maka
materi
mengenai
penanggulangan
kecelakaan
uu
diajarkan
di
dalam
pelatihan
mengenai
keselamatan
radiasi.
Untuk itu, periu
dikaji
faktor yang
harus
diperhatikan
dalam
penyusunan
silabus
atau skenario
penanggulangan kecelakaan dalam
pengangkutan
zat
radioaktif
itu
dalam rangka peningkatan kualitas
pelatihan.
.
Makalah
ini
akan
membahas
berbagai
potensi bahaya
yang dapat
timbul
akibat kecelakaan
tersebut
,
tanggung
jawab personil
dan
tahapan
penanggulangannya.
Selanjutnya
,
berdasarkan
hal
tersebut
dibuat
suatu
panduan
umum penyusunan silabus praktik
pelatihan
penanggulangan
kecelakaan dalam pengangkutan zat
radio
a
ktif.
18
Potensi
Babaya
A
ki
bat
Kecelakaan D
a
lam Pengangkutan
Zat
Radioaktif
Sifat, karateristik
dan akibat
dari
kecelakaan dalam pengangkutan
zat
radioaktif tergantung
pada
beberapa
faktor
seperti:
jenis
bungkusan,
bentuk fisik dan kimia
dari
zat
radioaktif,
radiotoksisitas
dan
jumlah
zat
radioaktif
yang
terkandung dalam
bungkusan
,
tata
cara pengangkutan,
serta
tingkat
keparahan
kecelakaan
(sebagai
akibat dari berkurangnya keutuhan
bungkusan)
.
Selain
itu, hal yang
juga dapat
mempengaruhi
adalah
terdapat barang berbahaya lain yang
terkandung dalam bungkusan, lokasi
kecelakaan dan kondisi euaca.
.
Potensi
babaya karena kegagalan
bungkusan
Bila pengangkutan bungkusan zat
radioaktif
dilakukan sesuai
dengan
peraturan
pengangkutan
yang
berlaku
maka
kemungkinan
adanya
risiko terhadap manusia,
barang dan
lingkungan jika terjadi
kecelakaan
relatif
keeil.
Walau
demikian,
untuk
tujuan
perencanaan
tindakan
penanggulangan kecelakaan
,
tetap
harus
dipertimbangkan
penyebab
kegagalan
bungkusan
yang tidak
sesuai
dengan
desain
dasar
bungkusan tersebut sebingga dapat
menimbulkan bahaya
,
misalnya:
1.
Tumbukan yang kuat sehingga
dapat
menembus
sistem
pen
g
un
g
kung bungkusan.
2.
K
o
ba
r
a
n api d
a
lam jangka wak
t
u
yang panjang
seb
i
n
gg
a
d
apat
k
ece
lakaan
me
li
puti
ti
n
g
kat
radias
i
eksterna
l
tinggi,
k
ontamina
si
pers
on i
l
,
ke
n
d
araa
n
/
ba
ra
n
g,
jala
n,
perm
uk
aan
tanah
d
an
ud
~
ra
.
se
~
po
te
nsi
b
ahaya
l
ain
se
p
e
rti
kor
osif,
oksi
d
asi
,
u
nburned flammables.
Jika
mat
er
i
a
ln
ya
adalah
non-dispersible,
biasanya
tidak
m
e
ng
hasilk
an
kontaminasi
y
a
ng
berar
t
i
,
t
etap
i
mungkin
s
a
ja
ada
ba
gi
a
n
ya
ng
mempunyai
ting~a~
r
ad
i
a
si ya
ng membahayakan.
Hal in
i
d
a
p
a
t
mengurang
i
atau
me
ng
hil
a
ng
kan
fungs
i
p
e
nahan
radias
i
d
a
ri
b
ungkusan
t
e
rs
e
but
.
Wal
a
upun
demikian
dalam
kondisi
k
e
c
e
laka
a
n
mungkin
saja
m
a
terial
y
an
g di
a
n
gku
t
dalam
bentuk
non-disp
e
r
si
b
le
dapat
menye
ba
bk
a
n
penyebaran
kontam inasi
y
a
~~
tingg
i,
misalnya
bila
kond
i
s
i
k
e
bakarannya
parah.
Rini Rindayani. KajianPenanggulangan Kecelakaan dalaan Pengangkutan ZatRadioaktif ...
menyebab
k
an
h
i
l
a
ng
n
y
a
f
un
gsi
p
e
n
a
h
a
n
radiasi
dan/atau
p
e
ngu
ng
kung
bungkusan
.
3
.
Kerus
a
k
a
n
pada bungkusan akan
mengakibatkan
berkurangn
ya
kemampuan
bertahan
terhada
p
tekanan yang sudah dirancan
g
.
Bungkusan
zat
radioaktif
t
er
bagi
atas beberapa
jen
i
s
s
esuai
d
en
gan
kriteria besaran
ata
u j
e
n
i
s
n
ya
(lih
a
t
Lampiran-l
).
Be
r
das
a
r
k
an
j
e
n is
bungkusa
n,
kec
e
l
aka
an
p
engangkutan
z
a
t
rad
io
ak
tif
d
a
pa
t
menimbulkan
bahaya ra
diolog
i
dar
i
t
i
ngkat rendah h
i
ngg
a tingk
at
t
in
gg
i
.
Bahaya
k
ecelakaan
ti
ngka
t
r
en
dah
dapa
t
terjad
i
pad
a
semu
a
je
nis
bungkusan,
sedang
k
an
bahay
a
kecelakaa
n
tingka
t
ti
n
gg
i
han
ya
terjadi pada bungkusan tipe B dan
C
karena
aktifitasnya
yang
tingg
i
(beberapa
GBq
sampai
beberapa
juta GBq).
Po
te
nsi
b
ab
aya
karena
bentuk
fisik z
at
r
ad
i
o
ak
t
if
Zat radioaktif
dikirim
ba
ik
da
l
am
bentuk
dispersib
le
(mudah
menyebar
,
sepert
i:
bubuk
,
cairan
,
gas)
a
t
au
non-dispersible
(tidak
mudah
menyebar
).
Mater
i
a
l
dispersible
mis
a
lnya
radiofarma
k
a
yang
digun
a
kan
da
l
am
diagno
s
is
medis atau
per
awata
n.
Sedangkan
material
non-dispersible
misalnya
zat radioaktif
yang pada
t
dan besa
r
ata
u
z
at ra
dio
a
ktif
pada
t
te
r
bungku
s
dalam kaps
u
l
.
J
ika
kec
el
a
ka
a
n
dalam
pengangkutan
me
libatkan
material
dispersible,
mak
a
kondisi
ya
n
g
dihadapi
personil
penanggu
l
angan
Potensi
babaya d
ar
i
materia
l
yang
mempunyai
kandungan
berbabaya l
a
in
Z
at
rad
i
oaktif
dap
a
t
meng
andun
g
bahay
a
l
ain,
bahaya
ini
dapa
t
me
l
eb
ihi
bahaya
radi
a
si
.
C
onto
h:
UF
6m
emilik
i
bahaya
t
oksis
it
a
s
kimi
a
yang
tingg
i
,
Ur
an
il
Nit
r
a
t
m
e
r
u
pak
a
n
larutan
z
a
t
rad
i
oak
tif
yang kor
os
if.
Bahaya
tam bah an
ini
h
ar
us
dip
e
r
timb
angkan
dalam
pen
a
nggul
anga
n
kecelak
aa
n.
Baha
ya
ini d
a
pat
d
iid
en
t
ifikasi
oleh
p
ekerja
k
e
d
aru
r
a
tan
melalui
l
ab
el
da
n
p
lak
at tanda baran
g berbahaya
.
Potensi
bahaya
akibat
paparan
dan
kontaminasi zat radioaktif
Kemungkinan
t
erkena paparan zat
radioaktif
ben
tuk
dispersible
dan
non-dispersible
yang terlibat dalam
kecelakaan
pengangkutan
dapat
terjadi
misalnya
bila
kerusakan
bungkusan
cukup parah
sehingga
merusak sistem pengungkung, maka
api dan penggunaan air
serta
bahan
kimia untuk memadamkan api
dapat
menyebabkan
mudahnya
penyebaran zat radioaktif disekitar
kecelakaan.
Pekerja
yang berada
dalam daerah kontaminasi pada saa
t
terjadi
kecelakaan
dapat
terkontaminasi
juga
dan
dapat
mempercepat
penyebaran
kontaminasi karena
tindakannya.
Selain itu,
zat
radioaktif
dispersible
dapat
mengkontaminasi
hasil
pertanian lokal
dan air minum
yang
membahayakan
pada hasil produk
dan
air minum
tersebut
apabila
dikonsumsi
oleh
mahluk
hidup.
Cuaca,
seperti
angin
dan
hujan
dapat
meluaskan
kontaminasi
radioaktif,
juga
kendaraan
pengangkut
atau
peralatan
yang
dipergunakan
oleh
pekerja
penanggulangan kecelakaan
karena
tidak ada pendeteksian kontaminasi
radioaktif.
Tanggungjawab
Personil
Penang-gulangan
Kecelakaan
Dalam
Pengangkutan Zat Radioaktif
Bila terjadi terjadi kece1akaan
dalam
pengangkutan
zat radioaktif maka
beberapa
organisasi
pemerintah,
pengirim,
pengangkut
mempunyai
tanggungjawab
untuk
melakukan
Widyanuklida Vol.8.No.I-2 Desember 2007
20
tindakan
mengurangi
akibat
kecelakaan
tersebut
.
Umumnya
dalam
situasi
kecelakaan
pengangkutan
maka
tim
penanggulangan
kecelakaan terdiri
dari
tim keselamatan, tim medis, tim
pemadam
kebakaran,
dan
Polisi
yang
bertugas
menangani
kecelakaan.
Selain
itu
perlu
melibatkan
organisasi
yang
mempunyai
keahlian
dalam
menangani
zat
radioaktif
,
sehingga mampu menilai
besarnya
kecelakaan
dan
melaksanakan
tindakan
perlindungan yang bertujuan untuk
mengendalikanlmengurangi
bahaya
radiasi
.
Tanggungjawab
Instansi
yang
berwenang
Tingkat
keparahan
akibat
kecelakaan
menentukan
tingkat
penanggulangan
dan
organisasi
yang
terlibat dalam penanggulangan
kecelakaan
itu.
Instansi
yang
berwenang
harus
melakukan
koordinasi dengan organisasi
dan
badan
lainnya
guna
menentukan
fungsi, tugas dan tanggungjawab
masing-masing dalam penanganan
kecelakaan
tersebut
.
Perencanaan
dan
prosedur
penanggulangan
kecelakaan
yang
disusun
oleh
pemerintah
tingkat
lokal dan propinsi harus diperiksa
terlebih dahulu oleh Instansi
yang
berwenang.
Hal ini bertujuan untuk
menjamin bahwa perencanaan dan
prosedur
tersebut
sesuai
dengan
perencanaan
dan
prosedur
penanggulangan nasional
.
Hal ini
merupakan
bagian
dari
proses
memastikan
bahwa
instruksi
penanggulangan
kecelakaan sudah
dibawa dan dapat digunakan untuk
menangani tindakan pertama dalam
kedaruratan
kecelakaan.
Petugas
pengangkut
harus
diinstruksikan
agar
segera
setelah
teJjadi
kecelakaan mereka memberitahukan
kepada polisi atau agensi lain yang
bcrkaitan
dengan
kecelakaan,
penglnm
dan
instansi
yang
berwenang lainnya.
Tanggungjawab
Tim
Proteksi
Radiasi
Untuk
mendukung
organisasi
penanggu langan kecelakaan dalam
pengangkutan zat radioaktif, harus
ada tim proteksi yang sudah terlatih
dan
difasilitasi
dengan
peralatan
yang memadai. Tim proteksi radiasi
ini mempunyai tugas untuk menilai
akibat
kecelakaan
yang
menimbulkan
pelepasan
zat
radioaktif. Wewenang tim proteksi
radiasi
meliputi:
mengevaluasi
bahaya
radiologi,
melakukan
langkah
yang
tepat
guna
meminimalisir
penyebaran
kontaminasi
zat
radioaktif
dan
paparan radiasi terhadap manusia,
serta memberi informasi teknis dan
saran
kepada
instansi
yang
berwenang
dalam
melakukan
perawatan terhadap orang terkena
bahaya radiasi.
Komunikasi
dengan
tim proteksi
radiasi harus dapat dilakukan 24
(dua puluh empat) jam per hari, 7
(tujuh) hari per minggu sehingga
anggota
tim
dapat
scgera
mengetahui apabila bantuan mereka
Rini Rindayani, Kajian Penanggulangan Kecelakasn datam Pengangkutan Zat Radioaktif ...
perencanaan,
yaitu
menentukan
apakah
organisasi
dan
badan
tersebut
mempunyai
kemampuan
memadai
untuk
menanggulangi
dampak
kecelakaan pengangkutan
zat radioaktif.
Tanggungjawab
Pengirim
dan
Png •• lult
Pada prinsipnya,
untuk menjamin
kcsiapan pcngiriman zat radioaktif
merupakan
tanggungjawab
utama
dari
pengirim.
Tetapi umumnya,
baik pengangkut maupun pengirim
secara
bersama-sama
meyiapkan
tindakan
penanggulangan
dan
bantuan teknis yang tepat un
t
uk
pekerja kedaruratan.
Pengirim harus memastikan bahwa
scbelum
melaksanakan
pengangkutan
zat
radioaktif
pengirim
sudah
benar-benar
memahami
prosedur
yang
harus
dilakukan
bila terjadi kecelakaan
dalam
pengangkutan.
Pengirim
harus
dapat
memastikan
bahwa
pengaturan
tindakan
penanggulangan
kecelakaan
pengangkutan zat radioaktif sudah
tepat.
Pengaturan
ini
meliputi
penyiapan
untuk
informasi
mengenai pengiriman, pengetahuan
mengenai
bagaimana
menangani
kecelakaan,
dan
melengkapi
bantuan teknis untuk kecelakaan.
Meskipun
tanggungjawab
utama
keselamatan pengangkutan ada pada
pengirim
tetapi
pengangkut juga
mempunyai
tanggungjawab
untuk
menjaga
keselamatan
sclama
pengangkutan
dan
melakukan
tindakan yang tepat apabila terjadi
kecelakaan.
Penganglwt
harus
Widyanuklida Vol.8. No.I-2 Desember 2007
diperlukan
di
lokasi
kecelakaan
tersebut.
Tanggungjawab
Untuk Informasi
dan Komunikasi
Meskipun personil dan organisasi
yang terlibat dalam penanggulangan
kecelakaan ini berbeda-beda, tetapi
informasi dan komunikasi mengenai
kecelakaan
pengangkutan
zat
radioaktif
hams
ditangani
oleh
pl
:
'~as-petugas yang sudah terbiasa
menangani
kecelakaan
pengangkutan
barang
berbahaya
lainnya,
karena
petugas-petugas
tersebut sudah terlatih dan memiliki
fasilitas komunikasi yang lengkap.
Penanggulangan
Kecelakaan
Dalam
Pengangkutan
Zat
Radioaktif
Perencanaan
penanggulangan
kecelakaan
hams
cukup fleksibel
agar
dapat
menangani
berbagai
macam kecelakaan.
Tindakan
penanggulangan
kecelakaan terbagi atas 3 (tiga) fase,
yaitu:
1. Fase Awal Kecelakaan.
2. Fase
Pengendalian
Kecelakaan.
3. Fase Pasca Penanggulangan
Kecelakaaan.
Dalam fase awal kecelakaan fokus
utama
adalah
menyelamatkan
manusia
dan
identifikasi
babaya,
dalam fase pengendalian kecelakaan
dilakukan evaluasi terhadap kondisi
kecelakaan dan tindakan yang hams
diambil,
sedangkan
dalam
fase
22
pasca penanggulangan
kecelakaan
dilakukan tindakan penanggulangan
dan
pembersihanldekontaminasi.
Cakupan
minimal
perencanaan
penanggulangan
kecelakaan
radioaktif dan uraian setiap fase
penanggulangan
kecelakaan
dapat
dilihat pada Lampiran-2.
Berikut
ini
contoh
kasus
penanggulangan kecelakaan dalam
pengangkutan zat radioaktif yang
dapat
diambil
sebagai
pelajaran,
ketika
itu
tahun
1979 pesawat
penumpang jenis DC-8 mengalami
kegagalan
sewaktu
melakukan
pendaratan
di
bandara
Athens,
menabrak pagar pembatas airport
dan melintasi jalan umum. Benturan
menyebabkan pesawat terbakar, di
dalam kargo pesawat terdapat 40
bungkusan radioaktif yaitu :
I1I-kuning sebanyak 3 bungkusan,
1-Putih sebanyak 26 bungkusan, dan
bungkusan
dikecualikan
sebanyak
11 bungkusan
Fase awal
Tim
kedaruratan
bandara
mernpakan tim yang pertama datang
ke lokasi kecelakaan dan dilengkapi
dengan peralatan keselamatan dan
pemadam
kebakaran.
Selama
periode 5 jam pertama, penguasa
airport tidak menyadari bahwa di
dalam kargo yang terbakar tersebut
terdapat
zat
radioaktif.
Ketika
menyadari bal itu mereka segera
memberitahu pusat penelitian nuklir
terdekat, tindakan ini merupakan
tindakan
yang
sesuai
dengan
prosedur perencanaan kedaruratan.
paparan
dalam ruang kargo kurang
dari
0,01
mSv/jam,
hal
ini
disebabkan
kontaminasi
dari
Sodium-22.
Oi
luar
ruang
penyimpanan
tidak
terdeteksi
adanya
kontaminasi.
Berdasarkan
pengukuran
tersebut
maka
tim
radiologi
merekomendasikan
untuk
membuang
bangkai pesawa
t
.
Rini Rmdayani. Kajian Penanggulangan Kecelakaan dalam Pengangkutan Zat Radioaktif ...
Tim
kedaruratan
radiologi
tiba di
lokasi 1 jam kemudian.
Pada saat itu
api
belum
dapat
dipadamkan
sepenuhnya
sehingga
tim
hanya
dapat
melakukan
survey
di
area
eksternal
saja. Tim
ini
melokalisir
area
dimana
bungkusan
radioaktif
disimpan,
tetapi
tidak
terdeteksi
adanya
kontaminasi
eksterna.
S
a
mbil
menunggu
api padam,
tim
radiologi
melakukan
pengecekan
kontaminasi
terhadap
anggota
tim
kedaruratan
(polisi,
pemadam
kebakaran
dan
tenaga
medis)
dengan
menggunakan
alat
ukur
portable.
Infonnasi
detil
mengenai
zat
radioaktif tidak diperoleh
hingga
12
jam
pasca
kecelakaan.
Sehingga
infonnasi
awal
mengenai
potensi
bahaya
radiasi
hanya
didasarkan
pada pengukuran
menggunakan
alat
ukur pada lokasi tersebut.
Fase pengendalian kecelakaan
Segera
setelah
diperbolehkan
memasuki
daerah kecelakaan
maka
tim
radiologi
menuju
kargo
dan
mulai
melakukan
survey
di
lokasi
tersebut
dan
mengumpulkan
bungkusan
zat
radioaktif.
Kondisi
kargo
hampir
seluruhnya
t
erbakar
dan
hampir semua kaleng
radioaktif
terbakar
sehingga
vial
gelas
mengalami
kerusakan
dan
tanpa
penutup
karet.
Sebagian
besar
penahan
timbal
meleleh
dan
bercampur dengan kaleng
metal.
Reruntuhan
yang
terkontaminasi
dimasukkan
ke dal
a
m drum metal,
kemudian
dil
a
kukan
survey
radiasi
di dala
m
dan di lu
a
r p
e
saw
a
t.
Laju
Fase
pasca
kecelakaan
pen
anggulanga
n
Drum
yang
mengandung
puing-puing
zat
radioaktif dikirim ke pusat
penelitian
nuklir
untuk
dianalisis
dan dikubur.
Diskusi dan Kesimpulan
Berdasarkan
uraian
di
atas
yang
meliputi
potensi
bahaya
akibat
kecelakaan,
tanggungjawab
personil
dan
tindakan
penanggulangan
kecelakaan
dalam pengangkutan
zat
radioaktif
dengan
contoh
kecelakaan
pesawat
terbang,
terlihat
bahwa
proses
penanggulangan
kecelakaan
ini
cukup
kompleks baik
dari segi koordinasi
antar
institusi
maupun
teknis
pelaksanaan
di
lapangan.
Oalam menyusun silabus
praktik
penanggulangan
kecelakaan
terse but
sebaiknya
telah
tersedia
suatu
program
penanggulangan
kecelakaan
tingkat
nasional
yang
selanjutnya
dapat
diturunkan
menjadi
program
propmsi
atau
lokal.
Sekiranya
hal tersebut
belurn
tersedia,
maka
secara
urnum
disimpulkan
hal
tersebut
dibawah
101
dapat
digunakan
sebagai
panduan:
~
==~====---
---
---~
Widyanuklida Vol.8.No.I·2 Desember 2007
I. skenario
kecelakaan
kutan
melibatkan
pengang-pelepasan
denga
n
hilang
,
sumber
radioakt
if
kemungkinan
sumber
pelindung
rusak
da
n
papara
n
yang berlebihan,
2. skenario
kecelakaan
mencakup
beberapa
kemungkinan
kond
i
s
i
kedaruratan
,
terg
a
ntung
a
s
um
si
yang
d
i
gunaka
n,
sehi
ng
g
a
peserta
harus
mengidentifikas
i
berbaga
i
kemungkinan
t
i
ngka
t
keparahan kecela
ka
a
n,
3. terda
p
at s
i
tua
s
i yang me
l
ibatka
n
koordinasi
antara
berbaga
i
institusi sesuai kewenangannya
,
4
.
situasi
darurat
tersebut
Juga
menyebabkan
peserta
harus
mampu
meng
i
dentifikas
i
peralatan yang diperlukan untuk
menanggapinya
,
5
.
korban
luka-Iuka
dapat
ditambahkan
dalam
skenario
untuk menguji tanggap medis
6
.
termasuk dalam skenario adanya
pemb
uat
a
n
i
nformas
i
untuk
m
asy
ar
aka
t
agar
mengetahu
i
akan
a
dan
y
a ke
c
e
l
a
k
aa
n i
tu dan
waspada
te
rhada
p
pot
e
ns
i
bahaya
yang dit
i
mbulka
n.
Daftar Pustaka
International
Atomi
c
Energy
Agency
,
Planning
and Preparing
for
Emergency
Response
to transport Accidents
Involving
Radioactive
Material, IAEA
-
Safety
Standards Series No
.
Ts-G-1
.
2 (ST-3), IAEA
,
Vienna 2002.
International
Atom
ic
Energy
Agency,
Regulat
i
on
for
The
Safe
Transport of Radioa
c
ti
v
e Material
(
ST
-
1
,
1996 edition
,
revised)
,
Safety
Standards Se
r
ie
s No.
T
S-R
-
I
,
IAE
A,
V
i
e
n
n
a 2
000
.
Internat
i
ona
l
Atom
ic
E
ne
rgy
A
g
e
n
c
y,
Generi
c
P
r
ocedure
s
f
o
r
A
s
s
essm
en
t and Response
D
uri
n
g
A
Ra
di
ological Emergency,
IAEA-TECDO
C
-I
1
6
2,
I
A
EA, V
ienna 200
.
Lampiran-l
Rini Rindayani. Kajian Penanggulangan Kecelakaan dalam Pengangkutan Zat Radioaktif ...
Bungkusan Dikecualikan
H
an
ya
dip
e
rbolehkan
untuk
zat radi
o
aktif
yang
m
em
p
uny
a
i
aktivi
ta
s
r
endah
,
sehingga apabila terjadi kecelakaan
maka akibat yang
d
itimbulkan
ju
ga
kecil
da
n
tidak diperJukan tindakan perlindungan
khusus. Walaupun demikia
n
kemungkin
a
n
timbulnya
kontaminasi
akibat tertembusnya
bungkusan
tersebut
haws
me
n
j
ad
i
pertimbangan
daJam menyusun
langkah-Iangkah
penanggulangan
keceJa
k
a
a
n.
Bungkusan Tipe A
Dirancang
untuk kondisi pengangkutan
normal dan aktivitasnya
terbatas
.
Batasan
aktivitas untuk bungkusan
tipe A merupakan
batasan bahaya bungkusan
tersebut,
sehingga
bila tejadi kecelakaan
yang menyebabkan
Jepasnya zat radioaktif
atau
hilangnya fungsi penahan radiasi maka bahayanya
hanya ada di sekitar bungkusan
.
Asumsi dasar dalam mempertimbangkan
akibat kecelakaan adalah manusia tanpa
pelindung berada pada jarak J meter dari bungkusan
yang rusak selama 30 menit
tidak akan mendapat paparan radiasi melebihi 50 mSv.
Dosis 50 mSv ini berasal
dari penyinaran
Jangsung akibat radiasi eksterna
atau berasal dari dosis terikat
akibat inhalasi atau ingesi.
Bungkusan
Ind
u
stri
Ju
mla
h
d
a
n
bentuk
material
Low
Specific
Activi
t
y
(LS
A
)
da
n
S
u
r
face
Contaminated Objects
(SeC)
dalam bungkusan
in
d
ustri diba
t
asi, sehin
gg
a ti
ng
k
a
t
r
a
diasi
eksternaJ
yang berjarak
3 meter
dari material
yang
tidak terbun
g
kus
tersebut tidak boleh meJebihi J0 mSv/jam. Walaupun potensi bahaya radiologinya
relatif rendah, tetapi bila terjadi kecelakaan
dapat menimbulkan
bahaya internal
dan penyinaran eksternal,
sehingga perlu dilakukan tindakan perlindungan.
Bu
n
gkusan Ti
p
e B
d
an
e
Berisi zat radioaktif
dengan
aktivitas
dari beberapa
GBq sampai
beberapa juta
GBq,
misalnya:
bahan bakar nuklir.
Bungkusan
ini didesain untuk dapat bertahan
dalam kondisi kecelakaan,
sehingga
bila terjadi kecelakaan
maka bahaya radiasi
yang timbul diharapkan
hanya terbatas pada lingkungan
disekitar kecelakaan
saja.
Rusaknya bungkusan tipe B dan C yang mengandung
zat radioaktif dalam jumlah
besar
dapat
menyebabkan
efek
negatif
yang
serius
terhadap
kesehatan
dan
mem
p
engaruhi
keselamatan
di lokasi kecelakaan,
sehingga harus segera dilakukan
tin
d
akan penanggulangan
kecelakaan
agar dapat segera dikendalikan
dan kembali
pada keadaan nor
m
a
l
.
Bungkusan yang Mengandung
Bahan Fisil
P
o
t
ensi baha
y
a
a
k
i
b
at k
e
celak
aa
n
dalam penggan
gk
u
t
an
y
ang
meli
ba
tk
an
bahan
fis
i
l tergan
t
ung
pada
:
I
.
Jenis rad
i
oakt
ivi
ta
s.
2
.
Sifat bahan fisil
.
3
.
Jumlah bahan fisil
.
4.
Kond
i
si kecelakaan.
5.
Kritikal
i
tas bahan fisi
l.
Lampiran-2
Widyanuklida Vol.8.No.I-2 Desember 2007P
erencanaan
Penanggulangan
Kecelakaan Radioaktif MeJiputi:
•
Dasar perencanaan penanggulangan kecelakaan
.
•
Tanggung
j
awab
,
kemampuan dan tugas dari organisasi yang terlibat dalam
penanggulangan kecelakaan
.
•
Prosedu
r
untuk sia
p
siaga dan pemberitahuan kepada organisasi terkait
.
•
Metod
e
untuk me
n
gumumkan
adanya baha
ya se
rta tindakan yang harus
dilakukan oleh masyaraka
t
.
•
Ti
ngka
t i
n
terve
ns
i
dan a
c
t
i
o
n
untuk paparan
d
an kontam
i
nas
i
.
•
T
i
ndakan perl
i
ndungan
.
•
Dukungan te
n
aga med
is
dan kesehatan masyarakat
.
• Prosed
ur
pelat
i
han dan evaluasi perencanaan
.
•
Informas
i
terhadap masyarakat
.
Tiga Fase Tindakan
Penanggulangan
Kecelakaan:
1. FaseAwal
Pengangkut
dan Pengirim
mempunyai tanggungjawab
dalam tindakan awa
l
penanggulangan kece
l
akaan
.
Mereka harus memberitahu instansi yang berwenang
dan organ
i
sas
i
terkai
t
sesegera mungkin pada tahap awal setelah terjadiny
a
kece
l
akaan
.
Tindakan
penanggulangan
yang harus dilakukan oleh tim yang
pertama kali datang ke lokasi kecelakaan adalah
:
• Menyelamatkan manusia
.
• Memberi pertolongan pada orang yang mengalami luka
.
• Isolasi daerah kecelakaan.
• Mencegah menyebarnya kobaran api
.
• MengindentifIkasi bahaya
.
• Menentukan tindakan yang harus dilakukan guna mencegab terjadinya babaya
lebih jauh terhadap manusia.
• Memanggil abli pendukung yang tepat
.
Pada umumnya
informas
i
yang tersedia pada lokas
i
kece
la
kaan
hany
a
lah
i
n
f
ormasi visu
al
sa
j
a
,
yaitu d
ap
at diketahu
i
d
ari d
o
ku
men
penga
ng
k
uta
n, t
an
da
d
an
l
abel p
ada
bungku
s
an
d
an
l
ata
u pl
akat pa
da kend
araa
n atau kont
a
iner. Polisi,
pem
a
d
a
m kebakaran dan t
i
m
lai
n harus dilatih untuk menge
n
a
l
i
in
formasi v
i
sual
ini, sehingga dapat mem
p
e
rkirak
a
n
sit
u
asi d
an me
m
be
r
i
t
ahu ahli yang tepat gun
a
mend
a
pat ban
t
uan dan sara
n.
Polisi, pemadam kebak
a
ran
a
tau p
e
rsonil kedaruratan la
in
har
u
s da
pat
menjamin
b
a
hwa
te
mpat kejadian kecelaka
an
d
an da
erah
s
ekitarnya (pada jarak tertentu)
k
o
song
(
tid
ak
d
a
pa
t
d
im
as
u
k
i
manus
i
a
)
,
h
a
n
ya
p
e
rsonil yang men
a
n
gan
i
pe
n
a
n
ggulanga
n
kecel
aka
an y
ang dipe
r
bo
leh
ka
n
b
e
rad
a
da
l
a
m
area te
r
sebut
.
Rini Rindayani. Kajian Penanggulangan Kecelakaan dalam Pengangkutan Zat Radioaktif ...
Komunikasi yang jelas harus dilakukan oleh personil kedaruratan yang berada di
area kecelakaan dengan instansi berwenang terkait. Jalur komunikasi tersebut
harus tetap terjaga dengan baik.
Penyelidikan awal harus dilakukan oleh personil kedaruratan untuk
memperkirakan efek yang dapat ditimbulkan pad a kehidupan manusia, barang dan
lingkungan. Penyelidikan awal ini harus dapat menentukan tindakan yang tepat
untuk dilakukan pada fase pengendalian dan fase paska penanggulangan
kecelakaan.
Penyelidikan ini harus mengevaluasi situasi pada daerah kecelakaan dengan cara:
I. Memastikan adanya zat radioaktif.
2. Mengidentifikasi radionuklida apa saja yang terlibat dan berapa jumlahnya.
3. Memastikan apakah keutuhan kontainer pengangkut atau bungkusan
terganggu.
4. Memperkirakan potensi radiologi.
2. Fase Pengendalian
Kecelakaan
Informasi dasar yang diperoleh dari hasil tindakan yang dilakukan selama fase
awal harus digunakan oleh penanggungjawab untuk fase pengendalian kecelakaan
(diidentifikasikan sebagai
"Incident Commander")
guna menentukan tindakanutama yang diperlukan selama fase pengendalian kecelakaan.
Sebagai bagian dari proses perencanaan kedaruratan maka tim proteksi radiasi
harus diberi wewenang, disiapkan dan diJengkapi dengan peralatan, agar fase
pengendalian kecelakaan dapat ditangani oleh orang-orang atau tim yang
berkualitas, berpengalaman serta dilengkapi perlatan yang memadai. Tim ini
berasal dari instansi yang berwenang (pemerintah), instansi nuklir, rumah sakit
atau organisasi lain yang dapat memperkirakan bahaya radiologi dan mempunyai
pelayanan proteksi radiasi. Tim ini harus mampu dan berwenang untuk melakukan
monitoring radiasi, menilai bahaya dan memberi saran yang tepat.
Tujuan utama dari monitoring radiasi adalah memberikan informasi secepat
mungkin sehingga dapat menentukan tindakan perlindungan dan perbaikan. Untuk
mencapai tujuan ini maka harus dilakukan pengukuran tingkat radiasi (mSv/jam)
dan tingkat kontaminasi lokal (8q/cm\ Tim ini harus mempunyai peralatan
monitoring radiasi yang tepat dan personil yang berkualitas, terlatih untuk
mengoperasikan peralatan ini. Peralatan ini juga harus dirawat dan dikalibrasi.
Pada beberapa kasus mungkin diperlukan adanya mobillaboratorium radiologi .
8erdasarkan hasil pengukuran maka orang yang berkompeten, misalnya pimpinan
tim, harus mengevaluasi bahaya radiologi dan memberi saran kepada petugas
kedaruratan yang lain, termasuk manager kedaruratan. 8erdasarkan evaluasi dari
kondisi kecelakaan maka harus diambil keputusan mengenai tindakan yang harus
dilakukan terhadap bungkusan dan tindakan perbaikan yang diperlukan. Apabila
ada pelepasan zat radioaktif maka harus dilakukan evakuasi personil pad a jarak
28
Widyanuldida Vol. 8.No.1·2 Desernber 2007
t
e
r
tentu
.
Tindakan perlindungan yang harus dipertirobangkan dalam kecelakaan
pen
gangkutan b
il
a
a
d
a
bahaya rad
i
as
i
dan kontami
n
as
i
adalah
:
• P
enge
n
da
li
an a
k
se
s m
asu
k d
an
kelu
a
r
dar
i
ling
k
un
g
an kecelakaa
n
.
• Ti
ndakan pe
rli
ndu
n
ga
n
dalam
d
aera
h y
ang d
ii
s
ol
as
i
(cordoned ofJ).•
T
i
ndakan perlindunga
n
person
il.
• Sheltering atau e
v
a
k
u
a
s
i
.
• Dekontam
i
nas
i
pe
r
son
il
.
• Pengend
al
ian sup
l
a
i
bahan makana
n
da
n
a
i
r
.
• P
erl
i
ndunga
n t
e
r
had
a
p s
i
stem d
r
a
i
nase loka
l
.
3.
Fase Pa
ska P
enanggu
l
angan
Ke
c
ela
k
aan.
Bila kasuslkeadaan kedaruratan telah teratasi dan sudah dipas
t
ika
n bahwa t
id
a
k
ada bahaya dalam daerah kecelakaan ters
e
but ser
t
a tindakan perlin
d
ung
a
n s
u
dah
dil
a
ksa
na
kan
untuk
melindungi
masy
a
rak
a
t
dan
lingk
u
ng
a
n
d
ar
i
b
a
haya
kon
ta
mi
n
a
s
i
dan p
aparan radi
as
i,
ma
k
a pena
n
g
gu
ng
j
a
w
ab ke
celak
a
an di d
a
erah
tersebut
harus
mendeklarasikan
bahwa
kece
l
akaan
suda
h
dapa
t
d
i
hentikan/ditanggulang
i.
Setelah dilakukan
deklarasi maka mulai dilakukan
pembersihan/dekontaminasi
dan pemulihan
.
Metode dekontaminasi dan pemulihan adalah sebagai berikut
:
• Mencuci atau menyapu jalanan dan objek la
i
n serta permukaan dengan
peralatan pemadam kebakaran atau perlatan
i
ndustri lain, dan cairan cucian
harus dikumpulkan
.
• Pelekatan kontaminan
supaya tidak menyebar, dengan menggunakan cat
,
cairan atau padatan,
seperti aspal
.
• Mencuci dan membersihkan permukaan yang keras dan peralatan dengan ai
r
dan detergen atau bahan kimia
.
Cairan cucian harus dikumpulkan
.
• Memindahkan atau melepaskan lap
i
san permukaan yang terkontaminasi.
Pengendalian terhadap hasil pertanian dan air minum
j
uga harus d
i
laksanakan
karena kemungkinan
adanya kontaminasi
dari kecelakaan pengangkutan
zat